BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan evaluasi peraturan perundang-undangan dengan
menggunakan Pedoman Evaluasi Peraturan Perundang-undangan Nomor PHN-
HN.01.03-07, maka perlu penjabaran lebih lanjut guna menjelaskan dan memudahkan
pelaksanaannya oleh para pegawai yang memiliki tugas dan fungsi pada bidang hukum
yang bertindak sebagai ketua atau anggota kelompok kerja (Pokja) evaluasi hukum,
serta pihak lain yang terkait dengan kegiatan analisis dan evaluasi hukum pada tingkat
pusat dan daerah. Selama belum diadakannya perubahan dari Peraturan Menteri
Hukum dan HAM RI Nomor 29 Tahun 2015 maka kegiatan analisis dan evaluasi hukum
sebagaimana dimaksud dalam Petunjuk Teknis ini dimaksudkan sebagai petunjuk
pelaksanaan pemantauan dan peninjauan sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 angka
14 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) perlu
menyusun Petunjuk Teknis Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup petunjuk teknis evaluasi peraturan perundang-undangan mencakup
kegiatan, urutan kegiatan, pengorganisasian, koordinasi, dan pengendalian di tingkat
pusat dan daerah.
1
BAB II
TEKNIS PELAKSANAAN EVALUASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
2
• Putusan Mahkamah Agung mengenai mengenai hasil pengujian peraturan
perundang-undangan di bawah Undang-Undang;
• Putusan Hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum mengikat (inkracht);
• Perjanjian internasional yang terkait;
• Hasil penelitian hukum dan/atau non-hukum;
• Hasil kajian hukum dan atau non-hukum;
• Kebijakan Pemerintah;
• Surat kabar, berita online, atau pemberitaan di televisi.
Sedangkan penjaringan Isu dapat dilakukan dengan cara mengundang stakeholder
terkait bidang kerja evaluasi peraturan perundang-undangan, atau dengan
menjaring partisipasi publik.
3
Pokja evaluasi peraturan perundang-undangan ditentukan sesuai dengan
kebutuhan waktu penyelesaian.
1. Rapat-Rapat Pokja
Kegiatan rapat Pokja evaluasi peraturan perundang-undangan dilaksanakan untuk
melakukan pembahasan terkait dengan perencanaan kegiatan, penyusunan
evaluasi peraturan perundang-undangan, pembahasan hasil evaluasi peraturan
perundang-undangan, dan penyusunan laporan hasil evaluasi peraturan
perundang-undangan. Adapun rapat pertama dilakukan untuk menyepakati objek
evaluasi, memperkenalkan penggunaan pedoman evaluasi peraturan perundang-
undangan, memperkenalkan penggunaan sistem aplikasi evaluasi peraturan
perundang-undangan, brain storming terhadap isu Pokja. Sedangkan rapat-rapat
selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan.
4. Pemantauan Lapangan
Pemantauan lapangan dapat dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan bahan
evaluasi peraturan perundang-undangan (data primer). Pemantauan lapangan
Dapat dilakukan dengan cara meninjau secara langsung lembaga-lembaga atau
pihak-pihak yang terkait langsung dengan peraturan perundang-undangan yang
sedang dievaluasi. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan wawancara,
kuisioner, atau metode lainnya.
4
5. Penyusunan Laporan Pelaksanaan Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan
Laporan pelaksanaan evaluasi peraturan perundang-undangan adalah produk atau
hasil kegiatan evaluasi peraturan perundang-undangan yang sekaligus sebagai
bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan evaluasi peraturan perundang-
undangan. Konsep laporan akhir diperiksa secara berjenjang hingga disetujui oleh
pejabat yang berwenang. Sistematika laporan evaluasi peraturan perundang-
undangan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang (memuat ruang lingkup)
B. Permasalahan
C. Metode
D. Inventarisasi Peraturan Perundang-Undangan
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
(keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran keterangan sistematika)
1. Publikasi Hasil
Kegiatan mempublikasikan hasil evaluasi peraturan perundang-undangan yang
telah dilakukan oleh kelompok kerja, baik melalui media cetak, elektronik, dll. Hal
ini dilakukan dalam rangka mewujudkan keterbukaan informasi publik terhadap
hasil kerja yang telah dilakukan oleh BPHN terutama Pusat Analisis dan Evaluasi
Hukum Nasional kepada masyarakat luas.
5
menindaklanjuti hasil evaluasi peraturan perundang-undangan yang telah
dilakukan.
Sedangkan Forum Tanggapan merupakan kegiatan untuk memperoleh tanggapan
dan rencana tindak lanjut dari stakeholder terkait/ instansi yang diharapkan dapat
menindaklanjuti hasil evaluasi peraturan perundang-undangan yang telah
dilakukan.
3. Forum Pemantauan
Kegiatan untuk memantau perkembangan (progress), dan hasil tindak lanjut atas
rekomendasi hasil evaluasi peraturan perundang-undangan berdasarkan rencana
tindak lanjut yang telah disampaikan sebelumnya oleh stakeholder terkait/ instansi
yang menindaklanjuti hasil evaluasi peraturan perundang-undangan.
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang;
2. Maksud dan Tujuan;
3. Pelaksanaan Kegiatan.
Bab II Hasil Pemantauan Dan Evaluasi Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Evaluasi
Peraturan Perundang-Undangan
1. Daftar Peraturan Perundang-Undangan;
2. Tanggapan Terhadap Rekomendasi Hasil Evaluasi Peraturan Perundang-
Undangan;
3. Perkembangan dan Hasil Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Analisis Dan Evaluasi;
D. Koordinasi
Koordinasi perlu dilakukan antara Kementerian Hukum dan HAM RI atau Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM RI dengan stakeholder dan pemangku kebijakan sebagai
pemrakarsa peraturan perundang-undangan. Koordinasi pada tingkat pusat dipimpin
oleh Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional melalui Kepala Pusat Analisis dan
6
Evaluasi Hukum Nasional, sedangkan pada tingkat daerah dipimpin oleh Kepala Kantor
Wilayah atau Kepala Divisi Pelayanan Hukum Kementerian Hukum dan HAM RI.
E. Pengendalian
Pengendalian kegiatan evaluasi peraturan perundang-undangan pada tingkat pusat
dipimpin oleh Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional melalui Kepala Pusat Analisis
dan Evaluasi Hukum Nasional, sedangkan pada tingkat daerah dipimpin oleh Kepala
Kantor Wilayah atau Kepala Divisi Pelayanan Hukum Kementerian Hukum dan HAM RI.
ttd
7
Lampiran
Keterangan Sistematika
Laporan Pelaksanaan Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan
I. JUDUL LAPORAN:
Judul laporan disesuaikan dengan judul peraturan perundang-undangan yang menjadi
objek analisis dan evaluasi utama, yakni peraturan perundang-undangan yang dibahas
pada Bab II.
Contoh:
A. Latar Belakang
Latar belakang berisi uraian mengenai:
• Alasan rasional dan esensial berdasarkan data fakta maupun referensi yang ada.
Alasan tersebut dipakai untuk acuan mengapa peraturan perundang-undangan
dievaluasi;
• Gejala-gejala yang terdapat di lapangan yang menimbulkan permasalahan dari
suatu peraturan perundang-undangan untuk selanjutnya di evaluasi;
• Kesenjangan antara tujuan dari suatu peraturan perundang undangan (das sollen)
dengan apa yang terjadi di masyarakat (das sein);
B. Permasalahan
Permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas pelaksanaan (sebutkan judul peraturan perundang-undangan
utama yang menjadi objek evaluasi)?
2. Bagaimana dampak dan/atau Kemanfaatan Pelaksanaan (sebutkan judul peraturan
perundang-undangan utama yang menjadi objek evaluasi)?
3. Bagaimana hasil evaluasi terhadap (sebutkan judul peraturan perundang-undangan
utama yang menjadi objek evaluasi) jika ditinjau dari dimensi: pemenuhan nilai
Pancasila, ketepatan jenis peraturan perundang-undangan, disharmoni pengaturan,
kejelasan rumusan, kesesuaian asas bidang hukum peraturan perundang-undangan
yang bersangkutan dan efektivitas pelaksanaan peraturan perundang-undangan?
4. Bagaimana hasil evaluasi terhadap Peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan (sebutkan judul peraturan perundang-undangan utama yang menjadi objek
evaluasi)?
C. Metode
Analisis peraturan perundang-undangan dilakukan dengan meninjau dari enam dimensi
penilaian, yaitu:
1. Dimensi Pancasila;
2. Dimensi Ketepatan Jenis Peraturan Perundang-Undangan;
3. Dimensi Disharmoni;
4. Dimensi Kejelasan Rumusan;
5. Dimensi Kesesuaian Asas Bidang Hukum Peraturan Perundang-Undangan yang
Bersangkutan;
6. Dimensi Efektivitas Pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan.
Data yang dipergunakan (terutama) data sekunder, berupa PUU, putusan Pengadilan,
hasil penelitian/pengkajian, dan dokumen hukum lainnya. Analisis terhadap data
sekunder tersebut dapat dilengkapi dengan data primer yang diperoleh melalui
wawancara dengan stakeholder, diskusi (FGD), hasil kuisioner, dan/atau observasi
lapangan.
2. Contoh:
Untuk Tingkat Daerah
BAB II
HASIL EVALUASI PERATURAN DAERAH (…) NO. (…) TAHUN (…) TENTANG (…)
2
Berisi uraian yang membahas apakah tujuan diberlakukannya PUU menjadi objek
evaluasi sudah tercapai atau belum, apakah norma-norma aturan yang tertuang
dalam PUU dapat dilaksanakan atau tidak. Untuk itu, perlu uraian yang
membandingkan kondisi hukum saat PUU tersebut diterapkan (ius constitutum)
dengan tujuan awal (politik hukum) pembantukan PUU dimaksud, apakah sudah
tercapai. Dalam bagian ini juga perlu dijabarkan hal-hal apa saja yang menyebabkan
tidak tercapainya hasil dan tujuan PUU, hal-hal apa saja yang menyebabkan norma
pengaturan tidak dapat dilaksanakan. Apakah terdapat permasalahan dalam norma
pengaturannya (baik dalam PUU itu sendiri, dalam PUU pelaksanaannya, atau dalam
Peraturan Pelaksnaaannya) sehingga tidak dapat dilaksanakan, apakah ada
persoalan di luar norma pengaturannya (contoh: persoalan struktur hukum,
persoalan kultur hukum, persoalan Standard Operating Procedure, persoalan
kekosongan hukum, atau faktor-faktor lain, sebagaimana tertuang dalam indikator
dan variabel Dimensi Efektivitas dalam Pedoman Evaluasi Peraturan Perundang-
Undangan No. PHN-HN.01.03-07).
Contoh:
Untuk Tingkat Daerah
B. Dampak dan/ atau Kemanfaatan Pelaksanaan Peraturan (…) No. (…) Tahun
(…) tentang (…)
Berisi uraian yang membahas mengenai dampak yang ditimbulkan ( impact) dari
pelaksanaan peraturan perundang-undangan. Dimulai dengan mengidentifikasi
pihak-pihak yang terdampak (the most effected parties). Dampak pelaksanaan
peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dapat mencakup: dampak
ekonomi, dampak sosial, dampak politik, dampak lingkungan dan kesehatan,
dan/atau dampak terhadap penegakan hukum. Dari analisis dampak tersebut perlu
dicari akar permasalahan penyebab timbulnya dampak tersebut untuk kemudian
dianalisa lebih lanjut guna memberikan rekomendasi apabila terdapat akibat yang
memerlukan penyelesaian. Akar permasalahan merupakan poin penting dalam
3
melakukan analisis terhadap penerapan PUU, dengan mengidentifikasi akar
permasalahan, evaluasi dan rekomendasi yang diberikan dapat menjangkau sasaran
yang tepat (tepat sasaran) dan memiliki justifikasi bahwa intervensi perubahan yang
bersifat regulatif memang benar-benar dibutuhkan.
Contoh:
Untuk Tingkat Daerah
C. Evaluasi Enam Dimensi Peraturan Daerah (…) No. (…) Tahun (…) tentang (…)
Dalam rangka meningkatkan kualitas PUU, maka selain dimensi efektivitas, problem
PUU juga perlu ditinjau dari dimensi lain, yaitu: dimensi pemenuhan nilai-nilai
Pancasila, dimensi ketepatan jenis PUU, dimensi disharmoni pengaturan, dimensi
kejelasan rumusan norma, dan dimensi kesesuaian asas bidang hukum peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan. Oleh karenanya, pada bagian ini dapat
disajikan matriks Evaluasi Enam Dimensi PUU. Matrik disusun sesuai dengan Tabel 8
Lampiran Pedoman Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan No. PHN-HN.01.03-07.
4
IV. BAB III EVALUASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT (Diluar PUU Utama)
Bab ini berisi pengaturan PUU lain yang terkait dengan PUU yang dibahas pada BAB II,
dapat PUU terkait pada tingkatan yang sama (horizontal), dapat pula PUU terkait pada
tingkatan yang berbeda (vertikal), termasuk peraturan pelaksanaannya.
Uraian pada bab ini dapat disusun dalam bentuk matriks Evaluasi Enam Dimensi PUU
(lihat: Lampiran 8 Pedoman Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan No. PHN-HN.01.03-
07).
V. BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Uraian singkat yang menegaskan tingkat efektivitas pelaksanaan PUU;
2. Uraian singkat yang menegaskan dampak dan/atau kemanfaatan pelaksanaan
yang ditimbulkan dari penerapan PUU;
3. Uraian singkat yang menegaskan simpulan atas evaluasi enam dimensi terhadap
PUU dimaksud (dimensi nilai Pancasila, dimensi ketepatan jenis PUU, dimensi
disharmoni pengaturan, dimensi kejelasan rumusan, dimensi kesesuaian asas
bidang hukum peraturan perundang-undangan yang bersangkutan, dan/atau
dimensi efektivitas pelaksanaan PUU);
4. Uraian singkat mengenai evaluasi PUU terkait.
B. Rekomendasi
Berisi masukan, saran mengenai tindak lanjut atau rencana aksi yang diperlukan atas
hasil evaluasi yang telah dilakukan. Bagian ini juga dapat menguraikan mengenai
tingkat kemendesakan tindak lanjut dari Rekomendasi yang telah disajikan (contoh:
sangat mendesak, mendesak atau tidak mendesak), serta menentukan Instansi yang
terkait untuk menindaklanjuti rekomendasi tersebut. Rekomendasi terbagi ke dalam
dua jenis yaitu:
1. Rekomendasi Regulatif, yaitu saran berupa, pencabutan, penggantian, atau
perubahan terhadap peraturan perundang-undangan atau tetap
mempertahankannya (dapat juga saran pembentukan peraturan
pelaksanaannya);
2. Rekomendasi Non Regulatif (sifat rekomendasi yang lebih pada penegakan
hukum, ketaatan hukum, sosilisasi peraturan, Pendidikan hokum dan
sebagainya.