Anda di halaman 1dari 50

Cedera dan Nyeri

pada Aktivitas Fisik dan Olahraga:


Pencegahan, Diagnosis, dan
Penatalaksanaan.

11 Juni 2022
It’s Me

ORGANISASI
PDSKO
IDI
DPD PERWATUSI
PB PASI
PENDIDIKAN
PB PERSANI
FK UNS
FK UI

PEKERJAAN
RS MUHAMMADIYAH TAMAN PURING
FK PROF. DR. HAMKA
KLINIK UTAMA EMINENCE
Pembahasan

Cedera & Nyeri

Pertolongan pada cedera akut

Penanganan nyeri pada cedera

Aktivitas Fisik & Olahraga di suhu tropis


Definisi Cedera & Nyeri
• Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang
dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.
• cedera olahraga adalah cedera saat melakukan aktivitas olahraga: olahraga kompetisi,
rekreasi serta dapat terjadi baik pada atlet, atlet rekreasional, maupun masyarakat.
• Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan
gangguan atau keterbatasan fisik.
• Bagi atlet cedera ini bisa berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus pensiun
dini.

Nyeri merupakan mekanisme peringatan  melindungi/menarik diri dari risiko lebih lanjut dari
cedera atau ancaman cedera
Nyeri bersifat subjektif dan sulit dinilai secara kuantitatif  mempunyai komponen afektif dan
sensoris

Hainline B, et al. Br J Sports Med 2017;51:1245–1258. doi:10.1136/bjsports-2017-097884


Brukner P, Khan Clinical Sport Medicine Third Edition. Helinsky:Mc Graw Hill. 2005.p 8-26.
The International Association for the Study of Pain (IASP)
Penyebab cedera olahraga
Faktor Umum Penyebab Cedera
a. Pemula (atlet atau pelaku olahraga) yang belum berpengalaman.
b. Kurangnya pemanasan dan pendinginan.
c. Teknik yang salah.
d. Permainan kasar (foul play) dan wasit, pelatih, instruktur yang tidak kompeten.
e. Lelah (fatique) dan atau tidak “fit”.
f. Cedera olaraga sebelumnya yang tidak tertangani sebelumnya
g. Kondisi lapangan dan dan atau udara yang jelek.
h. Peralatan yang jelek atau kurang sempurna.

Hainline B, et al. Br J Sports Med 2017;51:1245–1258. doi:10.1136/bjsports-2017-097884


Faktor Khusus pada Overuse
Faktor ekstrinsik Faktor intrinsik
a. Kesalahan Latihan :
a. Malaligment (bentuk yang tidak normal):
- Teknik yang salah - Pronasi yang berlebin kaki
- Taktik dan antisipasi yang salah - Kolum femoris yang anteversi
- Kelainan ortopedik lain
- Lelah b. Leg length discrepancy (panjang tungkai
- Waktu yang berlebih atau waktu istirahat terlalu pendek berbeda)
c. Imbalans dari otot
- Jarak yang berlebihan (overdistance)
d. Kelemahan otot
- Repetisi dan atau intensitas yang berlebihan e. Fleksibilitas: kaku atau terlalu lentur
- Lapangan yang menanjak/berbukit d. Keterampilan motorik rendah
f. Kesegaran fisik rendah
b. Permukaan tempat latihan
- Keras
- Lembut/halus
- Miring
c. Peralatan yang tidak “pas”
d. Kondisi lingkungan, misalnya terlalu panas

Hainline B, et al. Br J Sports Med 2017;51:1245–1258. doi:10.1136/bjsports-2017-097884


Contoh
Risiko
terjadinya
Cedera

Debbie Palmer-Green. ABC of Sports and Exercise Medicine, Fourth Edition.2015


Sprain:
ligamen

Strain: otot
Cedera
jaringan lunak
Contussion:
otot
Cedera
Laceration:
musculoskelet
Kulit
al
Dislocation:
sendi
Cedera
jaringan keras
Fracture:
tulang
Sprain
• Sprain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau robekan pada ligament
(jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang
memberikan stabilitas sendi  ketidakstabilan pada sendi.
• Gejalanya :
 nyeri,
 inflamasi/peradangan,
 Keterbatasan menggerakkan sendi yang terkena
• Pencegahan :
 pemanasan yang cukup
 Stretching yang tepat

Contoh: ACL, PCL, LCL, MCL, ATFL, PTFL

Semarayasa, Ketut I. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014


Sprain
Tingkatan Sprain
Grade 1
Overstretching atau robekan minimal ligament dengan tanpa gangguan ketibakseimbangan sendi
• Sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus.
• Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkakan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
• Diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya
• Miinimal atau tanpa kehilangan fungsi atau kemampuan menahan berat badan
Grade 2
cedera partial ligamen
• Lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh.
• Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.
• Instabilitas derajat ringan – sedang, gangguan fungsional sendi
• Berikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan)
• Kesulitan menahan berat badan
Grade 3
• Seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah.
• Persendian sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan gerakan yang abnormal
(significant functional loss and instability)
• Ketidakmampuan menahan berat badan
Cedera Ligamen pada Lutut
Sangat sering terjadi pada pemain
sepakbla, basket

Disebabkan oleh benturan langsung


pada lutut atau twisting injury
Knee Ligament Injury
ACL Cedera akibat hiperekstensi lutut atau
(Anterior benturan dari sisi samping lutut
Cruciate
Ligament)
Cedera akibat Gerakan pivoting saat
menyentuh permukaan / twisting

Atlet merasakan adanya suara “pop”

Bengkak muncul setelah 2-3 jam

Atlet biasanya tidak dapat lagi melanjutkan


pertandingan
Knee Ligament Injury

PCL (Posterior Cruciate Ligament)

• Biasanya benturan dari sisi depan lutu


• Bengkak setelah 2-3 jam, namun tidak separah ACL

MCL (Medial Collateral Ligament)

• Benturan ke arah sisi luar lutut


• Lutut terasa tertekuk ke arah dalam, ada sensasi bunyi “pop”
• Bengkak minimal

LCL (Lateral Collateral Ligament)

• Benturan ke arah dalam lutut


• Biasanya merupakan kombinasi dengan cedera ACL atau PCL
Cedera ligament ankle (ankle sprain)

• Medial ligaments – broad-


3 ligament based deltoid complex
• Lateral ligaments – three
utama pada small ligaments

ankle • Syndesmotic ligaments – join


tibia and fibula together

Most ankle injuries occur when toes are pointing towards


the ground (ankle is most unstable)

Inversion- injury to lateral ligaments

Eversion – injury to medial ligaments


Strain
• Bentuk cedera berupa penguluran atau robekan pada struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon).
• cedera ini terjadi akibat tarikan atau ketegangan berlebihan pada serat otot. Yang melampaui regangan normal
sehingga terjadi robekan pada serat otot.
• Strain sering terjadi pada bagian groin muscles (otot pada pangkal paha), hamstring, otot quadriceps, dan otot
biceps
Hamstring strain
Penyebab cedera yang sering
terjadi pada sepakbola

Meningkat pada olahraga yang


membutuhkan kecepatan (sprint)

Kehilangan banyak waktu


bermain

Sering re-injury
• Nyeri terlokalisir, bengkak, dapat diraba, hilangnya fungsi
Penyebab umum terjadinya cedera pada hamstring

Beban yang overload pada hamstring

Ketidakseimbangan otot kanan dan kiri

Kelemahan otot hamstring

Otot hamstring kaku

Pemanasan yang tidak baik

usia
Shin Splints
• Adanya rasa sakit (cedera pada kaki bagian bawah yang seringkali terjadi terjadi akibat overuse aktivitas olahraga,
termasuk olahraga lari, lompat
• Shin splints ada 2 jenis yaitu;
a). Anterior Shin Splints, yaitu rasa sakit yang terjadi pada bagian depan (anterior) dari tulang tibia.
b) Posterior Shin Splints, rasa sakit tersebut terasa pada bagian dalam (medial) kaki pada tulang tibia
• Shin splints disebabkan oleh adanya robekan sangat kecil pada otot otot kaki bagian bawah yang berhubungan erat dengan
tulang tibia

Semarayasa, Ketut I. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014


Cedera meniscus
Sering terjadi Keluhan Nyeri tiba-tiba pada lutut
atlet:
Cedera akibat terjadinya twisting saat bengkak  12-24 am setelah cedera
menapak permukaan (weight bearing)

Nyeri saat squad


Robekan dengan gejala minimal

Tidak dapat meluruskan sendi lutut


secara sempurna
Lutut seperti terkunci dalam posisi fleksi
cedera tendon Achilles

• Cedera pada tendon achilles ini menempati peringkat pertama yang


sering terjadi pada atlet dan paling sulit untuk
merawat/menyembuhkannya.
• Cedera tersebut berkisar dari tendinitis ringan sampai pada pemutusan
tendon yang parah.

Semarayasa, Ketut I. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014


Fraktur (Patah tulang)
• Cedera seperti ini dialami apabila pemain yang bersangkutan mengalami benturan dengan pemain lain atau
sesuatu yang keras (kontak atau non kntak)
• Setiap tulang yang mendapatkan tekanan terus-menerus diluar kapasitasnya dapat mengalami keretakan (stress
fracture).
• Kelemahan pada struktur tulang sering terjadi pada atlet ski, jogging, berbagai atlet lari, dan pendaki gunung
maupun para tentara, mengalami march fracture.

Semarayasa, Ketut I. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014


Fracture
Fraktur clavicula (Collar Bone)

Adanya benturan pada bahu atau jatuh dengan posisi tangan outstreched

Lokasi fraktur yang paling sering

Penanganan di lapangab  broad arm sling, pain relief


Fraktur pada pergelangan
tangan (Wrist Fracture)

Jatuh dengan posisi outstretched hand

Tanda dan gejala

• Nyeri akut
• Bengkak pada pergelangan tangan
• Tenderness

Biasanya timbul deformitas pada pergelangan tangan

• “dinner-fork deformity”
Fraktur/Dislokasi Jari

Sangat sering terjadi terutama pada kiper

Beberapa kasus cedera dapat melanjtkan pertandingan


setelah dilakukan proteksi yang adekuat pada area cedera

“Mallet finger”  disebabkan oleh terkena bola saat jari


posisi fully extended

Keluhan:
• Nyeri dan bengkak pada jari
• Tidak dapat mengekstensikan jari tangan secera penuh
Dislokasi Bahu
Dua tipe

• Anterior (forward) – paling sering(96%)


• Posterior (backward)
Atlet jatuh pada posisi outstretched hand atau terkena benturan langsung
pada bahu
• Klinis
• ROM bahu terbatas
• Nyeri ketika menggerakkan lengan

Riwayat dislokasi bahu pada atlet


Fraktur Tibia/Fibula
Biasa karena benturan yang keras, contoh: tackling

2 tipe fraktur

• Tertutup  tidak ada perdarahan atau perlukaan pada kulit


• Terbuka  semua jenis fraktur yang terkait denngan adanya
perlukaan kulit
• butuh penanganan segera kerena harus segera dibersihkan dan
pemberian antibiotic IV segera
Fraktur pergelangan kaki (Ankle )

Type of ankle fracture depents on foot position at the time of injury and direction of force exterted

Injury can results from


• Falling to side (going over on ankle)
• Twisting injuries
Clinical manifestation
• Tenderness, swelling and bruising over ankle
• Deformity of affected ankle
Penilaian Cedera

Pastikan cedera tidak membahayakan nyawa atlit : lakukan


monitoring ABC (Airway, Breathing, Circulation)

Penilaian cedera - awal : STOP

Penilaian cedera – detail : TOTAPS

Penanganan Cedera : PRICER, NO HARM, PEACE & LOVE


Approach to injured player
Assume the worst

• Every injured player should be approach as having a serious injury until otherwise

Basic resusitation  ABCs

• Airway: ensure player’s windpipe is not blocked : swallowed tongue/inhaled blood


or teeth

Breathing

• Ensure player able to breath normally

Circulation

• Apply direct pressure to wound site


Level of Injury Priority
1. Injured that pose an immediate threat to life
• airway obstruction
• Cardiac arrest
• Uncontrolled bleeding

2. Urgent injuries that are potential threats to life or limb


• Head injury
• Serious limb injures to the blood vessel or nerve

3. The most common type


• Mild limb injuries: sprain/strain
• Cuts or bruises
Penilaian Cedera Awal : STOP
Penilaian Cedera detail : TOTAPS
Penanganan Cedera : No HARM
pada hari 1 hingga 3 setelah cedera
Penanganan Cedera : PRICER
Penanganan Cedera :
PEACE & LOVE

British Journal Sport Medicine (BJSM)


memperkenalkan metode terbaru untuk
penanganan cedera yang disingkat
menjadi PEACE & LOVE.

Prinsip penanganan cedera dengan PEACE &


LOVE ini diperkenalkan oleh dua orang
fisioterapis asal Italia yaitu Blaise dan Jean –
Francous Esculier, sehingga tak berhenti pada
fase healing atau perbaikan jaringan saja tapi
juga memperhatikan aspek pemulihan cedera.
Pada fase perbaikan jaringan menggunakan
prinsip PEACE, sedangkan pemulihan
menggunakan prinsip LOVE
PEACE
P – Protection ( Proteksi )
• Hindari tumpuan dan batasi selama 1 – 3 hari setelah cedera untuk meminimalisir perdarahan yang memperburuk penyembuhan jaringan. Istirahat juga
harus diminimalisir dan dibatasi karena terlalu lama beristirahat dapat merugikan kekuatan dan kualitas jaringan.
E – Elevation ( Elevasi )
• Mengangkat bagian tubuh yang cedera lebih tinggi dari posisi jantung sesering mungkin yang bisa dilakukan. Meskipun belum ada bukti yang kuat yang
mendukung elevasi ini, namun masih direkomendasikan karena jika dinilai untung-ruginya, tidak memberikan resiko yang tinggi yang berdampak buruk.
A – Avoid Anti Inflamatory ( Hindari Anti Inflamasi )
• Hindari penggunaan obat anti inflamasi dan kompres es.. Studi terkini lebih banyak mengkritisi penggunaan es dalam pengobatan cedera akut, dimana
penggunaan es dapat mengganggu peredaran darah yang mengangkut zat-zat alami penting dalam penyembuhan jaringan. Sedangkan obat anti
inflamasi, jika digunakan secara berlebihan, akan mengganggu regenerasi jaringan lunak.
C – Compression ( Kompresi )
• Gunakan elastic bandage atau kinesiotape untuk mengurangi pembengkakakan.
Meskipun masih dalam perdebatan namun kompresi seteleh cedera ankle dapat mengurangi pembengkakan sendi dan perdarahan jaringan.
E – Education ( Edukasi )
• Berikan edukasi kepada pasien untuk terlibat aktif dalam pemulihan dan hindari penggunaan modalitas pasif (elektoterapi, manual terapi atau akupuntur
) secara berlebihan.

https://spesialis1.ikfr.fk.unair.ac.id/prinsip-umum-penanganan-dan-rehabilitasi-pasca-cedera-lulut-akibat-olahraga.html
LOVE
L – Loading ( Pembebanan )
• Lakukan pembebanan secara bertahap dengan menggunakan toleransi nyeri sebagai petunjuk dosis. Pembebanan
yang optimal tanpa menimbulkan nyeri dapat membantu proses penyembuhan, remodeling jaringan dan membangun
toleransi dan kapasitas tendon, otot dan ligamen.

O – Optimism ( Optimis )
• Kondisikan pikiran untuk senantiasa positif dan percaya diri. Otak memainkan peranan penting dalam proses
pemulihan.
V – Vascularisation ( Vaskularisasi )
• Lakukan latihan kardiovaskuler untuk memperlancar perdaran darah.
Aktivitas fisik termasuk komponen kardiovaskuler yang penting dalam pemulihan cedera musculoskeletal.
E – Exercise ( Latihan )
• Lakukan latihan seperti strenghtening, stretching, dan propioception untuk pemulihan. Latihan akan membantu
memulihkan mobilitas, kekuatan dan proprioception setelah cedera.

https://spesialis1.ikfr.fk.unair.ac.id/prinsip-umum-penanganan-dan-rehabilitasi-pasca-cedera-lulut-akibat-olahraga.html
Contoh: tahapan terapi hamstring strain
Phase Time frame Treatment goal treatment

Immediate management 24 jam Menurunkan bengkak dan nyeri PRICE


Melindungi regio cedra Alat bantu jika cedera berat
Fase akut (inflamasi respon) 1-3 hari Mengurangi bengkak dan nyeri ROM exercise : pasif dan aktif
Mengembalikan ROM ROM sendi lutut, hamstring
Mengembalikan fungsi neuromuskuler stretch, kuadrisep stretch
Latihan isometrik

Fase sub akut (fase repair and 3-27 hari Latihan ROM lanjutan, latihan kelenturan Latihan ROM dan kelenturan
healing) Latihan kekuatan Latihan kekuatan : Hamstring
Meningkatkan kebugaran kardiorespirasi curls
Prone SLR, leg press, CKC
Sepeda stasioner, mesin eliptikal

Fase kronis ( maturase dan > 27 hari Meningkatkan kekuatan Sepeda stasioner, eliptikal
remodeling) Proses menuju functional training Return to running program
Meningkatkan kapasotas kardiorespirasi Endurance training
Meningkatkan kekuatan Strenght training
Total body strengthening
Plyometrics
Sports specific training
Reducing injury risk

Preliminary tests, which might include the following:

• Flexibility measures
• Assessment of body composition and mechanics
• Evaluation of muscular strength, power, and endurance
• Posture assessment
• Sport related emotional stress

Injury risk is reduced by better balance in muscle length and muscle


strength, proper posture, and proper function of joints.
Sport injury prevention strategies
Warm up and stretching
Cool down
Wear protective gear, appropriate and well maintaned
Proper progression of training
Fair play (play safe), use proper techniques
Approriate training prescription
Safe environment
Preparticipation physical exams
Plan at least 1 day off per week to allow body to recover
Stop the activity if pain is present
Use efficient hydration plan
Manajemen
Terapi untuk
Nyeri Akut
dan Kembali
Olahraga
pada hari
yang sama

Hainline B, et al. Br J Sports Med 2017;51:1245–1258. doi:10.1136/bjsports-2017-097884


Efikasi Counter-irritant pada nyeri muskuloskeletal
• Analgesik OTC topikal digunakan untuk nyeri muskuloskeletal disebut ”counterirritants”.
• Counterirritants bekerja pada jaringan lunak dan saraf perifer di area yang di aplikasikan dan menghasilkan
iritasi reversibel, sementara atau peradangan ringan  efek penghilang rasa sakit yang menutupi rasa sakit
tersebut.

Millonig, Marsha K. Pharmacist Ce Lesson. Helping patients understand therapeutic pain-management options. 2013
Aplikasi krim mentol/metil salisilat efektif dalam meredakan DOMS

• Delayed-onset muscle soreness (DOMS) adalah jenis nyeri muskuloskeletal yang ditimbulkan oleh latihan
yang tidak biasa, terutama kontraksi eksentrik.
• Rasa sakit dimulai 8-24 jam setelah latihan, dengan intensitas puncak antara 24 dan 72 jam setelah Latihan.
• Sensasi yang diinduksi oleh produk OTC Counter-irritant menekan atau menghilangkan persepsi rasa sakit
yang lebih dalam.

 Kelompok yang menerima krim mentol/metil salisilat melaporkan


penurunan yang signifikan dalam DOMS (P <.05) 15 menit setelah krim
dihapus dari kulit
 Sebaliknya, baik kelompok yang menerima krim plasebo maupun
kelompok yang menerima krim capsaicin tidak menunjukkan
penurunan rasa sakit yang signifikan 15 menit setelah penghapusan
krim

Hill JM, Sumida KD. Acute effect of 2 topical counterirritant creams on pain induced by delayed-onset muscle soreness. J Sport Rehabil. 2002;11:202-208
Aktivitas Fisik dan Olahraga pada suhu tropis :
Pentingnya metode Pendinginan

 Suhu lingkungan yang tinggi dapat secara negatif mempengaruhi hasil kinerja atlet karena
hipertermia sebelum waktunya, yang diinduksi oleh kelelahan.
 Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa lingkungan yang panas merupakan faktor penting
yang secara signifikan dapat mengurangi output daya atlet, terutama dalam daya tahan jenis
olahraga seperti olahraga lari dan bersepeda.
 Di lingkungan dengan kondisi di atas 30˚C, suhu inti lebih dari 40˚C dan berkaitan dengan
meningkatnya suhu otak, maka kinerja olahraga akan terganggu.
 Ketika gradien suhu antara inti tubuh dan kulit menyempit saat berolahraga, aliran darah kulit
harus ditingkatkan untuk mempertahankan perpindahan panas. Selain itu, detak jantung harus
ditingkatkan untuk curah jantung yang memadai.
 Sehingga, perbedaan peningkatan artifisial antara suhu inti dan suhu lingkungan mungkin
menjadi faktor penting yang mengarah pada keuntungan dari pra-pendinginan pada kinerja
olahraga.

Hohenauer, E. Et al. International Journal of Clinical Medicine, 2018, 9, 117-141


Intervensi Aplikasi Pendinginan pada Atlit : mencegah peningkatan suhu
tubuh yang mengakibatkan kelelahan

 Peningkatan suhu tubuh inti yang disebabkan oleh olahraga dapat berdampak negatif pada
kinerja dan dapat menyebabkan perkembangan penyakit yang berhubungan dengan panas.
Penggunaan teknik pendinginan sebelumnya (pre-cooling), selama (per-pendinginan) atau
langsung setelah (pasca-pendinginan) latihan dapat membatasi peningkatan tubuh inti suhu dan
karenanya meningkatkan kinerja olahraga.
 Pra-pendinginan bertujuan untuk menurunkan Thermal comfort (Tc) sebelum onset latihan,
sehingga meningkatkan margin untuk metabolisme produksi panas dan perolehan panas 
memungkinkan atlet untuk tampil lebih banyak bekerja sebelum batas kritis Tc tercapai
 Per-pendinginan bertujuan untuk melemahkan kenaikan Tc yang diinduksi oleh latihan, yang
menunda timbulnya hipertermia- mengakibatkan kelelahan.

Hohenauer, E. Et al. International Journal of Clinical Medicine, 2018, 9, 117-141


Infografis kelayakan dan efektivitas strategi pra, per dan pasca
pendinginan. Efektivitas teknik pendinginan adalah
diklasifikasikan sebagai kecil (+), sedang (++) atau besar (+++).

Hohenauer, E. Et al. International Journal of Clinical Medicine, 2018, 9, 117-141


Menthol sebagai Bantuan Ergogenik untuk Olimpiade Tokyo 2021

 Aplikasi topikal mentol dan mouth wash bersifat ergogenic di lingkungan yang
panas, meningkatkan kinerja dan persepsi, dengan efek berbeda pada
pengaturan suhu tubuh.
 Aplikasi topikal mentol dan mouth wash bersifat ergogenic dalam aktivitas
ketahanan (endurance) dan memperlihatkan peningkatan kinerja olahraga.
 Topikal Mentol yang diaplikasikan memperlihatkan perbaikan pada waktu Time
To Exhaustion (TTE) (Waktu Menjadi Lelah), baik pada aplikasi tunggal dan
pengaplikasian berulang kali.

Barwood. Et al. Sports Medicine (2020) 50:1709–1727


KESIMPULAN

• Apabila terdapat cedera olahraga, maka memerlukan penilaian terhadap cedera tersebut dengan
melakukan metode :
• STOP
• TOTAPS
• No HARM
• PRICER
• PEACE & LOVE
• Counterirritant topikal dapat digunakan sebagai pertolongan pertama untuk cedera yang sesuai, dimana
dapat membantu mengurangi nyeri yang berkaitan dengan cedera olahraga
• Indonesia, sebagai salah satu negara dengan suhu tropis, maka memerlukan penilaian terhadap
peningkatan suhu inti tubuh saat olahraga. Untuk itu metode “Pendinginan” sebelum, saat dan setelah
olahraga dapat membantu menjaga suhu tubuh agar tidak mudah lelah, meningkatkan performa olahraga
dan mencegah terjadinya cedera olahraga berkaitan dengan suhu tubuh.

Anda mungkin juga menyukai