Anda di halaman 1dari 4

Bilang Dulu Sebelum Pinjam

Di suatu sekolah, ada anak bernama Arkhan. Arkhan adalah anak kelas TK besar dan
sering membuat Bu guru marah. Karena sering membuat Bu guru marah, Arkhan sering
dipanggil tetapi tidak dimarahi.

Arkhan sering meminta maaf atas kesalahannya. Dia juga sering membuat teman-teman
menangis. Arkhan selalu begitu dan tidak pernah kapok. Beberapa barang juga diambil oleh
Arkhan. Arkhan juga terkenal sering kabur-kaburan.

Pada suatu hari saat pulang sekolah, Arkhan belum dijemput oleh ibunya. Kalau belum
dijemput, maka belum boleh pulang. Tetapi, Arkhan sering berlari dan bersembunyi. Arkhan
menghindari Bu guru dan selalu berkeliling halaman sekolah yang luas.

Seperti biasanya, Bu guru mencari Arkhan ke setiap sudut ruangan. Namun, Arkhan tidak
ditemukan. Biasanya Arkhan bermain di taman. Begitu Bu guru kesana, Arkhan tidak ada.
Sudah beberapa tempat dikunjungi, tapi tetap tidak ada tanda-tanda keberadaan Arkhan.

Akhirnya, Bu guru pun kelelahan dan ia istirahat di aula. Suasana segar dari angin yang
keluar di kipas membuat Bu Guru tidak menyadari kalau Arkhan ada di sana.

“Bu Guru!” Arkhan menghambur ke arah Bu guru dan memeluknya.

“Arkhan kaku dari mana aja? Ibu nyariin kamu ternyata ada di sini?” Ucap Bu Guru.

“Iya Bu, soalnya aku masih nungguin jemputan Ibu.” jawab Arkhan.

“Iya, lain kali bilang dulu sama Bu guru, ya! Jadinya ibu nggak nyariin kamu.”

“Baik bu.” Jawa Arkhan.

Setelah itu, Arkhan dan Ibu guru pun ke ruang tunggu penjemputan dan Arkhan bermain
beberapa puzzle. Arkhan sangat suka bermain puzzle terlebih puzzle panda milik Humaira,
temannya yang dibawa akhir-akhir ini. Humaira juga belum pulang, masih menunggu
jemputan.

“Mas Arkhan dijemput!” Suara Bu guru menggelegar. Sontak dengan senang hati, Arkhan
pun langsung menghambur ke arah ibunya, dan mereka pun pulang. Tinggal Humaira dan
beberapa teman lainnya yang belum dijemput. Mereka masih bermain beberapa mainan.

Tak beberapa lama kemudian, terdengar suara Bu guru. “Mba Humaira Dijemput!”

Humaira yang terbiasa rapi pun membereskan mainannya. Namun, ada satu yang
mengganjal. Humaira mulai mondar-mandir ke sana kemari, lalu tidak lama kemudian ia
mewek. Tangisnya pun pecah, membuat heboh seisi ruangan.

“Panda Dede nggak ada….” Ucap Humaira sambil menangis.


“Panda yang mana?” tanya Bu guru. Tapi, Humaira semakin menangis dan semakin
kencang tangisannya. Semakin membuat orang bingung, apa yang dimaksud panda
miliknya?

“Itu bu, tadi Humaira bawa Puzzle panda. Tapi puzzlenya dipinjem sama Arkhan.” ucap
Aurel, salah satu anak yang belum dijemput juga. Bu guru pun bertanya, “Sama Arkhan
puzzlenya ditaruh di mana?”

“Nggak tau.” Jawa Aurel.

Pun pada akhirnya semua yang ada di ruangan mencari puzzlenya Humaira yang
bergambar panda, tetap tidak ditemukan. Hanya ada satu kemungkinan, bisa jadi puzzle itu
ikut Arkhan pulang. Akhirnya, Bu guru pun menghubungi Ibunya Arkhan.

“Oh iya Bu, maaf yaa puzzlelnya kebawa sama Arkhan. Nanti segera saya antarkan.” Ucap
Ibunya Arkhan dari seberang telepon. Pada akhirnya, telepon pun ditutup. Menunggu
hingga setengah jam, dua orang bertubuh tinggi dan kecil datang dari arah gerbang.

“Itu Arkhan, Bu!” Teriak Aurel dari dalam ruang tunggu jemputan.

Akhirnya Arkhan un mengembalikan puzzle milik Humaira yang sudah mulai berhenti
menangis. “Arkhan, kenapa kamu bawa puzzlenya Humaira?” Tanya Bu guru.

“Anu itu Bu, aku nggak tau puzzlenya tiba-tiba ada di tasku.” Jawab Arkhan.

Bu guru menghela napas. Sudah biasa terjadi, Arkhan sering membawa pulang benda-
benda di sekolah yang menurutnya menarik. Bahkan tempo lalu ia pernah membawa
kabel.mic yang didapat dari lemari kantor sekolah.

“Arkhan kamu harus minta maaf sama Humaira.” ucap Aurel.

“Kenapa aku harus minta maaf? Kan puzzlenya sudah aku kembalikan?”

“Soalnya kamu udah bikin Humaira nangis. Iya kan, Bu?” Kepala kecil nan mungil itu
mendongak ke arah wanita yang lebih tinggi darinya.

“Nggak mau!” Arkhan melipat tangannya dan membuang muka dari Humaira. Humaira pun
menangis lagi.

“Tuh, kan! Humaira jadi nangis lagi. Arkhan, sih!”

“Arkhan, ayo minta maaf nak.” ucap Ibunya. Arkhan masih kekeuh tidak mau minta maaf,
masih dalam posisinya semula.

“Arkhan, kamu suka apa?” Tanya Ibu Guru.


“Mobil.” Jawab Arkhan.

“Arkhan punya mobil-mobilan di rumah?”

“Punya.”

“Nah! Sekarang, ibu guru main ke rumah Arkhan. Trus ibu guru minjem mobil-mobilannya
Arkhan buat mainan. Tapi, mobil-mobilannya ibu bawa pulang, bagaimana?”

“Loh! Kok dibawa pulang? Itu kan punya Arkhan, Bu! Bu guru mau mencuri, ya!”

“Nah! Itu tau. Berarti, kalau kamu minjem mainannya Humaira tapi nggak bilang-bilang
sama aja dengan mencuri, kan?”m tanya ibu guru. Arkhan terdiam.

Sekali lagi, dibujuknya Arkhan untuk minta maaf. Akhirnya, mau tidak mau Arkhan pun luluh
juga meski masih sedikit kelihatan sewot.

“Ya deh iya! Aku minta maaf! Tapi besok aku pinjam puzzlenya lagi, ya!” Ucap Arkhan.

“T-tapi kalo mau pinjam bilang dulu, Arkhan.” Sahut Aurel.

“Ya iyalah kan aku udah tau.” Jawab Arkhan.

Setelah kejadian di hari itu, keesokan harinya Arkhan pun selalu bilang saat hendak
meminjam barang. Bukan hanya itu saja, Arkhan juga jadi lebih hati-hati dalam bertindak
sehingga tidak melukai hati teman-temannya.

Dengan begitu, Arkhan pun jadi punya banyak teman. Sekarang teman-teman sudah tidak
takut lagi saat bergaul dengan Arkhan. Berbeda pada saat dulu, pasti banyak yang takut
dekat dengan Arkhan karena Arkhan terkenal nakal.

Mereka juga cenderung menjauh supaya bisa menghindari barang-barangnya hilang


karena dicuri oleh Arkhan. Namun, karena sudah minta maaf sama Humaira, keesokan
harinya Aurel bilang ke teman-teman kalau Arkhan sudah menjadi baik.

Meski beberapa teman masih ada yang takut, Aurel tetap meyakinkannya supaya mau
berteman baik dengan Arkhan. Pada akhirnya semua teman-teman jadi mau bergaul dan
bergabung dengan Arkhan.

So, itulah beberapa contoh cerpen yang bisa dibaca atau diceritakan kepada anak-anak.
Pada dasarnya cerita anak menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan tidak
mengangkat kisah yang rumit. Terlebih saat tahu temanya tentang kebaikan dalam
kehidupan.
Anak jadi semangat berbuat kebaikan. Selain itu, penggunaan kaidah bahasanya juga
mudah  dipahami oleh anak-anak. Biasanya cerita anak dibaca saat hendak menjelang tidur
atau ketika sedang ada pelajaran di kelas TK. Beberapa kisah anak yang populer juga
sangat banyak tersedia.

Anda mungkin juga menyukai