Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUANTITATIF

TITRASI ASAM BASA

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Aulia Rahmah NIM. 11194762010569


Dila Noraisyah NIM. 11194762010573
Kristina Wulan Dari NIM. 11194762010583
Monica Amanda NIM. 11194762010588
Nur Alfisyah NIM. 11194762010595
Putri Nabila NIM. 11194762010598

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MULIA

BANJARMASIN

2022
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

DAFTAR TABEL ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Kompetensi Praktikum....................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

A. Deskripsi Bahan Praktikum.............................................................................3

B. Deskripsi Bahan Hasil Pembuatan...................................................................6

BAB III METODE PRAKTIKUM..........................................................................7

A. Alat.................................................................................................................7

B. Bahan...............................................................................................................7

C. Prosedur Kerja.................................................................................................7

BAB IV HASIL....................................................................................................12

BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................16

BAB VI KESIMPULAN.......................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Standarisasi Baku Primer............................................................. 7


Tabel 3.2 Standarisasi Baku Larutan NaOH................................................ 8
Tabel 3.3 Penetapan Kadar Asam Cuka dalam perdagangan 8
Tabel 3.4 Penetapan kadar Magnesium Hidroksida 7
Tabel 3.5 Standarisasi baku larutan HCL 9
Tabel 3.6 Penetapan Kadar Magnesium Hidroksida 10
Tabel 4.1 Hasil Standarisasi Baku Larutan NaOH 12
Tabel 4.2 Hasil Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan 13
Tabel 4.3 Hasil Standarisasi Baku Primer (Natrium Tetraborat) 14
Tabel 4.4 Hasil Standarisasi Bakun Larutan HCL 14
Tabel 4.5 Hasil Penetapan Kadar Magnesium Hidroksida 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat
penting. Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Isrilah asam
(acid) berasal dari Bahasa latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa
(alkali) berasal dari Bahasa Arab yang berarti abu, Basa digunakan dalam
pembuatan sabun. Asam dan basa saling menetralkan. Di alam, asam
ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah jeruk
berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam. Cuka mengandung asam
asetat dan asam tanak dari kulit pohon digunakan untuk menyamak kulit.
Asam mineral yang lebih kuat telah dibuat sejak abad pertengahan, salah
satunya adalah asam nitrat yang digunakan oleh para peneliti untuk
memisahkan emas dan perak. (Adam, 2007)
Asam cuka atau asam asetat yang banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari merupakan senyawa kimia asam organic untuk
menambahrasa asam dan aroma pada makanan. Asam cuka memiliki
rumus kimia yaitu CH3COOH, asam asetat murni (asam asetat glacial)
adalah cairan higroskopis tak berwarna dan memiliki titik beku 16,7C.
Asam cuka merupakan asam lemah monoprotic dengan memiliki nilai Pka
sebesar 4,7. Sebuah larutan dengan konsentrasi 1,0 M asam cuka atau kira-
kira sama dengan konsentrasi pada asam cuka rumah tangga dengan nilai
PH sekitar 2,4 yang menandakan bahwa sekitar 2,4 % molekul asam asetat
dapat terdisosiasi. Asam cuka dapat mudah larut dalam pelarut polar
seperti air, kloroform dan heksana. Asam cuka memiliki konstanta
dielektrik yang sedang yaitu sebesar 6,2 sehingga mampu melarutkan baik
senyawa polar seperti garam anorganik juga sengawa nonpolar seperti
minyak. Asam cuka adalah salah satu senyawa organik yang berada dalam
golongan asam alkanoat. Asam cuka memiliki rumus empiris C₂H₄O₂.
Rumus ini sering kali ditulis dalam bentuk CH₃–COOH, CH₃COOH, atau
CH₃CO₂H. (Chang, Raymond. 2005)

1
2

Magnesium hidroksida adalah suatu senyawa anorganik dengan rumus kim


ia (dalam keadaan basah) Mg(OH)2. Biasanya Magnesium terdapat dalam
bentuk klorida, silikat, hidrat, oksida, sulfat, atau karbonat. Oksigen dalam
tabel periodik memiliki simbol O dengan nomor Atom 16, Magnesium ber
reaksi dengan Oksigen menghasilkan Mg(OH)2. Karakteristik dari Magne
sium Hidroksida yaitu berbentuk serbuk putih, tidak berrasa, mengabsorsi
CO2 secara perlahan dari udara. Magnesium Hidroksida tidak larut dalam a
ir, alkohol, kloroform, dan eter namun larut dalam asam encer. Magnesium
Hidroksida adalah antasida yang digunakan bersama-sama dengan Alumin
ium Hidroksida untuk menetralisir asam lambung. Hal ini mengingat dari
karakteristik Magnesium Hidroksida itu sendiri yang larut dalam asam enc
er. Di dalam tubuh manusia, kelenjar lambung setiap harinya memproduks
i cairan lambung yang bersifat asam. Cairan ini mengandung HCl dengan
konsentrasi sekitar 0,03 M, hal ini menyebabkan lambung bersifat asam de
ngan pH sekitar 1,5. Produksi asam lambung yang berlebihan akan menye
babkan penyakit tukak lambung atau maag. Reaksi Magnesium Hidroksida
di dalam lambung berlangsung sebagai berikut:
Mg(OH)2 + 2 HCl → MgCl2 + 2 H2O
Magnesium Hidroksida bereaksi dengan asam lambung menghasilk
an magnesium klorida dan air. Selain menetralkan asam lambung, antasida
juga meningkatkan pertahanan mukosa lambung denagn memicu produksi
prostaglandin pada mukosa lambung, tetapi ketika jumlahnya berlebih aka
n menjadi obat pencahar yang menyebabkan diare. Metabolisme senyawa i
ni dalam tubuh yaitu Magnesium Hidroksida digunakan sebagai katartik d
an antasida yang tidak larut dan efektif sebelum obat ini bereaksi dengan
HCl membentuk MgCl2. 1 gram Mg(OH)2 dapat menetralisir 32,6 mEg dar
i asam lambung. Disamping itu terdapat beberapa efek samping yang diseb
abkan dari penggunaan Magnesium Hidroksida di dalam antasida, diantara
nya adalah menyebabkan diare, sebanyak 5-10% magnesium diabsorsi dan
dapat menyebabkan kelainan neurologi, neuromuskular, dan kardivoaskula
r. Magnesium Hidroksida juga digunakan di dalam pasta gigi, hal berfungs
i untuk asam yang ada di dalam mulut dan mencegah terjadi kerusakan gig
3

i, serta gangguan pencernaan terutama pada lambung. (Prayot Pathanik, 20


02)
A. Kompetensi Praktikum
1. Memahami prinsip-prinsip metode analisis titrasi asam basa
2. Menetapkan kadar asam cuka dalam perdagangan + Mg(OH) pada
tablet obat magh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Bahan Praktikum


1. Larutan NaOH 0.1 N (Natrium Hidroksida)
Bahan NaOH (Dirjen POM 1979, 705)
Nama : Natrii Hydroxyum
Nama lain : Natrium hidroksida
Rumus molekul: NaOH
BM : 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau kaping, kering,
keras, rapuh, putih, mudah meleleh basah.Sangat alkalis
dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P.
Struktur : Na – O – H
2. Asam Cuka Perdagangan (Anonim, 1976)
Nama Resmi : Acidum Aceticum
Nama IUPAC : Acetic acid
Rumus : CH₃COOH
Kepadatan : 1,05 g/cm³
Massa molar : 60,052 g/mol
Titik lebur : 16,6°C
Titik didih : 118°C
Kelarutan : Dapat campur dengan air, etanol (95%) P dan
gliserol P
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; bau menusuk; rasa asam,
Tajam.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat
3. Asam Oksalat (Anonim, 1976)
Rumus : C2H2O4
Massa molar: 90,03 g/mol

4
5

Titik didih : 365,1°C


Kepadatan : 1,9 g/cm³
Rumus kimia: C2H2O4
Densitas : 1,90 g cm-3
Keasaman (pKa): 1,38; 4,28
4. Aquadest (Farmakope Indonesia Ed. III, 1979)
Nama Resmi : Aqua Destillata
Nama Lain: Air Suling
RM / BM : H2O / 18,02
Kelarutan : Larut dalam etanol gliser
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
5. Magnesium Hidroksida (National Center for Biotechnology
Information, 2021).
Rumus kimia: Mg(OH)2
Massa molar: 58,3197 g/mol
Penampilan: padatan putih
Bau : odorless
Densitas : 2,3446 g/cm3
Titik lebur : 350 °C (662 °F)
Kelarutan dalam air: 0,00064 g/100 mL (25 °C) 0,004 g/100 mL
(100°C)
Hasil kali kelarutan: 1,5×10−11
Indeks bias (nD) : 1,559
6. Natrium Tetraborat (National Center for Biotechnology Information,
2021).
Rumus : Na₂[B₄O₅(OH)₄]·8H₂O
Nama IUPAC: Sodium tetraborate decahydrate
Massa molar: 381,37 g/mol
Titik lebur : 743°C
6

Kepadatan : 1,73 g/cm³


Titik didih : 1.575°C
Rumus kimia: Na2B4O7·10H2O atau Na2·8H2O
7. HCl (Asam klorida)
Asam klorida (BM: 36,46 g/mol) cairan tidak berwarna dengan bau
yang tajam. Asam klorida telah banyak digunakan dalam produksi
pupuk klorida, pewarna, elektroplanting dalam industri fotografi dan
tekstil, juga digunakan sebagai katalisator (National Center for
Biotechnology Information, 2021).
8. Indikator PP
Indikator PP atau fenolftalein merupakan senyawa organik yang
digunakan sebagai reagen laboratorium dan indikator pH. Fenolftalein
tampak putih atau putih kekuningan hingga bubuk kristal halus
berwarna oranye pucat. Tidak berbau. Larutan berair bersifat asam.
Tidak berwarna sampai pH 8,5; merah muda sampai merah tua di atas
pH 9. Tidak berwarna dengan adanya alkali dalam jumlah besar
(National Center for Biotechnology Information, 2021).
9. Indikator Metyl Orange
Metil orange C merupakan senyawa organik yang digunakan
sebagai indikator pH. Digunakan untuk titrasi sebagian besar asam 8
mineral, basa kuat, memeprkirakan alkalinitas air (National Center for
Biotechnology Information, 2021).
B. Deskripsi Bahan Hasil Pembuatan
Titrasi asam lemah dengan basa kuat prinsipnya sama tetapi ada
sedikit perbedaan. Pada titrasi CH3COOH dengan NaOH, PH dimulai dari
3 dan titik ekivalen pada PH yang lebih tinggi pula, hal ini disebabkan
adanya peristiwa hidrolisasi CH3COOH. Titrasi asam asetat dengan NaOH
sebagai larutan standar menghasilkan garam yang berasal dari asam lemah
dan basa kuat, dengan persamaan NaOH (aq) + CHCOOH (aq) ―›
CH3COONa (aq) + H2O(I).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat
1. Erlenmeyer
2. Labu Ukur
3. Buret dan perlengkapannya
4. Alat-alat gelas lainnya
5. Batang Pengaduk
B. Bahan
1. Larutan NaOH 0,1 N
2. Asam Cuka perdagangan
3. Asam Oksalat
4. Aqua Destillata
5. Larutan HCl 0,1 N
6. Magnesium Hidroksida
7. Natrium Tetraborat
8. Indikator PP
9. Indikator Metyl Orange
C. Prosedur Kerja
1. Percobaan 1
(Penentuan Kadar Asam Cuka Dalam Perdagangan)
a. Standarisasi Baku Primer (Asam Oksalat)
3.1. Tabel Standarisasi Baku Primer (Asam Oksalat)
Timbang seksama 630 mg asam oksalat dan masukkan kedalam
Erlenmeyer

Timbang 10 ml aqua destilla

7
8

Hitung normalitas dari baku primer dengan ketentuan


gxn
N¿ BM x V

b. Standarisasi Baku Larutan NaOH


3.2 Tabel Standarisasi Baku Larutan NaOH
Timbang 40 ml NaOH

Tambakan 100 ml aquadest dan masukkan (a) didalam labu takar


add 100 ml

Masukkan kedalam burret sebagai larutan titran

Ambil larutan asam oksalat (baku primer) sebanyak 10


masukkan kedalam erlenmeyer

Titrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator pp 2-3 tetes


sampai TAT

Lakukan percobaan sebanyak 3 kali

Hitung Normalitas NaOH dengan rumus : N = V1.N1 = V2.N2

c. Penetapan Kadar Asam Cuka + Cuka Dalam Perdagangan


Skema 3.3 Tabel Penetapan Kadar Asam Cuka dalam perdagangan
Ambil 1 ml asam cuka sampel, kemudiaan masukkan kedalam
labu ukur 25 ml dan encerkan sampai tansa (a)

Ambil 10 ml larutan (a)

Titrasi dengan NaOH 01 N dengan menggunakan indikator pp 2-


3 tetes samapai TAT
9

Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali

Kadar asamcuka=¿
V NaOH x N NaOH x BM asetat x Faktor penengencer x 100 %
ml sampel
2. Percobaan 2
(Penetapan Kadar Magnesium Hidroksida)
a. Standarisasi baku primer (Natrium Tetraborat)
3.4 Tabel Penetapan kadar Magnesium Hidroksida
Timbang seksama 950 mg Natrium Tetraborat dan masukkan
kedalam Erlenmeyer

Tambahkan 50 ml aquadest

Hitung Normalitas dari baku primer dengan ketentuan


g xn
N=
BM x V
b. Standarisasi baku larutan HCl
3.5 Tabel Standarisasi baku larutan HCL
Ambil 10 ml larutan baku primer

Tambahkan indikator (a)

Masukkan larutan HCl dalam buret sebagai larutan titran

Ambil larutan a sebanyak 10 ml

Titrasi dengan HCl 0,1 N menggnakan indikator PP 2-3 tetes


samapai TAT

Lakukan percobaan sekurangnya 3 kali


10

Hitung Normalitas HCl dengan rumus :


N= V1.N1 = V2.N2
c. Penetapan kadar Magnesium Hidroksida
3.6 Tabel Penetapan Kadar Magnesium Hidroksida
Ambil 200 mg Magnesium Hidroksida sampel, kemudian
masukkan kedalam labu ukur 100 ml

Tambahkan 10 ml aquadest add tanda

Ambil 10 ml larutan b

Titrasi dengan HCl 0,1 N dengan menggunakan indikator pp 2-3


tetes sampai TAT
BAB IV

HASIL

1. Percobaan 1
Penentuan Kadar Asam Cuka Dalam Perdagangan
Standarisasi baku larutan NaOH
4.1 Tabel Hasil Standarisasi Baku Larutan NaOH
No Volum Normalitas Volum Normalitas Gambar
e Asam e NaOH
Asam Oksalat NaOH
Oksalat
1 10 0,1 9 ml 0,11 N

Replikasi 1
2 10 0,1 9 ml 0,11 N

Replikasi 2
3 10 0,1 8 ml 0,12 N

Replikasi 3
Perhitungan Normalitas NaOH : N = V1.N1 = V2.N2
10 x 0,1
N2¿
8,6 ml
N2= 0,1 ml

12
13

b. Penetapan Kadar Asam + Cuka Dalam Perdagangan


4.2 Tabel Hasil Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan
No Normalitas Volume Kadar Gambar
NaOH NaOH
1 0,1 4,3 ml 6%

Replikasi 1
2 0,1 4,3 ml 6%

Replikasi 2

Kadar asamcuka=¿
V NaOH x N NaOH x BM asetat x Faktor penengencer
x 100 %
ml sampel
4,3 ml x 0,1 N x 2,5 ml x 60,052
=
1000
x 100%

=6%
14

2. Percobaan 2
Penetapan Kadar Magnesium Hidrosikda
a. Standarisasi Baku Primer (NatriumTetraborat)
4.3 Tabel Hasil Standarisasi Baku Primer (Natrium Tetraborat)
Percobaan Gambar
Standarisasi Baku Primer
(Natrium Tetraborat)

b. Standarisasi Baku Larutan HCl


4.4 Tabel Hasil Standarisasi Bakun Larutan HCL
N Volum Normalita Volum Normalita Gambar
o e s e s Titran
HCL HCL Titran
1 10 0,1 12 ml 0,08 N

2 10 0,1 13 ml 0,07 N

3 10 0,1 10,5 ml 0,09 N


15

Perhitungan Normalitas HCl: N = V1.N1 = V2.N2


10 x 0,1
N2¿
11,8
N2= 0,1
c. Penetapan Kadar Magnesium Hidroksida
4.5 Tabel Hasil Penetapan Kadar Magnesium Hidroksida
No Volume Normalitas Volume Gambar
Mg(OH) Mg(OH) Titran
1 10 0,1 N 18,5 ml

2 10 0,1 N 18,5 ml

Kadar asamcuka=¿
V HCl x N HCl x BE Mg (OH ) x Faktor pengencer
x 100%
mg sa − mpel
18,5 ml x 0,1 N x 2,5 ml x 60,052
= x 100 %
50
= 5,554 %
BAB V

PEMBAHASAN

Titrasi di definisikan sebagai suatu proses dalam praktikum yang


melibatkan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya (titran) dengan
larutan yang belum diketahui konsentrasinya (titrat). Analisa dilakukan dengan
menentukan konsentrasi larutan melalui penetesan larutan titran yang terdapat
pada erlenmeyer hingga tercapai titik ekuivalen (Almatsier, 2003).
Titrasi asam basa merupakan penetapan konsentrasi senyawa yang bersifat
asam dengan larutan standar yang bersifat basa begitupun sebaliknya dengan
penetesan larutan standar melalui buret kedalam larutan yang ingin diketahui
konsentrasinya pada Erlenmeyer hingga mencapai titik ekuivalen.
Menurut Raymond Chang (2005), dasar titrasi menggunakan beberapa
reaksi kimia diantaranya yaitu reaksi yang melibatkan asam lemah dan basa kuat,
reaksi yang melibatkan asam kuat dengan basa lemah.
Suatu zat asam dapat didefinisikan sebagai zat yang dapat memberi proton
(ion H+) kepada zat lain (zat basa) ataupun menerima pasangan elektron bebas
dari suatu zat basa. Berbagai macam zat asam yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari yaitu cuka yang mengandung asam sitrat dan anggur yang
mengandung asam tatrat (Keenan, 1984)
Sedangkan larutan basa merupakan larutan dengan kandungan pH lebih
dari Suatu zat basa didefinisikan sebagai zat yang menerima proton dan menyerap
ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Berbagai macam zat basa yang daat
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu kapur, obay maag dan sabun
(Keenan, 1984).
Pada praktikum kali ini yaitu melakukan percobaan terkait titrasi asam
basa yang mana menggunakan sampel yang di uji yaitu asam cuka perdagangan.
Dengan baku primer yaitu asam oksalat, baku primer merupakan zat yang
memiliki kemurnian yang tinggi, stabil, dan mudah larut dalam air. Sedangkan
baku sekundernya yaitu menggunakan larutan NaOH, baku sekunder adalah zat
yang

16
17

tidak terlalu stabil dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor contohnya seperti
udara. Pada praktikum ini NaOH di jadikan sebagai larutan titran karena termasuk
dalam jenis basa kuat yang dapat menetralkan asam dengan cepat. (Hudaya,
2016).
Larutan asam oksalat atau baku primer di masukan dalam erlenmeyer
kemudian di tetesi indikator pp 3 tetes dan di titrasi menggunakan larutan NaOH
yang ada di dalam buret hingga titik akhir titrasi yang mana di tandai dengan
terjadi perubahan warna larutan di dalam erlenmeyer dari bening menjadi merah
muda. Adapun normalitas NaOH yang kami dapatkan yaitu 0,1N.
Asam cuka perdagangan ialah asam asetat yang banyak di gunakan dalam
kehidupan kita sehari-hari yang mana merupakan senyawa kimia asam organik
untuk menambah rasa asam dan aroma pada makanan. Dengan rumus kimia yaitu
CH3COOH. Pada praktikum yang kami lakukan yaitu menentukan kadar
CH3COOH dalam asam cuka perdagangan yang mana dapat ditentukan
menggunakan metode titrasi netralisasi, penentuan kadar CH3COOH dalam asam
cuka perdagangan merupakan titrasi alkalimetri dengan menggunakan larutan
NaOH sebagai larutan standar basa atau titrasi basa. Titrasi sama asetat dengan
NaOH sebagai larutan standar menghasilkan garam yang berasal dari asam lemah
dan basa kuat, dengan persamaan NaOH (aq) + CHCOOH (aq) ―› CH3COONa
(aq) + H2O(I) (Tati, 2020).
Asam cuka perdagangan di encerkan terlebih dahulu, kemudian di tetesi
menggunakan indikator pp sebanyak 3 tetes, penggunaan indikator pp lebih
dianjurkan pada proses titrasi ini karena indikator tersebut lebih memberikan
perubahan warna yang lebih jelas (tayek pH = 8,2-10,0), Fenolftalein atau
indikator pp tidak berwarna dalam larutan asam atau mendekati netral, tetapi akan
berwarna merah muda pada larutan basa (Devi, K. 2009). Setelah terjadinya
perubahan warna kemudian di catat volume titran yang di perlukan untuk
mencapai titik akhir titrasi, adapun hasil kadar asam asetat yang kami dapatkan
pada praktikum kali ini yaitu 6%. Adapun hasil yang didapatkan tersebut tidak
sesuai dengan teori yang ada karena kadar pada asam cuka perdagangan ialah 5%.
Dalam menentukan kadar MgOH, titran HCl distandarisasi terlebih dahulu
dengan cara menitrasi natrium tetraborat yang telah diketahui konsentrasinya
18

sebesar 01 N dengan larutan HCl dan indikator metyl orange sebanyak 3 kali
percobaan hingga terjadi perubahan warna larutan menjadi merah pekat. Volume
titran yang digunakan untuk mencapai TAT adalah sebesar 12 ml, 13 ml, dan
10,5 ml. Sehingga setelah dilakukan perhitungan diketahui HCl memiliki
konsentrasi 0,1 N. HCL yang telah diketahui konsentrasinya digunakan untuk
menitrasi larutan sampel yang dibuat dengan melarutkan 50 mg Mg(OH) 2 dan ad
25 ml aquadest. Larutan sampel diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer untuk selanjutnya ditambahkan 3 tetes indikator metyl orange. Larutan
kemudian dititrasi menggunakan HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan warna
larutan dari orange menjadi merah muda pekat yang merupakan perubahan warna
indikator yang terjadi karena perubahan pH larutan. Tahapan ini dilakukan
sebanyak 2 kali pecobaan, volume titran yang digunakan untuk mencapai TAT
sebesar 18,5 ml dan 18,5 ml. Sehingga setelah dilakukan perhitungan diketahui
bahwa Mg(OH) yang dianalisa memiliki kadar 5,554 %
BAB VI

KESIMPULAN

Pada praktikum yang kami lakukan titrasi asam basa di lakukan dengan
dua percobaan, percobaan pertama yaitu titrasi asam basa dengan menggunakan
sampel cuka perdagangan di mana asam oksalat sebagai baku primer dan NaOH
sebagai larutan titran. Hasil yang di dapatkan pada penetapan kadar asam pada
cuka perdagangan ialah 6%. Pada percobaan kedua menggunakan magnesium
hidroksida sebagai sampel, dengan baku primernya yaitu natrium tetraborat dan
HCl sebagai titran, adapun hasil kadar magnesium hidroksida yang di dapatkan
pada praktikum kali ini ialah 5,554%

19
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia


Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Devi, K. Poppy., dkk. 2009. Kimia 1 : Kelas XI SMA dan MA. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Keenan Kleinfelter, Wood dan Pudjaatmaka, A.H. 1980. Kimia untuk Universitas.
Jakarta: Erlangga.
Maftuha, R. (2014). Laporan Titrasi Asam Basa. ACADEMIA.
Permanasari, A. (n.d.). Titrasi Volumetri.

Tati Setiawati. 2020. Titrasi Asam Basa (Titrasi). Jakarta : Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan.

20
21

Anda mungkin juga menyukai