Anda di halaman 1dari 21

PROSES PEMBENTUKAN

UNDANG-UNDANG
Kuliah Ilmu Perundang-Undangan
Valerianus B. Jehanu
1. Proses pembentukan UU menurut UU No. 12
Tahun 2011 dan perubahannya (bdk. UU
15/2019 dan UU 13/2022)
2. Proses penyiapan RUU dari Pemerintah
3. Proses penyiapan RUU dari DPR
Pokok Bahasan 4. Proses penyiapan RUU dari DPD
5. Pembahasan, pengesahan dan
pengundangan
6. Pemantauan dan Peninjauan terhadap UU
7. Kerangka (Kenvorm) Undang-Undang
Berdasarkan UUD NRI 1945, suatu RUU
dapat berasal dari beberapa pihak :
1. Pemerintah (Presiden), berdasarkan Pasal
5 ayat (1) UUD NRI 1945
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
PENGANTAR berdasarkan Pasal 20 ayat (1) UUD NRI
1945
3. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
berdasarkan Pasal 21 UUD NRI 1945;
4. Dewan Perwakilan Daerah, berdasarkan
Pasal 22D UUD NRI 1945
§ Ps 1 angka 1 UU No. 12/2011, pembentukan
peraturan perundang-undangan adalah pembuatan
peraturan perundang-undangan yang mencakup
tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,
pengesahan, penetapan dan pengundangan.
§ Secara garis besar, proses pembentukan Undang-
Undang terdiri atas beberapa tahap, yaitu :
PROSES 1. Proses pembentukan Rancangan Undang-
PEMBENTUKAN UU Undang (proses penyusunan dan perancangan
di lingkungan Pemerintah, DPR atau DPD)
2. Proses pembahasan di Dewan Perwakilan
Rakyat
3. Proses pengesahan oleh Presiden; dan
4. Proses pengundangan (oleh Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang hukum)
§ Dilakukan dalam Program Legislasi Nasional
(Prolegnas) berdasarkan Ps. 16 dan Ps. 17 UU No. 12
Tahun 2011
§ Prolegnas adalah skala prioritas program pembentukan
UU dalam rangka mewujudkan sistem hukum nasional
§ Penyusunan daftar RUU dalam Prolegnas didasarkan
atas:
PERENCANAAN § Perintah UUD NRI 1945;
§ Perintah Ketetapan MPR;
UNDANG-UNDANG § Perintah UU lainnya;
§ Sistem perencanaan pembangunan nasional;
§ Rencana pembangunan jangka panjang nasional;
§ Rencana pembangunan jangka menengah;
§ Rencana kerja pemerintah dan rencana strategis
DPR; dan
§ Aspirasi dan kebutuhan masyarakat
§ Siapa yang menyusun Prolegnas?
§ Ps. 45 UU No. 12 Tahun 2011 – RUU yang berasal dari DPR
maupun Presiden serta yang diajukan DPD kepada DPR
disusun berdasarkan Prolegnas
§ DPR maupun Pemerintah, masing-masing menyusun
usulan Prolegnas untuk ditetapkan menjadi Prolegnas
melalui Rapat Paripurna DPR – dituangkan dalam
Keputusan DPR
§ Penyusunan Prolegnas di lingkungan Pemerintah
PERENCANAAN dikoordinasikan Menteri bidang Hukum, sedangkan di
UNDANG-UNDANG lingkungan DPR dikoordinasikan oleh alat kelengkapan di
bidang legislasi (Baleg)
§ Apakah setiap Rancangan Undang-Undang wajib untuk
ditetapkan melalui Prolegnas?
§ Secara prinsip YA, namun ada beberapa kondisi khusus
yang memungkinkan pengajuan RUU diluar Prolegnas.
§ Baik DPR maupun Pemerintah dapat mengajukan RUU
diluar Prolegnas – bagi RUU diluar Prolegnas yang
diajukan Pemerintah disebut dengan RUU Kumulatif
Terbuka (Ps. 22 Perpres 87/2014)
§ Ps. 22 Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2014,
dalam Prolegnas dimuat daftar kumulatif
terbuka yang terdiri atas:
§ Pengesahan perjanjian internasional tertentu
§ Akibat Putusan Mahkamah Konstitusi
§ Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
§ Pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah
Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota; dan
PERENCANAAN § Penetapan/pencabutan Perppu
UNDANG-UNDANG § Peraturan DPR No. 1 Tahun 2014, RUU diluar Prolegnas
meliputi:
§ Meratifikasi konvensi atau perjanjian internasional
§ Mengisi kekosongan hukum akibat Putusan MK
§ Mengatasi keadaaan luar biasa, keadaan konflik atau
bencana alam; atau
§ Mengatasi keadaan tertentu lain yang memastikan adanya
urgensi nasional (disepakati oleh Baleg dan Menteri di
bidang Hukum)
§ Setiap Rancangan Undang-Undang harus disertai
dengan Naskah Akademik – penyusunannya dilakukan
sesuai dengan pedoman Lampiran I UU No. 12 Tahun 2011
§ Pengecualian (tidak perlu NA, cukup dengan keterangan
yang memuat pokok pikiran dan materi muatan),
terhadap RUU mengenai:
§ APBN
§ Penetapan Perppu
PENYUSUNAN § Pencabutan UU atau Pencabutan Perppu
UNDANG-UNDANG § RUU yang diajukan oleh DPD secara limitatif hanya RUU
yang berkaitan dengan:
§ Otonomi daerah;
§ Hubungan antara pusat dan daerah;
§ Pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah;
§ Pengelolaan SDA dan sumber daya ekonomi lainnya;
§ Perimbangan keuangan pusat dan daerah
§ RUU dari DPR diajukan oleh anggota DPR, komisi, gabungan
komisi, atau alat kelengkapan DPR yang khusus menangani
bidang legislasi
§ RUU dari DPD dapat diajukan secara tertulis oleh anggota DPD
kepada Komite atau Panitia Perancang Undang-Undang, dan
dapat langsung diajukan oleh Komite atau Panitia Perancang
Undang-Undang – RUU dari DPD kemudian disampaikan secara
tertulis oleh Pimpinan DPD kepada Pimpinan DPR untuk
memperoleh persetujuan Fraksi di DPR
§ RUU yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh Menteri atau
PENYUSUNAN Pimpinan Lembaga Pemerintah NonKementerian sesuai bidang
UNDANG-UNDANG tugasnya
§ Setelah RUU disiapkan, kemudian dilakukan tahap
pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi.
Pada tahap ini yang melakukan adalah :
§ Badan Legislasi DPR, untuk RUU yang diajukan dari DPR
dan DPD (ingat bahwa RUU dari DPD harus disampaikan ke
DPR agar bisa lanjut ke tahap pembahasan).
§ Menteri atau Kepala Lembaga di bidang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan untuk RUU yang
diajukan oleh Presiden
§ Setelah dilakukan pengharmonisasian, pembulatan dan
pemantapan konsepsi, maka tahap selanjutnya adalah
persiapan pembahasan.
§ Apabila RUU berasal dari DPR, maka RUU disampaikan
kepada Presiden dengan Surat Pimpinan DPR – Presiden
kemudian berkoordinasi dengan Menteri di bidang
Hukum
§ Apabila RUU berasal dari Presiden, maka RUU
PENYUSUNAN disampaikan kepada Pimpinan DPR melalui Surat
Presiden – dalam surat tersebut sudah memuat
UNDANG-UNDANG penunjukan Menteri yang mewakili Presiden untuk
pembahasan
§ Ps. 51 UU 12/2011 – apabila dalam satu masa sidang DPR
dan Presiden menyampaikan RUU mengenai materi yang
sama, yang dibahas adalah RUU yang disampaikan oleh
DPR. Untuk RUU yang disampaikan Presiden digunakan
sebagai bahan untuk dipersandingkan.
PERHATIKAN !
Ada perubahan pasca berlakunya UU No. 13 Tahun 2022

§ Pasal 64 ayat 1a UU 13/2022 – penyusunan rancangan


peraturan perundang-undangan dapat dilakukan
menggunakan metode omnibus
§ Pasal 64 ayat 1b UU 13/2022 – metode omnibus
PENYUSUNAN merupakan metode penyusunan peraturan
UNDANG-UNDANG perundang-undangan dengan :
§ Memuat materi muatan baru
§ Mengubah materi muatan yang memiliki keterkaitan
dan/atau kebutuhan hukum yang diatur dalam berbagai
Peraturan Perundang-undangan yang jenis dan hierarkinya
sama; dan/atau
§ mencabut Peraturan Perundang-undangan yang jenis dan
hierarkinya sama
§ Ps. 65 UU No. 12 Th 2011 – pembahasan RUU
dilakukan oleh DPR bersama Presiden (atau Menteri
yang ditugasi), dan dilakukan dengan
mengikutsertakan DPD terhadap RUU yang terkait
dengan kewenangan DPD dan RUU yang
memerlukan pertimbangan DPD (RUU APBN, RUU
tentang Pajak, Pendidikan dan Agama)
§ Keikutsertaan DPD hanya dilakukan pada
PEMBAHASAN Pembicaraan Tingkat I – diwakili oleh alat
UNDANG-UNDANG kelengkapan yang membidangi RUU yang dibahas
§ Ps. 66 dan Ps. 67 UU No. 12 Th. 2011, pembahasan
RUU dilakukan melalui dua tingkat pembicaraan:
§ Pembicaraan Tingkat I dalam rapat komisi,
rapat gabungan komisi, rapat badan legislasi,
rapat badan anggaran, atau rapat panitia khusus;
dan
§ Pembicaraan Tingkat II dalam rapat paripurna
§ Ps. 68 UU No. 12 Th. 2011 – Pembicaraan Tingkat I
dilakukan dengan kegiatan :
§ Pengantar Musyawarah
§ Pembahasan Daftar Inventaris Masalah (DIM); dan
§ Penyampaian Pendapat Mini
§ Dalam pengantar musyawarah, pihak yang
mengajukan memberikan penjelasan, dan pihak yang
diundang memberikan pandangan
PEMBAHASAN § Dalam pembahasan DIM, maka pihak yang
UNDANG-UNDANG menyusun DIM adalah Presiden (jika RUU berasal
(PEMBICARAAN TINGKAT I) dari DPR) atau DPR (jika RUU berasal dari Presiden
dengan mempertimbangkan usul dari DPD sepanjang
terkait kewenangan DPD)
§ Penyampaian pendapat mini disampaikan pada akhir
Pembicaraan Tingkat I oleh Fraksi, DPD (jika terkait
kewenangan DPD) dan Presiden
§ Dalam tahap ini, dapat diundang pimpinan lembaga
negara atau lembaga lain jika materi RUU berkaitan
dengan lembaga negara atau lembaga lain
§ Ps. 69 UU No. 12 Th. 2011 – Pembicaraan Tingkat II
merupakan pengambilan keputusan dalam rapat
paripurna dengan kegiatan :
§ Penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat
fraksi, pendapat mini DPD dan hasil pembicaraan
tingkat I;
§ Pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap Fraksi
dan anggota secara lisan yang diminta oleh pimpinan
rapat paripurna; dan
§ Penyampaian pendapat akhir Presiden yang dilakukan
PEMBAHASAN oleh Menteri yang ditugasi.
UNDANG-UNDANG § Persetujuan mengutamakan cara musyawarah untuk
(PEMBICARAAN TINGKAT II) mufakat, bila tidak tercapai maka dilakukan
pengambilan suara terbanyak
§ Dalam hal RUU tidak mendapat persetujuan bersama
antara DPR dan Presiden, RUU tersebut tidak boleh
diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu.
§ Apa yang dimaksud dengan “masa itu”?
§ Bisakah RUU ditarik kembali oleh pihak yang
mengajukan?
§ Ps. 72 UU No. 12 Th. 2011 – RUU yang telah
disetujui bersama oleh DPR dan Presiden
disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada
Presiden untuk disahkan menjadi UU.
§ Ps. 72 ayat (2) UU No. 15 Th. 2019, penyampaian
RUU yang disetujui bersama maks. 7 hari kerja
sejak tanggal persetujuan
§ RUU yang telah disetujui bersama akan disahkan
PENGESAHAN oleh Presiden dengan membubuhkan tanda
UNDANG-UNDANG tangan dalam jangka waktu maks. 30 hari sejak
disetujui
§ Bagaimana jika setelah disetujui bersama masih
terdapat kesalahan teknis penulisan? Bdk. Pasal
72 ayat 1a dan 1b UU 13/2022
§ Apabila RUU tidak ditandatangani oleh Presiden
dalam waktu maks. 30 hari, maka RUU tersebut
tetap sah menjadi UU dan wajib diundangkan
Perhatikan Perbedaan RUU yang mendapat
Pengesahan Presiden dan yang tidak!

PENGESAHAN
UNDANG-UNDANG
Ps 74 UU No. 12 Th. 2011 – setiap UU harus
dicantumkan waktu penetapan Peraturan
Pemerintah dan peraturan lainnya sebagai
PENGUNDANGAN pelaksanaan UU tersebut

CONTOH!
§ Ps. 81 UU No. 12 Th. 2011 – agar setiap orang
mengetahuinya, peraturan perundang-undangan harus
diundangkan dengan menempatkannya dalam :
§ Lembaran Negara Republik Indonesia
§ Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
§ Berita Negara Republik Indonesia
§ Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
PENGUNDANGAN § Lembaran Daerah
§ Tambahan Lembaran Daerah
§ Berita Daerah
§ Apa saja peraturan perundang-undangan yang dimuat
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia?
§ Apa yang dimaksud dengan “Tambahan”?
§ Ditambahkan melalui UU No.15 Th. 2019 Bab XA tentang
Pemantauan dan Peninjauan terhadap UU – Ps. 95A dan
Ps. 95B
§ Pasal 1 angka 14 Undang-Undang No. 15 Tahun 2019
tertulis ”kegiatan untuk mengamati, mencatat, dan menilai
atas pelaksanaan Undang-Undang yang berlaku sehingga
diketahui ketercapaian hasil yang direncanakan, dampak
yang ditimbulkan, dan kemanfaatannya bagi Negara
Kesatuan Republik Indonesia”
PEMANTAUAN DAN § Pemantauan dan peninjauan terhadap UU dilakukan
PENINJAUAN TERHADAP UU setelah UU berlaku, baik oleh DPR, DPD dan Pemerintah
(Post Legislative Scrutiny) § Badan Legislasi DPR melakukan koordinasi pemantauan
dan peninjauan terhadap UU
§ Hasil pemantauan dan peninjauan terhadap UU dapat
menjadi usul dalam penyusunan Prolegnas
§ Dilakukan dalam tiga tahapan:
§ Tahap perencanaan
§ Tahap pelaksanaan
§ Tahap tindak lanjut
§ Judul
§ Pembukaan
§ Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
§ Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-
Undangan
§ Konsiderans
§ Dasar Hukum
§ Diktum
KERANGKA (KENVORM) § Batang Tubuh
UNDANG-UNDANG § Ketentuan Umum
§ Materi Pokok yang diatur
§ Ketentuan Pidana (jika diperlukan)
§ Ketentuan Peralihan (jika diperlukan)
§ Ketentuan Penutup
Lihat Lampiran II UU No. 12 Tahun 2011!
§ Penutup
§ Penjelasan (jika diperlukan)
§ Lampiran (jika diperlukan)
Q&A

Anda mungkin juga menyukai