Anda di halaman 1dari 15

KURANGNYA KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN

DARING MAPEL BAHASA INDONESIA


Nurul Fa’iza/017, M. Rio Firmansyah/041, Ismi Fauziatus S/059,
Anggi Beta K/068, Much. Restu P/110, Dara Agata P.N/119,

ABSTRAK
Makalah ini membahas permasalahan yang umum terjadi di beberapa sekolah
menengah yakni pasifnya siswa pada pembelajaran daring. Tujuan makalah ini
adalah menunjukkan solusi untuk mengatasi persoalan kurangnya keaktifan
siswa pada pembelajaran daring dengan jalan strategi, teknik, dan tindak lanjut
supervisi. Deskripsi masalah yang ditemukan pada beberapa sekolah rata-rata
hampir sama yakni kurangnya minat siswa dalam belajar, siswa kurang disiplin,
guru yang kurang melek teknologi, dan banyaknya jam belajar. Hasil telaah
permasalahan diketahui bahwa terdapat siswa pasif dalam mengikuti kegiatan
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Oleh sebab itu strategi yang dilakukan adalah
perencanaan, penyiapan instrument supervisi, perlengkapan. Teknik supervisi
yang dapat dilakukan dapat berupa perekaman pembelajaran daring atau
observasi dalam kelas. Tindak lanjut yang dipilih dapat berupa pemberian
konsultasi, pelatihan pengelolaan kelas, pendampingan dalam program
pengembangan kompetensi dan pembebasan refleksi guru.
.Kata Kunci: supervisi, guru, siswa, dan pasif

Pendidikan bermanfaat untuk segala sektor kehidupan, sebab pada


dasarnya pendidikan adalah pengantar untuk kemajuan individu atau
kelompok atau bahkan bangsa. Oleh karena itu melalui pendidikan
generasi bangsa dapat dibangun menjadi lebih berkualitas. Untuk
melaksanakan pendidikan tersebut tentu harus ada pembelajaran sebagai
penyalurnya yang dilakukan oleh instansi pendidikan sebagai lembaga
yang mengelola dan pendidik sebagai praktisinya. Pelaksanaan sebuah
pembelajaran di dalam kelas dipengaruhi oleh berbagai faktor, di
antaranya adalah peserta didik, pengajar, dan fasilitas. Sehingga dalam
mencapai tujuan pembelajaran tiga faktor tersebut perlu
dipertimbangkan. Situasi peralihan dari pembelajaran jarak jauh ke
pembelajaran tatap muka saat ini mengakibatkan pembelajaran di sekolah
banyak ditemui masalah, di antaranya siswa kurang responsif, sarana
prasarana sekolah yang kurang, model pembelajaran yang diterapkan
guru masih konvensional, dan sebagainya. Meski ada beberapa sekolah
yang melaksanakan tatap muka secara langsung, tapi ada beberapa
sekolah yang masih melaksanakan pembelajaran secara daring atau jarak
jauh.
Kondisi pembelajaran daring atau sering disebut pembelajaran
jarak jauh membuat proses pembelajaran di beberapa sekolah mengalami
suatu masalah, yaitu siswa pasif atau kurang responsif saat pembelajaran.
Permasalahan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya karena saat pembelajaran jarak jauh (PJJ) berisiko membuat siswa
terkendala mengikuti pembelajaran sehingga siswa tertinggal materi yang
diajarkan oleh guru. Masalah tersebut juga bisa terjadi karena guru yang
bersangkutan belum menggunakan model pembelajaran kreatif yang
dapat membuat siswa lebih aktif dan responsif saat pembelajaran jarak
jauh (PJJ). Karena permasalahan tersebut mengakibatkan guru mengalami
kesulitan dalam menyampaikan materi sehingga indikator pencapaian
kompetensi dan tujuan pembelajaran sulit dicapai. Kurangnya respons
siswa dalam pembelajaran membuat guru harus berpikir cara untuk
mengatasi dan menemukan solusi dari masalah yang dihadapi.

Tentunya kondisi tersebut memaksa guru dan siswa beradaptasi.


Namun dalam prosesnya, permasalahan-permasalahan akan terus
bermunculan seiring bertambahnya inovasi dalam pendidikan. Agar
dapat mengatasi permasalah tersebut maka solusi harus segera
ditemukan. Selain itu permasalahan yang disebabkan pembelajaran jarak
jauh cukup kompleks. Tidak hanya dirasakan pihak guru saja, melainkan
dirasakan juga oleh siswa. Jadi untuk meningkatkan mutu pembelajaran
dengan baik maka tindakan harus dilakukan agar permasalahan tersebut
bisa terselesaikan secara optimal. Apabila siswa sudah tergolong pasif
maka hal tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang minat belajar. Jika
minat siswa pada belajar sudah menurun sudah jelas akan berimbas pada
kurangnya kompetensi siswa tersebut, tidak tercapainya indikator
kompetensi. Untuk mencegah hal buruk tersebut terjadi maka perlu suatu
cara atau upaya yang biasanya dilakukan untuk mengevaluasi dan
memperbaiki permasalahan sehingga permasalahan tersebut dapat
ditumpas tuntas, yaitu dengan dilakukan supervisi pembelajaran.
Permasalahan krusial tersebut harus segera ditelaah melalui kegiatan
supervisi, yang pada khususnya dilakukan dengan tindak lanjut supervisi
pembelajaran. Oleh sebab itu perlu dilakukan supervisi karena supervisi
merupakan kegiatan yang berurusan dengan pengawasan terhadap guru
yang bersangkutan agar bisa melakukan perbaikan dalam proses
pembelajaran dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Siswa dan
guru menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan pembelajaran
di kelas. Oleh sebab itu, perlu adanya supervisi terhadap guru yang
bersangkutan untuk diarahkan dan dibimbing agar dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Melalui supervisi akan diketahui
jalan keluar dari permasalahan dalam pembelajaran yang terjadi saat ini,
baik yang dialami oleh guru maupun siswa. Dalam makalah ini akan
dilakukan analisis terhadap kasus atau permasalahan yang terdapat
dalam pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan perspektif supervisi
pembalajaran. Komponen dalam supervisi pembelajaran yang digunakan
untuk menelaah kasus dengan jalan tindak lanjut. Setelah mendapatkan
hasil dari analisis tersebut, nantinya akan dilakukan pembahasan secara
kritis. Melalui bahasan kritis tersebut nantinya akan didapatkan
pernyataan mengenai telaah kasus yang berada pada antitesis.

1. Kajian Teoretis
1.1 Strategi dan Teknik Supervisi Pembelajaran
Secara umum strategi ialah perencanaan yang dipersiapkan
supervisor sebelum melakukan supervisi. Strategi biasanya berupa
kiat yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan dengan
memerhatikan konteksnya. Berkaitan dengan ini supervisor harus
mempersiapkan supervisinya menyesuaikan dengan konteks
pembelajaran jarak jauh. Langkah awal untuk meningkatkan
kemampuan pedagogi bergantung pada persiapan strategi untuk
mengidentifikasi dan memfokuskan pada kelebihan dan kelemahan
pedagogi guru (Marzano, 2011: 55). Langkah awal yang bisa
diambil dalam penentuan strategi agar dapat diterapkan dalam
konteks ini adalah kelebihan dan kekurangan kegiatan belajar
mengajar jarak jauh. Bailey (2006: 108) memberikan contoh dalam
proses observasi kelas, ia menggunakan strategi menambahkan
nama beberapa siswa saat perkenalan atau memanggil nama
temannya dalam uraian bagan yang selanjutnya digunakan untuk
bahan diskusi bersama guru mengenai karakter tiap individu.
Strategi dapat diartikan sebagai kiat-kiat atau pengakalan suatu
pendekatan dan prosedur tertentu dihadapan satu pihak yang
diterapkan sesuai konteksnya. Artinya dilakukan penerapan sesuai
dengan ruang lingkupnya. Sedangkan Menurut Freeman (dalam
Bailey, 2006: 86) strategi diartikan sebagai cara untuk mencampuri
urusan guru dalam pembelajaran. Jika sudah memiliki tujuan
strategi, supervisor akan lebih mudah menerapkan dengan
menyelipkan intervensi dan pengaruh. Pencampuran tersebut
dianggap sebagai bentuk nyata kesungguhan supervisor untuk
membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.  
Berbeda dengan Stronge (2007: 55) yang memandang strategi
dan teknik sebagai cara unik yang dilakukan guru untuk
memaksimalkan mutu pembelajaran. tidak hanya itu, penyesuaian
serta modifikasi dilakukan tanpa menghilangkan karakteristik dari
suatu pendekatan aksiomatis tertentu yang terjabar dalam
prosedur supervisi dengan pertimbangan konteks. Secara nyata
dapat dilihat dari supervisor yang menggunakan strategi
mekanistis seperti mesin yang tidak sesuai dengan peruntukkanya,
sehingga hal tersebut akan menyebabkan kekeliruan dalam
supervisi. Reeves (2004: 19) menyatakan bahwa teknik ampuh
untuk meningkatkan kemampuan siswa terletak pada ketepatan
umpan balik dan persyaratan yang konsisten untuk
mengintegrasikan ide yang kompleks dalam cara yang berbeda.
Teknik dapat dicirikan sebagai hal yang spesifik idiografik yang
berkarakteristik terikat dengan personal dan kondisional tertentu
dengan strategi yang dipilih. Jadi seorang supervisor dapat
memakai teknik yang berbeda dengan supervisor yang lain sebab
teknik dapat dipilih berdasarkan kemauan supervisor dan kondisi
di lapangan. Bailey berpandangan dari strategi untuk mengetahui
karakter siswa, Stronge berpandangan dari strategi dan teknik yang
diambil guru dalam efektivitas pembelajaran, sedangkan Reeves
mengacu pada strategi dan teknik sebagai cara untuk
memvariasikan pembelajaran. kesimpulannnya strategi ialah suatu
perencanaan yang berasal dari banyak pertimbangan, sedangakan
teknik ialah aktualisasi atau bentuk konkretisasi dari perencaan
yang dilakukan sebelumnya. Kesimpulannya strategi dan teknik
ialah suatu bentuk pemodifikasian cara pada situasi tertentu yang
nantinya dikonkretisasikan sesuai dengan situasi dan kondisi
dalam pertemuan individu atau observasi.

1.2 Tindak Lanjut Supervisi Pembelajaran


Tindak lanjut supervisi pembelajaran merupakan proses
atau kegiatan yang dilakukan setelah adanya observasi dalam kelas
yang bertujuan untuk memberhasilkan tujuan supervisi sebagai
pengendali mutu pembelajaran. Tindak lanjut biasanya dilakukan
dengan pendekatan ilmiah yang berdasar data dari pencatatan
yang teliti, objektif, dan valid. Knop (1980) dalam Bailey (2006: 13)
menyatakan bahwa pendekatan ilmiah melibatkan pendidikan
berbasis kompetensi dan berfokus pada analisis interaksi. Artinya
tindak lanjut supervisi tidak bisa terlepas dari analisis yang pada
akhirnya menghasilkan suatu kesimpulan. Analisis data hasil
observasi tersebut dikaji oleh supervisor atau dapat dengan guru
sehingga nantinya menghasilkan atau mencapai kesepakatan
program baru pasca observasi. Tindak lanjut supervisi juga dapat
berupa program terencana, seperti yang dipaparkan oleh Stronge
(2007: 17) bahwa guru dan pengelola pendidikan menggunakan
perpaduan buku ilmiah dalam pelatihan guru dan program
kepemimpinan pembelajaran. berdasarkan hal tersebut dapat
pendekata ilmiah dalam supervisi dapat menghasilkan simpulan
telah dikaji dan teruji secara ilmiah, sehingga hasil dapat
dinyatakan secara objektif dan akuntabel. Dalam kaitannya dengan
tindak lanjut, kegiatan tersebut memberikan peluang besar
terhadap guru untuk meningkatkan kemampuan dan
mengembangkan kreativitasnya dalam pembelajaran.
Pada praktiknya tindak lanjut supervisi berupa
pendampingan, pengarahan, dan pembinaan pada guru yang telah
disupervisi. Adapun Reeves (2004: 116) menjabarkan bahwa
banyak para supervisor yang bersikap berang terhadap guru yang
diselia sebab pengajaran yang dilakukannya buruk, sehingga
supervisor akan mengarahkannya pada praktik pembelajaran yang
lebih baik. Secara langsung, supervisor akan memberikan tips
mengajar yang efektif pada guru tersebut. Oleh sebab itu, biasanya
guru yang telah melalui proses tindak lanjut supervisi
pembelajaran akan memiliki kemampuan yang meningkat dan
dapat menghindari kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya.
Kutipan dari Bailey menyiratkan tentang pendekatan ilmiah yang
biasa digunakan dalam tindak lanjut supervisi, jika Stronge lebih
menitikberatkan pada penggunaan buku untuk penunjang tindak
lanjut supervisi, sedangkan Reeves berpandangan pada sikap
supervisor pada guru. Kesimpulannya tindak lanjut supervisi
pembelajaran ialah suatu kegiatan atau proses lanjutan yang
digunakan untuk memberikan pengarahan secara penuh kepada
objek yang diselia sehingga setelah tindak lanjut dapat dilihat
perubahannya.

2 Deskripsi Kasus Kurangnya Keaktifan Siswa pada Pembelajaran


Pembelajaran di masa pandemi yang belum usai pastinya
mengalami perubahan yang dapat memunculkan berbagai
masalah. Pembelajaran di beberapa sekolah menengah baik itu
menengah pertama, atas, atau kejuruan rata-rata masalah yang
muncul adalah siswa cenderung kurang aktif dalam berpartisipasi,
kurang responsif, dan kurang memiliki motivasi dalam belajar. Hal
itu dapat disebabkan beberapa faktor, salah satunya disebabkan
oleh kurangnya kemampuan guru dalam menghidupkan suasana
pembelajaran yang menarik. Guru merupakan salah satu
komponen yang memegang peran utama dalam pembelajaran.
Guru juga menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam
kaitannya dengan proses belajar mengajar di tengah pandemi
Covid-19 yang masih terjadi hingga saat ini. Saat ini terdapat
beberapa sekolah yang masih menerapkan pembelajaran jarak jauh
(PJJ) dengan berbantu media komunikasi. Bentuk media yang
digunakan berupa aplikasi yaitu whatsapp, google meet, google
classroom, dan sebagainya. Pembelajaran yang biasanya hanya
mengandalkan sumber dari guru, kini siswa dapat memanfaatkan
sumber lain sebagai pengalaman belajar. Namun hal itu dapat
berhasil jika proses pembelajaran berjalan lancar. Pada
kenyataanya, saat pembelajaran jarak jauh proses pembelajaran
tidak sepenuhnya berjalan lancar, karena terhambat oleh berbagai
masalah. Permasalahan yang dihadapi guru adalah kurangnya
respons dari siswa, bahkan saat pembelajaran melalui google meet
siswa cenderung diam saat guru bertanya dan mematikan kamera.
Hal itu bisa terjadi dikarenakan penyampaian materi yang
monoton, media yang digunakan kurang menarik, sehingga siswa
tidak memiliki minat dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran
tersebut. Penerapan model pembelajaran yang kreatif juga dapat
memengaruhi proses pembelajaran. Oleh karenanya guru harus
dapat menemukan model pembelajaran yang tepat dan menarik
untuk diterapkan dalam pembelajaran saat ini. Selain itu, guru
memiliki beban mengajar yang padat, guru senior yang gagap
teknologi dipaksa memahami media komunikasi di tengah
keterbatasannya, dan sulitnya guru dalam menyesuaikan model
pembelajaran yang dilakukan. Adapun siswa juga memiliki
permasalahan tersendiri yang menyebabkannya pasif selama
proses pembelajaran berlangsung, meliputi: kurangnya kesadaran
bahwa semua pembelajaran penting untuk diperhatikan dan
dipahami, kondisi finansial siswa yang rendah untuk mengikuti PJJ
(Pembelajaran Jarak Jauh), banyaknya jam belajar dan tuntuan
tugas dari semua mata pelajaran, kondisi rumah tangga yang tidak
memungkinkan belajar maksimal, dan kurangnya sikap disiplin
bertanggungjawab sebagai pondasi seorang individu. Dengan
adanya supervisi terhadap guru yang bersangkutan diharapkan
dapat menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi sehingga
dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan mencapai tujuan
pembelajaran. Berdasarkan permasalahan guru dan siswa tersebut
maka dapat dipersingkat pada tabel berikut.

Permasalahan Guru Permasalahan Siswa


Kepasifan Siswa Kurang sadar tentang pentingnya
belajar
Terbatasnya ruang dan Kondisi finansial rendah
waktu
Gagap teknologi Banyaknya jam belajar dan
tuntutan tugas
Banyaknya beban mengajar Kurang memiliki sikap disiplin
dan bertanggung jawab serta taat
aturan
Tabel 1.1 Permasalahan Guru dan Siswa pada Pembelajaran Jarak
Jauh

Sumber: Tirto.id

Gambar 1.1 Infografik Kepasifan Siswa

Mayoritas sekolah mengalami permasalahan pada siswa yang hampir


sama yakni kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut
salah satunya disebabkan oleh faktor kepribadian siswa yang pemalu.
Pada infografis di atas termuat presentase pemuda Indonesia yang
tergolong pemalu pada 2010 dengan jumlah responden 1.496 orang yang
menyasar pada pemuda usia 15-25 tahun. Peninjauan yang dilakukan oleh
Lembaga Survei Indonesia tersebut menunjukkan hasil 51,9 % responden
pemalu & pendiam, 52,5 tidak suka berdebat dengan orang lain, dan 50,8
merasa rendah diri terhadap orang lain. Hasil tersebut tergolong di atas
separuh, sehingga bisa dikatakan siswa yang pasif dalam pembelajaran
masih mendominasi dibandingkan siswa yakng aktif. Pengambilan
sampel responden pada survei yang telah dilakukan pada beberapa
daerah di Indonesia, sehingga responden tersebut dapat mewakili kondisi
siswa pada saat itu. Meskipun survey dilakukan pada tahun 2010 tidak
dapat ditampik bahwa pada tahun ini siswa sudah berkembang dan lebih
aktif. Namun, pada kenyataannya masih banyak siswa yang kurang aktif
dan antusias dalam belajar meski telah berganti kebijakan kurikulum,
penggunaan model pembelajaran, dan bahkan terbantu teknologi yang
canggih. Hal tesebut salah satunya disebabkan karena pembelajaran jarak
jauh yang membatasi guru untuk memaksimalkan kinerja siswa di
sekolah, banyaknya konten hiburan media sosial yang lebih diminati
dibandingkan belajar dari konten pendidikan atau buku pelajaran. Selain
itu siswa lebih memilih memainkan permainan yang ada di gawai atau
playstation karena lebih menarik daripada belajar yang menjenuhkan,
sehingga waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar terbuang sia-
sia untuk bermain. Kurangnya kemampuan siswa dalam mengatur waktu
seperti istirahat yang cukup dapat menimbulkan menurunnya konsentrasi
belajar sehingga berimbas pada pasifnya siswa saat pembelajaran.
Adapun alasan pasifnya siswa saat pembelajaran menurut Riset Class
Participation and Shyness: Affect and Learning to Program oleh Jon Rimmer
dkk. (2010) menunjukkan hasil bahwa siswa gugup berbicara di depan
orang lain. Kegugupan siswa dalam berinteraksi dengan orang lain
disebabkan karena kurangnya sosialisasi siswa tersebut dengan
lingkungan sekitarnya, sehingga menimbulkan perasaan individual atau
kebiasaan menyendiri daripada harus berinteraksi dengan orang lain.
Kebiasaan menyendiri yang terpatri itulah paling banyak disebabkan
karena adanya teknologi aplikasi di gadget yang bisa menjangkau seluruh
dunia, media sosial yang menyajikan beragam hiburan, dan faktor orang
tua yang tidak memperbolehkan anaknya keluar rumah. Selain itu siswa
yang cenderung pasif biasanya memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi,
namun lingkungan teman sejawat yang menyebabkan ia lebih memilih
diam karena merasa khawatir mengatakan sesuatu yang berimbas
dianggap jemawa atau bodoh. Adapun siswa yang setiap kegiatan
pembelajaran selalu merasa malu dan cenderung memilih aman tidak
melakukan apa pun dibanding melakukan sesuatu yang dapat membuat
dirinya malu. Perasaan malu itulah yang menjadi faktor siswa menjadi
pasif setelah faktor kekurangpahaman siswa pada materi pembelajaran.
Permasalahan lain yang menyebabkan siswa kurang aktif dalam
pembelajaran ialah jam pelajaran yang banyak dan materi bahasa
Indonesia yang berbasis teks membuat siswa jenuh untuk mengikuti
pembelajaran karena lamanya durasi pembelajaran dan materi
kebahasaan sebagai tambahan materi yang dianggap kurang penting.
Selain itu, siswa yang cenderung malas membaca akan kurang berminat
untuk belajar bahasa Indonesia yang berbasis teks dan penuh dengan
wacana tulis. Banyaknya teks yang harus dipahami membuat siswa
kurang memiliki motivasi, apalagi ditambah dengan cara penyampaian
materi yang kurang inovatif dan menarik, monoton dan menjenuhkan.
Siswa di era serba praktis saat ini lebih tertarik pada tayangan-tayangan
dan hal konten hiburan, dan melakukan aktivita yang tidak terkait dengan
pembelajaran. Semua tawaran teknologi memberikan dampak pada
kepasifan pada siswa terlepas dari dampak positifnya. Siswa yang kurang
bisa memanfaatkan media teknologi dengan bijak akan memprioritaskan
waktunya untuk hiburan dibandingkan dengan mengakses materi
pembelajaran dan pengetahuan informatif lain, sehingga secara kasat
mata siswa akan pasif dalam pembelajaran karena pikirannya kurang
fokus pada pembelajaran.

Gambar 1.2 Jadwal Pembelajaran

3 Telaah Kasus Kurangnya Keaktifan Siswa pada Pembelajaran Daring


Dalam pembelajaran tentu memiliki permasalahan yang pasti terjadi,
baik itu dari pihak guru maupun siswa. Oleh sebab itu pada paparan di
bawah ini akan dilakukan telaah pada permasalahan dengan supervisi
sehingga menghasilkan solusi untuk direalisasikan.
3.1 Tindak Lanjut Supervisi Kemampuan Guru
Bailey (2006: 197) menyatakan bahwa kemampuan guru tidak
hanya dinilai dari praktik mengajarnya saja, melainkan juga administrasi
dan portofolio di luar pembelajaran. Hal tersebut sangat penting, karena
kesiapan dan perencanaan guru sebelum pembelajaran juga menjadi
cerminan kinerja guru. Adapun permasalahan dalam pembelajaran yang
kerap terjadi di sekolah yakni siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi
atau tanya jawab, sehingga guru belum bisa mengetahui ketercapaian
kompentensi siswa dalam kelas. Kepasifan siswa tersebut juga
dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam perencanaan pembelajaran,
proses pembelajaran, dan pasca pembelajaran. Dalam rangka mengatasi
hal tersebut, strategi dan teknik supervisi penting dilakukan. Seusai itu,
supervisor dapat memberikan saran dan arahan pada guru untuk tidak
mengulangi kesalahan dalam mengajar dan mematuhi saran cara
mengajar yang baik kepada guru. Apabila hal tersebut telah dilakukan,
maka seminimal mungkin akan berpeluang besar pada perubahan pada
siswa, dari yang awalnya pasif menjadi aktif. Salah satu strategi yang
dapat dipakai ialah menentukan perencanaan terhadap pengamatan dari
segala aspek kemampuan guru dan menyiapkan instrumen penilaian
serta segala perlengkapan yang mendukungnya.
Teknik kunjungan kelas bertujuan untuk menolong guru dalam
mengatasi masalah dalam kelas. Selama proses tersebut, penyelia akan
menemukan dan mencatat permasalahan yang ada. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut maka perlu diadakan tindak lanjut dari supervisi
itu sendiri yakni memberikan saran yang tepat pada guru tentang
kemampuan-kemampuan praktis dan efektif guru dalam proses
pembelajaran. Artinya bimbingan tersebut harus memiliki dampak yang
signifikan terhadap guru seperti pertemuan individu untuk membahas
kemampuan guru dalam menjalankan pembelajaran yang interaktif
sehingga bisa meminimalisasi siswa yang pasif baik saat tatap muka dan
daring.

3.2 Model Pembelajaran


Pada setiap pembelajaran, guru pasti menggunakan model
pembelajaran sebagai rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi
segala aspek sebelum, sedang, dan sesudah pembelajaran yang dilakukan
guru serta segala fasilitas terkait yang digunakan secara langsung atau
tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Beberapa lembaga
pendidikan masih membiarkan pengajarnya menggunakan model
pembelajaran konvensional. Hingga pada suatu saat kegiatan inspeksi
atau audit dilakukan, jadi hal itu memaksa lembaga tersebut
mengintruksikan seluruh pengajar untuk menggunakan model
pembelajaran yang inovatif (Epstein, 2005: 79).
Berdasarkan observasi yang dilakukan di sekolah, model
pembelajaran yang digunakan kurang efektif dan bervariasi. Guru dan
mahasiswa PLP masih menggunakan model pembelajaran ceramah dan
diskusi sehingga membuat siswa pasif dalam proses pembelajaran. Oleh
sebab itu, supervisi adalah jalan keluar untuk mencerahkan guru supaya
ia mengetahui dan menerapkan metode pembelajaran yang menarik
antusiasime siswa aktif belajar dalam kelas. Teknik yang digunakan dapat
berupa pertemuan individual empat mata antara penyelia dan guru untuk
membicarakan model pembelajaran yang efektif dan inovatif pada
pembelajaran daring, seperti model tanya jawab untuk setiap siswa
supaya siswa berkontribusi dan mau berpikir dalam pembelajaran.
Sedangkan tindak lanjut dapat dilakukan dengan pengarahan guru untuk
mengikuti pelatihan penggunaan aplikasi pembelajaran daring maupun
pengarahan staf IT untuk melakukan teknis atau alur kerja pembelajaran
daring yang tidak merepotkan beberapa pihak, sebagai contoh murid,
guru, kepala sekolah, dan staf pembantu sekolah.
3.3 Manajemen Kelas
Apabila kelas belum kondusif atau kurang adanya timbal balik dari
siswa maka seorang guru harus berupaya optimal untuk menguasai,
mengatur, dan membenahi, serta menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan, hidup, dan kondusif sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan maksimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. guru adalah individual, manajemen, dan organisasi kelas,
perencanaan, pengorganisasian instruksi, menerapkan instruksi, dan
memantau kemajuan serta potensi peserta didik (Stronge, 2007).
Berdasarkan asumsi tersebut dapat diketahui bahwa problematika
pasifnya siswa dapat dicegah dan diantisipasi dengan cara supervisi
secara mendalam dan mendapat tindak lanjut berupa pembimbingan dan
pengarahan dari supervisor itu sendiri. Pengelolaan atau manajemen kelas
berkaitan dengan upaya-upaya menciptakan dan mepertahankan kondisi
yang optimal bagi terjadinya proses belajar.
Adapun secara nyata, pengelolaan kelas dapat terhambat karena
beberapa masalah yakni kurang kompaknya siswa dalam kelompok,
siswa kurang taat terhadap peraturan, kegiatan yang menyimpang dari
aturan, kurang semangat, dan ketidakmampuan siswa dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Beberapa kendala tersebut juga
berpengaruh terhadap kinerja guru dalam melakukan manajemen kelas,
sehingga siswa akan pasif yang secara tidak langsung disebabkan oleh
ulahnya sendiri. Selain dari bekal hasil supervisi yang telah dilakukan
diskusi, guru dapat membuat kebijakan yang tegas untuk membuat siswa
lebih aktif dalam pembelajaran daring seperti memanggil satu per satu
siswa untuk berkomentar dalam pembelajaran dan pemberian sanksi
teguran atau nilai yang kurang atau apa pun terhadap siswa yang hanya
berdiam, sehingga siswa akan sadar dan berusaha untuk menghindari
sanksi tersebut dengan berkomentar dan memenuhi kewajiban.
3.4 Minat Belajar Siswa
Minat belajar siswa adalah suatu bentuk motivasi dan semangat siswa
untuk mengikuti pembelajaran secara inisiatif yang biasanya distimulasi
oleh faktor tertentu. Pada sekolah tertentu, minat belajar siswa tergolong
rendah atau bisa dikatakan siswa kurang aktif dalam belajar. Hal itu
dipengaruhi oleh masa transisi dari pembelajaran daring ke pembelajaran
luring, sehingga siswa masih terbiasa belajar daring yang kurang
interaktif dan menjadikan siswa kurang mau berpikir mandiri, melainkan
menggunakan cara instan dari internet. Hal tersebut juga menjadikan
kebiasaan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Pembelajaran yang
inovatif harus tetap dilakukan untuk meningkatkan minat belajar siswa,
terlepas dari beban mengajar guru yang padat atau siswa yang kurang
kooperatif (Reeves, 2004: 17). Artinya, apapun situasi dan kondisinya,
guru harus mampu menjadikan pembelajaran menyenangkan sekaligus
dapat memahamkan siswa pada materi tertentu. Salah satu cara untuk
mengaktifkan siswa dalam belajar ialah melibatkan mereka pada
pembelajaran yang menghibur dan tidak membuat stress siswa seperti
permainan asah otak, membaca novel, teka-teki, berbalas dialog,
berhumor ceria, dan menonton film inspiratif. Oleh sebab itu, peran
supervisor dalam supervisi sangat penting untuk memahamkan guru
tentang teori-teori psikologi belajar yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan siswa.
Pendampingan tersebut juga berimplikasi pada pemberian wawasan
pada konferensi MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) tentang
pentingnya proses belajar untuk mengembangkan kompetensinya. Secara
umum tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah Kegiatan Peningkatan
Kualifikasi dan Sertifikasi Pendidik Sekolah Menengah. Biasanya
supervisor bekerja sama dengan dinas pendidikan setempat untuk
menyelenggarakannya secara massal. Peningkatan kualifikasi akan
memberikan dampak positif dan nyata terhadap kemampuan guru yang
di dalamnya pasti termuat keterampilan pedagogis untuk meningkatkan
mengelola pembelajaran dan minat belajar siswa. Sertifikasi pula adalah
bentuk legalisasi resmi setelah kegiatan pelatihan dilaksanakan.

4 Bahasan Kritis Telaah Kasus


4.1 Kepribadian Siswa
Bukan kemampuan dari guru yang kurang, melainkan siswanya
yang introvert. Dalam pembahasan di atas pada sub bab 3.1 di katakan
bahwa kemampuan guru dalam mengatur proses pembelajaran di kelas
mempengaruhi aktif atau pasifnya siswa. Kepasifan siswa dikatakan
dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam perencanaan pembelajaran,
proses pembelajaran, dan pasca pembelajaran. tetapi kemampuan guru
tidak serta merta menjadi factor yang mempengaruhi pasifnya siswa di
dalam pembelajaran, terdapat faktor yang terkait dengan individualnya
yaitu kepribadian siswa. kepribadian siswa ini tentu menjadi factor
penting bagaimana siswa dalam melakukan pembelajaran mulai dari
tindakan, respon terhadap lingkungan dan pembelajaran. dalam
kepribadian tersebut ada sifat introvert atau malu dalam berbicara
ataupun berpendapat. menurut Bailey (2006: 65) beberapa wanita asia
sangat malu untuk berbicara di kelas, dan ketika mereka dipanggil, akan
menjaawabnya dengan sangat pelan. Hal ini mungkin saja terjadi dalam
pembelajaran sehingga menyebabkan siswa menjadi pasif. Alasan siswa
pasif dan tidak mau berpendapat adalah takut salah dalam menjawab,
sehingga ditertawakan oleh temanya. Jadi, sehebat apapun kemampuan
guru dalam mengajar, bahkan telah melakukan supervisi serta evaluasi.
Jika, dari faktor siswanya yang malu-malu atau introvert, maka tetap saja
pembelajaran akan pasif. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya Lembaga
Survei Indonesia (2010), yang menyatakan pemuda usia 15 hingga 25
tahun, 51,9% pemalu dan pendiam, 52,5% tidak suka berdebat dengan
orang lain, dan 50,8% merasa rendah diri di hadapan orang lain.
4.2 Kegiatannya Klasikal
Bukan model pembelajarannya yang ceramah, melainkan
kegiatannya klasikal. Dari sub bab 3.2 di atas dikatakan bahwa pasifnya
siswa di kelas akibat guru yang meggunakan model pembelajaran
ceramah. Siswa pasif di kelas bisa saja karena pembelajaran berbasis
klasikal, sehingga siswa sulit untuk menerima penjelasan dari guru
tentang materi pembelajaran. Seperti adanya kasus hambatan-hambatan
dalam penanganan perbedaan individual pada proses pembelajaran
stenoografi di SMKN Bidang Bisnis dan Manajemen Program Keahlian
Administrasi Perkantoran Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013,
yang menyatakan pembelajaran dilakukan secara klasikal, sehingga
bimbingan kepada siswa kurang maksimal. Masalah diatas tentu tidak
terjadi secara menyeluruh kepada semua siswa, hanya terjadi pada
beberapa individu. Mungkin saja disebabkan kegiatan klasikal membuat
kelas menjadi gaduh, Akibatnya siswa tidak dapat menangkap penjelasan
dengan metode ceramah dari guru.
3.3 Rangsangan atau motivasi
Bukan manajemen kelasnya yang buruk, melainkan motivasi dari
gurunya yang kurang. Dari pembahasan sub bab 3.3 di atas disebutkan
bahwa guru harus memiliki manajemen kelas untuk bisa mengatur,
membenahi suasana pembelajaran kelas agar siswa lebih aktif. Jadi peran
guru disini harus melakukan pengontrolan, mengatur kelas sehingga
kelas dapat berjalan dengan kondusif dan juga aktif. Namun apabila
manajemen yang dilakukan oleh guru tersebut hanya dilakukan dengan
cara mengatur agar kelas menjadi kondusif tanpa memberikan
rangsangan kepada siswa tetap akan membuat siswa pasif. Permasalahan
disini adalah guru hanya terfokus mengatur dan mengontrol kelas tetapi
tidak memperhatikan menciptakan kemauan dari dalam siswa itu sendiri.
Sehingga perlu suatu dorongan atau rangsangan agar siswa mau
mengikuti pembelajaran lebih aktif dan kondusif karena kemauannya
sendiri dan bukan dipaksakan. Rangsangan disini adalah sebuah motivasi
untuk siswa dapat memahami betul apa yang akan dipelajari dalam suatu
pembelajaran. Serta mengetahui tujuan seperti apa yang akan dicapai
dalam akhir pemebelajaran sehingga siswa dapat mengetahui kegunaan
pembelajaran yang akan didapatkannya nanti. Sehingga dengan
memahami rangsangan tersebut siswa dapat dengan kritis menggunakan
kesempatan untuk mencari tahu apa yang belum di ketahui,
memperdalam lagi pemahamannya, dan lebih fokus mencari hal-hal yang
dirasa perlu untuk menambah nilai pembelajaran yang dapat dilakukan.
Siswa akan aktif bertanya dengan sendirinya karena mereka sudah paham
dengan apa yang harus mereka lakukan. Jadi, Motivasi belajar dari guru
amatlah penting, karena motivasi tersebut akan menggugah siswa untuk
tetap bersemangat dalam belajar. Motivasi dari guru akan membuat siswa
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mempengaruhi
keaktifan siswa dalam berkelompok, dan membuat siswa menaati
peraturan dari guru maupun sekolah.
4.4 kemampuan dan lingkungan pertemanan
Bukan minat belajarnya yang kurang, melainkan kemampuan dan
lingkungan pertemanan kurang sesuai. Apabila di telaah kasus dikatakan
bahwa dalam minat belajar siswa apapun situasi dan kondisinya, guru
harus dituntut untuk memberikan sesuatu yang menyenangkan untuk
dapat membuat siswa paham dalam suatu materi pembelajaran. Namun
kami menganggap dalam pembelajaran bagaimanapun guru memberikan
situasi yang beragam apabila siswa tidak memiliki suatu kenyamanan,
kemampuan di bidang tersebut tentu akan mempengaruhi keaktifan siswa
di dalam kelas. Misalnya Siswa yang kemampuan hafalannya kurang dan
lebih condong menyukai bidang hitung-hitungan, maka disaat
pembelajaran materi hafalan ia akan lebih cenderung pasif. karena ia
sadar akan kemampuannya yang lebih bisa menguasai dan mengeksplore
dirinya itu pada saat materi/pembelajaran yang berhubungan dengan
angka dan hitungan. Untuk pertemanan dapat dikatakan mempengaruhi
siswa dalam pembelajaran karena sebagai salah satu tempat nyaman bagi
siswa. siswa yang berada di satu lingkup pertemanan (sudah kenal lama,
terbiasa bersama) akan lebih aktif dan tidak malu mengeksplore apa yang
ingin di sampaikan, dibanding siswa yang tidak dalam lingkup
pertemanan akan lebih pendiam, pasif, canggung dalam pembelajaran.
Kenyamanan bersama teman membuat mereka tidak malu dan percaya
diri ikut aktif dalam pembelajaran karena siswa yakin dengan lingkungan
yang sudah akrab dengan dirinya

Simpulan
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa
deskripsi masalah yang ditemukan pada beberapa sekolah rata-rata
hampir sama yakni kurangnya minat siswa dalam belajar, siswa kurang
disiplin, guru yang kurang melek teknologi, dan banyaknya jam belajar.
Hasil telaah permasalahan diketahui bahwa terdapat siswa pasif dalam
mengikuti kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Oleh sebab itu strategi
yang dilakukan adalah perencanaan, penyiapan instrument supervisi,
perlengkapan. Teknik supervisi yang dapat dilakukan dapat berupa
perekaman pembelajaran daring atau observasi dalam kelas. Tindak lanjut
yang dipilih dapat berupa pemberian konsultasi, pelatihan pengelolaan
kelas, pendampingan dalam program pengembangan kompetensi dan
pembebasan refleksi guru.

Daftar Acuan
Bailey, Kathleen M. 2006. Language Teacher Supervision: A Case-Based
Approach. New York: Cambridge University Press.
Epstein, Debbie. dkk. 2005. Teaching and Supervision. London: SAGE
Publications Ltd.
Marzano, Robert J. dkk. 2011. Effective Supervision: Supporting the Art and
Science of Teaching.
Reeves, Douglas B. 2004. Accountability for Learning: How Teachers and
School Leaders Can Take Charge. Virginia: Association for Supervision
and Curriculum Development.
Stronge, James H. 2007. “Qualities of Effective Teachers”. Amerika Serikat:
ASCD

Anda mungkin juga menyukai