Anda di halaman 1dari 3

Artikel - Kopi Flores yang

mendunia lewat Pertemuan


Ketiga DEWG G20 Labuan Bajo
Oleh Fransiska Mariana Nuka  Kamis, 21 Juli 2022 16:35 WIB

UMKM Florasta Barista Kopi Tuk ikut meramaikan pameran dalam Pertemuan Ketiga Kelompok Kerja
Ekonomi Digital yang berlangsung di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Kamis (21/7/2022) (ANTARA/HO-
Kominfo)
...Cita rasa Kopi Tuk yang memikat itu dia harapkan
bisa menarik minat masyarakat lebih luas
Labuan Bajo (ANTARA) - Pertemuan Ketiga Kelompok Kerja Ekonomi Digital atau 3rd
Digital Economy Working Group (DEWG) Meeting yang berlangsung di Labuan Bajo,
Manggarai Barat, NTT sejak Rabu dimeriahkan dengan berbagai produk usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM).
Berbagai produk dipamerkan, termasuk aneka olahan kopi khas Pulau Flores.
Kenikmatan kopi Flores memang telah dikenal oleh para pecinta kopi. Kini, Kopi Flores
yang diolah oleh pelaku UMKM menjadi sajian bagi para delegasi yang hadir dalam
pertemuan ketiga DEWG G20 tersebut.

Senyum sumringah tampak pada diri Agustinus Suban Puka, pemilik UMKM Florasta
Barista Kopi Tuk. Kebanggaan terpancar dari wajahnya karena diberi kesempatan tampil
dan memperkenalkan kekayaan tanah Flores itu di hadapan delegasi luar negeri. Dia
semakin bahagia saat mengetahui para tamu menyukai aroma dan rasa dari Kopi Tuk
racikannya.

Sehari-hari Agustinus berjualan kopi keliling menggunakan sepeda motor roda dua. Dia
menyebut wisawatan luar negeri menyukai kopi khas Flores. Mereka sering memuji
kekuatan rasa dari Kopi Flores.

"Tadi ada yang masuk ke ruangan dan kembali lagi ke sini. Sepertinya mereka
ketagihan," ungkap Agustinus bahagia, Labuan Bajo, Kamis.

Kopi Tuk bukanlah kopi biasa. Dalam sebuah racikan Kopi Tuk terkandung budaya
kesederhanaan yang turun temurun dari masyarakat Flores. Meski banyak alat
pengolahan kopi modern, kopi tuk tetap diolah secara tradisional dari dulu hingga
sekarang.

Pengolahan kopi tuk sangat tradisional. Biji kopi terlebih dahulu disangrai dan ditumbuk
hingga halus menggunakan lesung, sebuah alat tradisional untuk menumbuk bahan
makanan.

Agustinus berujar, cara tradisional itu yang membuat cita rasa dan aroma kopi tuk
berbeda dari kopi lainnya. Dia menyangrai kopi itu hingga kematangannya
menghasilkan aroma dan rasa yang pas serta khas. Setelah itu dia menyeduh kopi
menggunakan air mendidih.

Dalam acara itu, dia mengatakan para delegasi menyukai kopi jenis Florasta Blend. Kopi
jenis itu merupakan perpaduan antara kopi Arabika Bajawa dan Robusta Manggarai.
Campuran dua jenis kopi itu pun menghasilkan cita rasa kopi yang tidak terlalu pahit,
juga tidak terlalu asam. Bahkan, aroma kopi jenis Florasta Blend sangat disukai oleh
penikmat kopi.

Kopi Arabika Bajawa merupakan jenis kopi yang tumbuh di dataran tinggi Flores dengan
ketinggian mencapai 800 hingga 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sedangkan
kopi Robusta Manggarai tumbuh di dataran tinggi sekitar 300 hingga 1.200 mdpl.

Cita rasa Kopi Tuk yang memikat itu dia harapkan bisa menarik minat masyarakat lebih
luas. Dia berharap pertemuan internasional itu menjadi ajang bagi dirinya untuk
memperkenalkan cita rasa Kopi Flores yang sangat khas hingga ke luar negeri.

Dalam pameran UMKM pada kegiatan internasional itu, Desa Wisata Coal juga
menghadirkan Kopi Flores yang khas yakni Kopi Ntala. Melalui Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) Bukit Porong, Kopi Ntala coba diperkenalkan kepada para delegasi yang
hadir.
Ketua Pokdarwis Bukit Porong Rhony Sumarno menjelaskan, Kopi Ntala dari Bukit
Porong memiliki tiga varian yakni Arabika, Robusta, dan Kopi Jahe. Rasa yang khas dari
tiga jenis kopi ini membuat Rhony yakin untuk mempromosikan kopi dari Kecamatan
Kuwus ini hingga ke ajang internasional.

Anda mungkin juga menyukai