Anda di halaman 1dari 33

TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan


Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Kerangka Sistem Hukum Nasional
UU Nomor 12 Tahun 2011
didasarkan pada pemikiran bahwa
negara Indonesia adalah negara
hukum, yang segala aspek
kehidupan dalam bidang
kemasyarakatan, kebangsaan, dan
ketatanegaraan, termasuk
pemerintahan harus berdasarkan
hukum yang sesuai dengan sistem
hukum nasional.
TAHAPAN PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN

Pasal 1 angka 1
Tahapan Pembentukan PUU (Lanjutan)
Perencanaan Penyusunan Pembahasan Pengesahan/ Pengundangan
di DPR/DPRD Penetapan
UU √ √ √ √ (Pengesahan) √
Perpu - √ - √ (Penetapan) √
PP dan Perpres √ √ - √ (Penetapan) √
Perda √ √ √ √ (Penetapan) √

1. Prolegnas 1. Persetujuan bersama DPR dan


2. Program Penyusunan PP Presiden
3. Program Penyusunan Perpres 2. Persetujuan bersama DPRD dan
4. Program Pembentukan Perda Kepala Daerah

1. SK PAK dan Draft Hasil PAK


2. Surat Selesai Pengharmonisasian dan Draft
Hasil Harmonisasi
PERENCANAAN
Perencanaan RUU

Penyusunan Penyusunan
Penyusunan NA Prolegnas Jangka Prolegnas Prioritas
Menengah Tahunan

Perencanaan Perencanaan
Penyusunan RUU Penyusunan RUU di
Kumulatif Terbuka luar prolegnas
Perencanaan PP/Perpres

Dalam Keadaan
tertentu dapat
diajukan RPP di luar
Progsun
Perencanaan PUU Lainnya
PENYUSUNAN
Tahapan Penyusunan PUU

Pembentukan PAK Rapat PAK dan/atau


dan/atau PANK PANK

Pengharmonisasian,
Pembulatan, dan
Pemantapan Konsepsi
Pembentukan PAK dan/atau PAnK
Pemrakarsa membentuk Pembentukan PAK sebelum
PAK RUU ditetapkan dalam
Prioritas Tahunan

Memperhatikan unsur PAK dipimpin oleh ketua


keanggotaam yang ditunjuk oleh
Pemrakarsa

Unsur keanggotaan PAK


a.kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum;
b.kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian dan/atau lembaga lain yang
terkait dengan substansi yang diatur dalam
Rancangan Undang-Undang; dan
c.perancang Peraturan Perundang-undangan yang
berasal dari instansi Pemrakarsa
Rapat Panitia Antarkementerian dan/atau
Antarnonkementerian
 Rapat PAK menitikberatkan pembahasan pada permasalahan
yang bersifat prinsipil mengenai pokok pikiran, lingkup atau
objek yang akan diatur, jangkauan, arah pengaturan, dan
harmonisasi konsepsi.
 penyiapan, pengolahan, dan perumusan dilaksanakan oleh
biro hukum atau satuan kerja yang menyelenggarakan fungsi
di bidang PUU pada instansi Pemrakarsa untuk disampaikan
pada PAK.
 Anggota PAK memberi masukan terhadap RUU sesuai
dengan lingkup tugas masing-masing.
 Anggota PAK wajib menyampaikan laporan kepada dan/atau
meminta arahan dari menteri/pimpinan lembaga pemerintah
nonkementerian, atau pimpinan lembaga terkait masing-
masing mengenai perkembangan penyusunan RUU dan/atau
permasalahan yang dihadapi.
Pengharmonisasian, Pembulatan, dan
Pemantapan Konsepsi
Penyampaian permohonan pengharmonisasian,
pembulatan, dan pemantapan konsepsi dilakukan oleh
pemrakarsa kepada Menkumham, dan disertai dengan :
a. NA;
b. penjelasan mengenai urgensi dan pokok-pokok pikiran;
c. keputusan mengenai pembentukan PAK;
d. RUU yang telah mendapatkan paraf persetujuan seluruh
anggota PAK; dan
e. izin prakarsa untuk RUU yang tidak masuk dalam daftar
Prolegnas.
Aspek yang diharmonisasikan

Aspek yang diharmonisasikan meliputi:


konsepsi materi muatan; dan
teknik penyusunan peraturan perundang-
undangan.
Lanjutan…
Unsur yang dilibatkan dalam pengharmonisasian
adalah wakil dari Pemrakarsa,
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian,
dan/atau lembaga lain terkait

Menteri dapat mengikutsertakan peneliti dan


tenaga ahli termasuk dari lingkungan
perguruan tinggi untuk dimintakan pendapat
Lanjutan …

Dalam hal Presiden berpendapat Rancangan Undang-Undang


masih mengandung permasalahan dan disampaikan oleh
Pemrakarsa kepada Presiden dalam jangka waktu paling lama
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal diterimanya
penugasan
Penyusunan Perppu
Presiden dapat menyusun Perppu dalam hal ikhwal
kegentingan yang memaksa
Ditugaskan kepada menteri yang tugas dan tanggung
jawabnya sesuai dengan materi yang akan diatur dalam
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
tersebut sebagai Pemrakarsa
Dalam penyusunan berkoordinasi dengan Menkumham
dan menteri/pimpinan lembaga pemerintah
nonkementerian dan/atau pimpinan lembaga terkait
Selain menyusun Rperppu Pemrakarsa juga menyusun
RUU penetapan dan Pencabutan
Penyusunan PP
Mutatis mutandis dengan Penyusunan RUU
Penyusunan Perpres
Materi Penyusunan
a. yang diperintahkan oleh Undang-Undang;
b. untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah; atau
c. untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan
Pemerintahan.

Tata cara Mutatis mutandis dengan Penyusunan RUU


Pembahasan
Pembahasan RUU yg berasal dari
Presiden
Pembahasan RUU yg berasal dari DPR

Menteri yang ditugasi


menyiapkan:
a. Pandangan dan
pendapat Presiden
b. DIM
PENGESAHAN/PENETAPAN
Pengesahan RUU
RUU yang telah disetujui bersama oleh DPR dan Presiden,
disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden untuk
disahkan menjadi Undang-Undang dalam jangka waktu
paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
persetujuan bersama.
Penandatanganan oleh Presiden dilakukan dalam jangka
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal RUU tersebut disetujui bersama oleh DPR dan
Presiden
Dalam hal RUU tidak ditandatangani oleh Presiden dalam
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal RUU tersebut disetujui bersama, RUU tersebut
sah menjadi Undang-Undang dan wajib diundangkan
PENGESAHAN RUU
PENETAPAN PUU
PENGUNDANGAN
Pengundangan Peraturan Perundang-undangan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia, atau Berita Negara
Republik Indonesia dan Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia dilaksanakan oleh Menteri.
Pengundangan dilakukan dengan cara penyampaian
permohonan oleh pemrakarsa disertai dengan:
a. 2 (dua) naskah asli; dan
b. 1 (satu) softcopy naskah asli.
 Menteri menandatangani pengundangan:
a. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
b. Peraturan Pemerintah;
c. Peraturan Presiden; dan
d. Peraturan Perundang-undangan lain yang menurut Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku harus diundangkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia, dengan membubuhkan
tanda tangan pada naskah Peraturan Perundang-undangan tersebut.

Dirjen PP menandatangani pengundangan Peraturan Perundang-


undangan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat,
DPR, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, Komisi Yudisial, menteri, badan, lembaga atau komisi
yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau
Pemerintah atas perintah Undang-Undang, ataupun berdasarkan
kewenangan dengan membubuhkan tanda tangan pada naskah
Peraturan Perundang-undangan tersebut.
Penerbitan Lembaran Negara Republik Indonesia,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita
Negara Republik Indonesia, dan Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia dalam bentuk lembaran lepas
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 14 (empat
belas) hari terhitung sejak tanggal Peraturan
Perundangundangan diundangkan.
Tata Cara
Pengundangan

Penerbita
n
Lembara
nLepas
Sekian
dan
Terima Kasih ..

Anda mungkin juga menyukai