Anda di halaman 1dari 4

Jahe Merah KYTa, Geoproduk Asli dari Danau Toba

Geoproduk artinya hasil bumi. Jahe Merah KYTa disebut geoproduk asli dari Danau
Toba karena produk ini hasil bumi asli dari Kawasan Danau Toba. Bahan mentah berupa jahe
merah didapatkan dari Raya, Kabupaten Simalungun.
Simalungun, khususnya Kelurahan Pematang Raya menjadi sumber utama bahan
pembuatan jahe merah KYTa. Sebab, pasaran jahe merah di Raya lumayan terjangkau.
Penduduk sekitar di daerah tersebut pun sering menawarkan ke pengusaha Jahe Merah KYTa
ini untuk memborong jahe mereka.
Tidak jarang pengusaha jahe ini harus terjun langsung menyerap hasil bumi akibat
desakan para petani yang butuh uang guna memenuhi kebutuhan hidup.
Dame Maria Manurung, pengusaha geoproduk Jahe Merah KYTa ini tidak hanya
menyerapnya dengan memproduksi jahe bubuk. Ia pun sesekali berperan sebagai distributor
jahe merah mentah.
“Sering para petani mendesak ke saya karena butuh duit. Sementara bahan baku saya
masih ada. Kalau ada orderan untuk jahe merah mentah datang entah dari mana, saya pun
mau duluankan duit dulu ke petani. Selebihnya saya yang urusi untuk mendistribusikannya ke
pihak yang membutuhkan,” ujar Dame menceritakan kesulitan yang dihadapi para petani saat
panen jahe membludak.
Meski sesekali berperan sebagai toke jahe merah, dia lebih ingin berfokus untuk
memproduksi jahe merah bubuk Kyta. Sebab, inilah yang dianggapnya sebagai bisnis utama
yang ia sudah bangun selama lima tahun terakhir.
Ia memilih produk ini yang dianggapnya berdampak besar terhadap kesehatan
masyarakat. Selain itu, tanaman jahe merah ini tumbuh subur di Geopark Kaldera Toba.
“Aku mulai usaha ini setelah anakku Anthony yang down sindrom meninggal. Selama
pengobatan Anthony 3 tahun bersama kami, kami banyak memakai obat tradisional. Salah
satunya jahe merah yang ternyata sangat banyak manfaatnya,”jelas Dame menceritakan dasar
ia memilih jahe merah sebagai produk unggulan.
Awalnya, dia berniat untuk produksi skala kecil dengan modal 500ribu . peralatan
yang ia miliki seadanya hanya berupa blender dan lesung. Belakangan, bisnis ini cukup
berkembang dan mendapat tanggapan positif dari banyak pihak. Perlahan-lahan ia mulai
membeli mesin-mesin dengan menyicilnya.
Belakangan ini, ia mendapatkan bantuan dari Institut Teknologi Del berupa berupa
mesin pencuci jahe sekaligus pengupas jahe dan alat potong permen.
Wanita yang juga berkecimpung pada dunia pendidikan ini berharap produknya bisa
berkontribusi dalam menyerap hasil bumi di Simalungun. Penyerapan hasil bumi tersebut
harapannya berdampak terhadap penduduk lokal di Kawasan Danau Toba secara ekonomi.
Produksi Jahe Merah KYTa ini berlokasi di Medan. Medan menjadi lokasi produksi
karena dia belum mampu membeli sebidang tanah di salah satu Kawasan Danau Toba. Tapi
ia mengatakan sangat berminat kelak jika punya cukup modal akan memproduksi jahe ini di
salah satu Kawasan Geopark Kaldera Toba.
Untuk saat ini sejumlah kendala yang ia hadapi antara lain terkait pemasaran. Ia
berharap bisa menemukan rekan bisnis yang bisa ia ajak kerjasama menjadi reseller,
distributor dan agen pemasaran guna meningkatkan penjualannya.
Dalam waktu dekat ini, ia berharap lulus BPOM. Dengan demikian, produknya sudah
bisa diekspor rutin ke luar negeri. Ia sudah menjalani kurasi produk. Ada pihak yang siap
menjadi agen distributornya di luar negeri.
“Tinggal menunggu kabar dari BPOM. Setelahnya, produk KYTa siap dipasarkan ke
luar negeri secara rutin,” jelasnya.
Beberapa tahun terakhir, ia sudah pernah mengirim sejumlah produknya ke beberapa
tempat. Bahkan ada pria suku Batak yang tinggal di Amerika Serikat memesan produknya. Ia
pun senang mendapat testimoni bagus dari pria bermarga Sitorus tersebut.
Selama ini secara pemasaran, produk ini didistribusikan ke rumah tangga, kedai kopi,
warung kelontong, grosir, dan diperkenalkan ke instansi pemerintah, kesehatan dan
perbankan. Untuk informasi mengenai produk atau mau order produk ini bisa menghubungi
Dame Manurung melalui no HPnya 0853-7062-6383.

Manfaat Jahe Merah


Dilansir dari sebuah penelitian, jahe dapat mengurangi rasa mual di pagi hari selama
bulan-bulan pertama kehamilan. Menurut penelitian oleh University of South Australia,
mengkonsumsi kira-kira satu gram jahe setiap hari dapat mengurangi rasa mual di pagi hari
bagi wanita yang hamil muda.
Di banyak tempat, jahe merupakan obat tradisional untuk rasa mual. Penelitian
tersebut mendapati bahwa jahe sama bagusnya seperti dosis harian vitamin B6, obat lain yang
biasa diresepkan.
Pada zaman dulu, rempah-rempah seperti jahe merupakan salah satu hadiah favorit
yang harganya sangat mahal. Makanya hadiah ini biasanya diperuntukkan kepada raja-raja.
Sejarah menyebut salah satu alasan bangsa-bangsa Eropa datang ke Indonesia karena
mereka ingin mencari sumber rempah-rempah. Alasannya sederhana, rempah-rempah bukan
hanya dimanfaatkan sebagai bumbu, juga untuk meningkatkan imunitas dan kesehatan tubuh.
Penggunaan jahe merah tidak hanya populer di Indonesia. India juga terkenal dengan
teh susu manis jahe yang mirip dengan bandrek. Teh tersebut terdiri dari jahe kepulaga,
cengkih, atau suatu kombinasi aroma. Produk Jahe Merah Kyta bisa dibilang sedikit mirip
dengan rasa bandrek atau teh susu yang ada di India.
Kita tidak perlu repot untuk meraciknya. Sebab, modal Jahe Merah Kyta sebungkus
dan air mendidih, kita sudah bisa menyajikan minuman jahe sedap. Sangat praktis buat
mereka yang sibuk namun ingin tetap menjaga kesehatan.

Teh susu manis yang begitu populer di negeri ini sering ditambah kenikmatannya
dengan menaruh sedikit kepulaga, cengkih, jahe, atau suatu kombinasi aroma. Dengan selera
akan bumbu-bumbu demikian, apakah mengherankan bahwa dalam konsumsi rempah-
rempah per

Rempah-rempah dan masakan India tak dapat dipisahkan sehingga seseorang


mungkin berkata bahwa negeri itu berkasih-kasihan dengan rempah-rempah. Sebenarnya,
siapa yang belum pernah mendengar tentang kari India—hidangan seperti rebusan yang berisi
sayur-mayur, telur, daging merah, ikan, atau ayam yang dibumbui dengan racikan rempah-
rempah yang lezat? Sedikit dari aroma ini juga muncul dalam hidangan pencuci mulut, yang
menegaskan bahwa ”berbumbu” tidak sinonim dengan ”pedas”. kapita, India menduduki
tempat pertama?
Berkasih-kasihan dengan Rempah-Rempah
Rempah-rempah dan masakan India tak dapat dipisahkan sehingga seseorang
mungkin berkata bahwa negeri itu berkasih-kasihan dengan rempah-rempah.
Sebenarnya, siapa yang belum pernah mendengar tentang kari India—hidangan
seperti rebusan yang berisi sayur-mayur, telur, daging merah, ikan, atau ayam yang
dibumbui dengan racikan rempah-rempah yang lezat? Sedikit dari aroma ini juga
muncul dalam hidangan pencuci mulut, yang menegaskan bahwa ”berbumbu” tidak
sinonim dengan ”pedas”. Bahkan teh susu manis yang begitu populer di negeri ini
sering ditambah kenikmatannya dengan menaruh sedikit kepulaga, cengkih, jahe,
atau suatu kombinasi aroma. Dengan selera akan bumbu-bumbu demikian, apakah
mengherankan bahwa dalam konsumsi rempah-rempah per kapita, India menduduki
tempat pertama?

Coba kunjungi dapur seorang juru masak India, dan mata kita akan melihat sejumlah
besar bumbu dalam berbagai warna dan bentuk. Di antaranya adalah biji-biji moster
hitam yang mungil; batang yang wangi, kayu manis berwarna coklat; buah kering
kepulaga berwarna hijau; kunyit dengan warna keemasan yang
cemerlang; jahe berbonggol dan pucat; dan cabai merah marak. Bandingkan
semuanya ini dengan sebotol bubuk kari yang didapatkan di toko bahan makanan di
banyak negeri. Tentu saja, bubuk kari terdiri dari campuran berbagai rempah, dan
ada kegunaannya. Namun ini adalah pengganti yang kurang bagus untuk kombinasi
rempah-rempah—yang disebut masalas—yang digunakan di India.

Masalas istimewa yang siap pakai, dicampur untuk bermacam-macam makanan,


termasuk sayur-mayur, ikan, ayam, dan daging merah. Namun lebih sering, rempah-
rempah satu per satu dicampur langsung pada waktu memasak, jenis dan jumlah
mereka tergantung pada hidangan tertentu. Ibu rumah tangga India yang mahir
mengetahui takaran yang saksama dan waktu yang tepat kapan tiap rempah-
rempah harus ditambahkan dalam proses memasak. Ia bahkan dapat menciptakan
aroma yang berbeda-beda dari rempah-rempah yang sama dengan
memanggangnya, menggilingnya, membubuhkannya dalam bentuk yang utuh ke
dalam minyak panas, atau mencampurkannya dengan bumbu-bumbu yang lain.

Para pengunjung yang datang ke India sering keheranan melihat keanekaragaman


yang banyak dalam persiapan masakan. Selain pembagian utama dari masakan di
India Utara dan India Selatan, kebudayaan regional di negeri itu, seperti Bengali,
Goa, Gujarat, dan Punjab, memiliki persiapan mereka sendiri yang unik.

Kepercayaan agama juga mempengaruhi rasa makanan. Oleh karena itu, di negara
bagian Gujarat, seseorang mungkin menyantap hidangan tradisional Hindu yang
hanya terdiri dari sayur-sayuran, namun di bagian utara India ia menikmati suatu
hidangan Mongolia yang terdiri dari daging, mengingatkannya akan masa-masa
penaklukan Islam. Maka, bersantap pada malam-malam yang berbeda dengan
keluarga-keluarga Hindu, Islam, Sikh, Jain, Persia, dan Kristen, tidak akan menemui
hidangan yang sama.

Anda mungkin juga menyukai