Amaliyah Hari Raya Idul Adha
Amaliyah Hari Raya Idul Adha
Tak terasa sebentar lagi umat Islam akan merayakan hari raya Idul Adha.
Idul Fitri dan Idul Adha datang sekali dalam satu tahun. Keduanya adalah hari
besar Islam dengan fadlilah yang berbeda. Masing-masing memiliki
keutamaannya sendiri dan juga memiliki kesunahan yang berbeda.
Ibadah sunah tahunan ini mempunyai ciri khas masing-masing, hari raya Idul
Fitri misalnya dimanfaatkan dengan saling bermaaf-maafan, berkunjung ke
sanak famili dan para kerabat. Berbeda dengan hari raya Idul Adha yang dikenal
dengan hari raya kurban atau hari raya haji.
ومZZاه كيZZا ذكرنZZه مZن فيZد فسZZوم عيZه يZZة النZع الرائحZوالسنة أن يتنظف بحلق الشعر وتقليم الظفر وقط
الجمعة والسنة أن يتطيب
Artinya: Disunahkan pada hari raya id membersihkan anggota badan dengn
memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau badan yang tidak enak.
Karena amalan tersebut sebagaimana dilaksanakan pada hari Jumat, dan
disunahkan juga memakai wangi-wangian.
Keempat, memakai pakaian yang paling baik lagi bersih dan suci jika
memilikinya. Jika tidak ada, maka cukup memakai pakaian yang bersih dan
suci. Akan tetapi sebagian ulama mengatakan bahwa yang paling utama adalah
memakai pakaian yang putih dan mengenakan serban.
Berkaitan dengan memakai pakaian putih, ini diperuntukkan bagi kaum laki-laki
yang hendak mengikuti jamaah shalat id maupun yang tidak mengikutinya.
Semisal satpam atau seseorang yang bertugas menjaga keamanan lingkungan,
anjurannya ini tidak terkhususkan bagi yang hendak berangkat shalat saja,
melainkan kepada semuanya.
Sedangkan untuk kaum perempuan, maka cukuplah memakai pakaian yang
sederhana atau pakaian yang biasa ia pakai sehari-hari, karena berdandan dan
berpakaian secara berlebihan hukumnya makruh. Begitu juga menggunakan
wangi-wangian secara berlebihan.
Dalam kitab Raudlatut Thalibin dijelaskan:
ا ْستُ ِحبَّ َأ ْن، فَِإ ْن لَ ْم يَ ِج ْد ِإاَّل ثَوْ بًا. َويَتَ َع َّم ُم، ُضلُهَا ْالبِيض َ َوَأ ْفZ،بِ س َأحْ َسنَ َما يَ ِج ُدهُ ِمنَ الثِّيَا َ ََويُ ْستَ َحبُّ َأ ْن يَ ْلب
َذاZ َ ه،اَل ِةZ الص َّ ار ُج ِإلَىZ ِ Z َو ْال َخZ، ْالقَا ِع ُد فِي بَ ْيتِ ِه،ُيع َما َذكَرْ نَاه
ِ ب َج ِم Zِ َويَ ْست َِوي فِي ا ْستِحْ بَا،يَ ْغ ِسلَهُ لِ ْل ُج ُم َع ِة َو ْال ِعي ِد
َواَلZ،ا ِءZZ َويَتَنَظَّ ْفنَ بِ ْال َم، َويُ ْستَ َحبُّ لِ ْل َع َجاِئ ِز،ُة ْال ُحضُورZِ ال َو ْالهَيَْئ ِ ت ْال َج َمِ فَيُ ْك َرهُ لِ َذ َوا، َوَأ َّما النِّ َسا ُء.ال
ِ ُح ْك ُم الرِّ َج
بَلْ يَ ْخرُجْ نَ فِي بِ ْذلَتِ ِه َّنZ،ب ِ َواَل يَ ْلبَ ْسنَ َما يُ ْش ِه ُرهُ َّن ِمنَ الثِّيَا، َيَتَطَيَّ ْبن.
Artinya: Disunahkan memakai pakaian yang paling baik, dan yang lebih utama
adalah pakaian warna putih dan juga memakai serban. Jika hanya memiliki
satu pakaian saja, maka tidaklah mengapa ia memakainya. Ketentuan ini
berlaku bagi kaum laki-laki yang hendak berangkat shalat id maupun yang
tidak. Sedangkan untuk kaum perempuan cukuplah ia memakai pakaian biasa
sebagaimana pakaian sehari-hari, dan janganlah ia berlebih-lebihan dalam
berpakaian serta memakai wangi-wangian.
Sabda Nabi SAW berikut memberi penjelasan tentang memakai pakaian yang
paling baik. Bahwa riwayat dari Sahabat Ibnu Abbas RA:
وْ ِم َأ ْن يُبَ ِّكرُوا ِإلَىZZَتَ َحبُّ لِ ْلقZ َوي ُْس، ُوبZZهُ الرُّ ُكZَ فَل،ض
ٍ َرZ َأوْ َم،رZ َ فَِإ ْن.اص ِد ْال ِعي ِد ْال َم ْش ُي
ٍ Zَضعُفَ لِ ِكب ِ َال ُّسنَّةُ لِق
َّ لِيَْأ ُخ ُذوا َم َجالِ َسهُ ْم َويَ ْنت َِظرُوا ال،صلَّ ُوا الصُّ ْب َح
صاَل ة َ صاَل ِة ْال ِعي ِد ِإ َذا
َ
Artinya: Bagi yang hendak melaksanakan shalat id disunahkan berangkat
dengan berjalan kaki. Sedangkan untuk orang yang telah lanjut usia atau tidak
mampu berjalan maka boleh ia menggunakan kendaraan. Disunahkan juga
berangkat lebih awal untuk shalat id setelah selesai mengerjakan shalat subuh,
untuk mendapatkan shaf atau barisan depan sembari menunggu
dilaksanakannya shalat.
Keenam, untuk hari raya Idul Adha disunahkan makan setelah selesai
melaksanakan shalat id. Hal ini berbeda dengan hari raya Idul Fitri disunahkan
makan sebelum melaksanakan shalat id.
Pada masa Nabi SAW, makanan tersebut berupa kurma yang jumlahnya ganjil,
entah itu satu biji, tiga biji ataupun lima biji. Karena makanan pokok orang
Arab adalah kurma. Jika di Indonesia makanan pokok adalah nasi, akan tetapi
jika memiliki kurma maka hal itu lebih utama. Dan jika tidak mendapatinya,
maka cukuplah dengan makan nasi atau sesuai dengan makanan pokok daerah
tertentu.
ومZZتى يطعم ويZZر حZZوم الفطZZرج يZZلَّ َم ال يخZصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس
َ ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل َكانَ النَّبِ ُّي
ِ عن بريدة َر
النحر ال يأكل حتي يرجع
Artinya: Diriwayatkan dari sahabat Buraidah RA, bahwa Nabi SAW tidak
keluar pada hari raya Idul Fitri sampai beliau makan, dan pada hari raya Idul
Adha sehingga beliau kembali ke rumah.
Diriwayatkan juga dari sahabat Anas RA:
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َكانَ اَل يَ ْخ ُر ُج يوم الفطر حتى يأكل تمرات ويأكلهن وترا
َ ِ ان َرسُول هَّللا
َّ
Artinya: Rasulullah SAW tidak keluar pada hari raya Idul Fitri sampai beliau
makan beberapa kurma yang jumlahnya ganjil.
Dengan demikian, anjuran makan pada hari raya Idul Adha adalah setelah
selesai melaksanakan shalat id, alangkah lebih baik jika makan kurma
sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Akan tetapi jika tidak
mendapati kurma, bolehnya makan dengan yang lain, misalnya nasi bagi rakyat
Indonesia, disesuaikan dengan makanan pokok daerah tertentu.