Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH

KARYA ILMIAH TERNAK UNGGAS

DISUSUN OLEH :

HELBI SAPUTRA
NPM. 120102030

SEMESTER : 6 (ENAM)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI
(UNIKS)
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Syukur
Alhamdulillah Penulis ucapkan dari lubuk hati Penulis kehadirat Allah yang telah
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik. Sholawat
serta salam Penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul “Ilmu Nutrisi Non Ruminansia” ini semoga dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa yang kami tulis ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Dan oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya masukan dari
para pembaca, baik berupa kritikan ataupun saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini, supaya lebih baik untuk masa yang akan datang.
Dan terima kasih atas semua bantuan dari semua pihak yang terkait dalam
penyusunan ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kemudian kepada Allah kami bertaubat dan kepada manusia kami memohon
maaf atas kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………............................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I ALAT PENCERNAAN........................................................ 1
BAB II ZAT MAKANAN DAN ENERGI....................................... 9
BAB III KARBOHIDRAT............................................................... 26
BAB IV LEMAK.............................................................................. 34
BAB V PROTEIN DAN ASAM AMINO........................................ 43
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 52

ii
BAB I
ALAT PENCERNAAN

Sistem pencernaan adalah penghancur bahan makanan ( mekanis /


enzimatis, kimia dan mikroba) dari bentuk komplek (molekul besar)
menjadi sederhana (bahan penyusun) dalam saluran pencernaan. Tujuan
dari pencernaan itu sendiri adalah untuk mengubah bahan komplek
menjadi sederhana. Dan kegunaannya adalah untuk mempermudah
penyerapan oleh vili usus.
Pada hewan bahan makanan yang diubah menjadi energi melalui
pencernaan adalah karbohidrat, lemak,dan protein. Sedangkan yang
langsung diserap berupa vitamin, mineral, hormone dan air.
Ternak mempunyai empat aktivitas makan yaitu: prehensi
(mengambil makana), mastikasi (mengunyah), salvias (mensekresikan air
ludah) dan deglutisi ( menelan). Dalam hal ini deglutisi dipengaruhi oleh
beberapa factor, antara lain : perstaltik (peristaltic esophagus mendorong
bahan makanan ke arah lambung), tekanan buccopharyngeal ( mendorong
bahan makanan ke sofagus) dan gravitasi ( membantu memudahkan
jalanya bahan makanan).
Pada unggas memiliki proses pencernaan yang berbeda dengan
hewan lain, meskipun mempunyai kesamaan pada prosesnya.
Sebagaimana hewan lain proses pencernaan pada unggas memiliki tiga
prinsip yaitu:
a) Secara mekanik
Pencernaan secara mekanik pada unggas berlangsung pada empedal.
Pakan didalam empedal dengan adanya kontraksi otot empedal dengan
bantuan grit akan diubah menjadi pasta.
b) Secara khemis/enzimatis
Pencernaan secara enzimatis terutama dibantu dengan adanya senyawa
kimia dan kerja dari enzim yang dihasilkan oleh alat-alat pencernaan.
c) Secaara mikrobiolgik

1
Pencernaan secara mikrobiologik terjadi dengan adanya mikrobia yang
ikut berperan. Pada ayam pencernaan secara mikrobiologi tidak berperan
besar seperti ternak yang lain, hanya sedikit ditemukan mikrobia pada
tembolok dan usus besarnya. Pada tembolok ditemukan beberapa bakteri
aktif yang menghasilkan asam organic seperti asam asetat dan asam laktat
dan juga pada sekum terjadi sedikit pencernaan hemiselulosa oleh
bakteri(Kamal, 1994).

Gambar 1.1 sistem pencernaan

1. Mulut/paruh
Unggas tidak memiliki bibir, pipi, dan gigi sejati, bagian mulut atas
dan bawah tersusun atas lapisan tanduk, bagian atas dan bawah
dihubungkan ke tengkorak dan berfungsi seperti engsel(North,1978).
Lidah unggas keras dan runcing seperti mata anak panah dengan
arah kedepan. Bentuk seperti kail pada belakang lidah berfungsi untuk
mendorong makanan ke esophagus sewaktu lidah digerakan ke
belakang(Akoso 1993). Lidah berfungsi membantu menelan makanan.
Kelenjar saliva mengeluarkan sejenis mukosa yang berfungsi sebagai

2
elumas makanan untuk mempermudah masuk ke esophagus(Neisheim et
al., 1972).
Didalam mulut tidak diproduksi amilase(Neisheim et al., 1972).
Air diambil dengan cara menyendok saat minum dengan menggunakan
paruh (beak), dan masuk ke dalam kerongkongan setelah menengadah
kepala memanfaatkan gaya gravitasi(North,1978).

Gambar 1.2 paruh ayam

2. Oesophagus (tenggorok)
Oesophagus merupakan saluran memanjang berbentuk seperti
tabung yang merupakan jalan makanan dari mulut sampai permulaan
tembolok dan perbatasan pharynx pada bagian atas dan proventriculus
bagian bawah. Dinding dilapisi selaput lendir yang membantu melicinkan
makanan untuk masuk ke tembolok. Setiap kali ayam menelan secara
otomatis oesophagus menutup dengan adanya otot. Fungsi oesophagus
adalah menyalurkan makanan ke tembolok.

Gambar 1.3 esophagus

3. Crop (tembolok)

3
Crop mempunyai bentuk seperti kantong atau pundi-pundi yang
merupakan erbesaran dari oesophagus. Pada bagian dindingnya terdapat
banyak kelenjar mukosa yang menghasilkan getah yang berfungsi untuk
melembekkan makanan. Crop berfungsi menyimpan dan menerima
makanan untuk sementara sebelum masuk ke proventriculus.
Terjadi sedikit atau sama sekali terjadi pencernaan didalamnya
kecuali jika ada sekresi kelenjar saliva dalam mulut. Pakan unggas yang
berupa serat kasar dan bijian tinggal di dalam tembolok selama beberapa
jam untuk proses pelunakan dan pengasaman. Hal ini disebabkan pada
tembolok terdapat kelenjar yang mengeluarkan getah yang berfungsi
melunakkan makanan.

Gambar 1.4 crop atau tembolok

4. Lambung Kelenjar ( proventriculus)


Proventriculus merupakan perbesaran terakhir dari oesophagus dan
juga merupakan perut sejati ayam. Proventriculus juga merupakan
kelenjar, tempat terjadinya perncernaan secara enzimatis, karena
dindingnya disekresikan asam klrida, epsin, dan getah lambung yang
berguna mencerna protein. Sel kelenjar secara otomatis akan
mengeluarkan cairan kelenjar perut begitu makanan melewatinya dengan
cara berkerut secara mekanis. Karena makanan berjalan cepat dalam
jangka waktu yang pendek di dalam proventriculus, maka pencernaan pada
material makanan secara enzimatis sedikit terjadi.

4
Proventriculus

Gambar 1.5 proventrikulus


5. Gizzard(Empedal/Rempela)
Gizzard berbentuk oval dengan dua lubang masuk dan keluar pada
bagian atas dan bawah. Bagian atas lubang pemasukan berasal dari
proventriculus dan bagian bawah lubang pengeluaran menuju ke
duodenum. Besar kecilnya empedal dipengaruhi oleh aktivitasnya, apabila
ayam dibiasakan diberi pakan yang sudah digiling maka emedal akan
kisut.
Gizzard disebut pula otot perut yang terletak diantara
proventriculus dan batas dari intestine. Gizzard mempunyai otot-otot yang
kuat sehingga dapat menghasilkan tenaga yang besar dan mempunyai
mucosa yang tebal. Peroton empedal dapat melakukan gerakan meremas
kurang lebih empat kali dalam satu menit.
Fungsi gizzard adalah untuk mencerna makanan secara mekanik
dengan bantuan grit dan batu-batu kecil yang berada dalam gizzard yang
ditelan oleh ayam. Partikel batuan ini berfungsi untuk memperkecil
partikel makanan dengan adnya otot dalam gizzard sehingga dapat masuk
ke saluran intestine.

5
Gambar 1.6 gizzard

6. Usus kecil (Small Intestine)


Usus halus memanjang dari ventrikulus sampai usus besar dan
terbagi atas tiga bagian yaitu: duodenum, jejunum,dan ileum.
Duodenum(usus 12 jari) berbentukhuruf V dengan bagian pars ascendens
sebagai bagian naik. Selaput mukosa pada dinding usus halus memiliki
jonjot yang lembut dan menonjol seperti jari yang berfungsi sebagai
penggerak aliran pakan dan memperluas penyerapan nutrient.
Pada bagian duodenumdisekresikan enzim amylase, lipase, dan
tripsin. Ada beberapa enzim yang dihasilkan oleh dinding sel dari small
intestine yang dapat mencerna protein dan karbohidrat .
Pencernaan pakan ayam di usus halus secaara enzimatik dengan
berfungsinya enzim-enzim terhadap protein, lemak dan karbohidrat.
Protein oleh pesin dan khemotipsin akan diubah menjadi asam amin.
Lemak oleh lipase akan diubah menjadi asam lemak dan gliserol.
Karbohidrat oleh amylase akan diubah menjadi disakarida dan kemudian
menjadi monosakarida. Pada ayam dewasa, panjang usus halus sekitar 62
inci atau 1,5m.
Pada jejunum (usus kosong) makanan mengalami pencernaan
kimiawi oleh enzim yang dihasilkan di dinding usus. Enzim-enzim yang
dihasilkan tersebut adalah enzim enterokinase, erepsin, maltase, disakrase,
peptidase, sukrase dan lipase.
Pada ileum ( usus penyerapan), sepanjang permukaan lumen usus
halus terdapat banyak lipatan atau lekukan yang disebut vili atau jonjot
usus. Vili berfungsi memperluas permukaan usus sebagai proses
penyerapan zat makanan akan lebih sempurna.

6
Gambar 1.7 Usus halus

7. Sekum ( Usus Buntu)


Sekum terletak diantara usus halus dan usus besar dan pada
unjungnya buntu. Usus buntu mempunyai panjang sekitar 10 sampai 15
cm dan berisi calon tinja.
Fungsi utama sekum secara jelas belum diketahui tetapi didalamnya terdapat
sedikit pencernaan karbohidrat dan protein dan absorbsi air. Di dalamnya juga
terjadi digesti serat oleh aktivitas mikroorganisme.

Gambar 1.8 sekum

8. Usus Besar (Large intestine)


Usus besar berupa saluran yang mempunyai diameter dua kali dari
diameter usus halus dan berakhir di kloaka. Usus besar paling belakang
terdiri dari rectum yang pendek dan bersambung dengan kloaka.
Pada usus besar terjadi reabsorbsi air untuk meningkatkan
kandungan air pada sel tubuh dan mengatur keseimbangan air pada
unggas.

7
Gambar 1.9 Usus besar

9. Kloaka
Kloaka merupakan bagian akhir dari saluran pencernaan. Kloaka
merupakan lubang pelepasan sisa-sisa digesti, urin, dan merupakan muara
saluran reproduksi. Air kencing yang sebagian berupa endapan asam urat
dikeluarkan melaui kloaka bersama tinja dengan bentuk seperti pasta
putih.
Pada kloaka terdapat tiga muara saluran pelepasan yaitu urodeum
sebagai saluran kencing dan kelamin,coprodeum sebagai muara saluran
makanan dan proctodeum sebagai lubang keluar dan bagian luar yang
berhubungan udara luar disebut vent.
Kloaka juga bertaut dengan bursa fabricus pada sisi atas berdekatan
pada sisi luarnya. Kloaka pada bagian terluar mempunyai lubang
pelepasan yang disebut vent, yang pada betina lebih lebar disbanding
jantan, karena merupakan tempat keluarnya telur.

Gambar 1.10 kloaka

8
BAB II
ZAT MAKANAN DAN ENERGI

Ilmu Nutrisi Unggas adalah ilmu yang mempelajari tentang


hubungan antara unggas dengan makanannya atau ilmu tentang zat-zat dan
bahan-bahan makanan, kebutuhan terhadap zat-zat makanan, dan cara
mempersiapkan serta pemberian ransum untuk unggas.
Zat-zat Makanan yang Dibutuhkan Unggas
  Karbohidrat
 Vitamin
 Lipid
  Protein
  Mineral
  Air

9
Ransum memiliki peran penting dalam kaitannya dengan aspek
ekonomi yaitu sebesar 65-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan
(Fadilah, 2004). Pemberian ransum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup pokok, pertumbuhan, pemeliharaan panas tubuh dan produksi
(Suprijatna et al. 2005). 
Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang
dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral,
sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG)
tinggi. Pemberian pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak
dibatasi).
Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan
disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi 2
(dua) tahap. Tahap pertama disebut tahap pembesaran (umur 1 sampai 20
hari), yang harus mengandung kadar protein minimal 23%.
Tahap kedua disebut penggemukan (umur diatas 20 hari), yang
memakai pakan berkadar protein 20 %. Jenis pakan biasanya tertulis pada
kemasannya.  Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed
Convertion Ratio).

1. Karbohidrat
Karbohidrat didefinisikan sebagai zat yang mengandung atom
karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat berasal dari kata karbon dan
hidrat, karbon artinya adalah atom karbon dan hidrat adalah air.
Oleh karena itu rumus umum karbohidrat dapat ditulis Cx(H2O)y.
Definisi ini hanya berlaku untuk sebagian besar kelompok karbohidrat,
karena ada beberapa jenis karbohidrat lain yang mengandung bagian
oksigen yang lebih rendah dibandingkan dengan yang ada dalam air atau
derivat ada derivat karbohidrat yang mengandung nitrogen dan sulfur.
Karbohidrat merupakan kelompok ketiga terbesar senyawa organik
dalam tubuh ternak unggas.. Namun demikian karbohidrat merupakan zat
makanan organik terbesar yang ada dalam jaringan tanaman. Kelompok

10
senyawa karbohidrat yang terpenting meliputi glukosa, fruktosa, sukrosa,
laktosa, pati, glikogen, chitin, dan sellulosa. Karbohidrat yang terdapat
dalam tubuh ternak unggas sebagian besar berupa glikogen dan chitin,
glikogen dijumpai dalam daging dan chitin dalam kulit dan sisik terutama
pada kulit udang.

A. Fungsi Karbohidrat pada Ternak Unggas


Pada ternak unggas zat nutrisi tersebut sangat mutlak diperlukan
sebagai sumber energi dibandingkan zat nutrisi protein dan lemak.
Keberadaan karbohidrat dalam pakan ternak monogastrik seperti unggas
dan kelinci mutlak diperlukan. Karbohidrat dalam pakan ternak unggas
umumnya diperlukan untuk :
 Sumber energi yang murah bagi ternak unggas
 Penggunaan karbohidrat dapat mengefisienkan fungsi protein dengan
menghemat penggunaan protein sebagai sumber energi.
 Karbohidrat berguna sebagai zat pengikat atau binder antar partikel-
pertikel
 penyusun ransum sehingga dapat meningkatkan stabilitas dan durabilitas
pellet.
 Karbohidrat berguna untuk meningkatkan palatabilitas (kesukaan) pakan.

B. Penggunaan Karbohidrat pada Ternak Unggas


Pada unggas, karbohidrat digunakan sebagai sumber energi utama.
Efisiensi penggunaan karbohidrat sebagai zat nutrisi pada ternak
monogastrik tergantung kepada jenis ternaknya. Untuk ternak monogastrik
jenis unggas, kemampuan menghidrolisis atau mencerna karbohidrat
sangat terbatas karena aktivitas enzim selulolitik dalam proses
pencernaannya sangat rendah.
 Dengan demikian, tidak semua sumber energi dari karbohidrat,
potensial dipergunakan oleh ayam. Misalnya selullosa (bagian rangka dari
tanam-tanaman) yang hanya merupakan serat kasar dalam bahan makanan,

11
tidak dapat dicerna oleh pencernaan ayam, karena tidak mempunyai enzim
selulolitik dalam saluran pencernaannya. Dengan demikian selullosa hanya
pengganjal kasar (bulk) yang tidak esensial pada ransum ayam.
Pada umumnya, bagian-bagian penting dari alat pencernaan adalah
mulut, parinks, esophagus, lambung, usus halus dan usus besar. Makanan
akan dicerna bergerak melalui mulut sepanjang saluran pencernaan oleh
gelombang peristaltik yang disebabkan karena adanya kontraksi otot
sirkuler di sekeliling saluran. Usus halus merupakan alat absorbsi yang
utama pada ayam broiler, pertama-tama karena mempunyai villi, suatu
bangunan seperti jari yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop, karena
bentuknya mempunyai daerah absorbsi yang luas. Tiap bentuk villi
mengandung sebuah anteriole, sebuah venule dan sebuah lakteal, yaitu
bagian dari sistem limfatika venula, yang merupakan bagian dari sistem
peredaran darah, yang langsung berhubungan menuju vena porta;
sedangkan lakteal-lakteal akan menuju duktus limpatikus torasikus.
Broiler juga mempunyai beberapa sekresi yang dimasukkan ke
dalam saluran pencernaan, dan banyak sekresi-sekresi ini mengandung
enzim-enzim yang menunjang hidrolisa sebagai zat-zat makanan organik.
Pencernaan pada broiler umumnya mengikuti pola pencernaan pada ternak
non ruminansia, tetapi terdapat berbagai perbedaan. Biasanya, unggas
menimbun makanan yang dimakan dalam tembolok, suatu vertikulum
(pelebaran) esophagus yang tak terdapat pada non ruminasia lain.
Tembolok berfungsi sebagai penyimpanan makanan dan mungkin terdapat
adanya aktivitas jasad renik yang ada di dalamnya, dan menghasilkan
asam-asam organik. Osephagus, seperti halnya ternak non ruminansia lain,
berakhir pada lambung yang mempunyai banyak kelenjar dan di dalamnya
terjadi reaksi-reaksi enzimatik.
Namun makanan yang berasal dari lambung masuk ke dalam
empela, yang tidak terdapat pada hewan non ruminansia lain. Empela
mempunyai otot-otot kuat yang dapat berkontraksi secara teratur untuk
menghancurkan makanan sampai menjadi bentuk pasta yang dapat masuk

12
ke dalam usus halus. Jenis karbohidrat yang menjadi sumber energi
terbesar pada ayam adalah karbohidrat dari jenis pati. Jagung merupakan
sumber pati (energi) yang paling murah untuk penyusunan ransum ayam.
Butir-butiran dan biji-bijian juga juga merupakan sumber energi.
Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian
karbohidrat yang terlalu tinggi pada ternak unggas akan menurunkan
tingkat pertumbuhan dan menaikkan deposit glikogen pada hati dan pada
akhirnya menyebabkan penurunan pertumbuhan. Namun pada ternak
monogastrik jenis kuda dan kelinci, karena tergolong hewan herbivora dan
mempunyai secum pada saluran pencernaannya, pemberian karbohidrat
maksimal masih dapat ditoleransi.
Efisiensi penggunaan karbohidrat sebagai nutrien pada ternak
unggas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
 Jenis karbohidrat ; polisakarida dan disakarida mempunyai efek yang lebih
menguntungkan terhadap pertumbuhan daripada monosakarida.
 Keadaan fisik karbohidrat; pati yang dimasak atau digelatinisasi lebih
cepat dicerna dan berefek menguntungkan terhadap pertumbuhan daripada
pati alami atau tidak dimasak.
 Pembatasan pemberian karbohidrat; pemberian karbohidrat yang dibatasi
akan berefek menguntungkan terhadap kemampuan mencerna karbohidrat
tersebut. Penggunaan karbohidrat jenis sellolusa dan hemisellusa pada
keadaan yang berlebihan akan mengurangi pertumbuhan ternak unggas
efisiensi pakan. Hal ini disebabkan kedua jenis karbohidrat di atas tidak
dapat dicerna oleh ternak unggas karena aktivitas enzim selloluse dalam
saluran pencernaan ternak unggas lemah atau relatif tidak ada. Selain itu
sellolusa dan hemiselulosa ini bersifat tahan terhadap perlakuan kimia
asam dan alkali.

2. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang esensial untuk pertumbuhan dan
dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit. Penyakit yang disebabkan oleh

13
kekurangan vitamin
disebut AVITAMINOSIS atau HYPOVITAMINOSIS.
Sebagian besar kebutuhan vitamin bagi unggas telah diketahui
dengan tepat, terutama bagi vitamin-vitamin yang jumlahnya tidak cukup
dalam ransum sehari-hari. Unggas sangat peka terhadap defisiensi vitamin.
Hal tersebut disebabkan karena:
1. Unggas tidak memperoleh keuntungan dari sintesis vitamin oleh jasad
renik di dalam alat pencernaan. Jasad renik usus pada unggas bersaing
dengan "tuan rumahnya" sendiri bagi vitamin-vitamin tersebut.
2. Unggas mempunyai kebutuhan yang tinggi terhadap vitamin, vitamin
penting bagi reaksi-reaksi metabolik vital dalam tubuh hewan.
3. Populasi yang padat dalam peternakan unggas modern menimbulkan
berbagai macam stress bagi unggas tersebut, sehingga memerlukan
kebutuhan vitamin yang semakin tinggi.
Dalam prakteknya, ransum unggas tidak disusun berdasarkan kadar
kebutuhan minimum, karena bahan pakan dapat bervariasi kadar zat-zat
pakannya dan lagi pula zat-zat pakan tersebut dapat hilang pada waktu
bahan pakan diproses atau selama disimpan.
Perkiraan kebutuhan minimum untuk vitamin bagi unggas
diterbitkan oleh National Research Council (NRC) dalam Nutrient
Requirements of Poultry. Perkiraan-perkiraan tersebut adalah perkiraan
kadar minimum yang diperlukan untuk pertumbuhan, produksi telur atau
reproduksi.
Dalam prakteknya, ransum unggas biasanya disusun agar
mengandung jumlah vitamin yang lebih banyak dari yang dipaparkan
untuk memperoleh batas aman dalam mengimbangi kemungkinan
hilangnya vitamin-vitamin tersebut akibat pengolahan bahan pakan,
pengangkutan, penyimpanan dan adanya variasi dalam komposisi bahan
pakan dan kondisi sekelilingnya.
Bila suatu defisiensi harus timbul, maka hal tersebut biasanya
disebabkan karena tidak terdapatnya salah satu zat pakan yang diperlukan

14
atau karena rusaknya satu atau lebih zat-zat vitamin waktu pengolahan
bahan pakan tersebut. Vitamin-vitamin yang mudah mengalami kerusakan
adalah vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Sedangkan thiamin dan
asam panthotenat dapat rusak akibat pengolahan atau penyimpanan.
Vitamin adalah ikatan organik yang :
 Merupakan komponen dari bahan makanan yang berbeda dengan protein,
lemak, karbohidrat maupun air.
 Terdapat dalam bahan makanan dalam jumlah kecil.
 Esensial untuk pertumbuhan normal suatu jaringan, kesehatan,
pertumbuhan dan pemeliharaan.
 Jika kekurangan akan menyebabkan gejala-gejala yang spesifik.
 Tidak dapat disintesa oleh tubuh, oleh karena itu harus terdapat dalam
makanan atau berasal dari mikroorganisme dalam alat pencernaan.
Vitamin yang Larut Dalam Air:
 Vitamin Bl, atau disebut juga aneurin, thiamin, vitamin anti radang syaraf,
vitamin anti beri-beri.
 Vitamin B6 atau disebut adermin atau pyridoxine.
  Nicotinamid atau disebut juga niacin, PP- faktor, anti pellagra faktor
 Asam folat disebut juga faktor M (Megaloblastik anaemia) atau: folacin.
 Asam panthotenat atau vitamin anti dermatitis. 
  Vitamin B12 atau cyanocobalamin.
  Cholin atau faktor pencegah pelemakan hati.
 Vitamin C
Vitamin yang Larut Dalam Lemak
 Vitamin A atau disebut juga anti xerophthalmia, anti infeksi, vitamin
pelindung epithel, retinol, retinal, atau retinoic acid.
 Vitamin D atau disebut vitamin anti rakhitis. Ada dua macam vitamin D
yaitu vitamin D2 dan vitamin D3. Vitamin D2 disebut kalsiferol atau
ergokalsiferol, sedangkan vitamin D3 disebut kolekalsiferol atau 7-
dehidrokolesterol.
 Vitamin E disebut juga vitamin anti sterilitet atau alpa tokoferol.

15
  Vitamin K disebut juga menadion, menapthone, vitamin anti haemorrhagi
atau phylloquinone.

A. Vitamin B1
Vitamin B1 terdapat dalam hati, telur, air susu, daging, biji-bijian
terutama yang dikecambahkan, tomat, wortel, dll.
Vitamin Bl merupakan suatu senyawa yang mengandung nitrogen
yang merupakan penggabungan dari pyrimidin dan cincin thiazole.
Defisiensi vitamin Bl dapat menyebabkan :
 Pada unggas: penyakit polineuritis/radang syaraf. Gejalanya adalah
kelumpuhan syaraf kaki dan syaraf leher hingga kepala terkulai
kebelakang.
 kekurangan vitamin B2 adalah sebagai berikut :
 Pada anak ayam: kaki lumpuh .dengan ujung jari melengkung kedalam
"curled-toe paralysis" dan biasanya diikuti dengan gejala diare yang dapat
menimbulkan kematian dalam waktu tiga minggu.
 Pada ayam petelur: produksi dan daya tetas menurun .
 Kekurangan vitamin ini akan mengakibatkan :
 Pada anak ayam: nafsu makan berkurang, tak berdaya untuk mematuk
makanan, lari-lari kian kemari, jatuh pingsan dan berdiri lagi
 Pada ayam dewasa: defisiensi yang ringan mengakibatkan produksi telur
dan daya tetas menurun.
 Convulsi (kekejangan) rupanya merupakan gejala umum kekurangan
vitamin ini pada semua spesies hewan

B. Nicotinamide
Vitamin ini dalam bahan makanan tidak berbentuk sebagai
nicotiamide, tetapi sebagai asam nikotinat dan baru berubah menjadi
nicotinamide setelah masuk dalam tubuh. Kacang tanah, gandum. daging
dan ikan merupakan bahan yang kaya akan nicotinamid.

16
Sebagaimana disebut diatas, vitamin ini dalam tubuh hewan
mempunyai fungsi sebagai komponen dari dua koensim, yaitu koensim I
atau DPN (diphosphopyridine nucleotide) atau NAD, (nicotinamide
adenine dinucleotide) dan koensim II atau TPN (triphosphopyridins
nucleotide) atau NADP (nicotinamide adenine dinucleotide phosphate).
Gejala kekurangan vitamin ini adalah:
 Pada ayam terjadi pembesaran pada sendi tibiotarsal, paha bengkok,
pertumbuhan bulu jelek dan ada gejala dermatitis. Ada juga gejala black
tongue pada unggas.
C. Asam Folat
Bahan makanan yang banyak mengandung asam folat adalah:
hijauan, gandum, daging dan kacang-kacangan.
Vitamin ini tersusun dari inti pteridine yaitu asam p-aminobenzoat
dengan asam glutamat. Defisiensi asam folat pertama dikemukakan oleh
Wills (1931) dengan diketemukannya anemia macrocytic pada wanita
hamil di India dimana makanan utamanya hanya terdiri dari nasi putih.
gejala kekurangan asam folat adalah :
   Pada ayam: pertumbuhan terhambat, bulu jelek, depigmentasi, ada gejala
anemia dan perosis.
D. Asam Panthotenat
Kacang-kacangan, kuning telur, ginjal, hati dan ragi merupakan
sumber asam patotenat yang baik. Skim milk, ketela rambat dan molasses
sedikit mengandung asam pantotenat. Asam pantotenat telah berhasil
diisolasi dari hati dan ragi. Asam pantotenat merupakan gugus prostetik
dari koensim A mempunyai fungsi dalam reaksi acetilasi pada karbohidrat,
lemak dan metabolisme asam amino.
 Gejala kekurangan asam pantotenat adalah :
   Pada ayam: pertumbuhan badan dan bulu terhenti, granulasi pada mata
sehingga mata tertutup, kudis disekitar mulut, luka-luka pada badan dan
kaki dan kerusakan pada medulla.
E. Vitamin B12       

17
Semula vitamin ini dikenal sebagai "animal protein factor" (APF)
karena hanya terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari hewan
seperti telur, hati, air susu, ikan dan sebagainya.
Tetapi dalam kotoran sapi ditemukan adanya vitamin B12 yang
berarti ada sintesa vitamin B12 dalam rumen. Vitamin B12 berperan serta
dalam sintesa asam nucleat, mungkin pada perubahan dari ribose ke
deoxyribose dan pada pembentukan gugus methyl pada thiamine.
Pada ayam dan hewan lain gejala yang spesifik adalah
pertumbuhan yang tidak baik dan kegagalan fungsi reproduksi dengan
sedikit gejala anemia atau tidak sama sekali.
F. Choline
Berguna dalam pembentukan dan pemeliharaan sel-sel tubuh
penting dari lecithin dan sebagai methyldonator. Bahan makanan yang
banyak mengandung choline adalah kacang-kacangan, ragi, ikan, hati dan
lain-lain. Gejala kekurangan cholin pada ayam adalah gangguan
pertumbuhan dan gangguan pembentukan kuning telur.
G. Vitamin C
Semua spesies kecuali manusia, kera, dan kelelawar India
mempunyai ensim tertentu yang dapat mensitesa vitamin C. Ensim ini
adalah L-gulonolactone oxidase.
Jadi dapat dikatakan bahwa vitamin C adalah esensial untuk semua
hewan/spesies, tetapi tidak esensial secara diet bagi hewan ternak.
H. Vitamin A
Vitamin A adalah faktor pelengkap makanan yang pertama
diindentifikasi sebagai komponen spesifik dari makanan. Sifat Kimiawi
Vitamin A terdapat dalam produk ternak terutama dalam bentuk alkohol
yaitu Retinol, dan didalam tubuh ternak tersimpan dalam bentuk gabungan
dengan asam lemak, terutama asam palmitat
I. Vitamin D

18
               Gejala Defisiensi Pada hewan dewasa menyebabkan penyakit
osteomalasia. Pada ternak unggas kekurangan vitamin D menyebabkan tulang dan
paruh lunak, pertumbuhan terhambat, dan produksi telur rendah
J. Vitamin E
Vitamin E bersifat antioksidan didalam sel, sehingga mencegah
oksidasi asam lemak tidak jenuh yang banyak terdapat pada dinding sel.
Juga berpartisipasi pada respirasi jaringan yaitu pada sistim ensim
sitokrom reduktase dan menjaga struktur lipid pada mitokondria dari
kerusakan oksidatif. Berperan pada phosporilasi keratin phospat, ATP.
  Vitamin E juga berperan pada sintesa asam askorbat, metabolisme asam
nukleat dan asam amino mengandung belerang.
K. Vitamin K
  Nama vitamin K diambil dari huruf pertama kata Koagulation (bahasa
Denmark). Pada tahun 1939 Dam dkk. berhasil mengisolasi vitamin K murni dari
alfalfa.
Gejala Defisiensi
        Ternak unggas. Gejala defisiensi biasanya timbul setelah 2-3 minggu ayam
diberi makan tanpa vitamin K.
Adanya obat sulfa seperti sulfa quinoksalin baik dalam pakan atau
air minum akan menambah parah gejala defisiensi ini. Kekurangan ini
akan memperpanjang waktu penggumpalan darah dan dapat menyebabkan
pendarahan jika ternak mengalami luka. Gejala yang sering terlihat adalah
adanya hemoragi pada dada, paha, sayap, dan pada permukaan intestinum.
Ayam menunjukkan gejala anemia.

3. Lemak
Lipid adalah senyawa heterogen yang terdapat dalam jaringan
tanaman dan hewan, mempunyai sifat tidak larut dalam air dan larut dalam
pelarut organik. Salah satu kelompok yang berperan penting dalam nutrisi
adalah lemak dan minyak. Lemak tersimpan dalam tubuh hewan,
sedangkan minyak tersimpan dalam jaringan tanaman.

19
Lipid dapat digunakan sebagai pengganti protein yang sangat
berharga untuk pertumbuhan, karena dalam keadaan tertentu, trigliserida
(fat dan oil) dapat diubah menjadi asam lemak bebas sebagai bahan bakar
untuk menghasilkan energi metabolik dalam otot unggas dan monogastrik.
Lipid dapat berguna sebagai penyerap dan pembawa vitamin A, D, E dan
K.
Fungsi lipid:
 Lipid berfungsi sebagai sumber asam lemak esensial, 
 Bersifat sebagai pemelihara dan integritas membran sel,
 Sebagai prekursor hormon-hormon sex seperti prostagtandin, hormon
endrogen dan estrogen,
 Berfungsi sebagai pelindung organ tubuh yang vital, 
 Sebagai sumber steroid, yang sifatnya meningkatkan fungsi-fungsi
biologis yang penting,
 Bertindak sebagai pelicin makanan yang berbentuk pellet, sebagai zat yang
mereduksi kotoran dalam makanan dan berperan dalam kelezatan
makanan.
Pada umumnya lemak dan minyak yang terdapat dalam bahan
makanan (tanaman) dan dalam cadangan lemak hewan berbentuk gliserida,
yaitu esterisasi dari asam lemak dan gliserol. Lemak dan minyak
merupakan bahan bakar atau energi yang tersimpan dalam hewan dan
tanaman.
Disamping lemak dan minyak, cadangan energi tersimpan dalam
bentuk pati dan glikogen. Minyak tanaman dibuat dari karbohidrat, hal ini
dapat dilihat dari fakta bahwa tanaman yang berbuah masak kandungan
patinya akan menurun sedangkan lemaknya meningkat. Demikian pula
lemak hewan dapat dibuat dari karbohidrat. Berbeda dengan tanaman,
hewan juga bisa menyimpan lemak dalam tubuhnya dalam bentuk “lemak
ingested”. Perbedaan lemak dan minyak adalah minyak dalam suhu kamar
berbentuk cair sedangkan lemak berbentuk semi padat. Fosfolipid adalah
ester dari asam lemak dan gliserol.

20
Berdasarkan komponen nitrogen yang tersedia, fosfolipid dapat
dibagi dalam 2 kelompok yaitu lesitin (nitrogen dasarnya adalah cholin)
dan sefalin (nitrogen dasarnya adalah etanolamin). Fospfolipid berperan
penting sebagai pengemulsi dalam sistem biologis dan secara khusus
dilibatkan dalam transportasi lemak dalam tubuh. Fospfolipid berperan
dalam pengemulsian lipid dalam saluran pencernaan dan sebagai unsur
lipoprotein.

4. Protein
Protein berasal dari kata Yunani “proteios” yang berarti pertama
atau kepentingan utama. Sesuai namanya, protein sangat penting sebagai
penyusun dari semua kehidupan sel dan merupakan kelompok kimia
terbesar didalam tubuh setelah air. Daging rata-rata mengandung 75% air,
16% protein, 65% lemak , dan 3% abu. Protein merupakan komponen
esensial dari inti sel dan protoplasma sel. Oleh sebab itu protein jumlahnya
besar dalam jaringan otot karkas, organ-organ dalam, syaraf, dan kulit.
Fungsi protein pada unggas adalah sebagai berikut :
 Sebagai zat pembangun, protein berfungsi untuk memperbaiki kerusakan
atau penyusutan jaringan (perbaternak dan pemeliharaan jaringan) dan
untuk membangun jaringan baru (pertumbuhan dan pembentukan protein).
 Protein dapat dikatabolisasi menjadi sumber energi atau sebagai substrat
penyusun jaringan karbohidrat dan lemak.
 Protein diperlukan dalam tubuh untuk penyusun hormon, enzim dan
substansi biologis penting lainnya seperti antibodi dan hemoglobin.
Gejala-gejala yang timbul akibat kekurangan dan kelebihan
protein.
Kekurangan :
   Menurunya pertumbuhan.
   Meningkatnay deposisi lemak dalam tubuh karena kelebhan energy
dalam tubuh tidak di pakai untuk pertumbuhan, sehingga disimpan dalam
bentuk lemak.

21
Kelebihan :
   Sedikit penurunan pada pertumbuhan.
   Penurunan kandungan lemak tubuh.
   Meningkatnya sam urat dalam tubuh.
   Meningkatnya konsumsi air karena di perlukan untuk mengeluarkan
asam urat
Stress yang di tandai dengan membesarnya kelenjar adrenal dan
meningkatnya produksi adrenokortikosteroid.
Protein adalah komponen utama dalam jaringan tubuh unggas.
Persentasinya di dalam tubuh unggas berada dalam posisi ke dua setelah
air, yaitu berkisar antara 18 – 30 persen. Protein merupakan suatu polimer
heterogen dari ratusan bahkan ribuan molekul senyawa asam amino.
Sejumlah asam amino akan saling berikatan satu sama lain dengan
perantaraan ikatan peptida untuk membentuk protein.
Tingkat kebutuhan protein bagi setiap jenis unggas tidak sama,
bahkan pada satu species unggas yang sama, kebutuhan proten dapat
berbeda. Unggas membutuhkan protein sekitar 24 – 57 persen dari berat
total makanan, namun kebutuhan optimumnya berkisar antara 30 – 36
persen. Jika protein yang dikonsumsi tidak mencapai kebutuhan akan
mengganggu kecepatan pertumbuhan. Biaya yang diperlukan untuk
menyediakan protein di dalam makanan dapat mencapai lebih dari 60
persen dari biaya pakan unggas, penggunaan protein seoptimal mungkin
sangat penting dalam pemeliharaan unggas.
Pengetahuan tentang sumbersumber pakan perlu dipelajari, antara
lain mengenai : harga, ketersediaan, komposisi zat pakan termasuk asam
amino dan kecernaannya dalam tubuh unggas. Pengelolaan dan
pencampuran sumber-sumber pakan yang tidak baik dapat berakibat
kurang tersedianya protein atau asam amino pakan yang dapat dicerna. Hal
ini disebabkan karena ketersediaan asam amino dan protein pada pakan
antara lain dipengaruhi oleh: keseimbangan asam amino esensial yang
tersedia dalam pakan, perlakuan panas dan kimia terhadap pakan,

22
pencucian pakan di dalam air, kandungan serat kasar pakan, serta
kandungan sumber energi lain di dalam pakan seperti lemak dan
karbohidrat.
  Asam amino adalah unit dasar dari struktur protein. Semua asam amino
sekurang-kurangnya mempunyai satu gugus asam karboksil (-COOH) dan satu
gugus amino (-NH2) pada posisi alfa dari rantai karbon yang asimetris, sehingga
dapat terjadi beberapa isomer. Asam amino mempunyai sifat optik aktif dengan
adanya isomerisasi dan dalam larutan bersifat amfoter yaitu dapat bereaksi dengan
asam basa tergantung dari lingkungannya.
Asam amino esensial/EAA (esensial amino acid) yaitu asam amino
yang harus disediakan dalam pakan karena ternak tidak mampu
mensintesanya. Yang termasuk asam amino esensial adalah: Lysin,
Methionine, Valin, Histidin, Fenilalanin, Arginine, Isoleusin, Threonin,
Leusin, dan Triptofan. Asam amino non esensial/NEAA (non esensial
amino acid) adalah asam amino yang dapat disintesa dalam tubuh dari
sumber karbon yang tersedia dan dari gugus amino dari asam amino lain
atau dari senyawa-senyawa sederhana seperti diamonium sitrat, sehingga
tidak harus disediakan dalam pakan.

5. Mineral
Mineral merupakan salah satu zat nutrisi yang sangat esensial
untuk kehidupan unggas dan organisme akuatik lainnya. Berdasarkan
jumlah kebutuhan dan keberadaan dalam tubuh unggas, mineral dibedakan
atas dua kelompok yaitu makro mineral dan mikro meineral. Makro
mineral terdiri dari phosphor, kalsium, maagnesium, sodium, potasium,
klor, dan sulfur. Mikro mineral terdiri dari besi, seng, mangan, tembaga,
kobalt, iodin, selenium dan kromium.
Fungsi utama mineral dalam tubuh unggas adalah sebagai berikut :
1.  Penyusun penting dalam struktur skeleton (tulang dan gigi) dan
esoskeleton.

23
2. Penting dalam pemeliharaan tekanan osmotik dan mengatur perubahan air
dan larutan dalam tubuh unggas.
3. Berguna sebagai penyusun struktur jaringan lunak unggas.
4. Penting untuk transmisi impuls syaraf dan kontraksi otot.
5. Berperanan vital di dalam keseimbangan asam-basa tubuh, dan mengatur
pH darah dan cairan tubuh lainnya.
6. Berguna sebagai komponen penting dari banyak enzim, vitamin, hormon,
pigmen pernafasan atau sebagai kofaktor dalam metabolisme, katalis dan
aktifator enzim.
Akibat defisiensi atau kekurangan salah satu mineral dapat
menyebabkan pertumbuhan menurun, efisiensi pakan rendah,
demineralisasi pada tulang, deformati skeletal, pengapuran abnormal dari
tulang rusuk dan sirip punggung, , anoresia, dan sebagainya.
 Sumber yang kaya mineral terdapat pada hampir semua jaringan
hewan dan tumbuhan. Umumnya jaringan hewan lebih banyak
mengandung mineral dibandingkan dengan jaringan tanaman. Mineral
yang terdapat dalam jaringan tanaman terikat dengan senyawa-senyawa
organik lainnya seperti asam phytic, sehingga untuk penggunaannya
mineral tersebut harus terlebih dahulu diberi perlakuan pendahuluan
seperti dihidrolis dengan enzim atau dengan perlakuan fisik seperti
pemanasan dan perendaman.

Tabel 1. Komposisi Mineral pada Tubuh unggas dewasa


(Kandungan dalam 1 kg jaringan bebas lemak)
Mineral Ayam
Natrium (mEq) 51
Kalium (mEq) 69
Klor (mEq) 44
Kalsium (g) 13
Phospor (g) 7,1
Magnesium (g) 0,50
Besi (mg) 60
Seng (mg) 30

24
Tembaga (mg) 1,5
Yodium (mg) 0,4

Tabel 2. Komposisi Mineral pada Tubuh unggas baru lahir


(Kandungan dalam 1 kg jaringan bebas lemak)
Mineral Ayam
Natrium (mEq) 83
Kalium (mEq) 56
Klor (mEq) 60
Kalsium (g) 4,0
Phospor (g) 3,3
Magnesium (g) 0,3
Besi (mg) 38
Seng (mg) 12
Tembaga (mg) 2,8
Yodium (mg) 0,5

6. Air
Air merupakan komponen darah dan cairan tubuh, pencernaan,
transport makanan dan sisa pencernaan, pengatur suhu tubuh, Sumber : air
minum, air dalam makanan. Air mempunyai peranan yang sangat vital
bagi proses kehidupan ternak, karena air merupakan salah satu penyusunan
jaringan tubuh yang sangat penting. Suatu data persentase komposisi dari
tubuh hewan menunjukkan bahwa kadar air menurun dengan
meningkatnya umur hewan tersebut.  Variasi pada umur tertentu
disebabkan terutama oleh keadaan gizi makanan seperti yang terlihat pada
penimbunan lemak, pada hewan yang terlalu gemuk mempunyai 40% air.
Air lebih penting peranannya bagi kehidupan dari pada energi, dan
minum air menempati posisi ke dua setelah bernafas. Peranan air dalam
tubuh erat hubungannya dengan sifat fisik dan kimianya, yaitu:

25
1. Sebagai pelarut zat pakan.
2. Sebagai pengangkut zat pakan. 
3. Membantu kelancaran proses pencernaan, penyerapan dan pembangunan
ampas metabolisme.
4. Memperlancar reaksi kimia dalam tubuh. 
5. Membantu kelancaran kerja syaraf dan pancaindera. 
6. Sebagai bantalan yang melindungi organ dari goncangan /trauma dari luar.
7. Sebagai pelicin.
8. Untuk mengedarkan zat-zat gizi dari jaringan dan alat tubuh yang satu ke
jaringan dan alat tubuh lain.
9. Berperan dalam pengaturan suhu tubuh ternak serta dalam pertukaran zat.

7. Kebutuhan Energi Unggas


            Kebutuhan energi tidak dapat ditentukan dengan tepat. Laju pertumbuhan
yang baik dapat dicapai dengan kisaran kebutuhan energi yang luas karena ayam
mampu mengatur jumlah pakan yang dikonsumsi untuk pemenuhan energi yang
konstan. Ayam tidak akan tumbuh maksimal bila energi metabolisme pakan
kurang dari 2400 kkal/kg pakan. Untuk pemeliharaan ayam petelur membutuhkan
energi metabolisme 2600-2800 kkal/kg pakan sedangkan ayam broiler
membutuhkan 2900-3300 kkal/kg pakan.  Kebutuhan energi untuk ayam petelur
dapat dirumuskan dengan :
ME = w0,75 (173-1,95T) + 55ΔW + 2,07 EE
ME = energi metabolis yang dibutuhkan (kkal/ekor/hari)
W = bobot tubuh (kg)
T = temperature lingkungan (oC)
ΔW = pertambahan bobot tubuh (g/hari)
EE = massa telur harian (g)

26
BAB III
KARBOHIDRAT

1. Pengertian Karbohidrat
            Karbohidrat mempunyai struktur kimia yang mengandung C, H dan O.
Semakin kompleks susunan struktur kimia, maka akan semakin sulit dicerna.
Hidrogen dan oksigen biasanya berada dalam rasio yang sama seperti yang
terdapat dalam molekul air yaitu H2O (2H dan 1O).

2. Klasifikasi karbohidrat
Klasifikasi karbohidrat menurut urutan kompleksitas terdiri atas
monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
1. Monosakarida
            Monosakarida atau gula sederhana yang penting mencakup pentose
(C5H10O5) yaitu gula dengan 5 atom C dan heksosa (C6H12O6). Pentosa terdapat di
alam dalam jumlah sedikit. Pentosa dapat dihasilkan melalui hidrolisis pentosan
yang terdapat dalam kayu, bonggol jagung, dan jerami. Pentosa terdiri atas
arabinosa, ribosa, dan xilosa. Heksosa bersifat lebih umum dan lebih penting
dalam pakan dibandingkan dengan monosakarida lainnya. Heksosa terdiri atas
fruktosa, galaktosa, manosa dan glukosa. Fruktosa (levulosa) terdapat bebas
dalam buah yang masak dan dalam madu. Galaktosa berada dalam senyawa
dengan glukosa membentuk laktosa (gula susu). Glukosa (dekstrosa) terdapat
dalam madu, dan bentuk inilah yang terdapat dalam darah.
2. Disakarida

27
            Disakarida terbentuk melalui kombinasi kimia dua molekul monosakarida
dengan pembebasan satu molekul air. Bentuk disakarida yang umum adalah
sukrosa, maltosa, laktosa dan selobiosa. Sukrosa merupakan gabungan dari
glukosa dan fruktosa dengan ikatan α (1 - 5) yang dikenal sebagai gula dalam
kehidupan sehari-hari. Sukrosa umumnya terdapat dalam gula tebu, gula bit serta
gula mapel. Maltosa merupakan gabungan glukosa dan glukosa dengan ikatan α (1
- 4). Maltosa terbentuk dari proses hidrolisis pati. Laktosa (gula susu) terbentuk
dari gabungan galaktosa dan glukosa dengan ikatan β (1 - 4). Selobiosa merupaka
gabungan dari glukosa dan glukosa dengan ikatan β (1 - 4). Selobiosa adalah
oligosakarida yang terbentuk dari pencernaan selulosa oleh enzim selulase
yang berasal dari mikroorganisme.
3. Polisakarida
            Polisakarida tersusun atas sejumlah molekul gula sederhana. Kebanyakan
polisakarida berbentuk heksosan yang tersusun dari gula heksosa, tetapi ada juga
pentosan yang tersusun oleh gula pentosa, di samping juga ada yang dalam bentuk
campuran yaitu kitin, hemiselolusa, musilage dan pektin. Polisakarida heksosan
merupakan komponen utama dari zat-zat makanan yang terdapat dalam bahan asal
tanaman. Heksosan terdiri atas selulosa, dekstrin, glikogen, inulin dan pati. Pati
terdiri atas α amilosa [ikatan α (1 - 4)] dan amilopektin [ikatan α (1 - 4) dan α (1 -
6)]. Pati merupakan persediaan utama makanan pada kebanyakan tumbuh
tumbuhan, apabila terurai akan menjadi dekstrin [glukosa, ikatan α (1 - 4) dan α (1
- 6)], kemudian menjadi maltosa dan akhirnya menjadi glukosa. Pati merupakan
sumber energi yang sangat baik bagi ternak. Selulosa [glukosa, ikatan β (1 - 4)]
menyusun sebagian besar struktur tanaman, sifatnya lebih kompleks dan tahan
terhadap hidrolisis dibandingkan dengan pati. Sebagian besar cadangan
karbohidrat dalam tubuh hewan berada dalam bentuk glikogen [glukosa,
ikatan α (1 - 4) dan α (1 - 6)] yang terdapat dalam hati dan otot. Glikogen larut
dalam air dan hasil akhir hidrolisis adalah glukosa. Kitin merupakan polisakarida
campuran yang terdapat dalam eksoskeleton (kulit yang keras) pada berbagai
serangga.

28
3. Pencernaan Karbohidrat
Karbohidrase merupakan enzim-enzim yang memecah karbohidrat
menjadi gula-gula yang lebih sederhana. Amilase berfungsi merombak
pati menjadi gula-gula yang lebih sederhana. Oligosakaridase memecah
oligosakarida menjadi gula sederhana. Disakarida sukrosa dan maltosa
secara berturut-turut dihidrolisis oleh sukrase dan maltase. Sekresi saliva
umumnya mengandung enzim amilase. Pati yang tidak dirombak dalam
proventrikulus oleh amilase air liur, dalam lingkungan netral usus dengan
cepat diubah menjadi maltosa oleh amilase pankreas. Dalam cairan usus
mungkin terdapat juga sedikit amilase. Disakarida maltosa, sukrosa dan
laktosa dirombak oleh enzim-enzim khusus yang berturut-turut adalah
maltase, sukrase dan laktase. Enzim-enzim ini dan enzimenzim yang lain
yang dihasilkan oleh sel-sel usus tidak sepenuhnya terdapat dalam keadaan
bebas di dalam lumen usus. Hal ini terbukti karena ekstrak bebas sel dari
cairan usus hanya mengandung sedikit enzim tersebut. Tetapi enzim -
enzim tersebut terdapat pada tempat mikrovilus yang merupakan batas dari
sel absorpsi vilus tersebut.
Pada waktu masuk ke batas ini, disakarida tersebut dihidrolisis,
semua menghasilkan glukosa, di samping itu sukrosa menghasilkan juga
fruktosa, dan laktosa menghasilkan galaktosa. Monosakarida ini juga
diabsorpsi oleh sel-sel absorpsi, tetapi mekanisme transport aktifnya
belum dapat dipastikan. Sebagian besar penyerapan merupakan suatu
proses aktif dan bukan sekedar suatu proses yang pasif. Hal ini
diperlihatkan dari kemampuan sel-sel epitel untuk menyerap secara
selektif zat-zat seperti glukosa, galaktosa dan fruktosa dalam konsentrasi
yang tidak sama. Glukosa diserap lebih cepat dari fruktosa, sepanjang
epitelnya masih hidup dan tidak rusak. Akan tetapi, setelah unggas mati,
ke tiga macam gula sederhana itu akan melintasi mukosa dengan
kecepatan yang sama, karena yang bekerja hanyalah kekuatan fisik dalam
bentuk penyerapan pasif. Glikogen suatu karbohidrat khas hewan,
berfungsi sebagai simpanan jangka pendek, yang dapat dipergunakan

29
secara cepat jika gula yang tersedia dalam darah atau tempat lain telah
habis. Glikogen dapat disimpan dalam kebanyakan sel, terutama dalam
sel-sel hati dan otot. Pada waktu darah dari saluran pencernaan melewati
hati, kelebihan gula yang diserap dari usus diambil oleh sel hati dan
diubah menjadi glikogen. Insulin yang dihasilkan oleh kelompok sel-sel
endokrin pankreas, yaitu pulau Langerhans, mengontrol pengambilan
glukosa oleh sel-sel dan sintesis glikogen.
Peningkatan gula dalam darah merangsang sel-sel pankreas untuk
memproduksi insulin. Insulin diangkut melalui darah ke seluruh tubuh
tempat hormon ini merangsang sintesis glikogen dalam sel otot dan hati.
Reaksi kebalikannya, yaitu perombakan glikogen menjadi glukosa diatur
oleh enzim pankreas, glukagon, dan oleh epinefrin. Tetapi sel-sel otot
tidak mempunyai enzim untuk mengubah glukosa-6-fosfat menjadi
glukosa, sehingga glikogen otot hanya dapat dipergunakan sebagai
penimbunan energi untuk sel otot. Setelah proses penyerapan melalui
dinding usus halus, sebagian besar monosakarida dibawa oleh aliran darah
ke hati. Di dalam hati, monosakarida mengalami proses sintesis
menghasilkan glikogen, oksidasi menjadi CO2 dan H2O, atau dilepaskan
untuk dibawa dengan aliran darah ke bagian tubuh yang memerlukannya.
Sebagian lain, monosakarida dibawa langsung ke sel jaringan organ
tertentu dan mengalami proses metabolisme lebih lanjut.

4. Penyerapan
Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, seperti: glukosa,
fruktosa, galaktosa dan mannosa.
Glukosa dan galaktosa diserap lebih cepat karena ia menggunakan
sistem transport aktif yang terikat pada protein pembawa (carrier)
bersama-sama dengan sodium (Na)
Fruktosa dan mannosa diserap lebih lambat karena menggunakan
transport pasif (secara diffusi) yang difasilitasi. Tempat penyerapan utama
pada bagian Jejunum

30
5. Proses Pemecahan Karbohidrat
a. Semua monosakarida yang diserap oleh usus halus akan memasuki
lintasan glikolisis.
b. Hasil akhir glikolisis 2 asam piruvat dan 2 molekul ATP
c. Piruvat masuk ke dalam mitochondria dan diubah menjadi asetil-Co-A
sebelum memasuki siklus Krebs.
d. Reaksi pada siklus Krebs yaitu: asetil CoA bersatu dengan OAA
membentuk asam sitrat.
e. Selanjutnya asam sitrat berubah menjadi iso-sitrat, terus alfa-ketoglutarat,
suksinil CoA, suksinat, fumarat, malat dan akhirnya terbentuk OAA
kembali.
f. Pada siklus Krebs ini dihasilkan sebanyak 12 ATP.
g. Pembentukan ATP terjadi melalui proses transpor elektron.
h. Total ATP yang terbentuk pada pemecahan 1 molekul glukosa menjadi
6CO2 dan 6H2O yaitu 38 atau 36 ATP.
i. Energi yang dihasilkan KH yaitu 4,15 Kkal/gram KH, hampir sama
dengan protein yaitu 4,10 Kkal/gram protein, sedangkan energi lemak 2,25
kali lebih besar dari pada energi yang dihasilkan KH atau protein, yaitu
9,40 Kkal/gram lemak.

6. Penyimpanan Gula Dalam Tubuh Unggas


• Gula disimpan dalam bentuk glikogen atau lemak
• Glikogen disimpan dalam hati dan otot rangka
• Lemak dalam jaringan lemak (adiposa) yang banyak terdapat dalam
rongga perut dan di bawah kulit.
Sintesis glikogen:
Glukosa ---- Glukosa 6-P ----- Glukosa 1-P + UTP ----- UDP–Glukosa
+ Ppi
UDP-glukosa + (glukosa )n -------- (glukosa) n+1 + UDP

31
7. Serat Kasar Untuk Ayam
Serat Kasar pada tanaman merupakan KH struktural yang terdiri
dari : selulosa, hemi-selulosa dan lignin.
Selulosa disusun oleh sampai 5000 unit molekul glukosa yang
dihubungkan oleh ikatan beta-1,4-glikosida.
Ikatan beta-1,4-glikosida hanya dapat dipecah oleh enzim selulase.
Dalam alat pencernaan unggas dan hewan tingkat tinggi lainnya tidak ada
diproduksi enzim selulase ini.
Ternak ayam tidak dapat memanfaatkan serat kasar sebagai sumber
energi.
Oleh karena itu pemberiannya dalam ransum unggas terbatas yaitu: 3 - 6%
untuk ayam broiler dan sampai 8% untuk ayam petelur.
Serat kasar masih dibutuhkan dalam jumlah yang kecil oleh unggas
yang berperan sebagai bulky, yaitu untuk memperlancar pengeluaran
feses.

8. Pemberian Karbohidrat Dalam Ransum Ayam


Fungsi utama karbohidrat dalam ransum ayam adalah untuk
memenuhi kebutuhan energi dan panas bagi semua proses-proses tubuh.
Ayam adalah hewan yang aktif dalam pergerakannya dan mempunyai suhu
badan tinggi (40,5 – 41,5oC). Karena suhu tersebut biasanya adalah lebih
tinggi daripada udara sekelilingnya, maka tubuh ayam secara terus-
menerus kehilangan panas. Oleh sebab itu ayam memerlukan bahan
makanan yang mengandung energi dalam jumlah besar untuk mengganti
panas yang hilang tersebut. Jagung, beras, sorghum, gandum dan hasil
ikutan penggilingan, merupakan bahan makanan utama yang mengandung
energi.
Bila ayam dalam ransumnya memperoleh karbohidrat terlalu
banyak maka kelebihan tersebut oleh tubuh akan dirubah ke dalam lemak
yang akan disimpan sebagai sumber energi potensial. Serat kasar
(termasuk selulosa) merupakan sumber panas dan energi bila dicerna. Zat

32
tersebut mencegah pula menggumpalnya makanan dalam lambung dan
usus hewan dengan cara memberi pengaruh pencahar dan
mempertahankan tenus otot yang wajar dalam saluran pencernaan.
Laktosa hanya dapat diberikan sampai 10% dalam ransum ayam
karena jika lebih dapat menurunkan pertumbuhan. Terganggunya
pertumbuhan ini disebabkan oleh dua hal :
a. Hidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa lambat karena jumlah
enzim laktase pada saluran cerna (usus halus) ayam terbatas, akibatnya
glukosa yang tersedia dalam darah menurun, sehingga energi menurun
yang dapat menekan pertumbuhan.
b. Laktosa yang tidak dihidrolisis ini akan menumpuk dalam usus halus dan
akan menarik air yang ada di sekitarnya karena sifatnya yang higroskopis.
Keadaan seperti ini bagus untuk pertumbuhan mikroba yang dapat
menimbulkan diare pada ayam. Akhirnya pertumbuhan ayam juga
menurun.
Karbohidrat dalam bahan makanan berbeda besar sekali dalam
pencernaan dan nilai gizi. Pati dan gula mudah dicerna dan mempunyai
nilai gizi tinggi. Selulosa dan karbohidrat kompleks lainnya dicerna hanya
melalui kegiatan bakteri yang terdapat di dalam perut besar hewan
ruminansia, di dalam usus buntu dan usus besar kuda dan dalam jumlah
yang lebih sedikit di dalam usus besar hewan lainnya. Hal ini berarti
bahwa hewan ruminansia, seperti sapi dan domba dan juga kuda sanggup
mencerna dan menggunakan serat kasar bahan pakan secara baik meskipun
zat tersebut dibandingkan dengan pati mempunyai nilai yang lebih rendah
bagi hewan-hewan tersebut. Ayam dan babi dapat sedikit menggunakan
serat kasar.
Dalam proses pencernaan, maka pati dirubah ke dalam glukosa.
Gula-gula campuran juga hampir seluruhnya dirubah ke dalam glukosa
atau gula-gula sederhana lainnya dan kemudian diserap ke dalam darah.
Pada pencernaan serat kasar dengan pertolongan bakteri, maka hasil utama
yang dapat digunakan adalah asam-asam organik, sebagian besar asam

33
asetat. Asam-asam organik tersebut kemudian diserap dan digunakan
dalam tubuh sama halnya seperti glukosa.
Karena karbohidrat merupakan lebih kurang tiga-perempat bagian
dari bahan kering sebagian besar tumbuh-tunbuhan, maka zat tersebut
merupakan sumber utama energi dan panas bagi ayam. Sebagian besar
energi guna pekerjaan otot jadinya berasal dari karbohidrat dalam bahan
pakan. Telah diketahui pula bahwa karbohidrat merupakan sumber utama
lemak tubuh dan merupakan sumber lemak penting dalam susu.

9. Gula Pentosa Dalam Ransum Ayam


a. Polimer gula dengan 5 atom C seperti araban dan xylan tidak bisa dicerna
oleh ayam sebab ayam tidak memiliki enzim untuk mencerna golongan
pentosan tersebut.
b. Araban dan xylan ini bisa dipecah oleh larutan asam dalam proventrikulus
dan ventrikulus menjadi arabinosa dan xylosa.
c. Arabinosa dan xylosa ini bisa diserap oleh ayam, tetapi dalam jumlah
terbatas. Untuk itu arabinosa dan xylosa tidak boleh lebih dari 10% dalam
ransum.
d. Jika lebih dari 10% dapat menimbulkan diare karena arabinosa dan xylosa
ini bersifat higroskopis, yaitu menarik air yang ada disekitarnya. Kondisi
seperti ini sangat disukai oleh mikroba dan tidak menguntungkan bagi
saluran cerna unggas karena menimbulkan diare.

10. Polisakarida Bukan Pati (Non-Starch Polysacharide = Nsp)


a. Polisakarida bukan pati tak larut air.
Contoh: selulosa, hemiselulosa, lignin dan pectin.
b. Polisakarida bukan pati larut air.
Contoh: arabinoxylan atau pentosan

34
Oligosakarida sulit dicerna :
1. raffinosa
2. stachyosa
3. Verbaskosa
Ketiganya banyak terdapat pada kacang kedelai.

BAB IV
LEMAK

1. Pengertian Lemak
Lemak atau lipida adalah sekelompok zat-zat yang tidak larut
dalam air tetapi larut dalam eter, kloroform, dan benzena. Yang termasuk
ke dalam lipida adalah lemak, fosfatida, dan sterol. Namun lemak adalah
merupakan bagian terbesar dari zat-zat tersebut dalam tubuh hewan.
Lemak dan zat-zat lipida memegang peranan penting dalam tubuh ternak.
Seperti karbohidrat, lemak terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan
oksigen. Perbedaannya adalah pada kandungan unsur karbon dan hidrogen
yang lebih banyak terkandung di dalam zat-zat lemak dibandingkan
karbohidrat.
Contoh: Sukrosa (C12 H22 O11)
Lemak (C57 H110 O6
Lemak disebut juga lipid adalah suatu zat yang kaya akan energi
berfungsi sebagai sumber energi utama untuk proses metabolisme
tubuh.Lemak yang beredar didalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu

35
dari makanan dan hasil produksi organ hati,yang bisa di simpan di dalam
sel sel lemak sebagai cadangan energi (Madja,2007).
Lemak atau lipid juga disusun oleh tiga unsur, yaitu C, H, O akan
tetapi perbandingannya berbeda dengan karbohidrat (KH), dimana unsur
oksigennya sedikit, sedangkan unsur karbon dan hidrogen lebih banyak.
Pada lemak C:O = 8,5:1 dan H:O = 16,3:1, sedangkan pada KH C:O = 1:1
dan H:O = 2:1. Dengan banyaknya unsur C dan H ini menyebabkan energi
yang dikandung lemak lebih tinggi dari pada KH.
Lemak Dapat Larut Dalam Pelarut Organik Seperti :
• Ether
• Chloroform
• Hexana
• Benzena

2. Beda Lemak Dengan Minyak


 Lemak merupakan senyawa gliserol ester yang padat pada suhu kamar
 Lemak banyak mengandung asam lemak jenuh dan asam-asam lemak
rantai panjang, sehingga ia padat pada suhu kamar. Lemak juga banyak
mengandung digliserida dan trigliserida. Lemak biasanya banyak terdapat
pada hewan.
 Minyak juga senyawa gliserol ester, tetapi cair pada suhu kamar
 Minyak banyak mengandung asam lemak tak jenuh dan asam lemak rantai
pendek, sehingga ia cair pada suhu kamar.
 Minyak juga banyak mengandung asam-asam lemak bebas dan
monogliserida. Minyak ini biasanya banyak terdapat pada tumbuh-
tumbuhan.

3. Fungsi Lemak Dalam Tubuh ayam


 Sebagai sumber dan cadangan energi (sama dengan KH).
 Penahan terhadap temperatur lingkungan yang tinggi.

36
 Kandungan dari membran sel.
 Pelindung organ-organ dalam tubuh terhadap benturan dari luar.
 Membantu penyerapan vitamin A, D, E dan K yang larut dalam lemak.

4. Sifat Sifat Lemak


a. sifat fisikal lemak
 pada sushu kamar,lemak hewan pada umumnya berupa zat
padat,sedangkan lemak dari tumbuhan berupa zat cair.
 Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam
lemak jenuh sedangkan lemak yang mempunyai titik lebur
rendah mengandung asam lemak tak jenuh.contoh : tristearin
mempunyai titik lebur 710 C,sedangkan triolein mempunyai
titik lebur -170 C.
 Lemak yang mengandung asam lemak rantai pendek larut dalam
air sedangkan rantai panjang tidak larut dalam air.
 Semua lemak larut dalam kloroform dan benzena
b. Sifat kimia lemak
 esterifikasi,proses ini bertujuan untuk merubah asam asam lemak
dari trigliserida menjadi bentuk ester
 Hidrolisa,dalam reaksi ini lemak dan minyak akan di ubah menjadi
asam asam lemak bebas dan gliserol.
 penyabunan,reaksi ini di lakukan dengan penambahan sejumlah
larutan basa kepada trigliserida
 Hidrogenasi,proses ini bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari
rantai karbon asam lemak atau minyak setelah proses hirogenasi
selesai,minyak di didinginkan dan katalisatior di pisahkan dengan
di saring.
 Pembentukan keton,keton di hasilkan melalui penguraian dengan
cara hidrolisa eter.

37
 Oksidasi,dapat berlansung bila terjadi kontak antara sejumlah
oksigen dengan lemak atau minyak.

5. Klasifikasi Lemak
 Lemak sederhana (simple lipid ), yaitu gabungan antara asam-asam lemak
dengan alkohol (gliserol dan kholesterol)
Contoh: trigliserida.
Di samping itu ada pula ester asam lemak dengan alkohol rantai panjang
yang disebut dengan lilin (wax). Lilin ini tidak penting bagi unggas.
 Lemak majemuk (compound lipid), yaitu gabungan antara dua asam lemak
dengan alkohol (gliserol) ditambah fosfat, choline, serine dan lain-lain
Contoh: lecithin, cephalin dan sphyngomyelin.
 Lemak derivatif (derived lipid), yaitu senyawa-senyawa yang berasal dari
perubahan lemak
Contoh: asam lemak, gliserol, sterol (kholesterol, sitosterol, ergosterol) dll.

6. Jenis - jenis Asam lemak


 Berdasarkan jumlah atom C :
Asam lemak dengan 2 atom C sampai dengan 24 atom C, bahkan menurut
catatan terakhir ada asam lemak dengan 34 atom C, tetapi belum begitu
dikenal peranannya dalam tubuh.
 Berdasarkan ikatan rangkap :
a. Asam lemak jenuh yaitu tidak memiliki ikatan rangkap dengan rumus
kandungan C, H dan O sebagai berikut: C(n) : H(2n) : O(2).
b. Asam lemak tak jenuh yaitu memiliki ikatan rangkap. Dimulai pada
asam lemak dengan 16 atom C yang mempunyai hanya satu ikatan
rangkap, contohnya asam lemak palmitoleat. Asam lemak dengan 18
atom C memiliki sampai 3 ikatan rangkap, asam lemak dengan 20 atom
C mempunyai sampai 5 ikatan rangkap dan seterusnya.

7. Sumber Asam Lemak

38
 Hasil pemecahan lemak tubuh oleh enzim lipase, sehingga terbentuk asam
lemak dan gliserol.
 Hasil sintesis asam lemak dalam tubuh yang terbuat dari asetil CoA.
 Dari bahan makanan yang diserap dalam bentuk asam lemak bebas.

8. Zat-zat Makanan Sebagai Sumber Lemak


Ternak unggas dapat mensintesis lemak dalam tubuhnya. Lemak ini dapat
disintesis dari 3 macam zat makanan yaitu :
a. dari asam lemak bebas dan gliserol
b. dari KH (glukosa)
c. dari protein (asam-asam amino)

9. Penambahan Lemak dalam Ransum Ayam :


Fungsinya:
 Sebagai sumber energi bagi ayam.
 Untuk menghindari berdebunya ransum.
 Untuk membantu dalam penyebaran zat-zat makanan yang halus dan
larut lemak dalam ransum.
 Untuk meningkatkan palabilitas ransum.
 Untuk lubrikasi dalam pembuatan ransum
Penambahan lemak dalam ransum dapat meningkatkan jumlah energi yang
diperoleh oleh ayam, terutama ayam dewasa. Hal ini diistilahkan dengan
extra metabolic effect dan extra caloric effect.

10. Kebutuhan Gizi Ternak Unggas Di Indonesia


Lemak dan minyak. Lemak menjadi beku dan minyak cair pada
suhu ruangan. Secara umum lemak diartikan dari minyak hewan seperti
minyak sapi, dan minyak berasal dari minyak tanaman seperti minyak

39
kelapa, minyak kedelai, minyak jagung, dan minyak kelapa sawit (juga
minyak ikan bukan lemak ikan).Lemak dan minyak yang dikonsumsi
unggas akan dipecah oleh enzim lipase kedalam asam lemak. Lemak
dibutuhkan untuk produksi telur, lapisan lemak diantara daging dan
sebagai sumber energi kebutuhan aktivitas unggas (NORTH, 1984).
Unggas mengandung lemak di bawah kulit dan di sekitar rongga
perut. Lemak tersebut dapat dibentuk unggas dalam tubuhnya dengan
memakan pakan yang mengandung lemak atau karbohidrat. Akan tetapi
daging unggas yang mengandung lemak terlalu banyak, kurang disukai
karena porsi dagingnya tentu akan berkurang. Unggas yang tidak makan
lemak akan cukup terganggu pertumbuhannya, dapat menurunkan
ukuran/besar telur dan menurunkan reproduksi pejantan.Pakan yang
mengandung lemak/minyak akan dicerna di dalam saluran pencernaan
unggas menjadi asam-asam lemak seperti asam lemak linoleat, linolenat
termasuk Omega 3 (EPA dan DHA) yang juga dibutuhkan manusia
(SCOTT et al., 1982).
Kebutuhan lemak untuk unggas sering dinyatakan dalam bentuk
persen (%)/kg pakan dan dapat dihitung menjadi g/ekor/hari.Sumber
lemak utama: minyak sawit, minyak kelapa, minyak kedelai, minyak
jagung, minyak ikan, dan lemak hewan seperti tetelan dari rumah potong
hewan (LEESON dan SUMMERS, 1991; NORTH, 1984).
Selama beberapa tahun terakhir banyak penelitian telah dilakukan
terhadap pengaruh susunan asam lemak dan kombinasi lemak dan minyak
dalam ransum unggas. Daya cerna lemak, pengaruh yang menguntungkan
dari kombinasi lemak tertentu dan susunan lemak dari hasil akhir,
bervariasi luas sekali sesuai dengan susunan asam lemak atau jumlah asam
lemak bebas dalam ransum.
Asam lemak utama yang membentuk sebagian besar lemak bahan
pakan dan lemak tubuh adalah asam-asam palmitat, stearat, oleat, linoleat.
Keempat asam lemak tersebut meliputi lebih dari 90 persen sebagian besar
bahan pakan dan lemak karkas. Palmitat dan stearat adalah asam lemak

40
jenuh, sedangkan linoleat dan oleat adalah asam lemak tidak jenuh. Asam
lemak tidak jenuh mengandung lebih dari satu senyawa rangkap disebut
asam lemak tidak jenuh ganda. Asam linoleat mempunyai dua senyawa
rangkap dan ini merupakan asam lemak tidak jenuh ganda dalam sebagian
besar lemak bahan pakan dan lemak karkas. Asam lemak tidak jenuh
ganda lainnya adalah linoleat (tiga senyawa rangkap). Kedua asam lemak
tersebut hanya terdapat dalam lemak tertentu.
Linoleat, linolenat dan arakhidonat merupakan asam-asam lemak
esensial. Oleh sebab itu harus dalam ransum, meskipun dengan adanya
piridoksin (Vitamin B6) arakhidonat dapat disintesis dari linoleat.
Dari keempat asam lemak tersebut (palmitat, stearat, oleat, linoleat)
semuanya dapat disintesis oleh unggas, kecuali linoleat. Oleh sebab itu
linoleat harus ada dalam ransum. Kekurangan asam linoleat dalam ransum
mengakibatkan suatu penyakit defisiensi dengan gejala-gejala:
pertumbuhan anak ayam terganggu, hati berlemak dan ketahanan yang
berkurang terhadap infeksi pernafasan. Pada ayam petelur gejala-gejalanya
adalah produksi telur berkurang, telur kecil dan daya tetas rendah.
Ayam petelur selama fase produksi pertamanya yang tertinggi dari
periode bertelur membutuhkan 1,5 – 2 persen asam linoleat. Suatu ransum
yang seluruhnya terdiri dari tumbuh-tumbuhan, mengandung 4 – 5 persen
ekstrak ether (lemak) dan setengah dari padanya pada umumnya adalah
asam linoleat (terutama dari jagung).
Karena asam linoleat tidak dapat disintesis oleh unggas, maka
jumlah asam lemak tersebut dalam bentuk karkas atau lemak telur,
seluruhnya tergantung dari jumlah yang terdapat dalam ransum. Jadi
kandungan asam lemak tidak jenuh ganda dari daging atau telur dapat
dipengaruhi oleh keadaan ransum. Sumber utama asam linoleat di alam
adalah minyak tumbuh-tumbuhan. Minyak jagung dan minyak kacang
kedelai mengandung masing-masing lebih kurang 54,7 dan 49,1 persen.
Bila ransum unggas mengandung jagung dalam jumlah tinggi,
maka minyak jagung dapat menyediakan asam linoleat dalam jumlah

41
cukup dalam ransum. Kacang kedelai juga tinggi kadar asam linoleatnya,
meskipun kadar lemak bungkil kacang kedelai yang diekstraksi rendah
kadarnya. Bungkil kacang kedelai yang diproses merupakan sumber asam
linoleat dan sangat baik.
Kadar asam linoleat dapat berkisar antara hampir 0 sampai 40
persen dari asam lemak telur, terutama dari ransumnya. Pada umumnya,
dengan meningginya kadar asam linoleat lemak telur, maka kadar asam
oleat turun, disertai dengan perubahan sedikit dalam kadar asam lemak
jenuh yang bisanya berkisar antara 35 – 40 persen dari jumlah asam
lemak. Kadar asam lemak jenuh adalah agak tetap, meskipun dengan
perubahan yang menyolok dalam kadar asam linoleat.
Sebagai sumber energi pakan, asam palmitat dan stearat hanya
sedikit dapat diserna, sedangkan asam oleat dapat dicerna dengan baik.
Asam palmitat dan stearat dapat lebih baik digunakan dalam bentuk lemak
daripada dalam bentuk asam lemak bebas. Dengan perkataan lain, asam
lemak tersendiri atau dalam campuran adalah kurang dapat dicerna
daripada lemaknya yang utuh. Hal ini menunjang teori, bahwa sebagian
besar lemak diserap tanpa hidrolisis dalam bentuk emulsi yang sangat
halus atau sebagai garam-garam empedu.
Asam oleat (dalam tingkatan yang lebih sedikit) dan asam linoleat
mempertinggi penyerapan asam lemak jenuh (palmitat, stearat) pada anak
ayam. Dalam hal ini dapat diharapkan penyerapan yang lebih baik sebesar
20 persen. Pada umunya lemak dengan titik cair yang sama, mempunyai
daya kecernaan yang kurang lebih sama.

11. Peranan Lemak dalam Ransum Unggas


Penggunaan lemak dalam ransum unggas dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
1. Menaikkan nilai energi sampai kepada tingkatan yang tidak tercapai bila
menggunakan bahan pakan biasa, terutama butir-butiran. Pada ayam
broiler indeks konversi ransum terbaik akan tercapai bila susunan ransum

42
mengandung sekurang-kurangnya 2800 sampai 3400 Kkal energi
metabolis per kilogram. Tingkat tersebut hanya hanya dapat tercapai
dengan penambahan lemak dalam ransum. Pada ayam petelur penambahan
lemak akan menghasilkan daya produksi lebih tinggi dan bentuk telur
lebih besar.
2. Penggunaan lemak dalam ransum akan melenyapkan berdebunya ransum,
membuat rupa ransum menjadi lebih menarik. Mempertinggi palatabilitas
dan mengurangi hilangnya zat-zat pakan akibat debu. Di samping itu
lemak dalam ransum akan mengurangi ausnya mesin dan menghemat
tenaga yang dibutuhkan dalam membuat pellet.
Selain keuntungan-keuntungan praktis dari penambahan lemak
dalam ransum, dapat pula ditinjau keuntungan-keuntungan ekonomis
penggunaan lemak dalam ransum dari tiga sudut utama, yaitu: a) nilai
kalori dibandingkan terhadap bahan pakan lainnya; b) menghemat ransum
karena peningkatan efisien ransum; c) kemungkinan penggunaan lemak
secara efektif dalam bahan pakan berkualitas rendah.
Pada waktu lemak pertama kali digunakan dalam industri pakan
ternak, lemak tersebut dinilai pada kandungan energinya saja, yang
diterjemahkan dalam kalori. Jadi beberapa keuntungan lainnya pada
mulanya tidak terlihat. Jagung yang merupakan komponen bahan pakan
dengan kandungan energi tertinggi setelah lemak, telah digunakan sebagai
dasar perbandingan.

43
BAB V
PROTEIN DAN ASAM AMINO

1. Kebutuhan Protein untuk Ayam yang Sedang Tumbuh


Perhitungan kebutuhan protein per hari pada ayam yang sedang
bertumbuh : Kebutuhan protein per hari untuk ayam yang sedang
bertumbuh dapat dibagi menjadi 3 bagian :
a. Protein yang diperlukan untuk pertumbuhan jaringan
Keb. protein/hari (g) = Pertambahan Berat Badan (g) x 0.18
0.61

44
b. Protein untuk hidup pokok
Keb. protein / hari (g) = Berat Badan (g) x 0.0016
0.61

c. Protein untuk pertumbuhan bulu


Keb. protein/ hari (g) = Pertambahan Berat Badan (g) x 0.07 x 0.82
0.61

Keterangan :
0.18 = karena karkas ayam itu terdiri dari kira-kira 18% protein.
0.61 = efisiensi penggunaan protein atau retensi nitrogen sebesar 61%.
0.0016 = kehilangan nitrogen endogen pada ayam telah ditetapkan kira-kira 250
mg nitrogen per kilogram berat badan. Bila nitrogen itu dikalternak
6.25 (untuk protein) maka 1600 mg protein per kg berat badan hilang.
0.07 = pada umur 3 minggu bulu itu merupakan 4% dari berat badan, dan
persentase itu akan meningkat menjadi 7% pada umur 4 minggu dan
sesudah itu secara relatif akan tetap.
0.82 = kandungan protein bulu kira-kira 82%.

a. Kebutuhan Protein untuk Ayam Petelur


Kebutuhan protein untuk ayam petelur, dipengaruhi oleh :
 Besar dan bangsa ayam
 Suhu lingkungan
 Tahap produksi
 Perkandangan
 Ruang tempat makan per ekor
 Dalamnya tempat makan yang dijalankan otomatis
 Dipotong tidaknya paruh
 Luas ruang untuk ayam

45
 Air minum, dingin dan bersih
 Tingkat penyakit dalam kandang
 energi dalam ransum.
Bila semua faktor tersebut di atas dapat diatasi, pada umumnya
yang mempengaruhi kebutuhan protein adalah besar dan bangsa ayam,
suhu lingkungan, tahap produksi, dan kandungan energi dalam ransum.
 musim panas 90 gram, oleh karena itu kebutuhan protein musim dingin
15.5% lebih rendah dari musim panas sebesar 17%.
 Tahap produksi ; Fase I (22-42 minggu) keb. protein untuk produksi
sebutir telur, dan hidup pokok lebih rendah et tapi dibuhkan
pula untuk pertumbuhan, dan pertumbuhan bulu. Fase II (42-72
minggu) kebutuhan protein untuk produksi sebutir telur dan untuk
hidup pokok lebih tinggi, tetapi total kebutuhan protein sama sebesar
17%.
 Kandungan energi ransum ; energi ransum meningkat maka konsumsi
akan turun sehingga kandungan protein harus ditingkatkan juga untuk
mencukupi kebutuhan.

b. Defisiensi Protein
Tanda-tanda defisiensi protein atau asam amino esensial yaitu:
defisiensi ringan mengakibatkan pertumbuhan menurun sesuai
dengan deraaj t defisiensinya. Defisiensi protein yang hebat atau
defisiensi sebuah asam amino tunggal menyebabkan segera berhentinya
pertumbuhan dan kehilangan pertumbuhan rata-rata sebesar 6-7% dari
berat badan per hari.

c. Kelebihan Protein
Tanda-tanda kelebihan protein atau asam amino esensial yaitu:
kelebihan protein, meskipun semua asam amino esensial seimbang,

46
mengakibatkan penurunan pertumbuhan yang ringan, penurunan
penimbunan lemak tubuh, kenaternak tingkat asam urat dalam darah,
litter menjadi basah karena banyak konsumsi air minum, kelenjar adrenal
membesar dan meningkatnya adrenocortocosteroid.

2. Struktur dan Sifat Asam Amino


Asam amino adalah unit dasar dari struktur protein. Semua asam

amino sekurang-kurangnya mempunyai satu gugus asam karboksil (-

COOH) satu gugus amino (-NH2) pada posisi alfa dari rantai karbon yang

asimetris, sehingga dapat terjadi beberapa isomer. Walaupun lebih dari 100

jenis asam amino yang berbeda yang telah diisolasi dari bahan-bahan

biologi, tapi hanya ada 25 jenis yang sering dijumpai dalam protein.

Dengan adanya dua gugusan tersebut, asam amino dapat bertindak sebagai

buffer yang berfungsi menahan perubahan pH.

Seperti halnya karbohidrat sederhana, asam amino mempunyai sifat

optik aktif dengan adanya isomerisasi. Asam amino dalam larutan bersifat

amfoter yaitu dapat bereaksi dengan asam basa tergantung dari

lingkungannya. Struktur asam amino terdapat pada Gambar 2.

47
Gambar 2. Struktur Dasar Asam Amino

a. Klasifikasi Asam Amino


Berdasarkan struktur kimia, asam amino digolongkan menjadi :
 Kelompok asam amino Monoamino-monokarboksilat : glisin, alanin, serin,
treonin, valin, leusin, dan isoleusin.
 Kelompok asam amino yang mengandung sulfur : metionin, sistin, dan
sistein.
 Kelompok asam amino monoamino-dikarboksilat : asam aspartat
dan asam glutamat.
 Kelompok asam amino dasar : lisin, arginin, hidroksiprolin, dan histidin.
 Kelompok asam amino aromatik : fenilalanin dan treonin
 Kelompok asam amino heterosiklik : triptofan, prolin, dan hidroksiprolin.

b. Fungsi Asam Amino

Asam amino menduduki posisi penting dalam metabolisme sel. Hampir

semua reaksi biokimia dikatalis oleh enzim yang terdiri dari residu asam amino.

48
Asam amino sangat essensial untuk metabolisme karbohidrat dan lipid, untuk

sintesis jaringan protein.

Penyusun senyawa penting seperti adrenalin, tyrosin, melanin, hiistamin,


pofirin, hemoglobin, pirimidin, purin, asam nukleat, choline, asam folic, asam
nikotin, vitamin, taurine, garam empedu dan sebagai sumber energi metabolis.

c. Kebutuhan Asam Amino


Ilmu nutrisi menggolongkan asam amino berdasarkan kepentingannya
dalam penyediaan pakan yaitu :
 Asam amino esensial/EAA.
Asam amino esensial/EAA yaitu asam amino yang harus disediakan dalam
pakan karena ternak tidak mampu mensintesanya. Yang termasuk asam
amino esensial adalah sebagai berikut : Lysin, Methionine, Valin,
Histidin, Fenilalanin, Arginine, Isoleusin, Threonin, Leusin, dan
Triptofan.
 Asam amino non esensial/NEAA
Asam amino non esensial/NEAA adalah asam amino yang dapat disintesa
dalam tubuh dari sumber karbon yang tersedia dan dari gugus amino dari
asam amino lain atau dari senyawa-senyawa sederhana seperti diamonium
sitrat, sehingga tidak harus disediakan dalam pakan. Yang termasuk asam
amino non esensial adalah sebagai berikut :
Disintesa dari Media Disintesa dalam tubuh dari media
Terbatas*) sederhana (non- esensial)
Tirosin Alanin Glutamin

Sistin Asam aspartat Glisin**)

Hidroksilin Asam glutamat Serin**)

Hidroksiprolin Prolin***)

Ket: *) Tirosin disintesa dari fenilalanin, Sistin dari metionin,


hidroksilisin dari lisin.
**) Pada beberapa kondisi tidak cukup untuk cepat tumbuh,

49
sehingga perlu ada dalam ransum.
***) Kalau ransum mengandung Asam Amino kristal, prolin
berguna untuk mencapai pertumbuhan maksimal.

Walaupun NEAA bukan merupakan nutrien yang essensial, tetapi


berfungsi esensial pada sel atau pada metabolisme. Disebut non esensial
hanya karena jaringan tubuh dapat mensintesanya untuk memenuhi
kebutuhan ternak. Pada kenyataannya sering dicatat bahwa NEAA juga
secara fisiologis penting dimana tubuh menentukan kadar persediaan yang
disintesis. Karena itu kebutuhan zat makanan untuk asam amino essensial
tergantung pada konsentrasi asam amino non essensil dalam makanan.

d. Penentuan kebutuhan Asam Amino Esensial


Metode pengukuran kebutuhan asam amino esensial dapat dilakukan
dengan cara :
 Metode tes asam amino.
Seperti halnya metode penentuan kebutuhan protein, kebutuhan EAA pada
ternak dapat dilakukan dengan menarik kurva ukuran respon . Dari
percobaan setiap jenis asam amino pakan Banyaknya asam amino yang
dibutuhkan selalu diambil pada “break point” (titik belok) dari hasil
pengamatan respon pertumbuhan.
Pada percobaan “asam amino pakan”, pakan dibuat dari komponen protein
dalam bentuk kristal-kristal asam amino atau dikombinasternak dengan
sumber protein terpilih. Dapat juga digunakan berbagai tingkat asam
amino bebas dari jarinan spesifik (darah, plasma darah atau urat/otot); atau
dari label asam amino yang telah diradoaktifkan, dengan cara (dimasukkan
melalui mulut atau diinjeksternak) sebagai kriteria untuk memperkirakan
kebutuhan asam amino.
 Metoda deposit asam-amino (asam-amono tersimpan)
Berbeda dengan metode (a), dimana ternak diberi makan kristal-kristal
asam amino. Metode ini menentukan kebutuhan kuantitatif berbagai jenis
EAA ternak secara bersamaan berdasarkan deposit asam amino dalam

50
karkas ternak. Ternak diberi pakan yang kandungan proteinnya
mempunyai nilai biologis tinggi, dan kebutuhan EAA-nya dihitung
berdasarkan pengamatan nilai deposit EAA setiap hari. Metode ini disebut
pula metode Ogino.
Dibandingkan dengan metode (a) metode deposit karkas (b)
menguntungkan, karena :
1) Ternak diberi pakan yang berasal dari “keseluruhan protein” bernilai
biologis tinggi dan telah diketahui komposisi asam-aminonya,
sehingga kebutuhan asam amino dapat diketahui dari pertumbuhan
optimal ternak.
2) Kebutuhan kesepuluh EAA dapat ditentukan secara bersamaan dalam
satu percobaan. Sedangkan pada metode “tes asam amino pakan” bisa
sampai menggunakan lebih dari 10 percobaan yang masing-masing
diberi lebih dari enam jenis formula pakan dengan konsentrasi yang
bervariasi dalam tes EAA tersendiri.
3) Kebutuhan EAA untuk makanan pertama anak ternak dapat
disamakan dengan makanan untuk induk ternak.
 Metode Analisis Karkas (Pola EAA pada daging ternak)
Dari kajian data metode (b) dari Ogino (1980) menunjukan bahwa tidak
ada perbedaan antara bentuk hubungan masing-masing asam amino yang
diperlukan dalam pakan dengan bentuk hubungan ketersediaan 10 asam
amino yang sama di dalam karkas. Karena komposisi asam amino dalam
jaringan tubuh antar spesies ternak tidak banyak berbeda, maka pola
kebutuhan EAA-nya juga sama. Walaupun belum dibuktternak, bentuk
hubungan yang sama juga berlaku pada udang. Berdasarkan
ketersediaan asam amino, udang mempunyai kebutuhan arginin, triptofan
dan tirosin yang lebih tinggi dibandingkan dengan ternak. Sedangkan
kebutuhan valin, treonin dan lysin kebutuhannya lebih rendah.
Karena tidak adanya informasi kebutuhan EAA yang tetap untuk udang
dan sebagian besar spesies ternak budidaya, maka kebutuhan
EAA dapat dihitung berdasarkan pola EAA karkas yang telah diketahui

51
dari tubuh ternak. Hasil percobaan dengan menggunakan metode (b)
diketahui bahwa pada umumnya kebutuhan EAA (termasuk NEAA’ sistin
dan tirosin) pakan adalah 35 persennya dari persentase kebutuhan EAA per
total protein yang diperlukan oleh ternak. Jadi jika udang atau ternak
mempunyai kebutuhan protein 45%, maka kebutuhan EAA dapat dihitung
berdasarkan pola EAA karkas dari 35% tingkat protein. Contoh; jika pola
EAA karkas untuk lisin adalah 16,9 % dari total EAA, dan kandungan
protein pakan 45 %, maka kebutuhan lisin menjadi (45x35x16,9)/100 =
2,66% dari total pakan. Lampiran 1 dapat dilihat perhitungan kebutuhan
EAA dari ternak dan udang pada berbagai tingkat protein yang didasarkan
pada pola EAA karkas. Untuk udang diambil dari keseluruhan jaringan
“clam short-necked” karena tidak-adanya pola EAA karkas udang.

3. Kualitas Protein dan Komposisi Asam Amino


Kualitas protein pada dasarnya ditentukan oleh komposisi asam amino dan
ketersediaan biologisnya. Biasanya penentuan pola EAA protein diperkirakan dari
kebutuhan EAA pakan, spesies, dan nilai skor kimia hasil uji biologis. Skor kimia
100 menunjukan suatu tingkat asam amino essensial dalam protein suatu bahan
pakan sama dengan tingkat kebutuhan EAA untuk ternak (dinyatakan dalam
persen dari total EAA serta cystine dan tyrosine). Skor kimia protein diambil dari
persentase EAA suatu bahan pakan dibandingkan dengan pola kebutuhan.
Metode penilaian kualitas protein ini didasarkan pada konsep bahwa nilai protein
tergantung kepada jumlah EAA dalam protein, yang dibandingkan terhadap
referensi protein.
Daging ternak ternyata mempunyai imbangan asam amino yang baik dan
skor kimia tinggi (80). Kebanyakan sumber protein yang ada komposisi asam-
aminonya tidak seimbang, sehingga tidak cocok digunakan sebagai satu-satunya
sumber protein untuk ternak. Tujuan dari formulasi pakan adalah mencampur
protein dari berbagai kualitas untuk mendapatkan pola EAA yang diinginkan oleh
ternak.

52
Bentuk hubungan antara kualitas protein dengan pola EAA hanya akan
baik jika tiap-tiap asam amino adalah sama dengan ketersediaannya dalam tubuh
hewan. Contoh:
 Dibawah kondisi tertentu beberapa asam amino mungkin tidak tersedia
karena protein pakan tidak sempurna dicerna, seperti pada ternak
karnivora yang enzim pencernaannya tidak dapat menghancurkan
dinding sel selulosa yang terdapat dalam protein tanaman.
 Adanya inhibitor enzim dalam protein pakan seperti tripsin inhibitor
pada kedelai, walaupun inhibitor dapat diinaktifkan dengan perlakuan
pemanasan.
Perlakuan pemanasan yang sangat tinggi berakibat pencernaan protein
lebih resisten karena terjadi pembentukan ikatan-ikatan peptida antara rantai
samping dari asam dikarboksil lysin. Kelompok amino bebas dari lysin mudah
rusak karena panas, dapat membentuk senyawa tambahan dengan senyawa-
senyawa non protein (Gula reduksi seperti glukosa) yang terdapat dalam bahan
pakan Reaksi ini dikenal dengan reaksi Maillard dan menggambarkan nilai
biologis lysin berkurang atau menjadi tidak ada. Selain gula reduksi, zat lain yang
diketahui bereaksi dengan lysin adalah gossypol yaitu senyawa fenol yang
terdapat dalam bungkil biji kapuk.

53
DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Edisi kesatu. PT Gramedia,


Jakarta.
Leeson, S. and J.D. Summers. 2001. Commercial Poultry Nutrition. University
Books Guelph.
Tillman, D.A., Hari Hartadi, Soedomo R, Soeharto P, dan Soekarno L. 1986. Ilmu
makanan ternak dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.

54

Anda mungkin juga menyukai