KEBIJAKAN PROLEGNAS JK MENENGAH 2025 - 2029 - 5FEB-rev
KEBIJAKAN PROLEGNAS JK MENENGAH 2025 - 2029 - 5FEB-rev
TOPIK
PEMBAHASAN
KONDISI REGULASI DI
INDONESIA
BISNIS PROSES
PENGUSULAN PUU DI
LINGKUNGAN
PEMERINTAH
P E N AT A A N R E G U L A S I
SELEKSI
PENGENDALIAN
PROLEGNAS
JANGKA MENENGAH
(SELENA)
PERENCANAAN
PEMBENTUKAN PUU
PROBLEM REGULASI DI INDONESIA
Hyper Regulasi
Saat ini terdapat 457.318 Peraturan yang terdiri dari 1.609
UU, 185 Perpu, 4.620 PP, 2.198 Perpres, 355.514 Perda,
TERIMA KASIH
83.523 Peraturan K/L, 9.618 Peraturan Lainnya
(sumber data: JDIHN.go.id)
Content Here
Kualitas Regulasi
Bank Dunia merilis Skor Worldwide Governance Indicators (WGI) dimana
dalam salah satu indikator yang dilakukan penilaian yaitu Regulatory
Quality. Indonesia menempati peringkat keempat di ASEAN, dibawah
Singapore, Brunei, dan Malaysia.
(sumber data:worldbank.org/governance/wgi)
PROBLEM REGULASI DI INDONESIA
PROBLEM
MATERI PUU
PROBLEM PROSES
PEMBENTUKAN
TERIMA KASIH
PROBLEM
KELEMBAGAAN
• Hiper Regulasi; • Penyusunan PUU tidak didahului • Ego Sektoral
• tumpang tindih pengaturan; dengan penelitian/pengkajian • Tarik Menarik Kepentingan
• inkonsistensi (tidak taat asas) yang komprehensif
• multi interpretasi/multitafsir; • Tahapan pembentukan PUU tidak
• tidak efektif atau tidak dilakukan secara tertib.
operasional; • Minimnya partisipasi masyarakat.
• menimbulkan beban (inefisiensi).
PENATAAN REGULASI
Peningkatan
TERIMA KASIH
Penataan Regulasi
Akses Penataan
Terhadap Regulasi • Penataan Regulasi merupakan upaya
Keadilan penyelesaian permasalahan regulasi agar tidak
tumpang tindih, multitafsir, konflik sehingga ada
kepastian hukum, lebih adaptif terhadap
Perbaikan perkembangan masyarakat serta efektif dalam
Penguatan
Sistem Hukum memberikan pelayanan publik.
Sistem Anti
Pidana dan
Korupsi
Perdata
REGULASI YANG TERTIB, SEDERHANA, PARTISIPASIF
TERIMA KASIH
kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan; (4) dapat
dilaksanakan; (5) kedayagunaan dan kehasilgunaan; (6) kejelasan
rumusan; (7) keterbukaan.
TUJUAN:
pedoman menentukan skala prioritas pembentukan PUU;
memberikan gambaran obyektif kebutuhan pembentukan PUU;
memastikan rencana pembentukan PUU selaras dengan dokumen
perencanaan (RKP, RPJMN) atau prioritas nasional dan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan;
memberikan pedoman bagi lembaga yang berwenang dalam
membentuk PUU.
Perencanaan
UU
(Prolegnas) Diatur dlm Pasal 16 s.d Pasal 42 UU 12 Tahun 2011
jo. UU 15 Tahun 2019 dan Pasal 2 s.d Pasal 44
Perencanaan Perencanaan
PUU PP Perpres 87 Tahun 2014.
lainnya (Progsun PP)
Perencanaan PUU berisi skala prioritas program
PERENCANAAN
pembentukan PUU dalam rangka mewujudkan sistem
PUU hukum nasional.
Perencanaan Perencanaan Menjadi arahan daftar prioritas yang dijadikan
Perda Perpres
Kab/Kota dasar untuk pembentukan PUU dalam mencapai
(Propem (Progsun
perda) Perpres) tujuan negara.
Perencanaan
Perda
Prov
(Propem
perda)
PUU yang diusulkan dalam jumlah yang banyak namun realisasi capaiannya
masih rendah.
Masih ada pemahaman bahwa semua permasalahan hukum harus diselesaikan
dengan pembentukan regulasi;
Penentuan target perencanaan belum sepenuhnya mempertimbangkan kapasitas
dan ketersediaan waktu legislasi;
Penentuan judul belum sepenuhnya menggunakan kriteria yang jelas dan tepat
sesuai dengan kebutuhan hukum yang ada;
Daftar judul yang diusulkan seringkali tidak disertai ketersediaan kelengkapan
data dukung;
Komitmen terhadap realisasi capaian perencanaan pembentukan peraturan
perundang-undangan belum sepenuhnya ditaati.
PUU yang diusulkan harus memiliki landasan PUU yang diusulkan harus memiliki
01 pembentukan yang kuat disertai argumentasi
yang rasional
02 kajian dan telah siap substansinya
PUU yang akan dibentuk harus memiliki landasan pembentukan PUU yang masuk dalam program perencanaan harus sudah jelas
yang kuat dengan memperhatikan delegasi dari PUU yang lebih arah pengaturannya dan sudah siap substansi serta memiliki kajian
tinggi; rencana pembangunan nasional (RPJPN, RPJMN, RKP, yang telah mempertimbangkan secara matang dampak penerapan
Renstra Kementerian); adanya urgensi kebutuhan hukum. suatu PUU.
Dalam pengusulan harus dibatasi kuantitas PUUnya sesuai Setiap penyusunan PUU harus memiliki target penyelesaian yang
dengan prioritas kebutuhan. Kementerian/Lembaga harus terukur dan realistis serta memiliki mekanisme evaluasi untuk
mengutamakan regulasi yang sederhana. Jumlah PUU yang terlalu penyelesaiannya. Kementerian/lembaga harus memastikan progress
banyak (hiperregulasi) berpotensi terjadinya disharmoni dalam penyelesaian tiap PUU sehingga tidak terjadi stagnasi penyusunan.
pengaturan yang akan menyulitkan dalam pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan
WWW.BPHN.GO. PUSAT PERENCANAAN HUKUM NASIONAL
PROLEGN ASPRIORITAS TAHUN
2024 DAN PROLEGNAS JANGKA
Pada Tahun 2024 telah ditetapkan:
MENENG AH 2020-2024
PERUBAHAN KE ENAM 1. Keputusan DPR Nomor 15/ DPR RI/I/2023-
, 2024 tentang Prolegnas RUU Prioritas Tahun
2024
2. Keputusan DPR Nomor 16/DPR
RI/I/2023=2024 tentang Prolegnas RUU
Jangka Menengah Perubahan Ke Enam Tahun
2020-2024
Syarat Substantif
Pasal. 18 UU No. 12 Tahun 2011
• perintah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
1
SUBSTANSI
• perintah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
2
• perintah Undang-Undang lainnya
3
• sistem perencanaan pembangunan nasional
4
PENYUSUNAN 5
• rencana pembangunan jangka panjang nasional
PROLEGNAS KELEMBAGAAN
6
• rencana pembangunan jangka menengah
• rencana kerja pemerintah dan rencana strategis DPR, dan Rencana strategis DPD;
7
MEKANISME
Syarat Teknis
Pasal. 19 Perpres No. 87 Tahun 2014
• naskah akademik;
1
• surat keterangan penyelarasan Naskah Akademik dari Menteri
2
• rancangan undang-undang;
3
DALAM PENYUSUNAN PROLEGNAS JANGKA MENENGAH
• surat keterangan telah selesainya pelaksanaan rapat panitia antar kementerian dan/atau antar non
SYARAT TEKNIS DIDASARKAN PADA KONSEPSI RUU YANG 4 kementerian dari Pemrakarsa; dan
MERUPAKAN HASIL PENELITIAN DAN PENGKAJIAN
• surat keterangan harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM.
5
SUBSTANSI KONSEPSI RUU
Keterkaitan dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi;
dan/atau
Sasaran yang ingin diwujudkan • Sesuatu yang ingin dicapai dengan pengaturan tersebut b. Peraturan Daerah Provinsi
7O RUU (Interkoneksi)
8 RUU Prakarsa DPR/DPD/Pemerintah
25 RUU Prakarsa DPR/Pemerintah
1 RUU Prakarsa DPD/Pemerintah
36 RUU Prakarsa Pemerintah
70 RUU (Interkoneksi)
40 RUU telah masuk Prioritas
7 RUU telah disahkan selama tahun 2023
30 RUU belum pernah masuk Prioritas
Ijin Prakarsa
KEPALA LEMBAGA
PEMERINTAH NON
KEMENTERIAN
MENTERI Pengusulan
RUU
MENTERI HUKUM DAN HAM TERIMA KASIH
Penyampaian untuk
disetujui/ditetapkan PRESIDEN
LEMBAGA Tindaklanjut
TERTENTU
TERIMA KASIH
data yang dapat mendukung penentuan kebijakan secara objektif.
• Pada tahap ini juga perlu dilakukan konsultasi stakeholder, sebagai dukungan politis dari
pihak yang terkena dampak atau pihak yang memiliki kepentingan.
• Analisis ex ante ini dalam rangka menjaga pemenuhan asas pembentukan peraturan
perundang-undangan sebagaimana diatur dalam pasal 5 uu nomor 12/2011 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan, khususunya pada asas ‘dapat
dilaksanakan’ dan asas ‘kedayagunaan dan kehasilgunaan’.
• Analisis ex ante terhadap perencanaan ruu ini juga dalam rangka mendukung
pelaksanaan uu no. 13 tahun 2022 tentang perubahan kedua atas UU no. 12 tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan, khususnya pada perubahan
lampiran I mengenai teknik penyusunan NA RUU.
POIN-POIN PERTANYAAN DALAM SELENA
Daftar Pertanyaan tersebut berfungsi sebagai alat analisis yang akan memberikan gambaran
konsep RUU, bahwa:
Memastikan peraturan yang akan disusun memenuhi asas pembentukan peraturan perundang-
undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 UU Nomor 12/2011, khususnya pada “asas
kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan”, “asas dapat dilaksanakan”, dan “asas
kedayagunaan dan kehasilgunaan”.
Memperoleh gambaran analisis dampak pengaturan sebagai data yang objektif dalam
penentuan kebijakan, serta mengetahui tingkatan konsultasi publik yang telah dilakukan oleh
Pemrakarsa kepada stakeholder sebagai pihak yang terkena dampak atau pihak yang memiliki
kepentingan.
POIN-POIN PERTANYAAN DALAM SELENA
Dalam rangka Good Regulatory Practices (GRP) Metode RIA sangat penting
diterapkan dalam tahap Perencanaan PUU (Prolegnas maupun Progsun PP dan
Perpres)
TERIMA KASIH
Penggunaan metode RIA dapat menjustifikasi aspirasi dan kebutuhan hukum
Masyarakat dalam rangka pembentukan PUU
Metode RIA ini juga menjadi salah 1 (satu) indikator dalam pengusulan RUU, Progsun
PP dan Perpres dalam Aplikasi Sirenkum
PRINSIP RIA
Regulasi harus mempunyai manfaat yang lebih besar daripada biayanya (Cost
and Benefit Analysis)
PELAKSANAAN PROLEGNAS JANGKA MENENGAH