Anda di halaman 1dari 9

JBEvent Vol.1, No.

2, Desember 2020
© 2020 Prodi MICE AN PNJ
Jurnal Website : www.jurnal.pnj.ac.id

Kondisi Standar Venue MICE Kota Depok

berdasarkan pendekatan Gap Analysis terhadap Standar Venue MICE Indonesia

Fauzi Mubarak
fauzi.mubarak@bisnis.pnj.ac.id

Program Studi MICE, Politeknik Negeri Jakarta

Abstrak

Negara-Negara di ASEAN telah menyetujui untuk menggunakan Thailand MICE Venue


Standard (TMVS), sebagai model peningkatkan standar venue MICE di ASEAN.
Pemberlakuan standar ini tentunya akan meningkatkan persaingan venue, bukan hanya antar
kawasan administratif kota di Indonesia tetapi sampai mencapuk skala regional ASEAN.
Melalui sebuah standar tentunya kapabilitas sebuah venue akan terlihat. Sampai saat ini,
kementrian pariwisata melihat destinasi yang memiliki venue berstandar International baru
terdapat di Jakarta dan Bali. Standar venue yang akan berlaku nantinya, tentunya tidak hanya
menjadi tantang bagi venue-venue dari 10 Destinasi MICE unggulan, tetapi juga bagi seluruh
venue di Indonesia. Kota Depok sebagai salah satu penyangga dari Kota Jakarta, telah
menjadi salah satu kota dengan kegiatan event yang tinggi tiap tahunnya. Terkait akan
diberlakukannya standar venue kawasan ASEAN, maka kondisi standar venue di kota-kota
satelit/sub-urban seperti Kota Depok tentunya menjadi penting untuk dilihat apakah venue-
venue di kota ini telah memenuhi standar yang akan ditetapkan. Belum adanya data penilaian
ataupun evaluasi terhadap kondisi standar venue yang sudah terbangun (eksis), menyebabkan
tidak adanya peta venue dari sebuah Kota/Destinasi mampu menunjukkan venue mana saja
yang telah memenuhi kriteria standar ASEAN. Penelitian Analisis Kondisi Standar Venue
MICE di Kota Depok ditujukan untuk mengukur dan melihat kemampuan terhadap
pemenuhan standar venue ASEAN, dari sebuah venue. Hasil nantinya secara tidak langsung
akan memperlihatkan kekuatan dari sebuah destinasi dalam memenuhi kriteria sebagai
sebuah destinasi yang kompetitif.

Kata kunci: Standar Venue MICE, Kondisi Eksisting, Gap Analysis

9
10

PENDAHULUAN ataupun evaluasi terhadap kondisi standar


venue yang sudah terbangun (eksis),
Latar Belakang menyebabkan tidak adanya peta venue dari
ASEAN telah menyetujui untuk sebuah Kota/Destinasi mampu
menggunakan Thailand MICE Venue menunjukkan venue mana saja yang telah
Standard (TMVS), sebagai model memenuhi kriteria standar ASEAN.
peningkatkan standar venue MICE di
Penelitian Analisis Kondisi Standar Venue
ASEAN. Pemberlakuan standar ini
MICE di Kota Depok ditujukan untuk
tentunya akan meningkatkan persaingan
mengukur dan melihat kemampuan
venue, bukan hanya antar kawasan
terhadap pemenuhan standar venue
administratif kota di Indonesia tetapi
ASEAN, dari sebuah venue. Hasil nantinya
sampai mencapuk skala regional ASEAN.
secara tidak langsung akan
Melalui sebuah standar tentunya
memperlihatkan kekuatan dari sebuah
kapabilitas sebuah venue akan terlihat.
destinasi dalam memenuhi kriteria sebagai
Sampai saat ini, kementrian pariwisata
sebuah destinasi yang kompetitif.
melihat destinasi yang memiliki venue
Tujuan
berstandar International baru terdapat di
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan dari
Jakarta dan Bali.
penelitian ini adalah untuk menjawab
Standar venue yang akan berlaku nantinya,
pertanyaan sebagai berikut:
tentunya tidak hanya menjadi tantang bagi
venue-venue dari 10 Destinasi MICE 1. Kualitas Fasilitas Venue MICE di

unggulan, tetapi juga bagi seluruh venue di Kota Depok, terhadap Standar Venue

Indonesia. Kota Depok sebagai salah satu MICE Indonesia

penyangga dari Kota Jakarta, telah 2. Kemampuan Kota Depok dalam

menjadi salah satu kota dengan kegiatan pemenuhan Standar Venue yang

event yang tinggi tiap tahunnya. Terkait ditentukan oleh Kementrian

akan diberlakukannya standar venue Pariwisata.

kawasan ASEAN, maka kondisi standar Kontribusi dalam penelitian ini adalah

venue di kota-kota satelit/sub-urban seperti memberikan gambaran bagaimana kualitas

Kota Depok tentunya menjadi penting dari Venue MICE dari Kota-Kota satelit di

untuk dilihat apakah venue-venue di kota sekitar Jakarta, sehingga dapat dijadikan

ini telah memenuhi standar yang akan dasar pemetaan untuk peningkatan kualitas

ditetapkan. Belum adanya data penilaian venue di sekitar Jakarta.

Fauzi. (2020). Jurnal Event Bisnis, 1 (2), 9-17


11

KAJIAN PUSTAKA dilaksanakan. Venue yang representarif


dalam Industri MICE diharapkan mampu
Pengertian Venue
memberikan fasilitas dan layanan yang
Penyebutan kata venue sebagai tempat
sesuai untuk delegasi / peserta. Hung
penyelenggaraan sebuah event MICE
(2011) dalam Julie W (2012) menjelaskan
menjadi hal yang sangat jamak digunakan.
sebagai sebuah fasilitas MICE, venue
Venue Conference, Venue Exhibition,
harus mampu terintegrasi dengan
Venue Festival dan banyak aktvitas event
penyedian akomodasi, penyediaan makan
lainnya yang menggunakan kata ini untuk
dan minuma, pusat perbelanjaan, hiburan,
mejelaskan area tempat dilaksanakan
transportasi dan fasilitas pendukung
event tersebut.
lainnya.
Dalam kamus Oxford Advance Learner’s,
Kondisi Venue sebagai tempat
kata venue memiliki arti “a place where
penyelenggaraan event MICE, juga
people meet for an organized event,
mencerminkan kondisi perkembangan
sporting event or conference”. Dalam arti industri MICE di sebuah wilayah, daerah
bahasa Indonesia, kalimat tersebut berarti ataupun negara. Karena Venue memiliki
venue adalah sebuah tempat dimana orang peran penting dalam keberhasilan sebuah
berkumpung untuk menyelenggarakan Event dan mempengaruhi citra yang
acara, acara olahraga, ataupun konferensi. dihasilkan oleh publik sehingga suatu
Kata Venue sendiri dalam kamus besar wilayah, daerah ataupun negara menjadi
bahasa Inggris – Indonesia memiliki arti sebuah pilihan untuk aktivitas Event
tempat, area, ruang, titik pertemuan. MICE.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, (Lu and Cai, 2010; Severt et al, 2007)
venue atau dalam bahasa indonesianya menuturkan, pemahaman sebuah venue
adalah tempat dan memiliki pengertian terhadap pemilihan dari keputusan
ruang (bidang, dsb) yang digunakan untuk pengguna dan pengunjung terhadap sebuah
(menaruh, menyimpan, mengumpulkan, venue, akan mendorong meningkatnya
dsb). exhibitor, gerai retail, sehingga
Venue & Standar Dalam Industri Mice minimbulkan basis pengunjung setia

Venue dalam industri MICE merupakan dimana menjadi faktor penting untuk
memangkan pasar. Pemahaman tersebut
sebuah fasilitas yang sangat penting,
menuntut peningkatan kualitas layanan
karena Venue merupakan lahan atau
dari sebuah Venue, sehingga setiap venue
wadah tempat sebuah Event MICE dapat

Fauzi. (2020). Jurnal Event Bisnis, 1 (2), 9-17


12

dituntut untuk memenuhi standar yang venue event, dikarenakan adanya dua
telah berlaku di pasar. faktor yang sangat mempengaruhi,
Standarisasi pada dasarnya merupakan diantaranya:
penentuan ukuran atau ketentuan yang 1. Adanya peningkatan jumlah pembuatan
harus diikuti dalam menghasilkan ataupun ruangan ataupun tempat yang
melaksanakan sesuatu hal. Istilah difungsikan sebagai ruang atau tempat
standarisasi berasal dari kata dasar standar pertemuan untuk meningkatkan nilai
yang berarti satuan ukuran yang jual sebuah bangunan komersial
dipergunakan sebagai dasar pembanding terhadap konsumen mereka. Bangunan
kuantita, kualita, nilai, dan hasil karya komersial ini dapat dicontohkan seperti
yang ada. Golf Club, Gedung Perkantoran, Pusat
Perbelanjaan, Bandara, dan lain
sebagainya.
Standar Venue Mice Di Dunia
2. Industri event telah menjadi sebuah
Standar venue penyelenggaraan event
industri yang mendunia dimana
MICE dapat dikatakan menjadi sebuah hal
sekarang ini perencanaan maupun
yang sangat penting bagi Industri MICE
pelaksanaannya dapat dilakukan dari
saat ini. Standarisasi untuk menilai sebuah
dua daerah yang berbeda, seperti contoh
jasa ataupun produk sebenarnya sudah
sebuah konferensi Internasional yang
dilakukan sejak lama, hal tersebut dapat
akan dilaksanakan di Indonesia
1
dikatakan dimulai pada tahun 1926
dipersiapkan oleh professional
dimana New York Daily News mulai
conference organizer (PCO) yang
melakukan penilaian terhadap restoran dan
berasal dari Jepang dari negara mereka
hotel untuk melihat standar ataupun
sendiri, sehingga ada tuntutan untuk
kualitas yang diberikan dari aktivitas yang
pemenuhan standar fasilitas yang
dilakukan. Namun standar venue yang
mereka biasa gunakan. Hal ini tentunya
ditetapkan dalam aktivitas event,
mendorong usaha untuk mensejajarkan
berdasarkan informasi yang diperoleh dari
tiap-tiap fasilitas, kualitas tempat,
venuestandart.com baru berkembang
pelayanan dan hal lain menjadi nilai
dalam kurung waktu sepuluh tahun
yang sama di semua belahan dunia.
terakhir. Latar belakang perkembangan
standar dalam industri event khususnya Standar venue pada akhirnya dirancang
untuk mampu membantu konsumen
1 Venue Standard mengidentifikasi kondisi sebuah venue
International, dari
venuestandard.com

Fauzi. (2020). Jurnal Event Bisnis, 1 (2), 9-17


13

yang mereka liat dalam nilai yang sesuai,


dan juga membantu pemilik venue
(pemilik jasa) untuk memberikan
pelayanan produk dan jasa yang memiliki
dasar yang sama dengan pemilik venue
lainnya.

METODOLOGI PENELITIAN

Kriteria penilaian sebuah venue memiliki


Dokumen Analisis standar yang cukup, mengacu kepada
skema minimum standar yang ditetapkan
Dalam penelitian ini, dokumen analisis
oleh Asean Venue Standart yaitu minimal
untuk menghasilkan peta standar venue
setiap venue harus memenuhi 80% dari
MICE di kota Depok menggunakan hasil
kriteria yang ditetapkan. Dari dokumen
venue survey dari pedoman venue standart
analisis yang tersajikan nantinya akan
yang sedang dirumuskan oleh kementrian
mampu memperlihatkan % pemenuhan
pariwisata. Dokumen Analisis berasal dari
standar venue Kota Depok, terhadap
venue hotel dan function hall yang
pendoman standar venue yang coba sudah
dijadikan sebagai tempat kegiatan
dirumuskan.
Meeting, Conference ataupun Exhibition
secara rutin di Kota Depok. Gap Analisis dan Analisis Persentase

Standar baku draft penilaian terhadap Metode penelitian dilakukan dengan


venue standart, menggunakan hasil kajian menggunakan metode penelitian kualitatif
terhadap draft pedoman standar venue dengan pendekatan Gap Analysis, Analisis
MICE di Indonesia yang dilaporan oleh persentase untuk menghasilkan kesimpulan
Kementrian Pariwisata Republik Indonesia yang mampu mempermudah hasil
pada 10 Oktober 2016. Kriteria dalam penelitian menjadi sebuah peta standar
draft pedoman standar venue MICE venue di Kota Depok. Penggunaan
tersebut adalah sebagai berikut : pendekatan Gap Analisis ditujukan untuk
melihat, persepsi yang dimiliki oleh tiap
pengelola terhadap kondisi standar venue
yang mereka miliki dengan kondisi standar
venue yang sebenarnya menurut venue

Fauzi. (2020). Jurnal Event Bisnis, 1 (2), 9-17


14

standard di Indonesia. Hasil tersebut akan Teknik pengumpulan data dilakukan


menunjukkan seberapa besar gap standar dengan pengamatan langsung kepada
yang ada pada seluruh venue di Kota venue-venue di Kota Depok. Metode
Depok. observasi yang digunakan dalam proses
pendokumentasian informasi data
Analisis persentase digunakan untuk
melihat seberapa besar kemungkinan penelitian menggunakan Draft Pedoman.

capaian dari tiap venue untuk memenuhi


HASIL PENELITIAN DAN
kriteria standar yang ditetapkan. Prediksi
PEMBAHASAN
capaian standar in secara umum dihitung
Hasil penelitian dalam Analisis kondisi
dengan rumus yang hasilnya mengandung
Standar existing venue di kota Depok,
pengertian bahwa semakin tinggi
diperoleh dari 4 sample data venue yang
persentase menggambarkan pencapaian
biasa digunakan sebagai Venue Event
standar existing sebuah venue semakin
MICE maupun non MICE di Kota Depok.
baik. Maka digunakan rumus:
Data sample tersebut, diperoleh dari
informasi venue Hotel Margo, Hotel
Santika Depok, Graha Insan Cita dan
Balairung Universitas Indonesia. Dalam
untuk melakukan intepretasi terhadap hasil observasi dapat memberikan
analisis hasil penilaian standar maka bagaimana positioning sample venue di
digunakan 3 (tiga) kriteria yaitu Kota Depok dapat merepresentasikan
tercapai/melampaui, akan tercapai, dan apakah sudah mampu memenuhi standart
perlu upaya keras, dengan penjelasan venue yang sedang coba di formalkan oleh
sebagaimana tabel dibawah ini : Kementrian Pariwisata Republik Indonesia

Kondisi Venue di Depok


Hasil data sample terhadap kondisi standar
Venue di Kota Depok berdasarkan nilai
total capaian dari indikator-indikator yang
terdapat dalam skema standar venue MICE
Indonesia, menunjukkan hasil sebagai
berikut :

Fauzi. (2020). Jurnal Event Bisnis, 1 (2), 9-17


15

Dari ke-8 (delapan) kriteria yang


ditentukan, dimana harus memenuhi nilai
minimum 80%, Kota Depok yang di
representasikan dalam 4 (empat) sample
venue hanya mampu memenuhi 1 standar
kriteria yaitu kriteria “infrastruktur
pendukung dalam kota” dengan % capaian
nilai standar sebesar 92 %. Sedangkan ke-7
Nilai-nilai capaian total dari data yang
(tujuh) standar lain masih berada dibawah
diperoleh menunjukkan, bahwa kriteria
nilai capaian standar minimum, dengan
standar area pameran belum mampu
nilai tertinggi pada kriteria “standar
dipenuhi dengan baik oleh ke-4 (empat)
operasional venue” sebesar 77% dan nilai
venue yang ada di Kota Depok. Nilai
terendah pada kriteria “area pameran”
capaian pada standar kriterian area
sebesar 33%.
pameran hanya memenuhi sebesar 33%
dari 9 indikator yang harus terpenuhi. Hasil
Analisis Hasil Representasi Penilaian
ini dapat merepresentasikan, bahwa secara
Standar Venue
global kondisi venue di Kota Depok belum
cukup mumpuni untuk melakukan aktivitas Data-data yang diperoleh dan menunjukkan
event pameran yang berstandar nasional % nilai capaian terhadap nilai kriteria yang
maupun international. Kondisi berbeda dimintakan dalam standar venue kemudian
dalam hasil observasi ditemukan bahwa, di analisis menggunakan metode GAP
standar venue dari ke-4 (empat) venue Analysis, dimana metode ini digunakan
tersebut memiliki kemampuan yang cukup untuk melihat % nilai yang diperoleh
representative untuk menyelenggarakan terhadap % capaian minimum dari masing-
event seminar maupun konfensi dengan masing indikator yang dimintakan dalam
standar minimal yang dimintakan. standar.
Walaupun jika dikaitkan dengan nilai Hasil analisis menunjukkan beberapa
capaian total, % kemampuan Kota Depok kesimpulan yang di representasikan dalam
untuk memenuhi standar venue meeting bentuk tabel hasil dan simbol capaian
maupun konferensi dengan nilai capaian sebagai berikut:
sebesar 70% masih berada di bawah %
minimum yaitu sebesar 80%.

Fauzi. (2020). Jurnal Event Bisnis, 1 (2), 9-17


16

standar-standar venue tersebut (venue


sampe data penelitian), namun upaya
tersebut dapat dipenuhi dengan
upaya/effort yang tidak terlalu besar.

5.3 Kondisi Standar Venue Kota Depok


persentase capaian terhadap target standar
Secara menyeluruh, hasil analisis terhadap
minimum dari ke-8 (delapan) kriteria
kondisi standar venue Kota Depok dapat
tersebut, rata-rata masih berada dibawah
terlihat pada tabel dibawah ini;
100% kecuali kriteria “infastruktur
pendukung dalam kota”. Kriteria standar
area pameran dapat dikatakan sebagai
kriteria yang paling lemah dalam secara keseluruhan, analisis penilaian
pemenuhan standar kriteria yang dimintakan, terhadap kondisi standar venue Kota
dimana % capaian terhadap target hanya Depok baru mencapai 85% dari target
sebesar 41% dan simbol capaian berupa minimum capaian yang diminta. Kondisi
segitiga merah( ). Simbol capaian tersebut standar venue kota depok disimbolkan
menunjukkan bahwa perlu adanya upaya dengan simbol capain berupa segitiga
keras untuk memenuhi kriteria standar yang kuning ( ), dimana secara keseluruhan
dimintakan oleh standar venue nasional. Dari Kota Depok memiliki kemungkinan untuk
ke-7 (tujuh) kriteria lainnya terdapat 6 memenuhi standar venue yang diminta
(enam) kriteria yang memiliki simbol capain dengan beberapa upaya yang harus
berupa dijalankan dan Pemenuhan kriteria standar
segitiga kuning ( ), dan 1 (satu) kriteria “area pameran” memerlukan upaya yang
yang memiliki simbol capaian berupa bulat besar jika ingin menjadikan Kota Depok
hijau ( ). Ke-6 (enam) kriteria tersebut sebagai alternatif bagi penyelenggaraan
diantaranya kriteria “Minimal Venue; Event Pameran selain di Kota Jakarta.
Spesifikasi Standar Ruangan; Peralatan
Ruang Konferensi; Standar Operasional
SIMPULAN
Venue; Penjualan dan Pemasaran; dan
Berdasarkan hasil penelitian, maka
Manajemen Venue”. Berdasarkan hasil
ditemukan kesimpulan bahwa berdasarkan
analisis simbol terhadap ke-6 (enam)
sampling yang dilakukan terhadap empat
kriteria tersebut menunjukkan bahwa tetap
venue di Kota Depok, ditemukan bahwa
perlu ada upaya pembenahan terhadap

Fauzi. (2020). Jurnal Event Bisnis, 1 (2), 9-17


17

Kota Depok baru memeliki kemampuan Academic Research International.


untuk mencapai nilai standar sebesar 85% Vol.3, No.1, July 2012
dari target minimum capaian yang Julie Whitfield, Leonardo (Don) A. N.
diminta. Untuk dapat memenuhi standar Dioko, Don Webber, And Lingue
venue MICE nasional yang akan Zhang, Attracting Convention and
diberlakukan, maka Kota Depok harus Exhibition Attendance to Complex
memiliki strategi untuk dapat memenuhi Mice Venues: Emerging Data from
standar venue yang diminta terutama jika Macao. International Journal of
ingin menjadikan Kota Depok sebagai Tourism Research, Int. J. Tourism
alternatif bagi penyelenggaraan Event Res. (2012)
Pameran selain di Kota Jakarta. American Biological Safety Association.
Conference Site Selection FAQ’s.
DAFTAR PUSTAKA American Biological Safety
Su Richard Tas, Cheong. 2007. A Association Conference Selection.
Comparative Analisys of MICE (2013)
Destinations between Macao and Thailand Convention Bureau. ASEAN
Singapore. UNLV Theses/Paper 704, Venue Standar. Thailand
12-1-2007 Convention Bureau (2014)
Girod, Aurelie. 2009. An Analysis of the
Development of MICE Industry A
Case Study of Lyon, France. M.A
European Tourism Management
Jarumaneerat, Tatiyaporn dan Pornpisanu
Promsivapallop. 2012. Measuring
Post-Crisis Destinastion Image of
Thailand as a MICE Destination.
Prossiding The 2012 International
Conference on Business and
Management, 6-7 September 2012,
Phuket-Thailand
Khong Chiu, Lim dan Omar A. Ananzeh.
2012. The Role of MICE
Destination Attributes On Forming
Jordan Touristic Image.Journal of

Fauzi. (2020). Jurnal Event Bisnis, 1 (2), 9-17

Anda mungkin juga menyukai