Anda di halaman 1dari 67

Pencegahan, Diagnosis, dan Penatalaksanaan Cedera

Akut Olahraga

Orientasi Pembinaan Olahraga Disabilitas Intelektual


bagi Tenaga Kesehatan

Jakarta, 28 Juni 2022

dr. Wawan Budisusilo, Sp.KO


28 Juni 2022
PENDIDIKAN
Pembahasan

Disabilitas intelektual

Definisi cedera

Pencegahan cedera

Klasifikasi cedera

Penatalaksanaan pada cedera akut


• Intellectual disability (ID) is a disability characterised by significant
intellectual functioning and adaptive behaviour limitations, which
covers many everyday social and practical skills
• American Psychiatric Association, 1% of the population have
intellectual disability. Around 85% of these people have mild cases.
ACSM  exercise improves HRF
includes cardiorespiratory fitness,
Person with intellectual disability The low fitness levels of adults with
anthropometry, muscular strength,
(ID) have lower physical fitness ID may contribute to an increased
muscular endurance and flexibility,
levels than their peers without risk of suffering physical dysfunction
whereas SRF includes power, agility,
disabilities and mobility disability
speed, balance, coordination,
reaction time and mobility

Effects of exercise on fitness in adults with intellectual disability: a protocol of an overview


of systematic reviews. BMJ Journal of sports and exercise. 2021
Intellectually disabled athlete criteria from the
Special Olympics:

• Atlet yang diizinkan setidaknya berusia 8 tahun dan


diidentifikasi oleh agensi atau profesional sebagai memiliki
salah satu kondisi berikut:
• disabilitas intelektual, keterlambatan kognitif yang diukur
dengan penilaian formal, atau masalah pembelajaran atau
vokasi yang signifikan karena keterlambatan kognitif yang
memerlukan atau telah mendapatkan instruksi yang
dirancang khusus.
• Setiap olahraga dan gangguan yang memenuhi syarat
kemudian diklasifikasikan untuk mempertahankan lapangan
bermain yang adil.

Herman, Daniel, et al. “The Para-Athlete.” DeLee & Drez’s Orthopaedic Sports Medicine, 4th ed., Elsevier
Saunders, 2015, pp. 356–364.
CABANG NON CABANG
OLAHRAGA OLAHRAGA

Healthy Athletes Youth Activation

Motor Activity
Family Congress Training
Program (MATP)

Seni dan Budaya

TARI DAERAH
7
Definisi Cedera
Cedera merupakan suatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh dikarenakan suatu
paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi saat melakukan aktivitas olahraga: olahraga
kompetisi, rekreasi serta dapat terjadi baik pada atlet, atlet rekreasional, maupun
masyarakat.
Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan
gangguan atau keterbatasan fisik istirahat yang cukup lama dan mungkin harus pensiun
dini (kehilangan waktu bermain)

Any new musculoskeletal pain, feeling or injury that result from participation in Paralympic
sport (training or competition) and cause changes in normal training/competition to the
mode, duration, intensity or frequency, regardless of whether or not time is lost from
training or competition.
Hainline B, et al. Br J Sports Med 2017;51:1245–1258. doi:10.1136/bjsports-2017-097884
Brukner P, Khan Clinical Sport Medicine Third Edition. Helinsky:Mc Graw Hill. 2005.p 8-26.
The Sports-Related Injuries and Illnesses in Paralympic Sport Study (SRIIPSS): a study protocol for a prospective longitudinal study, 2016
Reducing injury risk

Preliminary tests, which might include the following:

• Flexibility measures
• Assessment of body composition and mechanics
• Evaluation of muscular strength, power, and endurance
• Posture assessment
• Sport related emotional stress

Injury risk is reduced by better balance in muscle length and muscle


strength, proper posture, and proper function of joints.
Sport injury prevention strategies
Warm up and stretching
Cool down
Wear protective gear, appropriate and well maintaned
Proper progression of training
Fair play (play safe), use proper techniques
Approriate training prescription
Safe environment
Preparticipation physical exams
Plan at least 1 day off per week to allow body to recover
Stop the activity if pain is present
Use efficient hydration plan
Penyebab cedera olahraga
• Pada atlet dengan disabilitas
intelektual maka kemungkinan
terjadi “ barrier “ dalam partisipasi
olahraga dikarenakan:
• Keterbatasan kemampuan atensi
• Kesulitan berkomunikasi
• Masalah motivasi
Dibutuhkan integrasi program sehingga
dapat berpartisipasi secara aman dalam
berolahraga
Bagaimana Pencegahan Cedera Olahraga
Pada Disabilitas?
• Kenali Atlet
• Cabang Olahraga apa yang dimainkan
Faktor Umum Penyebab Cedera
a. Pemula (atlet atau pelaku olahraga) yang belum berpengalaman.

b. Kurangnya pemanasan dan pendinginan.

c. Teknik yang salah.

d. Permainan kasar (foul play) dan wasit, pelatih, instruktur yang tidak kompeten.

e. Lelah (fatique) dan atau tidak “fit”.

f. Cedera olaraga sebelumnya yang tidak tertangani sebelumnya

g. Kondisi lapangan dan dan atau udara yang jelek.

h. Peralatan yang jelek atau kurang sempurna.

Hainline B, et al. Br J Sports Med 2017;51:1245–1258. doi:10.1136/bjsports-2017-097884


Klasifikasi Cedera Olahraga
• External violence
Penyebab
• Internal violence

• Akut
Waktu
• Kronik

• Ringan
Berat ringan
• Berat

• Lunak
Jaringan yang terkena
• Keras

• Traksi
Mekanisme
• Kompresi, dll
Sprain:
ligamen

Strain: otot
Cedera
jaringan lunak
Contussion:
otot

Cedera Laceration:
musculoskeletal Kulit

Dislocation:
sendi
Cedera
jaringan keras
Fracture:
tulang
Sprain
• Sprain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau robekan pada ligament
(jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang
memberikan stabilitas sendi  ketidakstabilan pada sendi.
• Gejalanya :
 nyeri,
 inflamasi/peradangan,
 Keterbatasan menggerakkan sendi yang terkena
• Pencegahan :
 pemanasan yang cukup
 Stretching yang tepat

Contoh: ACL, PCL, LCL, MCL, ATFL, PTFL

Semarayasa, Ketut I. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014


Sprain
Tingkatan Sprain
Grade 1
Overstretching atau robekan minimal ligament dengan tanpa gangguan ketibakseimbangan sendi
• Sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus.
• Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkakan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
• Diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya
• Miinimal atau tanpa kehilangan fungsi atau kemampuan menahan berat badan
Grade 2
cedera partial ligamen
• Lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh.
• Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.
• Instabilitas derajat ringan – sedang, gangguan fungsional sendi
• Berikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan)
• Kesulitan menahan berat badan
Grade 3
• Seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah.
• Persendian sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan gerakan yang abnormal
(significant functional loss and instability)
• Ketidakmampuan menahan berat badan
Cedera Ligamen pada Lutut
Sangat sering terjadi pada pemain
sepakbla, basket

Disebabkan oleh benturan langsung


pada lutut atau twisting injury
Knee Ligament Injury
ACL Cedera akibat hiperekstensi lutut atau
(Anterior benturan dari sisi samping lutut
Cruciate
Ligament)
Cedera akibat Gerakan pivoting saat
menyentuh permukaan / twisting

Atlet merasakan adanya suara “pop”

Bengkak muncul setelah 2-3 jam

Atlet biasanya tidak dapat lagi melanjutkan


pertandingan
Knee Ligament Injury

PCL (Posterior Cruciate Ligament)

• Biasanya benturan dari sisi depan lutu


• Bengkak setelah 2-3 jam, namun tidak separah ACL

MCL (Medial Collateral Ligament)

• Benturan ke arah sisi luar lutut


• Lutut terasa tertekuk ke arah dalam, ada sensasi bunyi “pop”
• Bengkak minimal

LCL (Lateral Collateral Ligament)

• Benturan ke arah dalam lutut


• Biasanya merupakan kombinasi dengan cedera ACL atau PCL
Cedera ligament ankle (ankle sprain)

• Medial ligaments – broad-


3 ligament based deltoid complex
• Lateral ligaments – three
utama pada small ligaments
ankle • Syndesmotic ligaments – join
tibia and fibula together

Most ankle injuries occur when toes are pointing towards


the ground (ankle is most unstable)

Inversion- injury to lateral ligaments

Eversion – injury to medial ligaments


Strain
• Bentuk cedera berupa penguluran atau robekan pada struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon).
• cedera ini terjadi akibat tarikan atau ketegangan berlebihan pada serat otot. Yang melampaui regangan normal
sehingga terjadi robekan pada serat otot.
• Strain sering terjadi pada bagian groin muscles (otot pada pangkal paha), hamstring, otot quadriceps, dan otot
biceps
Hamstring strain
Penyebab cedera yang sering
terjadi pada sepakbola

Meningkat pada olahraga yang


membutuhkan kecepatan (sprint)

Kehilangan banyak waktu


bermain

Sering re-injury
• Nyeri terlokalisir, bengkak, dapat diraba, hilangnya fungsi
Penyebab umum terjadinya cedera pada hamstring

Beban yang overload pada hamstring

Ketidakseimbangan otot kanan dan kiri

Kelemahan otot hamstring

Otot hamstring kaku

Pemanasan yang tidak baik

usia
Cedera meniscus
Sering terjadi Keluhan Nyeri tiba-tiba pada lutut
atlet:
Cedera akibat terjadinya twisting saat bengkak  12-24 am setelah cedera
menapak permukaan (weight bearing)

Nyeri saat squad


Robekan dengan gejala minimal

Tidak dapat meluruskan sendi lutut


secara sempurna
Lutut seperti terkunci dalam posisi fleksi
cedera tendon Achilles

• Cedera pada tendon achilles ini menempati peringkat pertama yang


sering terjadi pada atlet dan paling sulit untuk
merawat/menyembuhkannya.
• Cedera tersebut berkisar dari tendinitis ringan sampai pada pemutusan
tendon yang parah.

Semarayasa, Ketut I. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014


Fraktur (Patah tulang)
• Cedera seperti ini dialami apabila pemain yang bersangkutan mengalami benturan dengan pemain lain atau
sesuatu yang keras (kontak atau non kntak)
• Setiap tulang yang mendapatkan tekanan terus-menerus diluar kapasitasnya dapat mengalami keretakan (stress
fracture).
• Kelemahan pada struktur tulang sering terjadi pada atlet ski, jogging, berbagai atlet lari, dan pendaki gunung
maupun para tentara, mengalami march fracture.

Semarayasa, Ketut I. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014


Fracture
Fraktur clavicula (Collar Bone)

Adanya benturan pada bahu atau jatuh dengan posisi tangan outstreched

Lokasi fraktur yang paling sering

Penanganan di lapangab  broad arm sling, pain relief


Fraktur pada pergelangan
tangan (Wrist Fracture)

Jatuh dengan posisi outstretched hand

Tanda dan gejala

• Nyeri akut
• Bengkak pada pergelangan tangan
• Tenderness

Biasanya timbul deformitas pada pergelangan tangan

• “dinner-fork deformity”
Fraktur/Dislokasi Jari

Sangat sering terjadi terutama pada kiper

Beberapa kasus cedera dapat melanjtkan pertandingan


setelah dilakukan proteksi yang adekuat pada area cedera

“Mallet finger”  disebabkan oleh terkena bola saat jari


posisi fully extended

Keluhan:
• Nyeri dan bengkak pada jari
• Tidak dapat mengekstensikan jari tangan secera penuh
Dislokasi Bahu
Dua tipe

• Anterior (forward) – paling sering(96%)


• Posterior (backward)
Atlet jatuh pada posisi outstretched hand atau terkena benturan langsung
pada bahu
• Klinis
• ROM bahu terbatas
• Nyeri ketika menggerakkan lengan

Riwayat dislokasi bahu pada atlet


Fraktur Tibia/Fibula
Biasa karena benturan yang keras, contoh: tackling

2 tipe fraktur

• Tertutup  tidak ada perdarahan atau perlukaan pada kulit


• Terbuka  semua jenis fraktur yang terkait denngan adanya
perlukaan kulit
• butuh penanganan segera kerena harus segera dibersihkan dan
pemberian antibiotic IV segera
Fraktur pergelangan kaki (Ankle )

Type of ankle fracture depents on foot position at the time of injury and direction of force exterted

Injury can results from


• Falling to side (going over on ankle)
• Twisting injuries
Clinical manifestation
• Tenderness, swelling and bruising over ankle
• Deformity of affected ankle
Exercise Associated Muscle Cramps
EAMC is defined as a syndrome of involuntary painful skeletal muscle spasms that occur during
or immediately after physical exercise. It presents as localised muscle cramping that occurs
spasmodically in different exercising muscle groups, usually the calf, hamstring or quadriceps
muscles.
Cramp management
• withdrawal from athletic activity after the onset of first cramp, as this is a
sign of fatigue.
• active and passive stretching
• active contraction of the antagonist muscle (e.g. dorsiflexors of the
ankle for calf cramp)
• heat packs in cold weather
• massage therapy
Penilaian Cedera

Pastikan cedera tidak membahayakan nyawa atlit : lakukan


monitoring ABC (Airway, Breathing, Circulation)

Penilaian cedera - awal : STOP

Penilaian cedera – detail : TOTAPS

Penanganan Cedera : PRICER, NO HARM, PEACE & LOVE


Tujuan

Tatalaksana Cedera Jaringan Lunak pada FASE AKUT

Menurunkan Reaksi Inflamasi, dan mencegah terjadi kerusakan


lanjutan dari jaringan yang cedera (efek sekunder) :
• penurunan Ruang Gerak Sendi,
• penurunan Kekuatan Otot
• penurunan Edema/bengkak yang berkelanjutan
Approach to injured player
Assume the worst

• Every injured player should be approach as having a serious injury until otherwise

Basic resusitation  ABCs

• Airway: ensure player’s windpipe is not blocked : swallowed tongue/inhaled blood


or teeth

Breathing

• Ensure player able to breath normally

Circulation

• Apply direct pressure to wound site


Level of Injury Priority
1. Injured that pose an immediate threat to life
• airway obstruction
• Cardiac arrest
• Uncontrolled bleeding

2. Urgent injuries that are potential threats to life or limb


• Head injury
• Serious limb injures to the blood vessel or nerve

3. The most common type


• Mild limb injuries: sprain/strain
• Cuts or bruises
Manajemen Cedera Akut Muskuloskeletal

Look Listen Feel Move


• Mekanisme • Bengkak? • Tenderness? • Bisa
cedera • Perubahan • Nyeri tekan? digerakkan?
• Kontak? warna • Instabilitas?
• Non kontak? • Adakah
Bangkang, perubahan
deformitas? Tenderness?, Tightness?
warna, deformitas ? Stability?
Penilaian Cedera Awal : STOP
Talk
• Ask them about the injury. Where is your pain? What are you feeling? What happened to give
you thispain?
Observe
• Look for abnormalities; redness, bruising or bleeding. Compareto the other side of thebody.
Touch
• Touch area to check for swelling and abnormalities as well assensitivity to pain.
Active Movement
• If the injury isn’t so bad then you canask them to movethe injured area. Are they able to
move it without pain?
Passive movement
• If they’reabletomoveit withoutpainthendosomepassive movement so you can over-press
and feel how well the knee is moving.
Skills
• If theinjury doesn’tseembad,thengettheathleteupandhavethemwalkfirst, and then jog. If
they’re able to do this without too much pain, and then you cantest their skills and how well
they’re able tomove.
Penanganan Cedera : No HARM
pada hari 1 hingga 3 setelah cedera
Penanganan Cedera : PRICER
Penanganan Cedera :
PEACE & LOVE

British Journal Sport Medicine (BJSM)


memperkenalkan metode terbaru untuk
penanganan cedera yang disingkat
menjadi PEACE & LOVE.

Prinsip penanganan cedera dengan PEACE &


LOVE ini diperkenalkan oleh dua orang
fisioterapis asal Italia yaitu Blaise dan Jean –
Francous Esculier, sehingga tak berhenti pada
fase healing atau perbaikan jaringan saja tapi
juga memperhatikan aspek pemulihan cedera.
Pada fase perbaikan jaringan menggunakan
prinsip PEACE, sedangkan pemulihan
menggunakan prinsip LOVE
PEACE
P – Protection ( Proteksi )
• Hindari tumpuan dan batasi selama 1 – 3 hari setelah cedera untuk meminimalisir perdarahan yang memperburuk penyembuhan jaringan. Istirahat juga
harus diminimalisir dan dibatasi karena terlalu lama beristirahat dapat merugikan kekuatan dan kualitas jaringan.
E – Elevation ( Elevasi )
• Mengangkat bagian tubuh yang cedera lebih tinggi dari posisi jantung sesering mungkin yang bisa dilakukan. Meskipun belum ada bukti yang kuat yang
mendukung elevasi ini, namun masih direkomendasikan karena jika dinilai untung-ruginya, tidak memberikan resiko yang tinggi yang berdampak buruk.
A – Avoid Anti Inflamatory ( Hindari Anti Inflamasi )
• Hindari penggunaan obat anti inflamasi dan kompres es.. Studi terkini lebih banyak mengkritisi penggunaan es dalam pengobatan cedera akut, dimana
penggunaan es dapat mengganggu peredaran darah yang mengangkut zat-zat alami penting dalam penyembuhan jaringan. Sedangkan obat anti
inflamasi, jika digunakan secara berlebihan, akan mengganggu regenerasi jaringan lunak.
C – Compression ( Kompresi )
• Gunakan elastic bandage atau kinesiotape untuk mengurangi pembengkakakan.
Meskipun masih dalam perdebatan namun kompresi seteleh cedera ankle dapat mengurangi pembengkakan sendi dan perdarahan jaringan.
E – Education ( Edukasi )
• Berikan edukasi kepada pasien untuk terlibat aktif dalam pemulihan dan hindari penggunaan modalitas pasif (elektoterapi, manual terapi atau akupuntur
) secara berlebihan.

https://spesialis1.ikfr.fk.unair.ac.id/prinsip-umum-penanganan-dan-rehabilitasi-pasca-cedera-lulut-akibat-olahraga.html
LOVE
L – Loading ( Pembebanan )
• Lakukan pembebanan secara bertahap dengan menggunakan toleransi nyeri sebagai petunjuk dosis. Pembebanan
yang optimal tanpa menimbulkan nyeri dapat membantu proses penyembuhan, remodeling jaringan dan membangun
toleransi dan kapasitas tendon, otot dan ligamen.

O – Optimism ( Optimis )
• Kondisikan pikiran untuk senantiasa positif dan percaya diri. Otak memainkan peranan penting dalam proses
pemulihan.

V – Vascularisation ( Vaskularisasi )
• Lakukan latihan kardiovaskuler untuk memperlancar perdaran darah.
Aktivitas fisik termasuk komponen kardiovaskuler yang penting dalam pemulihan cedera musculoskeletal.

E – Exercise ( Latihan )
• Lakukan latihan seperti strenghtening, stretching, dan propioception untuk pemulihan. Latihan akan membantu
memulihkan mobilitas, kekuatan dan proprioception setelah cedera.

https://spesialis1.ikfr.fk.unair.ac.id/prinsip-umum-penanganan-dan-rehabilitasi-pasca-cedera-lulut-akibat-olahraga.html
Protection and Rest
Unload or restrict movement for 1–3 days to
minimise bleeding, prevent distension of
injured fibres and reduce the risk of
aggravating the injury. Rest should be
minimised as prolonged rest can compromise
tissue strength and quality. Pain signals should
guide the cessation of protection.

Elevate
Elevate the limb higher than the heart to compression
promote interstitial fluid flow out of tissues. External mechanical pressure using taping or bandages helps
Despite weak evidence supporting its use, limit intra-articular oedema and tissue haemorrhage.
elevation shows a low risk-to-benefit ratio. Compression after an ankle sprain seems to reduce swelling
and improve quality of life.4
Cedera Akibat olahraga
Di Lingkungan Panas
heat cramps, heat syncope, heat exhaustion dan heat stroke.
Peningkatan produksi panas
• peningkatan metabolisme
• peningkatan aktivitas otot

Penurunan kehilangan panas


berkurangnya pengeluaran keringat
berkurangnya respon sistem saraf pusat
obat-obatan
faktor eksogen
Faktor yang Mempengaruhi
Faktor internal
Dehidrasi
• Sakit
• Riwayat cedera panas
• Kondisi Fisik yang Tidak Baik
• Tidak atau kurang melakukan aklimatisasi
• Ketidakseimbangan elektrolit

Faktor Eksternal
Suhu udara di sekitar
• Tingkat kelembaban
• Pergerakan udara
• Panas dari matahari atau sumber lainnya
Jenis Cedera Akibat lingkungan panas

Becker, JA. Heat-Related Illness. Am Fam Physician. 2011;83(11):1325-1330. 55


Székely, M., Carletto, L. and Garami, A. (2015). The pathophysiology of heat exposure. 56
Fatigue cramp VS Heat Cramp
• Bersifat lokal • Seluruh tubuh atau beberapa
• Karena terganggu mekanisme lokasi sekaligus
inhibisi dari golgi tendon organ, • Karena kurang natrium (intake
meningkatnya respon muscle kurang atau peningkatan
spindle pengeluaran) dan pengeluaran
keringat berlebih

KONTRAKSI OTOT INVOLUNTER TANPA RELAKSASI (KRAM)


YANG TERJADI SELAMA LATIHAN INTENSIF DAN
BERKERINGAT DI KONDISI LINGKUNGAN PANAS

Abhay K P, Abha P, Bajarangprasad L P., 2015


Olahraga di lingkungan panas

waktu yang lama

Berkeringat dalam jumlah yang banyak


Faktor risiko
Diet rendah natrium

Lelah otot

Korei Stinger Institute Memakai alat pelindung, baju berlapis


Heat exhaustion
ringan-sedang

Ketidakmampuan mempertahankan curah jantung.

peningkatan suhu tubuh sedang hingga berat (37-40°C).

Kulit kering dan panas  tidak adanya keringat.

Kelelahan, pusing, mual, muntah, malaise, hipotensi, takikardi.

pada lansia sebagai akibat dari obat-obatan (contoh: diuretik).


• Asupan air yang tidak memadai yang mengarah ke dehidrasi

Heat exhaustion seringkali sulit dibedakan secara klinis dengan tahap awal dari exertional heatstroke.

Leon, L. and Bouchama, A. (2015). Heat Stroke. Comprehensive Physiology, pp.611-647. 59


Penatalaksanaan

segera stabilisasi pasien untuk mencegah progresivitas masalah.

Segera kurangi produksi panas dengan menghentikan aktivitas fisik dan mengurangi paparan radiasi
panas.
Tempatkan di lingkungan yang sejuk.

Lepaskan/longgarkan baju atau perlengkapan olahraga yang akan membatasi pengeluaran panas

Membenamkan tubuh pada air dingin atau dengan menggunakan handuk yang direndam air dingin pada
kulit juga dapat dilakukan untuk mendinginkan tubuh lebih cepat

Leon, L. and Bouchama, A. (2015). Heat Stroke. Comprehensive Physiology, pp.611-647. 60


Penatalaksanaan
Pemberian cairan per oral dengan elektrolit

Cairan intravena dapat digunakan bila terjadi dehidrasi berat.

Gejala-gejala heat exhaustion biasanya hilang dalam 2-3 jam

Bila pasien telah tidak membaik dalam 20-30 menit pertama pengobatan awal,
pasien harus ditatalaksana heat stroke.
Jika dicurigai heatstroke, pasien harus segera dievakuasi ke Rumah Sakit.

Kenny, G., Wilson, T., Flouris, A. and Fujii, N. (2018). Heat exhaustion. Thermoregulation: From Basic Neuroscience to Clinical Neurology, Part II, pp.505-529. 61
Heat Stroke
Suhu inti tubuh yang meningkat melebihi 40°C disertai dengan kulit kering yang panas, kelainan
sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma.
Bentuk hipertermia yang terkait dengan respons inflamasi sistemik yang mengarah ke sindrom
disfungsi multiorgan, terutama ensefalopati.
Heat stroke disebabkan oleh paparan suhu lingkungan yang tinggi atau karena olahraga yang
berat.

Classic heat stroke Exertional heat stroke

• Individu yang sakit dan immunocompromised • Individu sehat, muda dan aktif yang terjatuh saat
(contohnya usia sangat muda atau lansia). latihan fisik.
• Paparan lingkungan panas tanpa adanya aktivitas • Anhidrosis jarang ditemukan.
fisik yang berat. • Risiko meningkat pada pasien yang termotivasi
• Sering terjadi kulit kering karena anhidrosis. untuk melakukan aktivitas fisik berat pada
lingkungan panas (militer, atlit, pekerja).
• Angka kematian exertional heat stroke lebih rendah
dibandingkan classical heat stroke.

Hifumi, T., Kondo, Y., Shimizu, K. and Miyake, Y. (2018). Heat stroke. Journal of Intensive Care, 6(1). 62
Glazer JL. Management of
Heatstroke and Heat Exhaustion.
Am Fam Physician.2005;71:2133-
40, 2141-2. 63
Penatalaksanaan Heat
Stroke
Tujuan pengobatan :
menurunkan suhu sedikitnya 0.2°C/menit hingga sekitar 39°C

penanganan heat stroke :


Penilaian A,B,C (jalan napas, pernapasan dan sirkulasi)
Pindahkan pasien ke tempat yang lebih dingin, tempat teduh yang
berangin
Pakaian pasien dilepas
Periksa tanda vital dan suhu rektal
Segera lakukan pendinginan luar pada pasien dengan suhu rectal di atas
40,5°C dengan merendam ke dalam air es

21
Glazer JL. Management of Heatstroke and Heat Exhaustion. Am Fam Physician.2005;71:2133-40, 2141-2. 65
Becker, JA. Heat-Related Illness. Am Fam Physician.
66
2011;83(11):1325-1330.

Anda mungkin juga menyukai