Anda di halaman 1dari 10

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

SEMESTER GENAP PROGRAM PASCASARJANA


INSTITUT PTIQ JAKARTA TA. 2020/2021

Materi Ujian : Tafsir Pendidikan Hari/Tanggal : Ahad, 18 Juli 2021


Jenjang : Strata Dua (S2) Waktu : 08.00-09.45 Wib
Prodi : Manajemen Pendidikan Islam Semester/kls. : II (dua) / A
Konsentrasi :- SKS : 3
Dosen : Prof. Dr. H. Chatibul Umam, M.A.

1. Apa sebab turun Surat Al-Hasyr ayat 9-10 dan jelaskan sari pendidikan yang diambil dari
Surat tersebut!
2. Jelaskan nilai-nilai kemanusiaan yang diambil dari Surat Al-Hujurat ayat 11-13. Kemudian
jelaskan mengapa ayat itu turun?
3. Surat Al-Hajj ayat 39-41 mengandung unsur pendidikan yang sangat penting bagi kaum
muslimin. Pendidikan apakah itu dan mengapa ayat-ayat itu turun?
4. Ayat 91-92 Surat Al-Nahl itu turun berkenaan dengan peristiwa penting. Jelaskanlah
peristiwa tersebut. Kemudian apa intisari dari ayat 90-93 Surat Al-Nahl tersebut.
5. Coba jelaskan masalah keamanan beribadah sesuai ayat 89-93 surat al-Naml.
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
SEMESTER GENAP PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PTIQ JAKARTA TA. 2020/2021

JAWAB
SAVIRA AZURA R
(202520117)
KELAS 2.A

1. Asbabun Nuzul turunnya Surat Al-Hasyr ayat ke-9 bermula dari seorang sahabat
Muhajirin yang sowan kepada Rasulullah Saw. karena dia kelaparan. Sayang, saat itu
tidak ada makanan apapun yang bisa disuguhkan oleh Rasulullah Saw. di rumahnya.
"Siapa diantara kalian yang sanggup melayani tamu ini atas namaku?" Tanya
Rasulullah Saw. kepada sahabat yang ada di dekat beliau. Oleh seorang sahabat Anshar,
pertanyaan Rasulullah Saw. tersebut langsung diiyakan. Tamu Nabi Saw. itu pun diajak
ke rumahnya segera. Sayangnya, di rumahnya itu, kata istri sahabat Anshar tersebut,
juga tidak ada makanan apapun kecuali sepiring makanan untuk anak mereka. "Jika
begitu, tidurkanlah dulu anak-anak kita. Setelah aku ajak mereka (tamu) duduk dan
berbincang, siapkan saja makanan bagi tamu Rasulullah tersebut. Biarkanlah ada dua
piring yang kosong untuk kita berdua. Jika mereka siap untuk makan, kamu berpura-
puralah membetulkan lampu agar mereka tidak tahu bahwa kita tidak makan
bersama," terang sahabat Anshar tersebut kepada istrinya. Tamu Rasulullah Saw. itu
pun kenyang walau keluarga sahabat Anshar tersebut kelaparan. Atas nama mencintai
tamu Rasulullah Saw. yang dia adalah sahabat Muhajirin, kalangan sahabat Anshar rela
memberikan makanan jatah keluarga mereka meski sangat membutuhkan (walau kana
bihim khashasah). Atas kejadian di atas, turunlah ayat ke-9 Surat Al-Hasyr tersebut.
Para perawi tidak ada yang menyebutkan pasti siapa sahabat Anshar yang dimaksud
dalam sebab turunnya ayat tersebut. Sebagian ada yang menyebut Tsabit bin Qais Al
Anshari ra., Abu Thalhah, Sa'ad bin Abi Waqqash (seorang muhajirin sebetulnya).
Pelajaran yang dapat diambil dari Surat Al-Hasr ayat 9 ini adalah Peran
Ukhuwah Islamiyah dalam Memperkuat bangunan sosial kemasyarakatan, khususnya
menurut Ibnu Jauzy dalam Bustanul Wa’izin, tak ada seorang pun hamba yang saleh,
kecuali adalah orang yang baik dan murah hati, seperti para sahabat anshar dan
muhajirin yang digambarkan dalam ayat di atas. Sifat murah hati tidaklah hanya bisa
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
SEMESTER GENAP PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PTIQ JAKARTA TA. 2020/2021

dilakukan ketika diri kita diberikan keluasan rejeki. Justru kemurahan hati yang sejati
adalah ketika kita tetap mengutamakan orang lain atas diri sendiri sekalipun dalam
kesusahan.
Menurut Ibnu Jauziy seseorang yang memiliki sifat kikir dan pelit merupakan
orang yang tidak beruntung. Sebab kikir ibarat sebuah pohon di neraka yang cabang
dan rantainya menjuntai hingga ke dunia. Maka seseorang yang memanjat pohon
tersebut maka ia akan menuntunnya ke api neraka. Sedangkan murah hati ibadat pohon
surga yang batang dan akarnya menjundai ke dunia. Maka seseorang yang memanjat
salah satu cabangnya maka ia akan menghantarkannya ke surga. Karenanya dalam ayat
di atas disebutkan orang yang di dalam hatinya terdapat akhlak tersebut merupakan
orang yang sangat beruntung. Sementara orang yang kikir dan pelit, berarti ia tidak
dipelihara dan tidak beruntung.
2. Islam adalah agama kemanusiaan. Allah berfirman bahwa seluruh manusia itu adalah
sama, walaupun diciptakan berbeda, namun pada hakikatnya bermuara hanya pada-
Nya. Allah menciptakan manusia bersuku-suku, berbangsa-bangsa, berbeda Bahasa
dan warna kulit untuk mengajarkan berbagai perbedaan dan multicultural diantara
manusia tidak berpengaruh, kecuali iman dan ketaqwaan yang dinilai oleh Allah SWT.
Surat Al-Hujurat memiliki tema yaitu etika, akhlak, tata krama. Tata krama terhadap
Allah swt, Rasul SAW, sesama muslim yang taat, dan yang durhaka, serta kepada
sesama manusia. Oleh karena itu didalam surat Al-Hujurat kalimat

َ۟ ‫َٓأَيَيُّ َه۟ا ٱلَّ ِذ‬


۟‫ين ءَ َامنُوا‬
diulang sebanyak lima kali, yakni ditujukan kepada kelima objek tersebut. Dalam
konteks pemahaman tema dalam surat ini maka telah ditemukan bahwa banyak nilai
yang luhur seperti tentang iman, kesatuan kemanusiaan serta tuntutan untuk
menghadapi perbedaan dan perselisihan serta cara untuk mengindari. Dengan
menerapkan nilai-nilai yang terkandung didalam surat tersebut maka akan tercipta
kehidupan yang tenteram bagi setiap individu ataupun bermasyarakat. Tujuan utama
dalam surat Al-Hujurat ini jelas bahwa untuk mendidik setiap muslim cara berperilaku
yang baik terhadap penciptanya, diri sendiri dan orang lain. Berkaitan dengan akhlak
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
SEMESTER GENAP PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PTIQ JAKARTA TA. 2020/2021

manusia tidak hanya berkaitan dengan lahiriyah akan tetapi berkaitan erat dengan hati.
Akhlak yang baik kepada penciptanya dan kepada sesama manusianya akan
menciptakan keseimbangan didalam kehidupan.
Berikut ini akan dipaparkan beberapa sebab turunnya ayat dari Qs Al-Hujurat
ayat 11-13, namun tidak memiliki asbabun nuzul dikarenakan hanya ayat-ayat tertentu
yang memiliki asbabun nuzul sebab memiliki peristiwa saat turunnya ayat tersebut.
berikut adalah asbabun nuzul Qs Al Hujurat ayat 11-13. Pada ayat 11, Asbabun-nuzul
ayat tersebut adalah berkenaan dengan ejekan yang dilontarkan oleh tsabit ibn qais
seorang sahabat nabi saw yang tuli. Stabit melangkahi sekian orang untuk dapat duduk
didekat Rasulullah agar dapat mendengar wejangan beliau. Salah seorang menergurnya
tetapi Stabit marah sambil memakinya dengan menyatakan bahwa dia yakni si penegur
adalah anak si Anu- (seorang wanita yang pada masa jahiliah dikenal dengan aib).Orang
yang diejek ini merasa dipermalukan maka turunlah ayat ini.
Dalam ayat 12 diriwayatkan oleh ibnu mundzir mengenai ayat ini yaitu tentang
suatu peristiwa ketika ada seorang sahabat yang bernama Salman Al-Farisi makan dan
setelah itu tidur kemudian mendengkur. Dan seseorang mengetahui hal tersebut
kemudian disebarkan kepada orang lain perihal makan dan tidurnya salman tadi kepada
orang banyak. Maka turunlah ayat ini yang berisi larangan umat muslim untuk
mengumpat, menggunjing serta menceritakan aib orang lain.
Dalam ayat ke 13 asbabun nuzul yang diriwayatkan oleh Abu Dawud mengenai
turunnya ayat ini yaitu tentang peristiwa yang terjadi pada seseorang sahabat yang
bernama Abu Hindin yang biasa berhidmat kepada Nabi Muhammad untuk
mengeluarkan darah kotor dari kepaanya dengan bekam, yang bentuknya seperti
tanduk. Rasulullah memerintahkan kabilah Bayadah agar menikahkan abu hindin
dengan seorang perempuan kalangan mereka. Mereka bertanya apakah patut kami
menikahkan gadis-gadis kami dengan seorang budak-budak?”, maka Allah
menurunkan ayat ini agar tidak mencemooh seseorang karena memandang rendah
kedudukannya.
Dari asbabun nuzul yang telah disebutkan menjelaskan bahwa setiap ayat
memiliki sebab yang berbeda walaupun tidak semua ayat memiliki asbabun nuzul tetapi
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
SEMESTER GENAP PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PTIQ JAKARTA TA. 2020/2021

ketiga ayat tersebut telah memberikan keterangan bahwa pendidikan karakter telah
diterangkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
3. Asbabun Nuzul Q.S. 22 al-Hajj: 39-41 dan pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini
tertuang dalam sebuah hadist. Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika Nabi saw,
hijrah dari Mekah, berkatalah Abu Bakr: “Mereka telah mengusir Nabi mereka. Mereka
pasti akan dibinasakan.” Maka turunlah ayat ini (QS: 22 al-Hajj: 39) yang memberi
kelonggaran untuk berperang bilamana umat Islam dianiaya. [diriwayatkan oleh
Ahmad, at-Tirmidzi, dan al-Hakim, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Menurut at-
Tirmidzi, hadits ini hasan, sedang, menurut al-Hakim, hadits ini shahih].
Dalam ayat ini, Nabi beserta pengikutnya mulai diizinkan untuk berperang,
harus dipahami dalam konteks historis dan tekstualnya. Berdasarkan basis konteks
tersebut, seseorang dapat mengatakan bahwa pesan utama dari ayat-ayat ini ternyata
bukan pergi berperang, akan tetapi menghapus penindasan dan menegakkan kebebasan
beragama serta perdamaian.
Dengan kata lain, perang justru bagian daripada alat untuk mewujudkan nilai-
nilai moral. Ini berarti bahwa perang haruslah dihindari jika masih ada jalan non-
kekerasan yang masih mungkin dilakukan. Kesimpulan yang sama juga dikemukakan
oleh Muhammad Syahrur dalam kitabnya Taifif Manabi’ al-Irhab, Syahrur mengatakan
bahwa jihad damai di jalan Allah boleh diikuti dengan peperangan hanya dalam situasi
yang sangat diperlukan agar seluruh umat manusia mendapatkan kebebasan memilih,
yang intinya adalah kebebasan beragama, berekspresi, menggunakan simbol
keagamaan, keadilan dan kesetaraan.
Sebab itu, kita bisa memahami QS. Al-Hajj [22]: 39 memerintahkan kepada
Nabi dan pengikutnya untuk tidak membunuh kaum kafir yang dalam keadaan tidak
siap berperang dan mereka yang menyerah secara damai kepada kaum muslim. Nabi
pernah bersabda dalam riwayat Ibn ‘Abbas, “Jangan membunuh perempuan, anak-
anak, orang yang sudah tua, dan mereka yang menyerah kepadamu dengan damai”.
Itu artinya, dengan larangan membunuh kaum yang lemah, jelas bahwa membunuh
kaum kafir bukanlah tujuan utama dari perang. Bahkan saat perang pun, Nabi dan
pengikutnya hanya dibolehkan untuk membunuh kaum kafir yang melakukan
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
SEMESTER GENAP PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PTIQ JAKARTA TA. 2020/2021

penindasan kepada kaum mukmin, mereka yang tidak menerima keragaman dan
mereka semua yang tidak mau menegakkan perdamaian di muka bumi ini.
4. (Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang menguraikan) merusak
(benangnya) hasil apa yang telah dipintalnya (yang sudah dipintal dengan kuat) sudah
dijadikan benang (menjadi cerai-berai kembali) lafal ankaatsan berkedudukan menjadi
hal, bentuk jamak daripada lafal naktsun; artinya mencerai-beraikan benang yang sudah
dipintal kuat. Hal ini merupakan gambaran tentang seorang wanita penduduk kota
Mekah; ia setiap hari memintal benang, tetapi sesudah benang itu jadi, lalu ia uraikan
kembali; wanita itu dikenal sebagai wanita yang tolol (kalian menjadikan) lafal
tattakhidzuuna menjadi hal dari dhamir lafal takuunuu; artinya janganlah kalian seperti
wanita yang tolol itu, yaitu kalian menjadikan (sumpah kalian sebagai alat penipu) arti
dakhalan ialah memasukkan sesuatu bukan pada tempatnya dan ia bukan merupakan
bagian daripadanya; makna yang dimaksud ialah menimbulkan kerusakan atau tipu
muslihat (di antara kalian) seumpamanya kalian merusak sumpah itu(disebabkan) lafal
an di sini asalnya lian (adanya satu golongan) satu kelompok (yang lebih banyak)
jumlahnya(dari golongan yang lain). Disebutkan bahwa mereka mengadakan sumpah
perjanjian pertahanan dengan suatu golongan, tetapi bila mereka melihat ada golongan
yang lain yang lebih kuat dan lebih banyak jumlahnya, lalu mereka merusak dan
membatalkan perjanjiannya dengan golongan yang pertama itu, kemudian mereka
mengadakan perjanjian pertahanan dengan golongan yang baru dan yang lebih kuat itu.
(Sesungguhnya kalian dicoba) diuji (oleh Allah dengannya) yakni dengan perintah
supaya kalian memenuhi sumpah, agar Dia melihat siapakah yang taat di antara kalian
dan siapa yang durhaka. Atau membuat suatu umat yang kuat agar Dia melihat apakah
mereka memenuhi janjinya atau tidak. (Dan sesungguhnya di hari kiamat akan
dijelaskan-Nya kepada kalian apa yang dahulu kalian perselisihkan itu) sewaktu di
dunia menyangkut masalah sumpah dan masalah-masalah lainnya; kelak Dia akan
mengazab orang yang melanggar sumpahnya dan akan memberi pahala kepada orang
yang memenuhinya.
Surat an Nahl ayat 90-91 memiliki munasabah (korelasi) dengan ayat
sebelumnya dan sesudahnya. Dalam surat an Nahl ayat 89 menjelaskan tentang
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
SEMESTER GENAP PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PTIQ JAKARTA TA. 2020/2021

kesaksian para Nabi terhadap umatnya dihari kebangkitan, dan Nabi Muhammad SAW
akan bersaksi atas umat yang sekarang ini dan juga akan bersaksi atas saksi-saksi dari
umat-umat yang lain (Imani, 2005: 633). Kemudian dilanjutkan ayat 90, dijelaskan
bahwa Allah memerintahkan manusia agar menegakkan keadilan dan bermurah hati
serta memaafkan anggota-anggota keluarga dan orang-orang yang ada di sekitar kita.
Setelah itu dijelaskan lagi mengenai tiga prinsip negatif yang harus dijauhi manusia,
diantaranya adalah: perbuatan keji (fakhsya) mengisyaratkan pada dosa-dosa yang laten
dan tersembunyi, sedangkan kata munkar (perbuatan menjijikkan) merujuk pada
perbuatan dosa terang-terangan, sementara baghy (keangkuhan) merujuk pada apapun
pelanggaran yang dilakukan terhadap hak-hak diri sendiri, serta penindasan dan
pengagungan diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain.
Dalam kaitannya dengan surat an Nahl ayat 91, ketika itu Rasulullah apabila
menerima seseorang memeluk agama Islam langsung dibaiat (diadakan janji setia).
Sehubungan dengan itu maka Allah SWT menurunkan ayat 91 sebagai ketegasan
bahwa bagi mereka yang sudah dibaiat dengan Rasulullah SAW jangan sekali-kali
mengingkari baiat itu. Ayat ke-91 diturunkan untuk memberi perintah agar kaum
muslimin berbaiat kepada Rasulullah SAW yakni berjanji setia untuk mempertahankan
panji-panji Islam dan memeluk Islam dengan penuh konsekuen Di akhir ayat,
ditekankan kembali agar manusia menjalankan prinsip-prinsip tersebut, yaitu Prinsip
Kebangkitan Kembali dan revitalisasi prinsip keadilan, kemurahan hati dan pemberian
hak-hak kaum kerabat, serta penentangan terhadap tiga penyimpangan berupa
perbuatan keji, kemungkaran, serta penindasan, di tingkat dunia memberikan alasan
yang cukup untuk menciptakan kehidupan dunia yang tenang dari segala jenis
malapetaka dan kerusakan. Dilanjutkan pada ayat 91, bahwa Allah menyuruh manusia
untuk menepati janji dan melarang untuk membatalkan sumpah yang sudah diikrarkan.
Masalah sumpah (ayman, jamak dari yamin) yang disebutkan dalam ayat tersebut
memiliki makna komprehensif yang mencakup baik sumpah yang dilakukan manusia
dengan Allah maupun mereka lakukan dengan sesamanya dengan nama Allah. Dengan
kata lain, setiap jenis komitmen yang dibuat dengan nama Allah dan dengan sumpah
yang menyertakan nama-Nya. Pada ayat 92 dijelaskan bahwa perumpamaan orang yang
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
SEMESTER GENAP PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PTIQ JAKARTA TA. 2020/2021

melanggar sumpah seperti perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah


dipintal dengan kuat kemudian hasil pintalannya dicerai-beraikan kembali (merujuk
pada kisah seorang wanita suku Quraisy yang bernama Ra‟ithih di masa Jahiliyah).
Selanjutnya pada ayat ini, Allah melarang manusia menggunakan sumpah sebagai
sarana penipuan dan kerusakan.
Berdasarkan pendapat mufassir, terdapat beberapa nilai-nilai yang terkandung
dalam surat An-Nahl 90-93, yaitu :
• Tafsir Al-Mishbah (Quraish Shihab)
a. Perintah berbuat adil dalam setiap perkataan dan perbuatan
b. Selalu berusaha menuju yang lebih baik
c. Allah melarang berbuat dosa, lebih-lebih dosa yang amat buruk
• Tafsir Jalalain
a. Berlaku adil
b. Berbuat kebaikan
c. Melarang perbuatan keji, zina dan kemungkaran
d. Memberi pengajaran
• Tafsir Al-Muyassar
a. Berlaku adil
b. Tidak menyekutukan Allah
c. Berbuat baik
d. Melarang semua kekejian
e. Memberi pengajaran
• Tafsir Ibnu Katsir
a. Berbuat kebajikan
b. Perintah berbuat adil
c. Melarang hal-hal yang haram dan kemungkaran

5. Keamanan beribadah yang dimaksud adalah, kebebasan beragama yang khususnya


menjelaskan tentang toleransi antar umat beragama. Selama tidak mencederai agama
Islam, sebagai manusia umat muslim harus menghormati agama lain.
Kebebasan beragama yang diberikan islam mengandung tiga makna:
1. Islam memberikan kebebasan kepada umat beragama untuk memeluk
agamanya masing-masing tanpa ada ancaman dan tekanan. Tidak ada
paksaan bagi orang non-muslim untuk memeluk agama islam.
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
SEMESTER GENAP PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PTIQ JAKARTA TA. 2020/2021

2. Apabila seseorang telah menjadi muslim, maka ia tidak sebebasnya


mengganti agamanya, baik agamanya itu dipeluk sejak lahir maupun
karena konversi.
3. Islam memberikan kebebasan kepada pemeluknya menjalankan
agamanya sepanjang tidak keluar dari garis-garis syariah dan aqidah.
Sebelum membahas batasan-batasan toleransi terhadap non-muslim, maka
terlebih dahulu akan dibahas mengenai pembagian/klasifikasi non-muslim. Menurut
para ulama non-muslim terbagi menjadi beberapa kelompok yaitu:
a) Kafir harbi atau kafir muharib, yaitu orang kafir yang berada dalam
peperangan dan permusuhan terhadap kaum muslimin.
b) kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang hidup ditengah kaum muslimin di
bawah pemerintah muslim dan mereka membayar jizyah setiap tahun.
c) kafir mu’ahhad yaitu orang kafir yang sedang berada dalam perjanjian
dengan kaum muslimin dalam jangka waktu tertentu.
d) kafir musta’man, yaitu orang kafir yang dijamin keamanannya oleh
kaum muslimin.
Masing-masing jenis orang kafir ini memiliki hukum dan sikap yang berbeda-beda.
Namun secara garis besar, jika dikelompokkan lagi, maka terbagi menjadi dua
kelompok besar sebagian lagi dijelaskan oleh ibnu ‘Abbas r.a: “Dahulu kaum musyrikin
terhadap Nabi saw dan kaum mukminin, mereka terbagi menjadi dua kelompok:
musyrikin ahlul harbi, mereka memerangi kami dan kami memerangi mereka dan
musyrikin ahlul ‘ahdi, mereka tidak memerangi kami dan kami tidak memerangi
mereka” (HR.Bukhari) Tafsir Surah An-Naml ayat 89-93 ini menjelaskan tentang orang
beriman yang melaksanakan amal sholeh akan memperoleh balasan dari amal baiknya.
Dan dijelaskan pula dalam Tafsir Surah An-Naml ayat 89-93 ini bahwa yang
menyekutukan Allah akan mendapat balasan setimpal pula. Penutup Tafsir Surah An-
Naml ayat 89-93 ini mengisahkan bahwa Al-Quran diturunkan sebagai kabar gembira.
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
SEMESTER GENAP PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PTIQ JAKARTA TA. 2020/2021

Anda mungkin juga menyukai