Edisi ke-2
Penulis Naskah
Titin Komariah, S.Kep., Ners.
Desain Sampul
Tim PPIRS RSUP Dr. Hasan Sadikin
Editor
dr. Anggraini Alam, Sp.A(K)
ii
TIM PENYUSUN
PEDOMAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
DI RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
Penasihat:Direktur Utama
Pengarah:Direktur Medik & Keperawatan
Direktur SDM & Pendidikan
Anggota:
1. T it i n Ko m a ri a h, S .Ke p. , Ne rs .
2. Ria E Sitorus, S.Kp., M.Kep., Sp(KMB)
3. Wawan Arif, S.Kp.
4. Lia Nugraha, S.Kp.
5. Sri Haryati, S.Kep., Ners.
6. Tita Setiawati, AMK
7. Siti Jubaedah, S.Kep., Ners.
Kontributor:
1. M a u d y D i r g a h a y u , S K M
2. Hegandari, Dra., Apt.
3. Nina K Poetri, S.Kp.
4. Asep Munawar, SKM, MKM
5. Wina Santiyah, STT
iii
KATA PENGANTAR
KETUA KOMITE PPIRS
RSUP Dr. HASAN SADIKIN
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita, sehingga kita berhasil
menerbitkan buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit di
RSUP Dr. Hasan Sadikin. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit ini merupakan revisi buku sebelumnya yang diterbitkan bulan Februari
2011 dan sebagai pelengkap serta digunakan dalam satu kesatuan dengan Buku
Petunjuk Pencegahan & Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
Dalam buku ini dimuat petunjuk teknis dan prosedur beberapa tindakan yang
mempunyai risiko infeksi rumah sakit serta cara pencegahan dan penanggulangan-
nya. Beberapa perbaikan dan penambahan telah pula dilakukan dalam edisi ke-2 ini.
Dengan adanya buku ini, diharapkan semua petugas dapat mengetahui serta
melaksanakan setiap kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit di
RSUP Dr. Hasan Sadikin secara efisien dan mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Sebagaimana halnya suatu standar prosedur maka buku petunjuk teknis ini akan
terus mengalami perbaikan dalam rangka penyempurnaan sesuai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).
iv
KATA PENGANTAR
KETUA TIM PPIRS
RSUP Dr. HASAN SADIKIN
...............................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
v
SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA
RSUP Dr. HASAN SADIKIN
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa saya
merasa gembira dan bangga atas usaha dan kerja keras Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) RSUP Dr. Hasan Sadikin dan Pokja PCI yang
telah menerbitkan Pedoman Pencegahan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit di RSUP
Dr. Hasan Sadikin yang merupakan perbaikan dan penyempurnaan dari buku
pedoman yang lama.
Dengan diterbitkannya Pedoman Pencegahan Pengendalian Infeksi Rumah
Sakit di RSUP Dr. Hasan Sadikin ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi semua
petugas rumah sakit khususnya di RSUP Dr. Hasan Sadikin dalam meningkatkan
mutu pelayanan melalui upaya pengendalian infeksi. Ketika keadaan ekonomi kita
sedang mengalami krisis, biaya kesehatan menjadi beban yang cukup berat. Di lain
pihak, masyarakat tetap menuntut pelayanan kesehatan yang baik, bermutu,dan
terjangkau. Dengan pengendalian infeksi rumah sakit, pasien dapat terhindar dari
infeksi sampingan dan biaya yang harus dikeluarkan, baik oleh pasien maupun pihak
rumah sakit, dapat ditekan.
Saya berharap agar Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
dapat melakukan pemantauan dan memberikan masukan untuk perbaikan mutu
pelayanan di RSUP Dr.Hasan Sadikin.
Akhirnya saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua Tim
Pencegahan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit dan Pokja PCI yang telah bekerja
keras dalam menyusun Pedoman Pencegahan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit di
RSUP Dr. Hasan Sadikin edisi ke-2 ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini.
vi
DAFTAR SINGKATAN
BMHP : B a h a n m e d i s h a b i s p a k a i
C D C : Centersfor Disease Control and Prevention
C F U : C o l o n y f o r m i n g u n i t
CSSD : C e n t r a l S t e r i l e S u p p l y D e p a r t m e n t
C V C : C e n t r a l v e n o u s c a t h e t e r
C V L : C e n t r a l v e n o u s l i n e
D T R : D e s i n f e k s i t i n g k a t r e n d a h
D T S : D e s i n f e k s i t i n g k a t s e d a n g
D T T : D e s i n f e k s i t i n g k a t t i n g g i
HAIs : H o s p i t a l - a c q u i r e d i n f e c t i o n s
H B V : H e p a t i t i s B v i r u s
H C V : H e p a t i t i s C v i r u s
HEPA : H i g h e f f i c i e n c y p a r t i c u l a t e a i r
HICPAC : Healthc are Infection Control Practises Advisory Committee s
H I V : H u m a n i m m u n o d e f i c i e n c y v i r u s
I C : I n t r a c u t a n e o u s
I C U : I n t e n s i v e c a r e u n i t
ICCU : I n t e n s i v e c a r d i a c c a r e u n i t
I D O : I n f e k s i d a e r a h o p e r a s i
I M : I n t r a m u s k u l a r
I R S : I n f e k s i r u m a h s a k i t
ISPA : I n f e k s i s a l u r a n n a p a s a k u t
I T : I n t r a t e k a l
I V : I n t r a v e n a
I V L : I n t r a v e n o u s l i n e
K L B : K e j a d i a n l u a r b i a s a
M D R : M u l t i d r u g r e s i s t a n t
M R I : M a g n e t i c r e s o n a n c e i m a g i n g
MRSA : Methicillin-resistant Staphylococcus aureus
NICU : N e o n a t a l i n t e n s i v e c a r e u n i t
P P I : P e n c e g a h a n d a n p e n g e n d a l i a n in f e k s i
PPIRS : Pencegahan dan pengendalian infeksi rumah saki t
P P P : P r o f i l a k s i s p a s c a p a j a n a n
R S V : R e s p i r a t o r y s y n c y t i a l v i r u s
S C : S u b c u t a n e o u s
S P O : S t a n d a r p r o s e d u r o p e r a s i o n a l
T P S : Tempat pembuangan sampah sementar a
U S G : U l t r a s o n o g r a f i
V R E : V a n c o m y c i n r e s i s t a n t e n t e r o c o c c i
W S D : W a t e r s e a l e d d r a i n a g e
µ m : M i k r o m e t e r = 1 0 - 6 m
vii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR KETUA KOMITE PPIRS Dr. HASAN SADIKIN .........................…… i v
BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Dasar Hukum ............................................................................................. 2
Tujuan ........................................................................................................ 3
viii
2.Kewaspadaan Penularan Lewat Droplet (Droplet Precautions) ......... 4 9
3.Kewaspadaan Penularan Lewat Kontak (ContactPrecautions) ......... 4 9
Pengambilan, Penyimpanan, dan Pengiriman Bahan Pemeriksaan Mikrobiologi ..............................................................................................
50
1.Petunjuk Umum ................................................................................. 5 0
2.Petunjuk Khusus ................................................................................ 5 0
ix
Penggunaan Antibiotik.............................................................................. 9 1
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1Suhu Penyimpanan Menurut Jenis Bahan Makanan .........................…… 1 7
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1Contoh Aseptik.............................................................................…… 7
Gambar 6Alur Protap Pembersihan Alat (Peralatan yang Dikategorikan Semikritis) .....................................
34
Gambar 7Alur Proses Pengelolaan Barang Reuse .........................................…… 5 9
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
CEK LIS AUDIT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI .........................…...… 105
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSUP Dr. HASAN SADIKIN …………………………………......................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang
sudah ditentukan.
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, dan
pengunjung di rumah sakit dihadapkan pada risiko terjadinya infeksi (infeksi rumah
sakit) baik karena perawatan atau datang berkunjung. Untuk meminimalkan
terjadinya infeksi di rumah sakit perlu diterapkan upaya-upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi yang kegiatannya meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi.
Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit sangat penting,
karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit. Apalagi akhir-akhir ini muncul
berbagai penyakit infeksi baru (new emerging, emerging diseases, dan re-emerging
diseases) dan wabah atau kejadian luar biasa (KLB) dari penyakit infeksi yang sulit
diperkirakan datangnya,sehingga kewaspadaan melalui surveilans serta tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit perlu dilaksanakan dan terus
ditingkatkan.
Berdasarkan uraian di atas maka Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit (PPIRS) dan Tim PPIRS RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung memandang
perlu untuk melakukan perbaikan dan penambahan terhadap pedoman sebelumnya.
Pedoman ini dibuat sebagai pelengkap SOP tentang pencegahan dan pengendalian
infeksi rumah sakit.
Demikian, semoga buku pedoman ini bermanfaat dan dapat dipergunakan
sebagai bahan acuan untuk melakukan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi
rumah sakit di lingkungan RSUP. Dr. Hasan Sadikin.
Tujuan
1. Melindungi pasien dari infeksi rumah sakit seperti infeksi saluran kemih (ISK),
infeksi daerah operasi (IDO), infeksi luka infus (ILI), pneumonia (HAP/VAP),
dekubitus, dan bakteremia
2. Melindungi pasien dari infeksi lain yang mungkin didapat sebagai akibat
terjadinya kontak dengan pasien lain atau tenaga kesehatan yang memiliki
koloni atau terinfeksi kuman menular lain
3. Melindungi tenaga kesehatan, pengunjung, dan orang-orang yang berada di
lingkunganrumah sakit (siswa/mahasiswa/cleaning services) dari risiko terpajan
infeksi
Kewaspadaan Isolasi
Istilah “infeksi nosokomial” saat ini berubah menjadi “infeksi yang berhubungan
dengan sarana pelayanan kesehatan” (healthcare-assosiated infections). Untuk
“infeksi nosokomial di rumah sakit”, digunakan istilah “infeksi rumah sakit” (hospital
infections).
Pelaksanaan prosedur
1. Sesuaikan suhu air mesin cuci tangan (UVWRS), aturpancaran air agar
tidak memercik/membasahi baju
2. Basahi tangan dan lengan (sampai 5 cm di atas siku) dengan air, dengan
cara menekankan lutut pada tombol kanan (dispenser pengatur air)
3. Tekan dengan halus/perlahan tombol kiri (dispenser antiseptik) untuk
mengeluarkan sekitar 3–5 cc antiseptik (bethadine scrub 10%), lumurkan
secara merata sambil menggosok seluruh permukaan tangan dan lengan
hingga 5 cm di atas siku
Perhatian
1. Fokus kegiatan cuci tangan bedah time methodadalah ujung jari, kuku dan
tangan yang merupakan bagian paling bersih/bebas MO, sehingga sejak
kegiatan cuci tangan bedah dilakukan sampai selesai mengeringkan
tangan/lengan, posisi tangan dipertahankan harus tetap selalu lebih tinggi
dari lengan dan siku
2. Petugas yang akan terlibat sebagai anggota tim steril/harus melakukan cuci
tangan bedah time methoddan sebaiknya tidak menggunakan pelembap
kulit/body lotion (kecuali pelembap yang larut dalam air)
3. Pada saat melakukan cuci tangan (di bawah pancuran air yang mengalir),
upayakan gerakan tangan kanan mengarah ke kiri, dan arah gerakan tangan
kiri menuju ke kanan, tidak boleh bolak-balik untuk menghindarkan terjadi
aliran balik dari bagian distal ke bagian proksimal lengan
Penggunaan APD
- APD dipergunakan oleh petugas kesehatan yang langsung berhubungan dengan
pasien (kontak langsung) dan bekerja pada situasi akan terjadi kontak dengan
darah, cairan tubuh, baik sekreta maupun ekskreta, kulit yang tidak utuh, serta
membran mukosa, atau merawat pasien yang dapat mentransmisikan
penyakitnya melalui percikan dan udara
- APD dipergunakan juga oleh pengunjung/keluarga pasien yang terlibat
langsung dalam merawat, serta bekerja pada situasi yang akan terjadi kontak
dengan darah, cairan tubuh, baik sekreta maupun ekskreta, kulit yang tidak
utuh, serta membran mukosa, atau merawat pasien yang dapat
mentransmisikan penyakitnya melalui percikan dan udara
APD meliputi:
- Sarung tangan (bersih dan steril)
- Kacamata/goggle, penutup wajah (face shield)
- Masker
a. Sarung Tangan
- Sarung tangan (bersih, steril) dipakai ketika akan kontak dengan darah,
cairan tubuh sekreta maupun ekskreta, kulit yang tidak utuh, dan membran
mukosa
- Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai suatu
tindakan/prosedur/setelah kontak dengan pasien, menyentuh
benda/lingkungan yang terkonta-minasi
- Untuk mencegah kontaminasi silang antara berbagai bagian tubuh pada
pasien yang sama, sarung tangan yang telah dipakai untuk bagian tubuh
tertentu harus segera dilepas
- Segera cuci tangan setelah melepas sarung tangan (menggunakan sabun,
antiseptik atau antiseptik untuk handrub)
- Sarung tangan sebaiknya sekali pakai jangan di-reuse
- Sarung tangan rumah tangga dipergunakan ketika melakukan dekontaminasi
dan pencucian secara manual instrumen habis pakai dan ketika menangani
linen yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh pasien
c. Masker
- Masker dipakai untuk melindungi membran mukosa dan hidung ketika
melakukan suatu prosedur yang diperkirakan akan terjadi cipratan darah
atau cairan tubuh, baik sekreta maupun ekskreta
- Masker bedah melindungi petugas kesehatan dari inhalasi mikroorganisme
patogen yang berasal dari sistem respirasi yang dapat menyebar dengan
droplet/percikan (contoh: meningitis meningokokus, varisela)
- Masker N95 melindungi petugas kesehatan dari inhalasi mikroorganisme
patogen yang berasal dari sistem respirasi yang dapat menyebar lewat udara
(contoh: TB, MDR-TB, SARS)
d. Apron plastik,jubah/gaun
- Apron plastik dipakai setelah memakai jubah/gaun dan berfungsi untuk
melindung jubah/gaun terpapar darah atau cairan tubuh pasien baik sekreta
maupun ekskreta
- Pergunakan jubah/gaun (bersih dan steril) untuk melindungi pakaian
petugas selama melakukan tindakan/prosedur yang diperkirakan akan
terjadi cipratan darah atau cairan tubuh baik sekreta maupun ekskreta.
Apabila sudah menggunakan jubah/gaun yang tidak tembus air, apron
plastik tidak boleh dipergunakan lagi
- Lepas segera jubah/gaun yang telah basah oleh darah dan cairan tubuh
Tujuan
Tujuan higiene dan sanitasi makanan/minuman dalam proses penyelenggaraan
makanan di rumah sakit:
a. Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan
konsumen
b. Menurunnya kejadian risiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan
melalui makanan
c. Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan
Tata carapelaksanaan
a. Pembagian area Instalasi Gizi
1) Area terbatas (restricted area)
Area terbatas adalah lokasi yang diharapkan bebas dari risiko kontaminasi
terhadap bahan makanan dan makanan. Area tersebut adalah lokasi ruang
persiapan bumbu, penyimpanan, dan pengolahan makanan. Setiap orang
yang memasuki area terbatas wajib menggunakan APDlengkap berupa
pakaian khusus, alas kaki khusus, penutup kepala, sarung tangan, dan
masker. Khusus untuk masker dan sarung tangan digunakan pada saat
menangani makanan/bahan makanan.
c. Bangunan
1) Pintu masuk area pengolahan makanan (area terbatas) harus dibuat
membuka/menutup sendiri (self closing door) dilengkapi peralatan antilalat
seperti kasa, tirai, pintu rangkap, dll.)
2) Fasilitas cuci tangan:
Tempat cuci tangan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau dan
dekat dengan tempat bekerja
Tersedia air yang mengalir
4. Pengendalian Lingkungan
Lingkungan rumah sakit
- Penyehatan ruang bangunandan halaman rumah sakit
- Penyehatan air
- Pengelolaan limbah
- Pengendalian serangga, tikus, dan binatang pengganggu
Kualitas udara
- Cegah terjadinya akumulasi debu dengan membersihkan saluran udara saat
kamar tidak ditempati pasien
- Kadar debu di ruangan harus sesuai dengan persyaratan kesehatan yang
berlaku
b. Penyehatan Air
- Kualitas air minum dan air bersih harus memenuhi persyaratan yang
pemeriksaannya minimal dilakukan sekurang-kurangnya 2× setahun
2 5 – 1 0 0 4
1 0 1 – 4 0 0 6
4 0 1 – 1 . 0 0 0 8
> 1 . 0 0 0 1 0
Dekontaminasi
Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani oleh staf sebelum
dibersihkan, terjadi inaktivasi dan mengurangi tapi tidak menghilangkan jumlah
mikroorganisme yang mengontaminasi.
Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam menangani peralatan,
sarung tangan, linen, dll.Yang terkontaminasi (terkena darah atau cairan tubuh
baik sekreta maupun ekskreta). Pada proses dekontaminasi dipakai disinfektan,
misalnya larutan klorin yang terbuat dari sodium hipoklorit yang umumnya tidak
mahal dan merupakan produk dengan reaksi yang paling cepat dan efektif. Bahan
lainnya yang dapat dipakai adalah etil atau isopropil alkohol 70% dan bahan
fenolik 0,5–3%. WHO menganjurkan menggunakan larutan klorin 0,5%
% konsentrat
Jumlah bagian (JB) air = −1
% keenceran
3. Campur 1 (satu) bagian konsentrat klorin dengan jumlah bagian air yang
dibutuhkan
Contoh: buat larutan encer (0,5%) dari 5% larutan konsentrat
a. Hitung JB air
b. Ambil 1 (satu) bagian konsentrat dan tambahkan 9 bagian air
Pembersihan
- Proses yang secara fisik membuang semua kotoran ataupun membuang
sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi risiko terpapar. Proses terdiri atas
mencuci dengan sabun atau detergen, membilas dengan air bersih, dan
mengeringkan
- Apabila proses pembersihan tidak sempurna, bahan-bahan organik akan
mencegah kontak antara instrumen/peralatan dengan disinfektan atau sterilan
Desinfeksi
Proses menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa endospora
bekterial dari benda mati
Metode desinfeksi
1. Desinfeksi panas/termal
- Menggunakan air panas (merebus, menguapkan)
2. Desinfeksi kimiawi
- Menggunakan disinfektan kimiawi, misalnya glutaraldehid 2%
Tingkatan desinfeksi
1. Desinfeksi tingkat tinggi (DTT): membunuh seluruh mikroorganisme kecuali
beberapa spora bakteri
2. Desinfeksi tingkat menengah (DTM): inaktivasi Mycobacterium tuberculosis,
kebanyakan virus dan jamur, tetapi tidak dapat membunuh spora bakteri
3. Desinfeksi tingkat rendah (DTR): membunuh beberapa bakteri, virus, dan
jamur tetapi tidak dapat membunuh bakteri yang resisten, contohnya
Mycobacterium tuberculosis dan spora bakteri
Tingkatan disinfektankjimiawi
1. Disinfektan kimiawi tingkat tinggi
2. Disinfektan kimiawi tingkat menengah
3. Disinfektan kimiawi tingkat rendah
Sterilisasi
Proses yang membunuh seluruh mikroorganisme termasuk endospora bakteri
dan dapat dicapai dengan metode fisik maupun kimiawi
Metode sterilisasi
1. Uap dengan tekanan (panas lembap)
2. Panas kering
3. Gas ethylene oxide (EO)
4. Sterilan kimiawi
5. Penyinaran
Proses setelah
selesai tindakan
Lakukan penyikatan
Bilas dengan air dengan sikat yang sesuai
yang mengalir sampai bersih
Keringkan s/d
Bilas dengan aqua lumen bagian
steril 3 x sampai dalam dengan
semua lumen diteteskan ke linen
bersih steril
Penatalaksanaan linen
Definisi linen: Bahan-bahan dari kain yang dipergunakan dalam fasilitas
pelayanan kesehatan
Kategori linen habis pakai
1. Linen habis pakai yang terkontaminasi (terkena oleh darah atau cairan
tubuh, baik sekreta maupun ekskreta)
2. Linen habis pakai yang tidak terkontaminasi (tidak terkena oleh darah
atau cairan tubuh, baik sekret amaupun ekskreta )
Pemulasaran jenazah
1. Petugas kesehatan harus menjalankan standar ketika menangani pasien
meninggal akibat penyakit menular
2. Alat pelindung diri (APD) lengkap seperti apron, masker, sarung tangan,
goggle, dan sepatu pelindung harus digunakan petugas yang menangani
jenazah jika pasien tersebut meninggal dalam masa penularan, memandikan
pasien
3. Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak
mudah tembus sebelum dipindahkan ke kamar jenazah
4. Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong
jenazah
5. Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah meninggal dunia
6. Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diizinkan untuk melakukannya
sebelum jenazah dimasukan ke dalam kantong jenazah dengan mengguna-
kan APD
7. Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang
penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit menular.
Sensitivitas agama, adat istiadat dan budaya harus diperhatikan ketika
seorang pasien dengan penyakit menular meninggal dunia
8. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet
a. Pemeriksaan post-mortem
Mengurangi risiko timbulnya aerosol selama autopsi
1. Selalu menggunakan APD (apron, masker, sarung tangan, goggle, dan
sepatu pelindung
2. Gunakan selubung vakum untuk gergaji getar
3. Hindari penggunaan semprotan air tekanan tinggi
4. Buka isi perut sambil disiram air panas
1. Petunjuk Umum
Di dalam petunjuk umum pemeriksaan bakteriologis, yang dapat diterapkan
secara umum adalah tahap pengambilan bahan pemeriksaan. Penyimpanan serta
pengiriman diperinci dalam buku petunjuk khusus.
Pengambilan bahan pemeriksaan bakteriologis untuk infeksi rumah sakit
hendaknya memenuhi beberapa syarat yaitu:
a. Bahan diambil sebelum pemberian antibiotik atau kemoterapeutika. Dalam
keadaan telanjur diberi, maka sebaiknya dilampirkan jenis dan takaran serta
lama pemberian obat
b. Bahan pemeriksaan diambil pada saat dan tempat yang tepat. Saat dan tempat
dipilih dengan mempertimbangkan kemungkinan terbesar mendapatkan
bakteri-bakteri
c. Pengambilan dilakukan dengan cara dan alat sedemikian rupa, sehingga
cemaran tidak terjadi (cara aseptik)
d. Bahan pemeriksaan diambil dalam jumlah yang cukup untuk pemeriksaan yang
diminta
e. Formulir pemeriksaan hendaknya diisi dengan lengkap
2. Petunjuk Khusus
a. Air seni
Waktu penampungan air seni sebaiknya pada pagi hari (early morning
specimen) atau 4 jam setelah kencing terakhir. Tempat penampung ialah
tabung steril tertutup. Tempat pengambilan dapat dengan cara penampungan
b. Darah
Waktu pengambilan darah untuk biakan bakteri dipilih sesuai dengan
perjalanan penyakit. Tempat penampungan bahan disediakan sepasang media
yang berisi media cair, thyptic phosphate broth(TPB) atau trypticase soy broth
(TSB) atau cooked meat medium (CMM) untuk bakteri anaerob. Masing-
masing media diisi dengan 5–10 mL darah untuk 10% volume media.
c. Nanah
Pengambilan nanah (pus) dapat dikelompokkan mnjadi dua cara, yaitu:
1). Pengambilan nanah dari tempat yang tertutup misalnya dari abses, rongga
tubuh (kavum pleura, rongga sendi, dan lain sebagainya). Bahan diambil
dengan cara pungsi aspirasi, dengan semprit steril
2). Pengambilan nanah dari tempat yang terbuka atau yang berhubungan
dengan udara, misalnya dari luka terbuka. Bahan diambil dengan cara
hapusan dengan lidi kapas steril
Bahan yang diambil dengan cara: 1) segera dikirim ke laboratorium.
Diusahakan sedikit mungkin bahan kontak dengan udara yaitu dengan cara
meniadakan udara di dalam semprit dan menutup jarum semprit dengan tutup
karet bekas tutup botol obat suntik. Bahan yang diambil dengan cara
2)dimasukkan ke dalam media transpor Stuart dan segera dikirimkan ke
laboratorium.
Bila pengiriman tertunda, supaya disimpan dalam dalam suhu kamar.
d. Tinja
Pengambilan bahan diambil pada pagi hari dan atau pada tinja yang baru
keluar (freshly passed stool). Bila tinja sulit diperoleh maka pengambilan
dengan apusan rektum dianjurkan. Tinja yang diperoleh ditampung di dalam
tabung atau gelas steril dan segera dikirim ke laboratorium. Bila diambil
dengan apusan rektum, dikirim dalam media transport carry blair. Jumlah
e. Dahak
Dahak (sputum) diperoleh dari penderita dengan cara batuk spontan, dengan
ekspektoran, aspirasi cairan lambung atau aspirasi transtrakeal. Penderita
diberi petunjuk agar yang ditampung adalah benar-benar dahak dan bukan air
liurnya. Pengambilan dilakukan pada pagi hari (early morning sputum) dan
ditampung dalam cawan petri steril.
f. Liquor cerebrospinalis
Pengambilan dengan pungsi, dilakukan sewaktu-waktu sebanyak 2–4 mL.
Penampungan dapat berupa tabung/botol gelas steril bertutup alur (screw
capped) atau tabung berisi media pemupuk ‘dextrose ascitic’ (daf). Pengiriman
ke laboratorium sesegera-segeranya (selagi masih hangat). Penyimpanan tidak
dianjurkan.
Barang reuse
BMHP atau AMHP sekali pakai (single use) yang digunakan ulang setelah melalui
suatu ‘proses penyiapan’ tertentu sehingga dinyatakan layak dan aman untuk
digunakan kembali oleh pasien
Prosedur resterilisasi
Dilakukan pada produk steril yang akan memasuki waktu kedaluwarsa dengan
maksud memastikan agar produk steril yang digunakan menjamin keselamatan
pasien. Prosedur ini dilaksanakan dengan ketentuan mengganti seluruh material
pengemas dan menggunakan indikator internal baru
Ruang Lingkup
Barang medis habis pakai (BMHP) maupun alat medis habis pakai (AMHP) reuse
adalah alat atau bagian dari alat termasuk komponen, suku cadang, dan aksesori
unit atau mesin yang diproduksi untuk sekali pakai, yang digunakan ulang setelah
melalui proses tertentu. Peralatan ini digunakan baik untuk tujuan diagnosis
maupun terapi termasuk tindakan operatif pada manusia, dimana kategori
peralatan kritikal yang digunakan dalam tindakan pembedahan memerlukan
prosedur sterilisasi sedangkan peralatan semikritikal seperti peralatan endoskopi,
memerlukan tindakan desinfeksi tingkat tinggi (DTT).
Kebijakan penggunaan ulang peralatan single use di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung untuk tindakan operasi khusus yang tidak dapat digantikan oleh produk
alat/BMHP dan AMHP lain maupun tindakan lain didasari atas:
a. Keterbatasan jumlah peralatan yang tersedia akibat kendala dan kesulitan
dalam pengadaannya
b. Keterbatasan dana pengadaan peralatan maupun sarana dalam pelayanan di
rumah sakit
Tatalaksana
Sesuai kebijakan rumah sakit, semua penggunaan alat kesehatan seperti
BMHP/AMHP sekali pakai (single use) yang melalui proses penyiapan sebagai
barang reuse untuk digunakan pada pasien lain, terlebih dahulu harus disetujui
oleh pasien dan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) pasien untuk
menghindarkan kemungkinan tuntutan kelalaian. Pemberian informasi ini akan
Merah R e u s e k e - 1
Kuning R e u s e k e - 2
Hijau R e u s e k e - 3
Putih R e u s e k e - 4
Untuk jenis BMHP/AMHP tertentu seperti hand piece electro surgical unit
baik monopolar dan bipolar, serta beberapa peralatan dan aksesori lain yang
bukan dalam kategori single use, tidak dapat digunakan kembali jika terjadi
kerusakan, namun nama peralatan tersebut tetap tercantum dalam daftar
dengan keterangan reuse adalah life time (sampai rusak/mati).
4. Proses sterilisasi
Seluruh peralatan yang sudah melalui proses pembersihan oleh petugas area
dekontaminasi CSSD maupun petugas unit kerja lain, dilakukan:
a. Pengecekan ulang terhadap fisik dan kelayakan/kelengkapan peralatan
b. Membuang dan mengganti penanda sebelumnya dengan penanda baru
sesuai dengan nomor reuse berikutnya berdasarkan daftar warna reuse.
Prosedur pemusnahan/membuang peralatan dilakukan pada peralatan
berlabel penanda hitam, yang menandakan habis masa pakai
c. Membubuhkan indikator internal dalam kemasan
d. Memastikan pencantuman label kedaluwarsa (ED) dan BATCH
e. Pelaksanaan proses sterilisasi
f. Pendokumentasian sesuai SPO
Dokumentasi
Setiap produk peralatan yang di-reuse didokumentasikan dalam bentuk daftar
nama alat serta rekomendasi/ketentuan jumlah maksimum perlakuan reuse yang
diizin-kan/ditetapkan dalam kebijakan rumah sakit.
Untuk memastikan produk BMHP/AMHP single use yang di-reuse digunakan
sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan, bahwa pendokumentasian
kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Daftar peralatan single use dan maksimum reuse
b. Pencocokan jumlah penggunaan dan pencantuman penanda warna
c. Pencatatan distribusi peralatan ke unit pengguna
d. Pendokumentasian keadaan khusus seperti kerusakan peralatan yang belum
mencapai batas maksimum reuse
e. Kejadian khusus seperti laporan terjadinya infeksi dan permasalahan lain
terkait penggunaan peralatan reuse
1 Aut os onic u lt r a s he ar s 5 x C S S D
2 B i p o l a r h a n d p i e c e Hingga rusak C S S D
3 B M V s e t 2 x C a t h l a b
4 C u t t i n g l o o p Hingga rusak C S S D
5 D e l i v e r y s h e a t 2 x C a t h l a b
6 D i l a t o r 3 x Poli ESWL
7 Echelon linear cutter, EC 45 A 5 x Bedah Digestif
8 EVD set (selang + mandrain) 2 x Bedah Syaraf
9 Front loading syringe (800096) 4 x Radiologi
1 0 G C . A l S T 0 1 A R 2 x C a t h l a b
1 1 G u i d e w i r e Hingga rusak P o l i E S W L
1 2 H a r m o n i c 5 x C S S D
1 3 Introducer shears 4F, 5F, 6F, 7F 2 x C a t h l a b
1 4 J w i r e 2 x C a t h l a b
1 5 L e a d T P M 2 x C a t h l a b
1 6 M o n o p o l a r h a n d p i e c e Hingga rusak C S S D
1 7 NP2, NIH diagnostik kateter 2 x C a t h l a b
1 8 Piqtail diagnostik kateter 2 x C a t h l a b
1 9 Pressure connecting tube 1 wa y 4 x Radiologi
2 0 Pressure connecting tube 2 way (600102) 4 x Radiologi
2 1 Proximate linear cutter(TLC 55, 75, 100) 5 x Bedah Digestif
2 2 Proximate linear stapler(TLH 30, 50, 90) 5 x Bedah Digestif
2 3 Sizing ballon, tysak ballon, balon PTBV 2 x C a t h l a b
2 4 Stapler contour curved(CS 406, CR 406) 5 x Bedah Digestif
2 5 Stapler linear(TA 30, 55, 60, 90 ) 5 x Bedah Digestif
2 6 Stapler linear cutter(GIA 60-80) 5 x Bedah Digestif
2 7 Stapler ro tikulato r ( Roticulat or 5 5 ) 5 x Bedah Digestif
2 8 S y r i n g e i n j e c t o r 2 x C a t h l a b
2 9 T r o c a r l a p a r o s c o p y 5 x Bedah Digestif
Tatalaksana Kegiatan
Pada saat peralatan bekas pakai diterima oleh petugas maka pada saat yang sama
pemilahan dapat dilakukan. Kegiatan ini selain agar peralatan tajam dan berbahaya
tidak melukai petugas, juga dimaksudkan untuk menghindarkan kerusakan pada
peralatan halus (instrumen mikro) akibat terbentur dan tertimpa peralatan yang
besar dan berat.
1. Proses pembersihan
Pembersihan peralatan khusus seperti unit scope (kamera) serta aksesori
endoskopi dan laparoskopi dilakukan dengan SPO tersendiri sesuai rekomendasi
dan instructionfor use (IFU) produk peralatan. Setelah itu, dilakukan prosedur
desinfeksi ataupun prosedur sterilisasi sesuai kebutuhan.
Secara umum, pembersihan instrumen bedah dan peralatan penunjang
lain melalui proses pembersihan awal, proses dekontaminasi, dan pencucian.
a. Pembersihan awal (pre-cleaning) yaitu tindakan membersihkan kotoran
darah, jaringan, dan cairan tubuh lain dari permukaan alat bekas pakai.
Pembersihan ini dilakukan dengan air bersih yang mengalir, baik dengan atau
tanpa larutan enzimatik
b. Proses dekontaminasi dilakukan dengan merendam dalam larutan klorin
atau kaporit 0,5% selama 10 menit, kemudian keluarkan dari rendaman
c. Langkah selanjutnya adalah pencucian dengan cara merendam peralatan
Alat Kritikal Peralatan yang masuk atau dipergunakan dan berhubung-an dengan jaringan steril, rongga atau sistem pembuluh, peredaran darah dan saraf Sterilisasi
b. Prosedur dessinfeksi
Prosedur ini dilaksanakan oleh petugas terlatih di unit kerja tertentu yang
melaksanakan pelayanan khusus seperti tindakan endoskopi.
Bahan atau larutan kimia yang digunakan untuk proses desinfeksi, dalam hal
ini desinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah glutaraldehyde 2–4%. Cara
pengenceran dan instruksi penggunaan disesuaikan dengan IFU dari
pabrik/produk terkait. Perhatian khusus terhadap MSDS produk.
5. Kegiatan pendokumentasian
Pencatatan kegiatan dilakukan disetiap area pelayanan serta jenis kegiatan
pelayanan. Hal ini dilakukan untuk memastikan monitoring dan evaluasi dapat
dilaksanakan dengan baik, serta dapat mendeteksi lebih dini jika terjadi keadaan
2. Indikator kimia
Terdiri atas indikator kimia eksternal (sterile tape) yang berfungsi untuk
memasti-kan bahwa kemasan sudah melalui suatu proses sterilisasi, selain itu
juga berfungsi sebagai seal atau pengaman bahwa kemasan belum pernah
dibuka/digunakan. Sedangkan indikator kimia internal adalah kertas pita atau
setrip yang diletakkan di dalam semua kemasan produk yang akan disterilkan.
Pembacaan indikator ini dilakukan dengan melihat perubahan warna setrip/garis
menjadi gelap atau hitam dan merata. Indicator kimia intergrator digunakan
pada setiap siklus sterilisasi untuk kontrol proses, yang dilihat dari keadaan harus
accept.
3. Indikator biologi
Merupakan pengujian yang benar-benar dapat memastikan keadaan produk
steril. Pengujian ini dilakukan dengan pembacaan hasil inkubasi terhadap vial
berisi mikroorganisme tertentu. Vial ini sebelumnya telah melalui suatu siklus
metode sterilisasi tertentu di dalam chamber berisi produk yang disterilkan.
4. Uji visual
Visual/pengamatan langsung dilakukan terhadap seluruh produk yang selesai
disterilkan serta pada saat akan didistribusikan, dengan melihat kelayakan fisik
kemasan seperti tidak kotor, robek dan bolong, tidak lembap atau basah serta
perubahan warna pada indikator eksternal nyata/jelas.
5. Uji mikrobiologi
Swab pada produk steril dilakukan sabagai counter check atau pembuktian
terhadap proses sterilisasi di Instalasi CSSD dilakukan setiap tiga bulan terhadap
jenis kemasan tertentu yang hampir masuk masa kedaluwarsa.
6. Pengendalian lingkungan
Hal ini dilakukan dengan memantau pengukuran temperatur dan kelembapan
udara di ruangan. Selain itu dilakukan penghitungan jumlah koloni kuman. Hal ini
Gambar 7 Alur Proses Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) Menggunakan Bahan Kimia
Definisi
Surveilans infeksi rumah sakit adalah pengumpulan yang sistematis, analisis, dan
interpretasi yang terus-menerus dari data-data kesehatan yang penting untuk
digunakan dalam perencanaan, penerapan, dan evaluasi suatu tindakan.
Metode
Menurut metodologinya maka surveilans infeksi rumah sakit dikenal beberapa jenis:
1. Surveilans komprehensif
2. Surveilans selektif
3. Surveilans infeksi rumah sakit dengan sasaran khusus
4. Surveilans infeksi rumah sakit terbatas dan periodik
5. Surveilans infeksi rumah sakit pascarawat
Penerapan
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan:
- Laporan petugas rumah sakit bersangkutan
- Pengalaman rumah sakit lain
- Tinjauan literatur
C. Pengumpulan Data
- Sumber data: laporan laboratorium, catatan status pasien,
laporan personel rumah sakit
- Identifikasi infeksi rumah sakit
Informasikan ke ruangan-ruangan terkait tentang pencegahan dan
pengendalian infeksi rumah sakit dan surveilans infeksi rumah sakit dan
jelaskan kapan pengumpulan data dimulai. Mintalah agar perawat dan
dokter bekerja sama dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah
sakit dan minta agar status pasien diisi lengkap sesuai standar profesi
masing-masing
Siapkan buku pedoman surveilans/definisi infeksi rumah sakit sebagai
rujukan penentuan infeksi rumah sakit
Siapkan semua formulir pengumpulan data yang dibutuhkan:
Daftar isian
Cek lis proses penerapan kewaspadaan baku
Buku catatan untuk mencatat temuan di ruangan yang berkaitan
dengan pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit
Lakukan kunjungan ruangan
Cari indikasi infeksi rumah sakit dengan melakukan telaah/kajian laporan
laboratorium. Dapat pula dilakukan kunjungan laboratorium untuk
mengetahui apakah ada hasil isolasi positif pada waktu tersebut di ruang
perawatan di mana dilakukan kegiatan surveilans
Kaji status pasien untuk melihat tanda infeksi dan hasil kultur. Bila ada
pasien infeksi rumah sakit, catat kapan mulai terjadi dan kapan pasien
masuk rumah sakit
Jika gejala atau tanggal mulainya tanda infeksi kurang jelas, tanyakan
dokter atau perawat yang merawat pasien tersebut
2. Penyajian data
Tujuan: - Memperlihatkan pola infeksi rumah sakit dan tren
- Memudahkan analisis dan interpretasi data
- Harus memenuhi kriteria tertentu, jelas, sederhana, tidak rumit
dan bersifat menjelaskan diri sendiri
1. Pengolahan data
Cara:
Perhatikan kecenderungan infeksi rumah sakit, apakah menunjukkan
kenaikan yang cukup tajam atau tidak. Bandingkan incidence rate infeksi
rumah sakit bulan ini dengan kurun waktu yang sama pada tahun yang lalu,
apakah ada kenaikan yang cukup bermakna yang perlu mendapat perhatian
Perhatikan dan bandingkan kecenderungan menurut jenis infeksi, ruang
perawatan (jenis pelayanan), dan patogen penyebab bila ada
Gunakan metode statistik untuk melihat penyimpangan yang bermakna.
Dapat juga dengan menggunakan akal sehat dengan melihatincidence rate
rata-rata pada kurun waktu sebelumnya (tingkat endemisitas) dan
konfirmasikan dengan ditemukannya determinan lain yang mungkin
menyebabkan penyimpangan tersebut
Bandingkan pula angka yang diperoleh dengan rumah sakit lain yang
serupa, namun perlu diingat meskipun rumah sakit hampir serupa kelas dan
jenis pelayanannya tetapi mungkin ada perbedaan populasi atau penerapan
definisi infeksi rumah sakit atau determinan lain yang menyebabkan
perbandingan tidak valid
2. Interpretasi data
Interpretasi yang dibuat harus menunjukkan informasi tentang
penyimpangan penting, baik peningkatan atau penurunan
Alasan/sebab peningkatan atau penurunan infeksi rumah sakit harus
didukung oleh data-data yang relevan dan berasal dari sumber yang
terpercaya. Misalnya hasil kunjungan ruangan, wawancara dengan
perawat/dokter atau data hasil suatu penyelidikan formal
2. Diseminasi
Sebelum informasi disebarluaskan, diskusikan terlebih dahulu dengan
Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
Tujuan utama diseminasi informasi hasil kegiatan surveilans adalah agar
pihak terkait dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk menetapkan
strategi pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit
Laporan disampaikan kepada:
- Seluruh anggota komite
- Direktur rumah sakit
- Seluruh staf rumah sakit
- Ruang atau unit terkait dengan masalah infeksi rumah sakit yang
dilaporkan
Laporan dikirim:
- Periodik, sebaiknya bulanan paling tidak 3 (tiga) bulanan
- Segera bila ada KLB
Bentuk penyampaian:
- Lisan dalam pertemuan
- Laporan tertulis
- Papan buletin di mana semua staf rumah sakit dapat melihat dengan
mudah
1. ISK simtomatik
Letak infeksi : ISK simtomatik
Kode : UTI-SUTI
Definisi : ISK simtomatik harus memenuhi paling sedikit satu kriteria
berikut ini
Kriteria 1 : Didapatkan paling sedikit satu dari tanda dan gejala berikut ini
tanpa ada penyebab lainnya:
- demam (>38°C)
- nikuria (anyang-anyangan)
- polakisuria
- disuria
- nyeri suprapubik
- biakan urin porsi tengah (midstream)>105 kuman per mL urin
dengan jenis kuman tidak lebih dari 2 spesies
Kriteria 2 : Ditemukan paling sedikit dua dari tanda dan gejala berikut ini
tanpa ada penyebab lainnya:
- demam (>38°C)
- nikuria (anyang-anyangan)
- polakisuria
- disuria
- nyeri suprapubik
dan salah satu dari hal-hal sebagai berikut:
1. tes garik celup (dipstick) positif untuk leukosit esterase dan
atau nitrit
2. piuria (terdapat ≥10 leukosit per mL atau terdapat ≥3
leukosit per LPB dari urin yang dipusing)
3. ditemukan kuman dengan pewarnaan gram dari urin yang
tidak dipusing
2. ISK/bakteriuria asimtomatik
Letak infeksi : ISK asimtomatik
Kode : UTI-ASB (urinary tract infection asymptomatic bacteriuria)
Definisi : ISK asimtomatik harus memenuhi paling sedikit satu kriteria
berikut ini:
Kriteria 1 : Pasien pernah memakai kateter kandung kemih dalam waktu 7
hari sebelum biakan urin dan ditemukan dalam biakan urin >105
kuman per mL urin dengan jenis kuman maksimal 2 spesies
serta tidak terdapat gejala.keluhan demam, suhu >38°C,
polakisuria, nikuria, disuria, dan nyeri suprapubik
Kriteria 2 : Pasien tanpa kateter kandung kemih menetap dalam waktu 7
hari sebelum biakan pertama positif dan biakan urin 2 kali
3. ISK lain
Letak infeksi : Other infection of urinary tract/ISK lain (ginjal, ureter, kandung
kemih, uretra, jaringan sekitar retro-retro peritoneal atau
rongga perinefrik)
Kode : UTI-UOTI (urinary tract infection other of the urinary tract)
Definisi : ISK asimtomatik lain yang harus memenuhi paling sedikit satu
kriteria berikut ini:
Kriteria 1 : Ditemukan kuman yang tumbuh dari biakan cairan bukan urin
atau jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai terinfeksi
Kriteria 2 : Terdapat abses atau tanda infeksi lain yang dapat dilihat, baik
secara pemeriksaan langsung, selama pembedahan atau me-
lalui pemeriksaan histopatologis
Kriteria 3 : Terdapat dua dari tanda berikut: demam (>38°C), nyeri lokal,
nyeri tekan pada daerah yang dicurigai terinfeksi, dan paling
sedikit satu dari berikut:
1) Keluar pus atau aspirasi purulen dari tempat yang dicurigai
terinfeksi
2) Ditemukan kuman pada biakan darah yang sesuai dengan
tempat yang dicurigai
3) Pemeriksaan radiologis, mis. USG, CT-scan, MRI,
radiolabelscan (gallium technetium) abnormal,
memperlihatkan gam-baran infeksi
4) Didiagnosis infeksi oleh dokter yang menangani
5) Dokter yang menangani memberikan pengobatan anti-
mikrob yang sesuai
Petunjuk pelaporan
Laporkan infeksi setelah circumsisi pada neonatus sebagai SST-CIRC (skin atau
soft tissue infection sirkulasi neonatus)
Petunjuk pelaporan
Jangan laporkan abses jahitan (inflamasi dan discharge minimal terbatas
pada titik-titik jahitan) sebagai infeksi
Jangan melaporkan suatu infeksi lokal pada tempat pembusukan (stab
wound) sebagai SSI tetapi laporkan sebagai infeksi kulit atau soft tissue
bergantung pada kedalamannya
Laporkan infeksi pada circumsisi bayi sebagai SST-CIRC. Circumsisi bukan
merupakan prosedur pembedahan bagi NNIS
Laporkan infeksi pada episiotomi sebagai REPR-EPIS. Episiotomi
merupakan prosedur pembedahan bagi NNIS
Laporkan luka bakar yang terinfeksi sebagai SST-BURN
Bila infeksi insisional mengenai atau meluas sampai ke lapisan fascia dan
otot, laporkan sebagai infeksi luka operasi profunda
Laporkan spesimen biakan dari insisi superfisial sebagai ID (incisional
drainage)
Petunjuk pelaporan
Masukkan infeksi yang mengenai baik superfisial atau profunda sebagai
ILO profunda
Laporkan biakan spesimen dari insisi superfisial sebagai ID
3. Organ/rongga
Letak infeksi : IDO/ILO organ/rongga
Kode : SSI-(letak spesifik pada organ/rongga)
Definisi : IDO/ILO organ/rongga mengenai bagian badan manapun,
kecuali insisi kulit, fascia atau lapisan-lapisan otot yang dibuka
atau dimanipulasi selama pembedahan. Tempat-tempat
spesifik dinyatakan pada IDO/ILO organ/rongga untuk
menentukan lokasi infeksi lebih lanjut. Pada daftar di bawah
terdapat tempat-tempat spesifik yang harus digunakan untuk
membedakan IDO/ILO organ/rongga. Sebagai contoh, apendik-
tomi yang diikuti dengan abses subdiafragma, yang harus
dilaporkan sebagai IDO/ILO organ/rongga pada tempat spesifik
intraabdominal (SSI-IAB)
Suatu IDO/ILO organ/rongga harus memenuhi kriteri berikut ini
Kriteria : Infeksi timbul dalam waktu 30 hari setelah prosedur
pembedahan bila tidak dipasang implan atau dalam waktu satu
tahun bila dipasang implan serta infeksi tampaknya ada
Petunjuk pelaporan
Kadang-kadang infeksi organ/rongga mengalir melalui insisi; infeksi
semacam itu umumnya tidak berhubungan dengan pembedahan ulang dan
dianggap sebagai penyakit insisi. Karena itu diklasifikasikan sebagai
IDO/ILO profunda
Laporkan biakan spesimen dari insisi superfisial sebagai ID
C. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan bagian bawah (ISPB)
Letak infeksi : Pneumonia
Kode : PNEU-PNEU
Definisi : Pneumonia harus memenuhi paling sedikit satu dari kriteria
berikut ini
Kriteria 1 : Pada pemeriksaan fisis terdapat ronki basah atau pekak (dullnes)
pada perkusi, dan salah satu di antara keadaan berikut:
1. Timbul perubahan baru berupa sputum purulen atau terjadi
perubahan sifat sputum
2. Isolasi kuman positif pada biakan darah
3. Isolasi kuman patogen positif dari aspirasi trakea, sikatan/cuci
bronkus atau biopsi
Petunjuk pelaporan
#
Laporkan plebitis purulen dengan konfirmasi biakan semikuantitatif yang positif
dari ujung kateter, tetapi dengan biakan darah negatif atau tidak dilakukan
biakan sebagai BSI-LCBI
#
Laporkan kuman dari biakan darah sebagai BSI-LCBI bila tidak terdapat bukti
ada infeksi di tempat lain
#
Pseudobakteremia bukan merupakan infeksi rumah sakit
Laboratorium
Untuk orang dewasa dan anak umur >12 tahun
Ditemukan satu di antara 2 kriteria berikut:
a. Kuman patogen dari biakan darah dan kuman tersebut tidak ada
hubungannya dengan infeksi di tempat lain
b. Ditemukan satu di antara gejala klinis berikut:
- Demam (>38°C)
- Menggigil
- Hipotensi
- Oliguria
Petunjuk pelaporan
Laporkan infeksi aliran darah dengan kultur positif sebagai BSI-LCBI
E. Sepsis Klinis
Letak infeksi : Sepsis klinis
Kode : BSI-CSEP
Definisi : Sepsis klinis harus memenuhi paling sedikit satu dari kriteria
berikut ini
Kriteria 1 : Ditemukan salah satu di antara gejala berikut tanpa penyebab lain:
- Suhu >38°C bertahan minimal 24 jam dengan tanpa pemberian
antipiretik
- Hipotensi (sistol ≥90 mmHg)
- Oliguri dengan jumlah urin <20 mL/jam atau <0,5 cc/kgBB/jam
dan semua gejala/tanda yang disebut di bawah ini:
Catatan:
Untuk neonatus digolongkan infeksi rumah sakit bila:
#
Pada partus normal di rumah sakit terjadi setelah lebih dari 3 hari
#
Terjadi 3 hari setelah partus patologik, tanpa didapatkan pintu masuk
kuman
#
Pintu masuk kuman jelas, mis. luka infus
F. Gastroenteritis
Letak infeksi : Gastroenteritis
Kode : GI-GE
Definisi : Gastroenteritis harus memenuhi paling sedikit satu dari kriteria
berikut ini
Kriteria 1 : Pasien mendapat serangan akut diare (BAB air selama lebih dari 12
jam) dengan atau tanpa muntah atau demam (>38°C) dan
tampaknya penyebab bukan noninfeksius (mis. tes diagnostik,
regimen terapeutik, ekseserbasi akut dari keadaan kronis atau
stres psikologis)
Kriteria 2 : Terdapat paling sedikit dua dari tanda dan gejala berikut tanpa
ada penyebab lainnya:
Catatan:
a. Cuci tangan
b. Penanganan makanan yang baik dan aman di rumah sakit
c. Tindakan isolasi tertentu pada setiap pasien diare akut dengan penyebab
yang diduga infeksius
d. Personel yang menderita diare akut dengan penyebab yang diduga
infeksius tidak diperbolehkan untuk memberi asuhan langsung
G. Ulkus Dekubitus
Letak infeksi : Dekubitus ulcer, termasuk superfisial dan profunda (dalam)
Definisi : Infeksi ulkus dekubitus harus memenuhi kriteria berikut ini
Kriteria : Terdapat paling sedikit dua dari tanda dan gejala berikut ini tanpa
diketahui ada penyebab lainnya:
Tanggung jawab
1. Memastikan perawatan pasien yang berkesinambungan
2. Mengklarifikasi implikasi sumber daya
- Tambahan staf/kebutuhan persediaan
- Penanganan media
3. Menyetujui dan mengoordinasi keputusan asuransi
4. Meninjau kemajuan
5. Menentukan akhir KLB
Daftar Kegiatan
Investigasi
Mengonfirmasi KLB, membuat definisi kasus
Menunjukkan KLB—membandingkan angka kejadian saat ini dengan angka
kejadian preedemik
Menganalisis kasus—dibuat daftar yang berisi waktu, orang, dan tempat
Mencari literatur jika dibutuhkan
Melakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengonfirmasi reservoir dan
cara transmisi
Melakukan uji tapis mikrobiologi pada pasien dan staf (jika perlu)
Komunikasi
Informasikan pihak rumah sakit dan manajemen senior
Konsul kepada dokter yang berwenang mengenai penyakit infeksi/PPI
Informasikan kepada setiap kepala departemen dan pimpinan departemen
mikrobiologi
Tatalaksana
Tentukan fasilitas ruang isolasi yang tersedia
Tentukan jenis isolation precaution yang diperlukan
Informasikan pada seluruh perawat, staf medis, dan paramedis mengenai
isolation precaution
Tingkatkan jumlah staf klinis, baik perawat maupun medis
Tingkatkan jumlah staf pendukung pelayanan—petugas kebersihan, laundry,
departemen pelayanan pensterilan sentral
Tingkatkan daya dukung laboratorium
Tingkatkan staf administrasi, telepon, dan staf IT
Simpan catatan wawancara dan laporan kemajuan
Plot kurva epidemik dan area geografis yang terlibat
Evaluasi grafik individu yang terinfeksi dan buat daftar faktor risiko yang
mungkin ada
Furmulasikan hipotesis mengenai reservoir dan modus transmisi yang
mungkin terlibat
Lakukan penelitian case control dan typing studies
Evaluasi dan perbaharui tolok ukur pengendali (control measures)
Lanjutkan surveilans mengenai kasus-kasus sekunder yang terjadi dan
efektivitas tolok ukur pengendali yang dipilih
Kontrol
Menerapkan peraturan isolasi
Memberikan imunisasi aktif dan pasif jika dibutuhkan
Memberikan antibiotik profilaksis jika perlu
Menetapkan peraturan pasien rawat inap, rujukan, dan rawat jalan
Penggunaan Antibiotik
Penyakit infeksi merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia. Hingga saat ini
proporsi angka kejadian penyakit infeksi di Indonesia masih sangat tinggi. Selain itu,
penyakit dengan new emerging disease dan emerging disease memiliki andil besar di
dalam peningkatan angka kesakitan dan kematian di Indonesia.
Seiring dengan perkembangan Iptek, penemuan dan pengembangan antibiotik
baru juga makin pesat yang disertai dengan peningkatan penggunaannya dalam 5
(lima) dekade terakhir, namun angka morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi
masih tetap tinggi.
Definisi
Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah Staphylococcus aureus
yang resisten terhadap penisilin sintetik (metisilin, sefalosporin, nafsilin, dan
oksasislin). Bakteri S. aureus ditemukan pada kulit dan dalam hidung ataupun pada
lipatan kulit lainnya yang resisten terhadap antibiotik atau kemampuan untuk
menolak antibiotik.
Lebih dari 90.000 orang Amerika mendapatkan infeksi mematikan dari MRSA
setiap tahun dan pada tahun 2005, hampir 19.000 orang Amerika meninggal karena
infeksi MRSA. Kematian lebih terkait dengan infeksi MRSA daripada AIDS. Kenapa?
Karena MRSA lebih mematikan daripada AIDS. Bakteri ini masuk melalui luka terbuka
di tubuh kita, misalnya teriris pisau atau tergores. Bakteri ini tahan terhadap
antibiotik. Jika pemberian antibiotik salah maka akan membunuh bakteri baik yang
ada di dalam tubuh kita dan sebaliknya bakteri ini akan beregenerasi dan menulari
bakteri yang lainnya. Jika sudah fatal bakteri ini akan memakan daging, otot, bahkan
jika sudah menjalar lebih parah maka akan menyerang organ vital seperti jantung,
paru, hati, dll.
Pencegahan
a. Skrining pasien waktu masuk ke rumah sakit, swab dilakukan pada hidung,
ketiak, dan perinial. Skrining dilakukan untuk pasien yang sudah dirawat lama
atau kiriman dari rumah sakit luar
b. Membersihkanlantai, meja, dinding, lemari, tempat tidur pasien dengan
disinfektan dari bahan kuarter amonium bersama dengan alkohol secara rutin.
Disinfektan ini efektif melawan MRSA.
c. Melakukan kebersihan tangan dengan air dan antiseptik yang mengandung
klorheksidin 2–4% serta berbasis alkohol sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien. Tindakan invasif/aseptik setelah kontak dengan cairan tubuh dan kontak
dengan lingkungan pasien.
Sudah sangat terbukti dengan kepatuhan petugas melakukan kebersihan tangan
dapat menurunkan angka kejadian MRSA.
d. Penggunakan masker surgical
e. Isolasi
Dengan isolasi pasien yang tepat, dapat mencegah dan menurunkan angka
kejadian MRSA
f. Penggunaan alat pelindung diri (APD)
Penggunaan APD yang tepat dapat menurunkan dan mencegah penyebaran
kejadian MRSA
g. Pembatasan pemberian antibiotik
Penggunaan antibiotik golongan glycopeptides, sefalosporin, dan kuinolon
berisiko dalam peningkatan kolonisasi MRSA. Mengurangi penggunaan kelas
antibiotik yang mempromosikan kolonisasi MRSA, terutama fluoroquinolones,
direkomendasikan dalam pedoman saat ini
h. Menjaga kebersihan diri
Mandi bersih setiap hari, penggunaan handuk, baju, dan penggantian linen harus
satu pasien satu
Tujuan
1. Mengidentifikasi petugas kesehatan (dokter, staf, PPDS, perawat, pekarya,
fisioterapi, petugas rontgen, dll.) yang kontak terus-menerus dengan
sumber infeksi MRSA dan pasien MRSA serta pasien yang berisiko
2. Mengurangi morbilitas dan morbiditas karena kolonisasi/infeksi MRSA
3. Mengendalikan penyebaran MRSA
4. Mengendalikan biaya
Kriteria Skrining
1. Skrining pada petugas kesehatan (dokter, staf, PPDS, perawat, pekarya,
fisioterapi, petugas rontgen, dll.) yang kontak langsung pada sumber infeksi
dan terus-menerus
Membuat laporan tertulis hasil kegiatan surveilans harian infeksi rumah sakit
setiap bulan dan disampaikan kepada Direktur Utama RSUP Dr.Hasan Sadikin
melalui Bidang Perencanaan dan Evaluasi
Membuat laporan tertulis hasil kegiatan surveilans daftar tilik pencegahan dan
pengendalian infeksrmah sakit kepada Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Dr.
Hasan Sadikin
2. Centre for Disease Control and Prevention. 2007 Guideline for isolation
precautions: preventing transmission of infectious agents in healthcare
settings [diunduh 10 September 2014]. Tersedia dari: http://www.cdc.gov/
hicpac/ pdf/ isolation/isolation2007.pdf.
3. Centre for Disease Control and Prevention. Guideline for disinfection and
sterilization in healthcare facilities, 2008 [diunduh 10 September 2014].
Tersedia dari: http://www.cdc.gov/hicpac/pdf/guidelines/disinfection_nov_
2008.pdf.
12. The Association for Professionals in Infection Control and Epidemiology. Apic
Text of Infection Control and Epidemiology. Washington DC: APIC; 2005.
14. Wenzel R, Bearman G, Brewer T, Butzler J-P. A guide to infection control in the
hospital. Edisi ke-4. Boston: International Society of Infectious Diseases; 2008.
16. World Health Organization. WHO guidelines on hand hygiene in health care
[diunduh 10 September 2014]. Tersedia dari: http://whqlibdoc.who.int/
publications/2009/9789241597906_eng.pdf.