Anda di halaman 1dari 18

Tantangan

Harmonisasi PUU
di Tingkat Pusat
dan Daerah

P r o f . D r. W i c i p t o S e t i a d i , S . H . , M . H .
F H U P N Ve t e r a n J a k a r t a
S e m i n a r d a n R a p a t Ke r j a
F H U n i v e r s i t a s B r a w i j ay a – A S I P P E R
M a l a n g , 16 - 17 M a r e t 2 0 2 3
Lingkup Pembahasan
Pengharmonisasian PUU

Di tahap mana pengharmonisasian


dilakukan dan siapa yang Bagaimana pengharmonisasian
melakukannya dilakukan

1 2 3 4

Mengapa perlu Tantangan dan hambatannya


pengharmonisasian dan apa dasar
hukumnya
 Berdasarkan UU 12/2011 ada 5 tahapan pembentukan
PUU, yaitu:
 Perencanaan;
 Penyusunan;
 Pembahasan;
Di tahap mana  Pengesahan atau penetapan; dan
pengharmonisasian  Pengundangan;
 Tidak ada dalam tahapan pembentukan PUU, namun
PUU dilakukan? pengharmonisasian sangat penting dan harus
dilakukan. Di tahap mana pengharmonisasian
dilakukan?
 Proses pengharmonisasian dilakukan sejak tahap
perencanaan hingga tahap pembahasan, baik di tingkat
pembahasan internal (pemrakarsa), antarkementerian/
Lembaga/dinas, di Kemenkumham (RUU, RPP,
RPerpres), Baleg (RUU inisiatif DPR), pembahasan di
DPR (untuk RUU), Biro Hukum/Bagian Hukum untuk
Rperda dgn melibatkan perancang.
 Potensi untuk terjadi disharmoni dalam
bidang PUU di Indonesia sangat besar,
karena:
 Banyaknya PUU;
 Banyaknya lembaga pembentuk PUU;
 Anggapan segala permasalahan selesai
Mengapa perlu dengan membentuk PUU.
pengharmonisasian?  Konsekuensi adanya hierarki PUU.
 Kondisi masyarakat dan hukum yang
beragam.
 PUU merupakan bagian integral dari
sistem hukum;
 PUU dapat diuji (judicial review);
 Menjamin proses pembentukan PUU
dilakukan secara taat asas dan penerapan
prinsip kehati-hatian.
 Kompleksitas PUU  kuantitas dan kualitas
 Demokrasi yang berjalan seiring dengan kebebasan,
antara lain melahirkan perbedaan bahkan pertentangan
preferensi antarindividu atau antargolongan (politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain), mengenai
Sumber substansi PUU. Unsur-unsur kompromi menjadi sumber
disharmoni PUU, bahkan dapat berakibat timbulnya
Disharmonisasi ketidakpastian dan ketidakefektivan.
PUU  Melebarnya sebaran wewenang membentuk PUU. Secara
vertikal wewenang membentuk PUU mengikuti
susunan/struktur organisasi negara/pemerintahan dari
pusat sampai pada pemerintahan desa. Pada masing-
masing satuan pemerintahan terdapat juga berbagai
wewenang membentuk PUU. Presiden, selain “turut serta"
dalam pembentukan UU, juga memiliki wewenang sendiri
(menetapkan Perppu, menetapkan PP, menetapkan
Perpres, dan penetapan konkret tertentu).
 Meluasnya penggunaan diskresi (beleid)
sebagai sarana membentuk peraturan
diskresi (discretionary rules, beleidregels)
yang sulit dikontrol.
Sumber
 PUU hanya dibuat untuk memfasilitasi
Disharmonisasi keinginan sesaat, seperti untuk kelancaran
PUU (Lanjutan) investasi atau kemudahan bagi para pemilik
modal, tanpa menghiraukan PUU yang sudah
ada atau tatanan yang hidup dalam
masyarakat.
 Dasar hukum pengharmonisasian RUU
Pasal 47 (3) UU P3: “P3K RUU yang
berasal dari Presiden dikoordinasikan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum.”
 Dasar hukum pengharmonisasian RUU
Apa dasar hukum yang berasal dari DPR: Peraturan DPR
mengenai Tatib.
pengharmonisasian  Dasar hukum pengharmonisasian RPP
RUU, RPP dan Pasal 54 (2) UU P3: “P3K RPP
dikoordinasikan oleh menteri yang
RPerpres? menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang hukum.”
 Dasar hukum pengharmonisasian
RPerpres Pasal 55 (3) UU P3: “P3K
RPerpres dikoordinasikan oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum.”
 Permenkumham No. 22 Tahun 2018
tentang Pengharmonisasian RPUU
Apa dasar hukum yang Dibentuk di Daerah oleh
pengharmonisasian Perancang PUU.
RPerda dan RPUU  Permenkumham No. 23 Tahun 2018
lainnya? tentang Pengharmonisasian
RPermen, RPerLPNK atau RPerLNS
oleh Perancang PUU.
 Perencanaan, melalui perencanaan, pembentukan PUU
dapat disusun secara terintegrasi baik antar PUU, antar
sub-sub hukum lainnya, maupun dengan aneka ragam
kebutuhan hukum yang berbeda-beda, dan sekaligus
memudahkan menyusun program yang komprehensif dan
terintegrasi baik horizontal maupun vertikal.
Upaya
 Program, selain sebagai penjabaran perencanaan, program
Menjamin disusun atas dasar hal-hal yang hendak dicapai sebagai
Harmonisasi penunjang seluruh program pemerintah pada periode
tertentu. Program pembentukan PUU dapat berupa
PUU menciptakan hukum baru (untuk memenuhi kebutuhan
baru atau ada kekosongan hukum), hukum yang ada tidak
lagi memadai, atau bertentangan dengan kebutuhan
baru/hukum yang ada telah ketinggalan atau
memperbaharui hukum yang ada (perubahan dan/atau
penggantian).
 Melibatkan tenaga ahli cq. akademisi yang disertai dengan
pengkajian dan penelitian yang komprehensif dan
mendalam. Di beberapa negara, seperti Belanda dan
Inggris, pembentukan atau perubahan suatu UU yang
sangat penting, biasanya dirancang oleh sebuah "komisi
Upaya negara" yang diketuai oleh ahli dari universitas cq. seorang
Menjamin guru besar.

Harmonisasi  Mendengar pendapat publik seperti para pengamat, para


praktisi, dan stake holders yang memahami dan mengalami
PUU pelaksanaan PUU. Rancangan PUU dipublikasikan secara
luas untuk mendapatkan masukan.

 Kecermatan/kehati-hatian. Kecermatan/kehati-hatian baik


penggunaan maupun susunan kalimat untuk menjamin
kejelasan dan kepastian, sistematik internal maupun
eksternal.
 Pengharmonisasian PUU sangat mudah
diucapkan tetapi tidak mudah untuk
dilaksanakan.
 Justru pengharmonisasian PUU merupakan
Bagaimana bagian yang paling sulit di antara berbagai
pengharmonisasian proses pembentukan PUU.
PUU dilakukan?
 Dalam pengharmonisasian PUU, secara
garis besar ada 2 aspek yang harus
diperhatikan/dilakukan, yaitu:
 Pengharmonisasian dari aspek teknis;
 Pengharmonisasian dari aspek
substantif.
 Dasar: UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Pengharmonisasian Pembentukan PUU sebagaimana telah
PUU dari aspek diubah dengan UU No. 15 Tahun 2019
teknis dan UU No. 13 Tahun 2022;
 Kerangka peraturan perundang-
undangan;
 Hal-hal khusus;
 Ragam bahasa;
Pengharmonisasian dari aspek  Bentuk peraturan perundang-
teknis tidak terlalu sulit karena undangan;
sudah ada pedomannya dalam
lampiran UU P3.  Lain-lain sebagaimana dirumuskan
dalam lampiran UU P3, termasuk yang
terbaru yaitu: metode omnibus.
 Pengharmonisasian materi muatan
Pengharmonisasian RPUU (terutama RUU) dengan
Pancasila sebagai sumber dari segala
PUU dari aspek sumber hukum;
substantif/materi
 Pengharmonisan materi muatan RPUU
muatan dengan PUU lain baik secara vertikal
maupun horizontal;
 Pengharmonisasian materi muatan
RPUU dengan asas pembentukan,
Paling sulit asas materi muatan PUU dan asas-
asas lain;
 Pengharmonisasian materi muatan
RPUU dengan konvensi/perjanjian
internasional.
 Pengharmonisasian materi muatan RPUU
dengan teori hukum, asas hukum, sistem
hukum, pendapat para ahli;
 Pengharmonisasian materi muatan RPUU
dengan kebijakan-kebijakan yang terkait;
Pengharmonisasian
 Pengharmonisasian materi muatan RPUU
PUU dari aspek dengan hukum atau norma yang tidak tertulis,
substantif/materi seperti norma agama, kesusilaan, sopan
muatan santun, adat istiadat, dan sebagainya;
 Pengharmonisasian materi muatan RPUU
dengan yurisprudensi, terutama terkait dengan
putusan MK atau MA atas permohonan
pengujian (judicial review) PUU.
 Pengharmonisasian antarpasal atau antarayat
dalam RPUU itu sendiri.
 Pengharmonisasian yang baik akan
meningkatkan kualitas PUU;
 Pengharmonisasian PUU harus didukung
Pentingnya dengan SDM yang kompeten, profesional
pengharmonisasian dan berintegritas tinggi;
PUU
 Pengharmonisasian PUU juga perlu
didukung dengan IT yang canggih dan data
base PUU yang lengkap dan terintegrasi;
 Pengharmonisasian PUU yang dilakukan
dengan baik akan mencegah permohonan
judicial review.
 Pengharmonisasian sering menjadi “penghalang”
apabila dihadapkan pada niat untuk melakukan
reformasi regulasi.
 Optimalisasi peran biro hukum/satuan kerja yang
menyelenggarakan fungsi di bidang PUU pada masing-
masing kementerian/lembaga;
Tantangan  Perlu simplifikasi PUU, jangan selalu berpikir semua
masalah selesai dengan membentuk UU/PUU;
Pengharmonisasian  Perlu ada aturan sun set clauses, yaitu pencantuman
PUU kausul jangka waktu tertentu berlakunya PUU;
 Prosedur pembentukan PUU hrs lebih sederhana dan
efisien;
 Perlu lembaga yang diberikan kewenangan penuh dan
berwibawa (satu pintu) untuk mengelola PUU.
 Ciptakan tools sebagai alat bantu untuk melakukan
pengharmonisasian.
 Pelibatan publik yang cukup (meaningful participation);
 Menonjolnya ego kementerian, sektoral, atau daerah,
terutama menyangkut soal kewenangan;
 Arahan pimpinan yang sering dilatarbelakangi
dengan kepentingan tertentu;
 Tidak “care”nya pimpinan terhadap proses
pengharmonisasian;
Hambatan  Wakil yang hadir berganti-ganti dan sering tidak
melapor pada atasan;
Pengharmonisasian  Banyaknya RPUU dan PUU yang harus
PUU diharmoniskan;
 Kurang optimalnya peran biro hukum/satuan kerja
yang menyelenggarakan fungsi di bidang PUU pada
masing-masing kementerian/lembaga;
 Kurangnya waktu untuk melakukan kajian secara
lebih mendalam/cermat;
 Tenaga perancang PUU yang kurang, baik dari sisi
kuantitas maupun kualitas;
 Peran Kemenkumham yang tidak bisa menjadi
instasi pemutus.

Anda mungkin juga menyukai