Anda di halaman 1dari 55

ANALISIS DAN EVALUSI

PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
“…perlu ada evaluasi atau review atas berbagai
peraturan perundang-undangan. Agar bisa
sejalan dengan jiwa Pancasila, amanat
konstitusi dan kepentingan nasional.”

"Saya minta penataan regulasi jadi prioritas


reformasi hukum kali ini,"
(Presiden Joko Widodo, 17 Januari 2017)

2
REFORMASI HUKUM JILID II

Penguatan Pembentukan Dengan melakukan Omnibus Law


Peraturan Perundang-Undangan

Revisi UU No. 12 Tahun 2011 menjadi


Evaluasi seluruh Peraturan UU No. 15 Tahun 2019
Perundang-Undangan
(fungsi Pemantauan dan Peninjauan)

Pembuatan Database Peraturan Pengelolaan dan Revitalisasi Jaringan


Perundang-Undangan Yang Dokumentasi dan Informasi Hukum
Terintegrasi (JDIHN)

3
TUJUAN PENATAAN REGULASI

KONDISI SAAT INI KONDISI YANG DIHARAPKAN


 Hiperregulasi  Simplifikasi
 disharmoni  harmonis
 multi interpretasi  Jelas, lugas
 tidak efektif  efektif
 biaya tinggi  efisien
 kurang berjiwa Pancasila  Berjiwa Pancasila

4
Perubahan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

BAB XA
UU 12 TAHUN 2011 UU 15 TAHUN 2019 PEMANTAUAN DAN
PENINJAUAN TERHADAP
UNDANG-UNDANG

Di antara Pasal 95 dan Pasal 96 disisipkan 2 (dua) pasal,


yakni Pasal 95A dan Pasal 95B
ISI PERUBAHAN: BAB XA
PEMANTAUAN DAN
PENINJAUAN TERHADAP
UNDANG-UNDANG
Pasal Pasal
95A 95B

1) Pemantauan dan Peninjauan terhadap Undang- (1) Pemantauan dan Peninjauan terhadap
Undang dilakukan setelah Undang-Undang Undang-Undang dilaksanakan dalam 3 (tiga)
berlaku. tahap sebagai berikut:
2) Pemantauan dan Peninjauan terhadap Undang- a. tahap perencanaan;
Undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh DPR, DPD, dan Pemerintah. b. tahap pelaksanaan; dan
3) Pemantauan dan Peninjauan terhadap Undang- c. tahap tindak lanjut.
Undang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)dikoordinasikan oleh DPR melalui alat (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
kelengkapan yang khusus menangani bidang Pemantauan dan Peninjauan terhadap Undang-
legislasi. Undang diatur masing-masing dengan Peraturan
4) Hasil dari Pemantauan dan Peninjauan terhadap DPR, Peraturan DPD, danPeraturan Presiden.
Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat menjadi usul dalam penyusunan
Prolegnas.
6
PENYEMPURNAAN
SIKLUS REGULASI Perencanaan
BPHN
KEMENKUMHAM PEMANTAUAN
c.q. & PENINJAUAN Penyusunan
PUSAT ANALISIS (sisi Pemerintah)
DAN EVALUASI
Perubahan
HUKUM NASIONAL UU 12 Th 2011
Menjadi
UU 15 Th 2019

Pembahasan
Implementasi
dan persetujuan

Pengesahan /
Penetapan dan
Pengundangan 7
Bagaimana Melakukannya?
evaluasi Implementasi
evaluasi
ex ante
ex post
(perencanaan
Pembentukan (sesudah)
hukum)

PUSREN PUSANEV
BPHN BPHN

Konsultasi Publik
adanya penataan
ada kemauan standar kelembagaan
politik dan whole metode yang
dukungan government untuk mendukung
Kepala approach membentuk reformasi
Pemerintahan dan regulasi
mengevaluasi
8
PEDOMAN EVALUASI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN

PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM DATABASE


DAN INFORMASI ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM
( E-VADATA)

9
PERUMUSAN REKOMENDASI
HASIL ANALISIS DAN EVALUASI
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN
PRODUK HUKUM DAERAH

10
PROSES PERUMUSAN REKOMENDASI

PEDOMAN EVALUASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


(6 DIMENSI)

Analisis
Variabel
Rekomendasi Indikator
Penilaian
Evaluasi

11
Tehnik Perumusan Rekomendasi

Permasalahan
Dimensi 2

Permasalahan
Dimensi 3 Analisis Evaluasi REKOMENDASI

Permasalahan
Dimensi 1

Forum Rapat Pokja


Temuan permasalahan berdasarkan
penilaian variabel dan indikator yang Forum dengan Narasumber Forum perumusan rekomendasi
ada pada Pedoman 6 Dimensi FGD dengan Stakeholder

12
BPHN MENETAPKAN REKOMENDASI
TERHADAP STATUS PUU

TETAP

UBAH

CABUT
TINDAK LANJUT REKOMENDASI HASIL PEMANTAUAN DAN PENINJAUAN

Analisis dan Evaluasi BPHN SKPD DPD


Produk Hukum Daerah terkait (tembus
(masuk dalam Target Kinerja an)
Kanwil
mulai Tahun 2020)
Kemenkum
ham

REKOMENDASI
Status PUU:
Ubah/Cabut/Tetap

PUSANEV Kementer Kemen/ Kemen


BPHN ian LPNK/ Koordinat
Analisis dan Evaluasi
Pemrakar LNS or
Hukum Terhadap terkait
sa
PUU tingkat Pusat
15
TEHNIK
ANALISIS DAN EVALUASI
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN
PRODUK HUKUM DAERAH

16
DIMENSI PANCASILA
Merupakan Dimensi Utama di
dalam melakukan analisis dan
evaluasi hukum

17
DIMENSI PANCASILA

NILAI-NILAI PANCASILA VARIABEL PEMENUHAN NILAI-NILAI PANCASILA


(PASAL 6 AYAT 1 UU 12/2011)
Sila 1: Ketuhanan YME
 Pengayoman
Sila 2: Kemanusiaan yang adil dan beradab  Kemanusiaan
 Kebangsaan
Sila 3: Persatuan Indonesia  Kekeluargaan
 Kenusantaraan
Sila 4 : Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan  Bhineka Tunggal Ika
perwakilan  Keadilan
 Kesamaan Kedudukan Dalam Hukum Dan
Sila 5: Kedailan sosial Bagi Seluruh Rakyat Pemerintahan
Indonesia  Ketertiban dan Kepastian Hukum
 Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan

VARIABEL BERSIFAT KUMULATIF


DAN/ATAU ALTERNATIF
NO. VARIABEL INDIKATOR KETERANGAN INDIKATOR
1. Pengayoman Adanya ketentuan yang menjamin pelindungan masyarakat, atau tidak ditemukannya ketentuan yang dapat menyebabkan
tidak terjaminnya pelindungan masyarakat;
Adanya ketentuan yang menjamin keberlanjutan generasi kini dan generasi yang akan datang, atau tidak ditemukannya
ketentuan yang dapat menyebabkan tidak terjaminnya keberlanjutan generasi kini dan yang akan dating;
Adanya ketentuan yang menjamin ketertiban umum, atau tidak ditemukannya ketentuan yang dapat mengakibatkan
rusaknya ketertiban umum.
2. Kemanusiaan Adanya ketentuan yang menjamin Pelindungan HAM; atau tidak ditemukannya ketentuan yang dapat menghambat HAM dan Kebebasan Manusia berdasarkan UU No.39 Tahun 1999:
perlindungan HAM; (8 hak dasar yang diatur seperti: hak utk hidup, hak utk berkeluarga,
hak, mndpt keadilan, rasa aman dsb)
Adanya ketentuan yang menjamin Pemajuan HAM, atau tidak ditemukannya ketentuan yang dapat menghambat pemajuan
HAM;
Adanya ketentuan yang menjamin Penegakan HAM, atau tidak ditemukannya ketentuan yang menghambat penegakan HAM;
Adanya ketentuan yang menjamin Pemenuhan HAM, atau tidak ditemukannya ketentuan yang dapat menghambat
pemenuhan HAM;
Adanya ketentuan yang menjamin Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, atau tidak ditemukannya ketentuan yang
melarang kemerdekaan berserikat berkumpul.
3. Kebangsaan Adanya ketentuan yang mengatur tentang pembatasan keikutsertaan pihak asing, atau tidak ditemukannya ketentuan yang
dapat menyebabkan tidak terbatasnya keikutsertaan pihak asing;
Adanya ketentuan yang dapat mendorong peningkatan kemandirian bangsa, atau tidak ditemukannya ketentuan yang dapat Tidak boleh ada ketentuan yang dapat menghambat kemandirian
menghambat kemandirian bangsa; bangsa.
Adanya ketentuan yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan bangsa, atau tidak ditemukannya ketentuan yang Ketentuan di bidang ekonomi hendaknya dalam rangka meningkatkan
menghambat peningkatan kesejahteraan bangsa; kesejateraan bangsa.
Adanya ketentuan yang menjamin Pengutamaan kepemilikan dan peranan nasional, atau tidak ditemukannya ketentuan yang Pengaturan dalam ketentuan hendaknya lebih berpihak pada pelaku
dapat menyebabkan tidak terjaminnya pengutamaan kepemilikan dan peranan nasional. usaha nasional, dan kepemilikan nasional.
4. Kekeluargaan Adanya ketentuan yang menjamin pelaksanaan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam pengambilan keputusan, atau
tidak ditemukannya ketentuan yang menyebabkan tidak terjaminnya pelaksanaan musyawarah untuk mencapai mufakat
dalam pengambilan keputusan;
Adanya ketentuan yang menjamin pelibatan seluruh pihak terdampak dalam pembentukan kebijakan, atau tidak
ditemukannya ketentuan yang menyebabkan tidak terjaminnya pelibatan seluruh pihak terdampak dalam pembentukan
kebijakan;
Adanya ketentuan yang menjamin akses informasi publik dalam proses pengambilan keputusan, atau tidak ditemukan
ketentuan yang menyebabkan tidak terjaminnya akses informasi publik dalam proses pengambilan keputusan;
Adanya ketentuan yang menjamin pemberian peluang kepada masyarakat dalam memberikan pendapat terhadap
pengambilan keputusan, atau tidak ditemukan ketentuan yang menyebabkan tidak terjaminnya pemberian peluang kepada
masyarakat dalam memberikan pendapat terhadap pengambilan keputusan.
Adanya ketentuan yang menjamin masyarakat memberikan penilaian proses politik dan pemerintahan, atau tidak ditemukan
ketentuan yang menyebabkan tidak terjaminnya masyarakat memberikan penilaian proses politik dan pemerintahan;
Adanya ketentuan yang menjamin sistem kerja yang kooperatif dan kolaboratif, atau tidak ditemukan ketentuan yang
menyebabkan tidak terjaminnya sistem kerja yang kooperatif dan kolaboratif.
No. Varabel Indikator Keterangan

Adanya ketentuan yang mengedepankan Kepentingan nasional, atau tidak ditemukan ketentuan yang Jika ada, maka ketentuan tersebut perlu dicabut atau direvisi agar
mengesampingkan kepentingan nasional; tidak menyimpang dari asas kenusantaraan.
Adanya ketentuan yang mengedepankan kepemilikan dan keikutsertaan nasional, atau tidak ditemukan ketentuan Jika ada, maka ketentuan tersebut perlu dicabut atau direvisi agar
5 Kenusantaraan yang mengesampingkan kepemilikan dan keikutsertaan nasional; tidak menyimpang dari asas kenusantaraan.

Adanya ketentuan yang jelas mengenai Pembagian kewenangan antar sektor secara proporsional; Jika tidak ditemukan ketentuan yang jelas mengenai Pembagian
kewenangan antar sektor secara proporsional, maka perlu dianalisis
apakah ketentuan yang mengatur masalah ini dibutuhkan atau tidak,
jika dibutuhkan, maka perlu direkomendasikan untuk diatur.
Adanya ketentuan yang jelas mengenai Pembagian kewenangan Pusat dan Daerah; Jika tidak ditemukan ketentuan yang jelas mengenai Pembagian
kewenangan Pusat dan Daerah, maka perlu dianalisis apakah
ketentuan yang mengatur masalah ini dibutuhkan atau tidak, jika
dibutuhkan, maka perlu direkomendasikan untuk diatur.
Adanya ketentuan yang menjamin Kepentingan seluruh wilayah Indonesia, atau tidak ada ketentuan yang Tidak boleh ada ketentuan yang berpotensi mengancam kepentingan
mengandung resiko yang membahayakan bagi Kepentingan seluruh wilayah Indonesia. wilayah NKRI.
6. Bhineka Ada ketentuan yang memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta
Tunggal Ika budaya nasional, atau tidak ditemukan ketentuan yang mengabaikan keragaman penduduk, agama, suku dan
golongan, kondisi khusus daerah serta budaya nasional;
Adanya ketentuan yang menjamin Pengakuan dan perlindungan nilai-nilai budaya lokal (kearifan lokal), atau tidak
ditemukan ketentuan yang berpotensi mengabaikan pengakuan dan perlindungan nilai-nilai budaya lokal (kearifan
lokal);
Adanya ketentuan yang menjamin keterlibatan masyarakat hukum adat. Jika tidak ditemukan ketentuan yang menjamin keterlibatan
masyarakat hukum adat, maka perlu dianalisis apakah ketentuan yang
mengatur masalah ini dibutuhkan atau tidak, jika dibutuhkan, maka
perlu direkomendasikan untuk diatur.
No. Variabel Indiikator Keterangan
7. Keadilan Adanya ketentuan yang mengatur peluang yang sama bagi setiap warga negara untuk mendapatkan akses
pemanfaatan sumber daya, atau tidak ditemukan ketentuan yang menyebabkan tidak terjaminnya peluang
yang sama bagi setiap warga negara untuk mendapatkan akses pemanfaatan sumber daya;
Adanya ketentuan yang menjamin penggantian kerugian kepada masyarakat terkena dampak negatif; Jika tidak ditemukan ketentuan yang jelas dalam menjamin penggantian kerugian kepada
masyarakat terkena dampak negatif, maka perlu dianalisis apakah ketentuan yang mengatur
masalah ini dibutuhkan atau tidak, jika dibutuhkan, maka perlu direkomendasikan untuk diatur.
Indikator ini sangat diperlukan pada peraturan bidang SDALH atau yang mengatur masalah yang
berdampak negative bagi perlindungan SDALH.
Adanya ketentuan yang menjamin keterlibatan masyarakat marjinal, atau tidak ditemukan ketentuan yang Yang dimaksud masyarakat marjinal:
menyebabkan tidak terjaminnya keterlibatan masyarakat marjinal; masyarakat prasejahtera;
masyarakat yang terpinggirkan;
mayarakat dalam kelas ekonomi rendah; atau
masyarakat yang tidak diperhitungkan dalam masyarakat.
(contoh: pengemis, pemulung, buruh tani, petani kecil, atau orang-orang dengan penghasilan
pas-pasan atau bahkan kekurangan)
Adanya ketentuan yang berpihak pada masyarakat daerah terpencil, atau tidak ditemukannya kebijakan
yang menyebabkan tidak terjaminnya kepentingan masyarakat daerah terpencil;
Adanya ketentuan mengenai afirmatif action sebagai ikhtiar mengatasi kesenjangan social; Jika tidak ditemukan ketentuan mengenai afirmatif action sebagai ikhtiar mengatasi kesenjangan
sosial, maka perlu dianalisis apakah ketentuan yang mengatur masalah ini dibutuhkan atau tidak
dan dapat dilaksanakan atau tidak. Jika dibutuhkan, maka perlu direkomendasikan untuk diatur.
Adanya ketentuan yang jelas terkait dengan nilai-nilai keadilan, atau Tidak ditemukan ketentuan yang Nilai-nilai keadilan di antaranya:
bertentangan dengan nilai-nilai keadilan keseimbangan (hak dan kewajiban, keuntungan dan kerugian) ,
proporsional,
keadilan komutatif,
keadilan komunikatif,
keadilan distributif,
keadilan moral,
keadilan prosedural,
keadilan legalitas;
dsb.
8. Kesamaan Adanya ketentuan Pengakuan pada hak kelompok minoritas, atau tidak ditemukan ketentuan yang Pengertian kelompok minoritas merujuk pada kelompok individu yang tidak dominan dengan ciri
Kedudukan menghambat hak kelompok minoritas; khas tertentu, (seperti: suku bangsa, ras, agama, atau bahasa) yang berbeda dari mayoritas
Dalam Hukum penduduk yang ada. Sebutan ‘minoritas’ sebagai 'kelompok' biasanya menunjukkan jumlah yang
lebih kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk lainnya dalam posisi yang dominan;
Dan
Istilah ‘minoritas’ ini harus disesuaikan dengan konteks dan kondisi tertentu.
Pemerintahan Adanya ketentuan yang menjamin non diskriminasi, baik secara eksplisit, maupun implisit (dampak/efek),
atau tidak ditemukan ketentuan yang diskriminatif, baik secara eksplisit, maupun implisit (dampak/efek);
Adanya ketentuan yang menjamin keterlibatan perempuan, atau tidak ditemukan ketentuan yang
menghambat keterlibatan perempuan.
No. Vatriabel Indikator Keterangan
9. Ketertiban Dan Adanya ketentuan yang jelas mengenai koordinasi; Jika tidak ditemukan ketentuan yang jelas mengenai koordinasi, maka perlu dianalisis
Kepastian Hukum apakah ketentuan yang mengatur masalah ini dibutuhkan atau tidak, jika dibutuhkan,
maka perlu direkomendasikan untuk diatur.
Adanya ketentuan yang jelas mengenai penyelesaian konflik; Jika tidak ditemukan ketentuan yang jelas mengenai penyelesaian konflik, maka perlu
dianalisis apakah ketentuan yang mengatur masalah ini dibutuhkan atau tidak, jika
dibutuhkan, maka perlu direkomendasikan untuk diatur.
Adanya ketentuan yang jelas mengenai sanksi terhadap pelanggaran; Jika tidak ditemukan ketentuan yang jelas mengenai sanksi terhadap pelanggaran,
maka perlu dianalisis apakah ketentuan yang mengatur masalah ini dibutuhkan atau
tidak, jika dibutuhkan, maka perlu direkomendasikan untuk diatur.
Adanya ketentuan yang jelas mengenai pihak yang melakukan pengawasan dan penegakan hukum; Jika tidak ditemukan ketentuan yang jelas mengenai pihak yang melakukan
pengawasan dan penegakan hukum, maka perlu dianalisis apakah ketentuan yang
mengatur masalah ini dibutuhkan atau tidak, jika dibutuhkan, maka perlu
direkomendasikan untuk diatur.
Adanya ketentuan yang jelas mengenai tindakan yang harus diambil atas peraturan-peraturan yang Jika tidak ditemukan ketentuan yang jelas mengenai tindakan yang harus diambil atas
bertentangan atau tumpang tindih; peraturan-peraturan yang bertentangan atau tumpang tindih, maka perlu dianalisis
apakah ketentuan yang mengatur masalah ini dibutuhkan atau tidak, jika dibutuhkan,
maka perlu direkomendasikan untuk diatur.
Adanya ketentuan yang menjamin transparansi (keterbukaan), atau Tidak ditemukan ketentuan yang
menyebabkan tidak terjaminnya tranparansi (keterbukaan);
Adanya ketentuan yang menjamin akuntabilitas pengelolaan, atau Tidak ditemukan ketentuan yang
dapat menyebabkan tidak terjaminnya akuntabilitas pengelola;
Adanya ketentuan yang menjamin prosedur yang jelas dan efisien, atau Tidak ditemukan ketentuan Jika tidak ditemukannya ketentuan mengenai prosedur yang jelas dan efisien, maka
mengenai prosedur yang jelas dan efisien. perlu dianalisis apakah ketentuan yang mengatur masalah ini dibutuhkan atau tidak,
jika dibutuhkan, maka perlu direkomendasikan untuk diatur.
10. Keseimbangan, Adanya ketentuan yang mengedepankan fungsi kepentingan umum, atau tidak ditemukan ketentuan
Keserasian, Dan yang menyebabkan terabaikannya fungsi kepentingan umum;
Keselarasan Adanya ketentuan yang mengedepankan prinsip kehati-hatian, atau tidak ditemukan ketentuan yang Ketentuan ini sangat dibutuhkan pada peraturan perundang-undangan bidang SDALH
menyebabkan terabaikannya prinsip kehati-hatian;
Adanya ketentuan yang memberikan pembatasan pada kepemilikan individu dan korporasi, atau tidak Jika tidak ditemukan ketentuan yang membatasi kepemilikan individu dan korporasi,
ditemukannya ketentuan yang membatasi kepemilikan individu dan korporasi; maka perlu dianalisis apakah ketentuan yang mengatur masalah ini dibutuhkan atau
tidak, jika dibutuhkan, maka perlu direkomendasikan untuk diatur.
Adanya ketentuan yang memberikan pembatasan pada kepentingan individu dan korporasi, atau tidak Jika tidak ditemukan ketentuan yang membatasi kepentingan individu dan korporasi,
ditemukan ketentuan yang membatasi kepentingan individu dan korporasi. maka perlu dianalisis apakah ketentuan yang mengatur masalah ini dibutuhkan atau
tidak, jika dibutuhkan, maka perlu direkomendasikan untuk diatur.
Kata “dapat” tidak memenuhi Variabel Keadilan,
terlebih lagi ini adalah “korban pelanggaran HAM
berat” seharusnya menggunakan frasa “wajib”

sehingga ketentuan ini tidak memenuhi indikator


“adanya penggantian kerugian kepada masyarakat
terkena dampak negatif”.
24
DIMENSI
KETEPATAN JENIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

• Penilaian terhadap dimensi ini dilakukan untuk memastikan


bahwa peraturan perundang-undangan dimaksud sudah sesuai
dengan hierarki peraturan perundang-undangan (sejauh mana
ketaatan peraturan perundang-undangan pada asas hirarki dan
asas hukum lain).
• Bahwa materi muatan yang terdapat di dalam masing-masing
jenis peraturan perundang-undangan seharusnya dapat
dibedakan.

PUSAT ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM NASIONAL


BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
DASAR PEMIKIRAN DIMENSI KETEPATAM JENIS PUU
• Indonesia menganut sistem hirarki peraturan perundang-undangan.
• Peraturan perundang-undangan diterapkan secara berjenjang
menurut hirarki nya. Peraturan perundang-undangan semakin
tinggai levelnya, semakin bersifat abstrak, dan sebaliknya semakin
kebawah levelnya semakin konkret. Peraturan perundang-undangan
level bawah bersumber dan berdasar pada peraturan peundang-
undangan yang lebih tinggi, peraturan yang lebih tinggi bersumber
dan berdasar pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
lagi, demikian seterusnya hingga suatu sumber dari semua sumber
hukum, yaitu Pancasila.
PUSAT ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM NASIONAL
BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
PANCASILA

UUD NRI 1945

SKEMA HIERARKI UNDANG-UNDANG/PERPU


PUU

PP, PERPRES, PERMEN, PUU


LAINNYA DITINGKAT PUSAT

PERDA PROVINSI, PERDA


KAB/KOTA

PUSAT ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM NASIONAL


BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
VARIABEL PERATURAN TINGKAT PUSAT
NO. JENIS PUU VARIABEL INDIKATOR
1. UU Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD NRI Diamanatkan untuk diatur dengan atau dalam UU, dan disebutkan secara tegas materinya (ada 39 ketentuan)
Tahun 1945, yang diamananatkan secara Diamanatkan untuk diatur dalam UU, namun tidak disebutkan materinya (Pasal Pasal 33 dan Pasal 34).
tegas oleh UUD 1945

Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD NRI Terkait pelaksanaan HAM dan pembatasan HAM
Tahun 1945, yang tidak diamanatkan Terkait Pembatasan hak dan kewajiban warga Negara
secara tegas oleh UUD 1945 Terkait Pelaksanaan dan penegakan kedaulatan Negara serta pembagian kekuasaan Negara
Terkait Wilayah Negara dan pembagian daerah
Terkait Keuangan Negara
Pengaturan yang dapat membebani harta kekayaan warga negara
Perintah Undang-Undang untuk diatur Diperintahkan secara tegas oleh UU lain
dengan Undang-Undang
Tindak lanjut Putusan MK - Pengaturan akibat putusan MK
- Materi muatan sesuai dengan hasil putusan Uji Materi MK
Pengesahan Perjanjian Internasional Terkait masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara;
tertentu yang perlu diatur dengan UU Terkait perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara Republik Indonesia;
Terkait kedaulatan atau hak berdaulat negara;
Terkait hak asasi manusia dan lingkungan hidup;
Terkait pembentukan kaidah hukum baru;
Terkait pinjaman dan/atau hibah luar negeri.
2. Perppu Dalam hal ihwal kegentingan yang Adanya kebutuhan yang mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum secara cepat
memaksa Adanya kekosongan UU/ belum ada UU yang mengatur
Mengatasi kekosongan UU dengan proses pembentukan UU secara normal/biasa (yang dimulai dari perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan dan pengundangan) tidak dapat dilakukan , karena kondisi yang mendesak membutuhkan kepastian
dan penyelesaian dengan cepat
Materi muatan Materi muatan tidak boleh bertentangan dengan konstitusi
Materi yang diatur dalam perpu harus termasuk dalam kewenangan presiden, tidak boleh di luar kewenangan presiden

Materi yang diatur adalah materi yang harus diatur dengan UU, bukan materi yang sejatinya untuk melaksanakan UU
NO.1 JENIS PUU VARIABEL INDIKATOR
3. PP Melaksanakan ketentuan Undang-undang Diperintahkan secara tegas
Tidak diperintahkan secara tegas, namun diperlukan untuk melaksanakan ketentuan UU
Tindak lanjut Putusan MA Materi muatan PP sesuai dengan hasil Putusan Uji Materi MA
4. Perpres Melaksanakan lebih lanjut perintah Diperintahkan secara tegas (delegasian)
Undang-Undang
Melaksanakan lebih lanjut perintah Diperintahkan secara tegas (delegasian)
Peraturan Pemerintah
Untuk melaksanakan penyelenggaraan Tidak ada perintah dari PUU yang lebih tinggi
kekuasaan pemerintahan
Tindak lanjut PutusanMA Materi muatan sesuai dengan hasil putusan Uji Materi MA
5. Permen Delegasi Permen yang didelegasikan oleh UU, materi muatannya hanya terbatas untuk yang bersifat teknis administratif (petunjuk No. 211
Lampiran II UU 12/2011)
Atribusi Tidak bertentangan dengan PUU di atasnya
Mengatur struktur organisasi
Mengatur standar kerja
Mengatur metode kerja
VARIABEL PERDA

Penjabaran lebih lanjut dari


Penyelenggaraan otonomi Penyelenggaraan tugas
Peraturan Perundangan- Tindak lanjut Putusan MA
daerah (kewenangan pembantuan (kewenangan
Undangan yang lebih tinggi dan Keputusan Menteri
atributif) delegatif)
(kewenangan delegatif)

PERHATIKAN
PEMBAGIAN URUSAN
BERDASARKAN UU
23/2014
LEBIH TEPAT SEBAGAI
MATERI MUATAN PERPRES
CONTOH:
TEPAT DENGAN UU
DIMENSI
DISHARMONI PENGATURAN

Penilaian ini dilakukan terutama untuk mengetahui adanya disharmoni


pengaturan.
VARIABEL PENILAIAN PADA DIMENSI INI

KEWENANGAN HAK KEWAJIBAN PERLINDUNGAN PERLINDUNGAN

PUSAT ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM NASIONAL


BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
NO. VARIABEL INDIKATOR
1 Kewenangan Adanya pengaturan mengenai hal yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU yang berbeda hierarki, tetapi memberikan kewenangan yang berbeda
Adanya pengaturan mengenai hal yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU setingkat, tetapi memberikan kewenangan yang berbeda
Adanya pengaturan mengenai kewenangan yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU yang berbeda hierarki, tetapi dilaksanakan oleh lembaga yang
berbeda
Adanya pengaturan mengenai hal yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU yang berbeda hierarki, tetapi memberikan kewenangan yang berbeda
Ada Pengaturan mengenai kewenangan yang tidak konsisten/saling bertentanga anratpasal (dalam PUU yang sama)

2 Hak Adanya pengaturan mengenai hal yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU yang berbeda hierarki, tetapi memberikan hak yang berbeda
Adanya pengaturan mengenai hal yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU yang berbeda hierarki, tetapi memberikan hak yang berbeda
Adanya pengaturan mengenai hak yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU yang berbeda hierarki, tetapi memberikan hak tersebut pada subyek
yang berbeda
Adanya pengaturan mengenai hak yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU setingkat, tetapi memberikan hak tersebut pada subyek yang berbeda
Ada Pengaturan mengenai Hak yang tidak konsisten/saling bertentanga anratpasal (dalam PUU yang sama)
3 Kewajiban Adanya pengaturan mengenai hal yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU yang berbeda hierarki, tetapi memberikan kewajiban yang berbeda
Adanya pengaturan mengenai hal yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU setingkat, tetapi memberikan kewajiban yang berbeda
Adanya pengaturan mengenai kewajiban yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU yang berbeda hierarki, tetapi membebankan kewajiban
tersebut pada subyek yang berbeda
Adanya pengaturan mengenai kewajiban yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU setingkat, tetapi membebankan kewajiban tersebut pada subyek
yang berbeda
Ada Pengaturan mengenai kewajiban yang tidak konsisten/saling bertentanga anratpasal (dalam PUU yang sama)
4 Perlindungan Adanya pengaturan mengenai hal yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU yang berbeda hierarki, tetapi memberikan perlindungan yang berbeda
Adanya pengaturan mengenai hal yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU setingkat, tetapi memberikan perlindungan yang berbeda
Adanya pengaturan mengenai perlindungan yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU yang berbeda hierarki, tetapi memberikan perlindungan
tersebut pada subyek yang berbeda
Adanya pengaturan mengenai kewajiban yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU setingkat, tetapi memberikan perlindungan tersebut pada
subyek yang berbeda
Ada Pengaturan mengenai perlindungan yang tidak konsisten/saling bertentanga anratpasal (dalam PUU yang sama)
5 Penegakan Hukum Adanya pengaturan mengenai hal yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU yang berbeda hierarki, tetapi memiliki hukum acara yang berbeda
Adanya pengaturan mengenai hal yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU setingkat, tetapi memiliki hukum acara yang berbeda
Adanya pengaturan mengenai kewajiban yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU yang berbeda hierarki, tetapi membebankan sanksi yang
berbeda
Adanya pengaturan mengenai kewajiban yang sama pada 2 (dua) atau lebih PUU setingkat, tetapi membebankan sanksi yang berbeda
Ada Pengaturan mengenai penegakan hukum yang tidak konsisten/saling bertentanga anratpasal (dalam PUU yang sama)
Disharmoni dalam satu ketentuan
Disharmoni antar
ketentuan
DIMENSI
KEJELASAN RUMUSAN

Setiap peraturan perundang-undangan harus disusun sesuai dengan


teknik penyusunan peraturan perundang-undangan, dengan
memperhatikan sistematika, pilihan kata atau istilah, teknik penulisan,
dengan menggunakan bahasa peraturan perundang-undangan yang
bercirikan: lugas dan pasti, hemat kata, objektif dan menekan rasa
subjektif, konsisten dan cermat.

PUSAT ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM NASIONAL


BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
TIDAK
AMBIGU/
MULTI
TAFSIR

TIDAK
TEPAT
SUBJEKTIF

Tehnik
Penulisan &
Konsistensi
MUDAH Istilah
TEGAS
DIPAHAMI

EFISIEN JELAS
UU NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SPPA

Kata “tertentu”
Multitafsir, tidak jelas, sulit dipahami,
subjektif.

38
10 Pasal

Tidak ada satupun definisi “PANITERA”


Padahal merupakan subjek penting dalam UU
tsb.

7 Pasal
Kata “hak-hak tertentu” dan “keuntungan tertentu”
Multitafsir, tidak jelas, sulit dipahami,
subjektif.
ayat (4) Ambigu secara substansi
Karena tidak mungkin tuntutan pidana dapat
diwakili oleh orang lain
Perumusan Pasal ini tidak sesuai dengan Teknik Pengacuan
yang terdapat dalam Lampiran II angka 279 UU 12 Tahun 2011
yang berisi ketentuan:
“Hindari pengacuan ke pasal atau ayat yang terletak setelah
pasal atau ayat bersangkutan”
DIMENSI
KESESUAIAN ASAS BIDANG HUKUM PUU YANG
BERSANGKUTAN

• Selain asas umum materi muatan dalam Dimensi Pancasila, PUU juga harus
memenuhi Asas-asas hukum khusus sesuai dengan bidang hukum PUU
yang bersangkutan [Pasal 6 Ayat (2) UU 12/2011].

Contoh:

 Asas Retroaktif dan  Asas Pelayanan yang Baik  Asas Kelestarian dan
 Asas Legalitas  Asas Tidak Menyalahi Keberlanjutan
Kewenangan  Asas Tanggung jawab Negara
(Untuk PUU di bidang Hukum
(Untuk PUU di bidang HAN) (Untuk PUU di bidang
Pidana)
Lingkungan)

PUSAT ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM NASIONAL


BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
Perumusan Pasal ini bertentangan dengan asas hukum pidana
terkait dengan “Sumpah Palsu” sebagaimana yang tertuang
UU 31 TH 2014 TTG PERUBAHAN UU 13 TH 2006 dalam KUHAP
TTG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UU 8 TH 1981 TTG KUHAP


DIMENSI
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Tujuan Dapat Kedayagunaan


dilaksanakan dan
tercapai atau atau tidak kehasilgunaan
tidak

(Pasal 5 ayat huruf a, d dan e UU P3)

PUSAT ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM NASIONAL


BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
VARIABEL PENILAIAN EFEKTIVITAS

Aturan tidak operasional? Belum ada pengaturan? Beban lebih besar dari
Tidak ada SOP manfaat?

Tidak relevan dengan situasi Persoalan sumber daya Persoalan kelembagaan/tata


saat ini? manusia? organisasi?

Sarana prasarana tidak Tidak ada akses informasi


Budaya hukum? bagi masyarakat?
menunjang?

PUSAT ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM NASIONAL


BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
VARIABEL
REGULASI
 Aspek operasional tidaknya suatu PUU
 Aspek relevansi dengan situasi saat ini
 Aspek relevansi dengan Hukum
Internasional
 Aspek kekosongan pengaturan
 Aspek Penegakan Hukum
 Aspek Pengawasan

NON REGULASI
 Aspek Koordinasi /Tata Organisasi
 Aspek Sumber Daya Manusia
 Aspek Sarana dan Prasarana
 Aspek Budaya Hukum Masyarakat
 Akses Informasi Masyarakat
 Aspek Partisipasi Masyarakat
 Aspek Standar Operasional Prosedur
 Aspek Teknologi Penunjang Pelayanan
 Aspek Pelayanan dan Batasan Waktu
 Aspek Public Complain
INDIKATOR
REGULASI
 Pengaturan dalam peraturan belum dilaksanakan secara efektif
 Pengaturan dalam peraturan masih relevan diberlakukan saat ini
 Pengaturan yg terkait dgn perjanjian, traktat, kebiasaan
Internasional
 Belum ada aturan hukumnya atau peraturan pelaksananya blm ada
 Rumusan sanksi pidana, kepatuhan APH
 Adanya instrumen Monitoring dan Evaluasi

NON REGULASI
 K/L yg melaksanakan jelas, tidak tumpang tindih dan pembagian
kewenangan dan tugasnya juga jelas
 Jumlah SDM cukup, Kualitas, kapasitas dan integritas SDM
 Infrastruktur dan anggaran tersedia
 Masyarakat memahami dan mematuhi peraturan tsb
 Ketersediaan Informasi dan Kemudahan akses informasi
 Aspek Partisipasi Masyarakat
 Ketersediaan SOP yang jelas, lengkap dan benar2 diterapkan
 Ketersediaan data yang lengkap dan terintegrasi
 Penentuan Standar Pelayanan Minimum
 Ketersediaan ruang/sarana pengaduan
CONTOH
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN
2012 TENTANG SISTEM PERADILAN
PIDANA ANAK (SPPA)

Dalam UU SPPA terdapat 8


materi yang diperintahkan
untuk diatur lebih lanjut
dengan peraturan
pemerintah dan peraturan
presiden
UNDANG-UNDANG SPPA
Hingga tahun 2019, saat Analisis dan Evaluasi
dilakukan, hanya baru 3 (tiga) Peraturan
Pemerintah dan 1 (satu) Peraturan Presiden
yang dibentuk
REALISASI PEMBANGUNAN SARANA
PRASARANA SPPA PER TAHUN 2016
500
450
400
350
300
250 Terbangun
200 Belum Terbangun
150
100
50
0
Bapas LPKA LPAS

Aturan tidak efektif karena Sarana


prasarana tidak menunjang?
UU NO 20/2011 TENTANG RUMAH SUSUN
Pasal 119
Peraturan perundang-undangan pelaksanaan yang diamanatkan dalam
Undang-Undang ini diselesaikan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak
Undang-Undang ini diundangkan.

PP No 15/2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG


Pasal 59
(4) Rencana detail tata ruang harus sudah ditetapkan paling
lama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak penetapan rencana
tata ruang wilayah kabupaten/kota.

UU NO 26/2007 TENTANG PENATAAN RUANG


Pasal 69
(1) Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf a yang mengakibatkan perubahan
fungsi ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

PUSAT ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM NASIONAL


BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
KESALAHAN PENATAAN RUANG

PUSAT ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM NASIONAL


BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
RASIO BIAYA DAN MANFAAT
o Perhitungan manfaat harus lebih besar
daripada beban/biaya atau Nilai rasio benefit
terhadap cost harus di atas angka 1 (B/C > 1)
o Analisis Kualitatif
o alisisuantitaTermonetesasi
o Analisis Kuantitatif
o Analisis Termonetesasi (monetized
COST AND BENEFIT ANALYSIS analysis)ka beban/biaya lebih besar dari
manfaat maomendasi terhadap PUU bisa
cabut atau revisi

PUSAT ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM NASIONAL


BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
Terima Kasih
PUSANEV BPHN
021-8091908
021-8011754
www.bphn.go.id

Anda mungkin juga menyukai