Anda di halaman 1dari 12

el KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I.

BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL


Jalan Mayjend. Sutoyo No.10, Cililitan - Jakarta 13640
Telp. (021) 8091908 – Faksimili (021) 8011754 Website. www.bphn.go.id

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


TINGKAT PUSAT DAN DAERAH
BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
NOMOR PHN.HN.01.03-08

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan evaluasi peraturan perundang-undangan dengan
menggunakan Pedoman Evaluasi Peraturan Perundang-undangan Nomor PHN-
HN.01.03-07, maka perlu penjabaran lebih lanjut guna menjelaskan dan memudahkan
pelaksanaannya oleh para pegawai yang memiliki tugas dan fungsi pada bidang hukum
yang bertindak sebagai ketua atau anggota kelompok kerja (Pokja) evaluasi hukum,
serta pihak lain yang terkait dengan kegiatan analisis dan evaluasi hukum pada tingkat
pusat dan daerah. Selama belum diadakannya perubahan dari Peraturan Menteri
Hukum dan HAM RI Nomor 29 Tahun 2015 maka kegiatan analisis dan evaluasi hukum
sebagaimana dimaksud dalam Petunjuk Teknis ini dimaksudkan sebagai petunjuk
pelaksanaan pemantauan dan peninjauan sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 angka
14 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) perlu
menyusun Petunjuk Teknis Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan.

B. Maksud dan Tujuan


Petunjuk teknis evaluasi peraturan perundang-undangan bertujuan untuk memberikan
acuan teknis lebih lanjut terhadap penerapan Pedoman Evaluasi Peraturan Perundang-
Undangan di Tingkat Pusat dan Daerah.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup petunjuk teknis evaluasi peraturan perundang-undangan mencakup
kegiatan, urutan kegiatan, pengorganisasian, koordinasi, dan pengendalian di tingkat
pusat dan daerah.

1
BAB II
TEKNIS PELAKSANAAN EVALUASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. Subjek dan Objek Kegiatan Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan di Tingkat Pusat


Kegiatan evaluasi peraturan perundang-undangan di tingkat pusat dilaksanakan oleh
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional BPHN. Objek kegiatan evaluasi peraturan
perundang-undangan di tingkat pusat adalah semua jenis peraturan perundang-
undangan tingkat pusat. Adapun peraturan perundang-undangan yang dievaluasi di
tingkat pusat meliputi:
1. Undang-Undang (UU);
2. Peraturan Pemerintah (PP);
3. Peraturan Presiden (Perpres);
4. Peraturan Menteri atau jenis peraturan perundang-undangan lainnya yang
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(selanjutnya disebut dengan UU Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan).

B. Subjek dan Objek Kegiatan Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan di Tingkat


Daerah
Kegiatan evaluasi peraturan perundang-undangan di tingkat daerah dilaksanakan oleh
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM. Adapun peraturan perundang-undangan
yang di evaluasi di tingkat daerah meliputi:
1. Peraturan Menteri atau jenis peraturan perundang-undangan lainnya yang
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) UU Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
2. Peraturan Daerah Provinsi (Perda Provinsi);
3. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota (Perda Kabupaten/Kota);
4. Peraturan Kepala Daerah;
5. Peraturan Desa;
6. Peraturan Kepala Desa;
7. Ketentuan dalam peraturan perundang-undangan lainnya yang mengamanatkan
dibentuknya Peraturan Daerah.

C. Urutan Kegiatan Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan


Teknis pelaksanaan evaluasi peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

C.1. Tahap Perencanaan

1. Penelusuran bahan dan Penjaringan Isu


Penelusuran bahan dapat dilakukan dengan cara mempelajari bahan-bahan sebagai
berikut:
• Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai hasil pengujian Undang-Undang;

2
• Putusan Mahkamah Agung mengenai mengenai hasil pengujian peraturan
perundang-undangan di bawah Undang-Undang;
• Putusan Hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum mengikat (inkracht);
• Perjanjian internasional yang terkait;
• Hasil penelitian hukum dan/atau non-hukum;
• Hasil kajian hukum dan atau non-hukum;
• Kebijakan Pemerintah;
• Surat kabar, berita online, atau pemberitaan di televisi.
Sedangkan penjaringan Isu dapat dilakukan dengan cara mengundang stakeholder
terkait bidang kerja evaluasi peraturan perundang-undangan, atau dengan
menjaring partisipasi publik.

2. Penentuan Objek Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan


Penentuan objek evaluasi peraturan perundang-undangan pada tingkat pusat
dilakukan sesuai dengan hasil pembahasan atas penelusuran bahan dan
penjaringan isu yang telah dilakukan dengan mempertimbangkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan kebutuhan hukum
masyarakat, dan/ atau dalam rangka mendukung kebijakan/ Rencana Kerja
Pemerintah (RKP), atau sesuai dengan kebijakan organisasi.
Sedangkan penentuan objek evaluasi perundang-undangan pada tingkat daerah
dilakukan sesuai dengan hasil pembahasan atas penelusuran dan penjaringan Isu
yang telah dilakukan dengan mempertimbangkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) serta kebutuhan dan kesesuaian dengan permasalahan
hukum di daerah, dan/ atau dalam rangka mendukung kebijakan/ Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) Pusat, atau sesuai dengan kebijakan organisasi.

3. Penyusunan Term of Reference (ToR) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)


kegiatan Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan
Penyusunan Term of Reference (ToR) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) kegiatan
evaluasi peraturan perundang-undangan dilakukan pada tahun Anggaran
sebelumnya dan disesuaikan kembali dengan pada tahun Anggaran berjalan. Term
of Reference (ToR) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) disusun oleh Kepala Bidang
yang bertanggung jawab terhadap Pokja yang akan dibentuk.

4. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja)


Penentuan ketua, sekretaris, dan anggota pokja disesuaikan dengan keahlian,
kepakaran, atau peminatan khusus terkait dengan peraturan perundang-undangan
yang akan di evaluasi. Keanggotaan pokja dapat terdiri dari pegawai Kementerian
Hukum dan HAM atau kantor wilayah, pemangku kebijakan, pemangku
kepentingan, seperti akademisi, praktisi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
asosiasi dan lain sebagainya. Pembentukan Pokja yang menggunakan APBN/APBD
ditetapkan dengan Surat Keputusan Pembentukan Pokja evaluasi peraturan
perundang-undangan ditandatangani oleh pejabat berwenang. Adapun Masa kerja

3
Pokja evaluasi peraturan perundang-undangan ditentukan sesuai dengan
kebutuhan waktu penyelesaian.

C.2. Tahap Pelaksanaan

1. Rapat-Rapat Pokja
Kegiatan rapat Pokja evaluasi peraturan perundang-undangan dilaksanakan untuk
melakukan pembahasan terkait dengan perencanaan kegiatan, penyusunan
evaluasi peraturan perundang-undangan, pembahasan hasil evaluasi peraturan
perundang-undangan, dan penyusunan laporan hasil evaluasi peraturan
perundang-undangan. Adapun rapat pertama dilakukan untuk menyepakati objek
evaluasi, memperkenalkan penggunaan pedoman evaluasi peraturan perundang-
undangan, memperkenalkan penggunaan sistem aplikasi evaluasi peraturan
perundang-undangan, brain storming terhadap isu Pokja. Sedangkan rapat-rapat
selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan.

2. Rapat dengan Narasumber (pakar / akademisi / praktisi)


Penyelenggaraan rapat dengan Narasumber diselenggarakan minimal 1 kegiatan
dengan tetap memperhatikan ketersediaan anggaran baik tingkat pusat atau
daerah. Tujuan penyelenggaraan rapat dengan Narasumber adalah untuk
mendapatkan jawaban dan data dukung terkait permasalahan tertentu dan/atau
untuk mendapatkan arahan, masukan, atau review atas hasil evaluasi peraturan
perundang-undangan sementara yang disusun oleh Pokja. Narasumber berasal dari
akademisi atau praktisi yang memiliki keahlian dan pengetahuan terkait dengan
tema Pokja.

3. Focus Group Discussion (FGD)


Tujuan penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) adalah untuk mendapatkan
informasi, konfirmasi, dan/atau klarifikasi tentang isu tertentu dari pemangku
kebijakan atau kepentingan (diluar anggota pokja) guna memperkaya dan
mempertajam temuan hasil evaluasi peraturan perundang-undangan. Focus Group
Discussion (FGD) dapat diselenggarakan apabila dibutuhkan dan ketersediaan
anggaran mencukupi. Apabila kegiatan Focus Group Discussion (FGD) tidak
diselenggarakan maka dapat langsung melakukan penyusunan laporan akhir.

4. Pemantauan Lapangan
Pemantauan lapangan dapat dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan bahan
evaluasi peraturan perundang-undangan (data primer). Pemantauan lapangan
Dapat dilakukan dengan cara meninjau secara langsung lembaga-lembaga atau
pihak-pihak yang terkait langsung dengan peraturan perundang-undangan yang
sedang dievaluasi. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan wawancara,
kuisioner, atau metode lainnya.

4
5. Penyusunan Laporan Pelaksanaan Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan
Laporan pelaksanaan evaluasi peraturan perundang-undangan adalah produk atau
hasil kegiatan evaluasi peraturan perundang-undangan yang sekaligus sebagai
bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan evaluasi peraturan perundang-
undangan. Konsep laporan akhir diperiksa secara berjenjang hingga disetujui oleh
pejabat yang berwenang. Sistematika laporan evaluasi peraturan perundang-
undangan sebagai berikut:

Judul Laporan: Analisis dan Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan terkait ..

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang (memuat ruang lingkup)
B. Permasalahan
C. Metode
D. Inventarisasi Peraturan Perundang-Undangan

Bab II Hasil Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan


A. Ketercapaian Hasil dan Efektivitas PUU (sebutkan judul peraturan perundang-
undangan utama yang menjadi objek evaluasi)
B. Dampak dan/atau Kemanfaatan Pelaksanaan PUU (sebutkan judul peraturan
perundang-undangan utama yang menjadi objek evaluasi)
C. Evaluasi Enam Dimensi PUU (sebutkan judul peraturan perundang-undangan
utama yang menjadi objek evaluasi)

Bab III Hasil Evaluasi terhadap Peraturan Perundang-undangan Terkait

Bab IV Penutup
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
(keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran keterangan sistematika)

C.3. Tahap Tindak Lanjut

1. Publikasi Hasil
Kegiatan mempublikasikan hasil evaluasi peraturan perundang-undangan yang
telah dilakukan oleh kelompok kerja, baik melalui media cetak, elektronik, dll. Hal
ini dilakukan dalam rangka mewujudkan keterbukaan informasi publik terhadap
hasil kerja yang telah dilakukan oleh BPHN terutama Pusat Analisis dan Evaluasi
Hukum Nasional kepada masyarakat luas.

2. Audiensi atau Forum Tanggapan


Audiensi merupakan kegiatan sosialisasi dalam rangka menyampaikan dan
memberikan pemahaman hasil evaluasi peraturan perundang-undangan yang telah
dilakukan oleh Pokja kepada stakeholder terkait/ instansi yang diharapkan dapat

5
menindaklanjuti hasil evaluasi peraturan perundang-undangan yang telah
dilakukan.
Sedangkan Forum Tanggapan merupakan kegiatan untuk memperoleh tanggapan
dan rencana tindak lanjut dari stakeholder terkait/ instansi yang diharapkan dapat
menindaklanjuti hasil evaluasi peraturan perundang-undangan yang telah
dilakukan.

3. Forum Pemantauan
Kegiatan untuk memantau perkembangan (progress), dan hasil tindak lanjut atas
rekomendasi hasil evaluasi peraturan perundang-undangan berdasarkan rencana
tindak lanjut yang telah disampaikan sebelumnya oleh stakeholder terkait/ instansi
yang menindaklanjuti hasil evaluasi peraturan perundang-undangan.

4. Penyusunan Laporan Hasil Tindak Lanjut Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan


Laporan hasil tindak lanjut evaluasi peraturan perundang-undangan adalah produk
akhir kegiatan pemantauan hasil tindak lanjut atas rekomendasi hasil evaluasi
peraturan perundang-undangan. Laporan hasil kegiatan evaluasi peraturan
perundang-undangan yang sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan kegiatan tindak lanjut evaluasi peraturan perundang-undangan.
Sistematika laporan evaluasi peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

Judul Laporan: Laporan Hasil Tindak Lanjut Evaluasi Peraturan Perundang-


Undangan Terkait Tahun …

Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang;
2. Maksud dan Tujuan;
3. Pelaksanaan Kegiatan.

Bab II Hasil Pemantauan Dan Evaluasi Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Evaluasi
Peraturan Perundang-Undangan
1. Daftar Peraturan Perundang-Undangan;
2. Tanggapan Terhadap Rekomendasi Hasil Evaluasi Peraturan Perundang-
Undangan;
3. Perkembangan dan Hasil Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Analisis Dan Evaluasi;

Bab III Penutup


C. Kesimpulan Hasil.

D. Koordinasi
Koordinasi perlu dilakukan antara Kementerian Hukum dan HAM RI atau Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM RI dengan stakeholder dan pemangku kebijakan sebagai
pemrakarsa peraturan perundang-undangan. Koordinasi pada tingkat pusat dipimpin
oleh Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional melalui Kepala Pusat Analisis dan
6
Evaluasi Hukum Nasional, sedangkan pada tingkat daerah dipimpin oleh Kepala Kantor
Wilayah atau Kepala Divisi Pelayanan Hukum Kementerian Hukum dan HAM RI.
E. Pengendalian
Pengendalian kegiatan evaluasi peraturan perundang-undangan pada tingkat pusat
dipimpin oleh Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional melalui Kepala Pusat Analisis
dan Evaluasi Hukum Nasional, sedangkan pada tingkat daerah dipimpin oleh Kepala
Kantor Wilayah atau Kepala Divisi Pelayanan Hukum Kementerian Hukum dan HAM RI.

F. Siklus Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan

Jakarta, 31 Desember 2019

KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL,

ttd

Prof. Dr. H. R. BENNY RIYANTO, SH., M.Hum., C.N


NIP. 19620410 198703 1 003

7
Lampiran
Keterangan Sistematika
Laporan Pelaksanaan Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan

I. JUDUL LAPORAN:
Judul laporan disesuaikan dengan judul peraturan perundang-undangan yang menjadi
objek analisis dan evaluasi utama, yakni peraturan perundang-undangan yang dibahas
pada Bab II.
Contoh:

EVALUASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT (…)

II. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar belakang berisi uraian mengenai:
• Alasan rasional dan esensial berdasarkan data fakta maupun referensi yang ada.
Alasan tersebut dipakai untuk acuan mengapa peraturan perundang-undangan
dievaluasi;
• Gejala-gejala yang terdapat di lapangan yang menimbulkan permasalahan dari
suatu peraturan perundang-undangan untuk selanjutnya di evaluasi;
• Kesenjangan antara tujuan dari suatu peraturan perundang undangan (das sollen)
dengan apa yang terjadi di masyarakat (das sein);

B. Permasalahan
Permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas pelaksanaan (sebutkan judul peraturan perundang-undangan
utama yang menjadi objek evaluasi)?
2. Bagaimana dampak dan/atau Kemanfaatan Pelaksanaan (sebutkan judul peraturan
perundang-undangan utama yang menjadi objek evaluasi)?
3. Bagaimana hasil evaluasi terhadap (sebutkan judul peraturan perundang-undangan
utama yang menjadi objek evaluasi) jika ditinjau dari dimensi: pemenuhan nilai
Pancasila, ketepatan jenis peraturan perundang-undangan, disharmoni pengaturan,
kejelasan rumusan, kesesuaian asas bidang hukum peraturan perundang-undangan
yang bersangkutan dan efektivitas pelaksanaan peraturan perundang-undangan?
4. Bagaimana hasil evaluasi terhadap Peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan (sebutkan judul peraturan perundang-undangan utama yang menjadi objek
evaluasi)?

C. Metode
Analisis peraturan perundang-undangan dilakukan dengan meninjau dari enam dimensi
penilaian, yaitu:
1. Dimensi Pancasila;
2. Dimensi Ketepatan Jenis Peraturan Perundang-Undangan;
3. Dimensi Disharmoni;
4. Dimensi Kejelasan Rumusan;
5. Dimensi Kesesuaian Asas Bidang Hukum Peraturan Perundang-Undangan yang
Bersangkutan;
6. Dimensi Efektivitas Pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan.

Data yang dipergunakan (terutama) data sekunder, berupa PUU, putusan Pengadilan,
hasil penelitian/pengkajian, dan dokumen hukum lainnya. Analisis terhadap data
sekunder tersebut dapat dilengkapi dengan data primer yang diperoleh melalui
wawancara dengan stakeholder, diskusi (FGD), hasil kuisioner, dan/atau observasi
lapangan.

D. Inventarisasi Peraturan Perundang-Undangan


Berisi hasil inventarisasi peraturan perundang-undangan yang menjadi objek evaluasi.
Hasil inventarisasi ini terdiri dari satu peraturan perundang-undangan utama dan
beberapa peraturan perundang-undangan lainya, baik dalam tingkatan atau hierarki
secara vertikal (peraturan pelaksananya) maupun secara horizontal (peraturan
perundang-undangan terkait lainya).

III. BAB II HASIL EVALUASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


1. Contoh:
Untuk Tingkat Pusat
BAB II

HASIL EVALUASI UNDANG-UNDANG NO. (…) TAHUN (…) TENTANG (…)

2. Contoh:
Untuk Tingkat Daerah
BAB II

HASIL EVALUASI PERATURAN DAERAH (…) NO. (…) TAHUN (…) TENTANG (…)

A. Ketercapaian Hasil dan Efektivitas PUU (Utama)


Contoh:
Untuk Tingkat Pusat
A. Ketercapaian Hasil dan Efektivitas Undang-Undang No. (…) Tahun (…) tentang
(…)

Untuk tingkat daerah


A. Ketercapaian Hasil dan Efektivitas Peraturan Daerah (…) No. (…) Tahun (…)
tentang (…)

2
Berisi uraian yang membahas apakah tujuan diberlakukannya PUU menjadi objek
evaluasi sudah tercapai atau belum, apakah norma-norma aturan yang tertuang
dalam PUU dapat dilaksanakan atau tidak. Untuk itu, perlu uraian yang
membandingkan kondisi hukum saat PUU tersebut diterapkan (ius constitutum)
dengan tujuan awal (politik hukum) pembantukan PUU dimaksud, apakah sudah
tercapai. Dalam bagian ini juga perlu dijabarkan hal-hal apa saja yang menyebabkan
tidak tercapainya hasil dan tujuan PUU, hal-hal apa saja yang menyebabkan norma
pengaturan tidak dapat dilaksanakan. Apakah terdapat permasalahan dalam norma
pengaturannya (baik dalam PUU itu sendiri, dalam PUU pelaksanaannya, atau dalam
Peraturan Pelaksnaaannya) sehingga tidak dapat dilaksanakan, apakah ada
persoalan di luar norma pengaturannya (contoh: persoalan struktur hukum,
persoalan kultur hukum, persoalan Standard Operating Procedure, persoalan
kekosongan hukum, atau faktor-faktor lain, sebagaimana tertuang dalam indikator
dan variabel Dimensi Efektivitas dalam Pedoman Evaluasi Peraturan Perundang-
Undangan No. PHN-HN.01.03-07).

Pembahasan ketercapaian hasil dan efektivitas PUU dapat mencakup:


• Tujuan dan politik hukum pembentukan Undang-Undang Bantuan Hukum
• Kondisi penerapan peraturan perundang-undangan saat ini
• Permasalahan yang menghambat efektivitas pelaksanaan PUU

B. Dampak dan/atau Kemanfaatan Pelaksanaan PUU (Utama)


Contoh:
Untuk Tingkat Pusat
B. Dampak dan/ atau Kemanfaatan Pelaksanaan Undang-Undang No. (…) Tahun
(…) tentang (…)

Contoh:
Untuk Tingkat Daerah
B. Dampak dan/ atau Kemanfaatan Pelaksanaan Peraturan (…) No. (…) Tahun
(…) tentang (…)

Berisi uraian yang membahas mengenai dampak yang ditimbulkan ( impact) dari
pelaksanaan peraturan perundang-undangan. Dimulai dengan mengidentifikasi
pihak-pihak yang terdampak (the most effected parties). Dampak pelaksanaan
peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dapat mencakup: dampak
ekonomi, dampak sosial, dampak politik, dampak lingkungan dan kesehatan,
dan/atau dampak terhadap penegakan hukum. Dari analisis dampak tersebut perlu
dicari akar permasalahan penyebab timbulnya dampak tersebut untuk kemudian
dianalisa lebih lanjut guna memberikan rekomendasi apabila terdapat akibat yang
memerlukan penyelesaian. Akar permasalahan merupakan poin penting dalam

3
melakukan analisis terhadap penerapan PUU, dengan mengidentifikasi akar
permasalahan, evaluasi dan rekomendasi yang diberikan dapat menjangkau sasaran
yang tepat (tepat sasaran) dan memiliki justifikasi bahwa intervensi perubahan yang
bersifat regulatif memang benar-benar dibutuhkan.

Pembahasan dampak pelaksanaan dapat mencakup:


• Identifikasi Pihak terdampak
• Uraian dampak positif atau dampak negatif terhadap para pihak
• Uraian dampak positif atau dampak negatif yang diprediksi juga akan dialami
oleh para pihak
• Analisis akar masalah timbulnya dampak negatif yang telah atau kemungkinan
akan terjadi
• Rekomendasi penyelesaian atas akar masalah yang terindentifikasi (baik yang
bersifat regulatif dan/atau non regulatif)
Analisis terhadap dampak dan/atau kemanfaatan ini dapat pula dilakukan dengan
metode Analisis Beban dan Manfaat (Cost And Benefit Analysis), baik yang
terkualifikasi, kuantifikasi maupun termonetisasi. Analisis Beban dan Manfaat yang
termonetisasi (dihitung hingga satuan rupiah) sangat bermanfaat untuk analisis
efisensi penerapan PUU.

C. Evaluasi Enam Dimensi PUU (Utama)


Contoh:
Untuk Tingkat Pusat
C. Evaluasi Enam Dimensi Undang-Undang No. (…) Tahun (…) tentang (…)

Contoh:
Untuk Tingkat Daerah
C. Evaluasi Enam Dimensi Peraturan Daerah (…) No. (…) Tahun (…) tentang (…)

Dalam rangka meningkatkan kualitas PUU, maka selain dimensi efektivitas, problem
PUU juga perlu ditinjau dari dimensi lain, yaitu: dimensi pemenuhan nilai-nilai
Pancasila, dimensi ketepatan jenis PUU, dimensi disharmoni pengaturan, dimensi
kejelasan rumusan norma, dan dimensi kesesuaian asas bidang hukum peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan. Oleh karenanya, pada bagian ini dapat
disajikan matriks Evaluasi Enam Dimensi PUU. Matrik disusun sesuai dengan Tabel 8
Lampiran Pedoman Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan No. PHN-HN.01.03-07.

4
IV. BAB III EVALUASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT (Diluar PUU Utama)
Bab ini berisi pengaturan PUU lain yang terkait dengan PUU yang dibahas pada BAB II,
dapat PUU terkait pada tingkatan yang sama (horizontal), dapat pula PUU terkait pada
tingkatan yang berbeda (vertikal), termasuk peraturan pelaksanaannya.
Uraian pada bab ini dapat disusun dalam bentuk matriks Evaluasi Enam Dimensi PUU
(lihat: Lampiran 8 Pedoman Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan No. PHN-HN.01.03-
07).

V. BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Uraian singkat yang menegaskan tingkat efektivitas pelaksanaan PUU;
2. Uraian singkat yang menegaskan dampak dan/atau kemanfaatan pelaksanaan
yang ditimbulkan dari penerapan PUU;
3. Uraian singkat yang menegaskan simpulan atas evaluasi enam dimensi terhadap
PUU dimaksud (dimensi nilai Pancasila, dimensi ketepatan jenis PUU, dimensi
disharmoni pengaturan, dimensi kejelasan rumusan, dimensi kesesuaian asas
bidang hukum peraturan perundang-undangan yang bersangkutan, dan/atau
dimensi efektivitas pelaksanaan PUU);
4. Uraian singkat mengenai evaluasi PUU terkait.

B. Rekomendasi
Berisi masukan, saran mengenai tindak lanjut atau rencana aksi yang diperlukan atas
hasil evaluasi yang telah dilakukan. Bagian ini juga dapat menguraikan mengenai
tingkat kemendesakan tindak lanjut dari Rekomendasi yang telah disajikan (contoh:
sangat mendesak, mendesak atau tidak mendesak), serta menentukan Instansi yang
terkait untuk menindaklanjuti rekomendasi tersebut. Rekomendasi terbagi ke dalam
dua jenis yaitu:
1. Rekomendasi Regulatif, yaitu saran berupa, pencabutan, penggantian, atau
perubahan terhadap peraturan perundang-undangan atau tetap
mempertahankannya (dapat juga saran pembentukan peraturan
pelaksanaannya);
2. Rekomendasi Non Regulatif (sifat rekomendasi yang lebih pada penegakan
hukum, ketaatan hukum, sosilisasi peraturan, Pendidikan hokum dan
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai