ANALISIS PICOT
CITATIONS READS
0 1,261
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Rini Rachmawaty on 14 July 2019.
ABSTRACT
Tujuan: Angka kejadian konstipasi cukup tinggi pada penderita stroke iskemik yang
mengalami immobilisasi karena pada saat pasien mengalami penurunan aktivitas akan
menyebabkan penurunan fungsi otot abdominal, penurunan peristaltik usus yang dapat
memperlama pasase feses sehingga pasien mengalami konstipasi. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mencegah dan mengatasi masalah konstipasi pada pasien stroke di RSUP DR
Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan massage abdomen. Massage abdomen dapat
menurunkan konstipasi melalui beberapa mekanisme yang berbeda - beda antara lain dengan
menstimulasi sistem persyarafan parasimpatis sehingga menurunkan tegangan pada otot
abdomen, meningkatkan motilitas pada sistem pencernaan , serta memberikan efek pada
relaksasi sfingter. Metode: penelitian ini menggunakan desain Quasi Experiment, dengan
tehnik pengambilan sampel yaitu Consecutive Sampling. Responden 30 orang dibagi ke dalam
2 kelompok yaitu: kelompok intervensi yang diberikan massage abdomen sebanyak sekali
dalam sehari selama tiga hari berturut –turut, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan
perlakuan. Sebelum intervensi, dilakukan penilaian awal konstipasi dengan menggunakan
kuesioner Constipation Assesment Scale (CAS) Hasil: Hasil uji statistik menunjukkan nilai
p=0,000, p<0,005 sehingga disimpulkan ada perbedaaan yang signifikan pada skor konstipasi
(CAS) antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Massage abdomen terbukti
memiliki efek terhadap penurunan konstipasi. Rekomendasi: Massage Abdomen dapat
menjadi intervensi mandiri yang dapat dilakukan oleh perawat untuk menurunkan konstipasi
tanpa menimbulkan efek samping.
1
PENDAHULUAN paraplegia, disfagia dan afasia. Ini
tergantung bagian mana yang
Stroke merupakan satu dari mengalami masalah. Lemahnya bagian
beberapa penyakit penyebab kematian tubuh pasien menyebabkan pasien
di dunia utamanya Indonesia. Selain immobilisasi sehingga dapat terjadi
kematian stroke juga menimbulkan beberapa komplikasi seperti
kecacatan neurologis dan beberapa dekubitus, atrofi otot dan salah satu
komplikasi. Menurut WHO (2010) setiap komplikasi yang paling sering terjadi
tahunnya diseluruh dunia terdapat 15 adalah konstipasi.
juta orang yang menderita stroke, Pada pasien stroke yang
sekitar 6 juta orang mengalami mengalami immobilisasi konstipasi
kematian dan 6 juta orang lagi dapat terjadi karena pada saat pasien
mengalami kecacatan permanen. mengalami penurunan aktivitas akan
Diprediksikan angka kematian tersebut menyebabkan penurunan fungsi otot
akan terus meningkat menjadi 8 juta abdominal, penurunan peristaltik usus
ditahun 2030. yang dapat memperlama pasase feses
Di Indonesia sendiri stroke sehingga pasien mengalami penurunan
merupakan penyebab kematian utama frekuensi defekasi atau BAB, feses keras
yang ditemukan di rumah sakit dan sulit dikeluarkan dan pasien
pemerintah, diperkirakan sekitar 15% mengeluh nyeri saat BAB, (Smeltzer &
kematian di rumah sakit disebabkan Bare, 2013; Sinclair, 2010; Hadi, 2013;
oleh stroke dan kecacatan mencapai Douglas, Nicol & Robertson; 2014).
65% . Prevalensi stroke yang diperoleh Angka kejadian konstipasi
dari data RIKESDA adalah sebesar 7 per cukup tinggi pada penderita stroke
mil dan yang gejalanya terdiagnosis hal ini dibuktikan dalam penelitian
oleh tenaga kesehatan yaitu sebesar (Su et al, 2009). Penelitian ini dibuat
12,1 per mil. Sekitar 2,5 persen dari untuk menyelidiki prevalensi kejadian
jumlah total penderita stroke di konstipasi, faktor resiko dan dampaknya
Indonesia meninggal dunia dan sisanya setelah serangan stroke pertama.
mengalami gangguan atau cacat ringan Dalam penelitian ini dipaparkan bahwa
maupun berat pada tubuhnya post kejadian konstipasi setelah stroke itu
stroke. Tingkat kejadian stroke bervariasi sekitar 30% - 60%. Kesimpulan
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dari penelitian ini menyebutkan bahwa
dengan gejala tertinggi terdapat di konstipasi adalah komplikasi umum dari
Provinsi Sulawesi Selatan (17,9‰), stroke akut dan kejadiannya
kemudian disusul oleh DI Yogyakarta berhubungan dengan immobilisasi dan
(16,9‰), Sulawesi Tengah (16,6‰), penggunaan pispot untuk buang air
diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil besar.
(Kementrian Kesehatan Republik Penelitian lain yang mendukung
Indonesia, 2013). penelitian diatas adalah penelitian (Lim
Di kota Makassar sendiri penyakit et al, 2015) yang membahas tentang
stroke termasuk dalam 10 jenis kejadian konstipasi pada pasien stroke
penyakit penyebab utama kematian dibandingkan dengan pasien ortopedi
dengan angka kejadian sebesar 96 orang dirumah sakit. Kesimpulan dari hasil
ditahun 2013 (Dinas kesehatan Kota penelitian ditemukan bahwa kejadian
Makassar, 2013). konstipasi lebih tinggi pada pasien
Selain kematian, pasien yang stroke dibanding pasien gangguan
terkena serangan stroke akan mengalami orthopedi.
masalah kecacatan, seperti Penanganan konstipasi saat ini
hemiparese, hemiplegia, paraparese, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
2
terapi farmakologis maupun dengan waktu relaksasi sehingga dengan
nonfarmakologis. Terapi farmakologis cepat dapat meningkatkan refleks
yang dapat dilakukan adalah gastrokolik dan meningkatkan kontraksi
pemberian laksatif sedangkan terapi dari usus dan rektum (Kyle,2011; Lamas,
non farmakologi berupa exercise, 2011; Sinclair, 2010; Emly, 2007).
mobilisasi, pemberian cairan, diet Penelitian terkait tentang
tinggi serat dan toileting regimen pengaruh massage abdomen terhadap
(Folden, 2002 ; Kyle, 2011). kejadian konstipasi diantaranya
Namun seperti terapi penelitian Kim & Bae (2013) di Seoul,
farmakologi lainnya penggunaan Korea Selatan. Pada penelitian ini
terapi laksatif pada pasien konstipasi peneliti melakukan massage abdomen
juga memiliki efek samping. Menurut menggunakan aroma oils pada 20
(Sinclair, 2010) penggunaan laksatif pasien lansia yang mengalami stroke
dalam jangka waktu yang lama dengan keluhan konstipasi. Intervensi
justru akan menyebabkan efek samping massage abdomen ini dilakukan 6 kali
yang berbahaya termasuk seminggu, dalam kurun waktu 2 minggu.
peningkatan konstipasi dan fecal Dalam penelitian ini penilaian
impaction, serta dapat menjadi faktor dilakukan setiap minggunya pada hari
resiko untuk timbulnya kanker ke tujuh menggunakan Constipation
colorectal. Dalam (Williams & Hopper, Assesment Scale (skala penilaian
2007) juga disebutkan bahwa konstipasi) dan dari hasil yang
penggunaan pencahar secara terus diperoleh dapat dilihat bahwa skor CAS
menerus dapat menyebabkan atrofi mengalami penurunan setelah 6x
mukosa kolon, penebalan otot dan pemberian massage abdomen jadi dapat
fibrosi serta dapat mengakibatkan disimpulkan bahwa massage abdomen
perforasi usus besar. dengan menggunakan minyak pijat
Dalam (Kim & Bae, 2013; Silva & aroma oils sangat efektif dalam
Motta, 2013; Kyle, 2011; Lamas, 2011; mengatasi konstipasi pada pasien
Sinclair, 2010; Emly, 2007) dijelaskan stroke usia lanjut. Dalam penelitian ini
bahwa selain menggunakan terapi juga jelas bahwa efek dari massage
medik, konstipasi pada pasien juga abdomen nampak pada hari ketujuh.
dapat diatasi dengan berbagai terapi Penelitian lain tentang massage
komplementer seperti, latihan otot abdomen adalah penelitian (Silva &
perut, breathing exercise, dan salah Motta, 2013) yang meneliti tentang
satu terapi komplementer yang dapat penggunaan abdominal muscle training,
dilakukan perawat untuk mencegah dan breathing exercise, massage abdomen
mengatasi masalah konstipasi pada untuk mengatasi konstipasi kronik pada
pasien stroke adalah dengan massage anak. Penelitian dilakukan pada 72 anak
abdomen. usia 4 -18 tahun yang mengalami
Massage abdomen merupakan konstipasi kronik selama 6 minggu.
intervensi yang sangat efektif dalam Penelitian dibagi menjadi 2 kelompok,
mengatasi konstipasi, selain itu terapi 32 anak pada kelompok intervensi
ini juga tidak menimbulkan efek (fisioterapi + obat pencahar magnesium
samping berbahaya karena merupakan hidrosida) dan 32 anak kelompok kontrol
tindakan non invasif, dapat dilakukan (obat pencahar magnesium hidrosida).
oleh pasien sendiri dan relatif murah. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
Pada massage abdomen, dilakukan peningkatan frekuensi defekasi lebih
tekanan langsung pada dinding tinggi pada kelompok intervensi
abdomen yang dilakukan secara dibandingkan pada kelompok kontrol.
berurutan dan kemudian diselingi
3
Sudah ada beberapa penelitian dan kelompok kontrol yang tidak diberikan
yang menjelaskan bahwa konstipasi terapi massage abdomen Intervensi
merupakan salah satu masalah atau dilakukan dengan melakukan massage pada
komplikasi yang paling sering terjadi abdomen sesuai prosedur sekali dalam
pada pasien yang mengalami stroke sehari, selama 10-20 menit sekali dalam
dengan immobilisasi namun jangka waktu 3 hari pada setiap pasien.
kenyataannya perhatian tenaga medis Sebelum intervensi, dilakukan penilaian
utamanya perawat terhadap kejadian awal konstipasi pasien dengan
tersebut masih sangat kurang, khususnya menggunakan kuesioner Constipation
dalam hal pemberian intervensi Assesment Scale (CAS). Selama penelitian
mandiri terkait masalah Ada sebanyak 8 responden yang drop out. 5
konstipasi,sehingga pada masalah orang responden dari kelompok intervensi
konstipasi terapi farmakologi yaitu dengan alasan kurang kooperatif, tidak
pemberian laksatif yang selalu menjadi memungkinkan dilakukan pemberian
hal utama. massage abdomen pada hari kedua
sedangkan dan 3 responden dari kelompok
kontrol karena pemberian laksatif sebelum
METODE tiga hari pengukuran sehingga hingga akhir
penelitian tersisa 30 orang responden.
Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar tepatnya Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis
ruang perawatan neuro dan brain center. dengan menggunakan program SPSS 22 for
hal ini dikarenakan rumah sakit tersebut windows dengan menggunakan uji
merupakan rumah sakit pusat rujukan parametrik. Sebelumnya, dilakukan uji
nasional dikawasan Indonesia Timur. normalitas data dengan melihat uji
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus skewness selanjutnya dianalisis dengan
sampai September 2017. menggunakan uji t independent dengan
tingkat kemaknaan 0,05.
Desain penelitian yaitu Quasy
eksperimental. Peneliti ingin melihat HASIL
pengaruh pemberian massage abdomen
terhadap penurunan konstipasi pada pasien Pada tabel 1 menunjukkan sebaran data
stroke iskemik dengan time series design distribusi frekuensi karakteristik demografi
dimana dilakukan empat kali pengukuran responden yang meliputi jenis kelamin dan
yaitu baseline, hari pertama post intervensi, umur. Pada data tersebut menunjukkkan
hari kedua dan hari ketiga. bahwa dari 30 responden berdasarkan jenis
kelamin persentase terbanyak pada
Populasi pada penelitian ini adalah pasien kelompok intervensi dan kontrol adalah laki-
stroke iskemik yang menjalani rawat inap di laki (66,7%), rata – rata umur responden
ruang perawatan neuro dan brain center yang menjadi sampel pada kelompok
yang memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien intervensi adalah 59 tahun sedangkan rata –
stroke iskemik yang mengalami rata umur pada kelompok kontrol adalah 54
konstipasi,Compos mentis,usia >18 tahun, tahun. Dari hasil uji statistik pada semua
asupan makanan, serat dan cairan terpenuhi data demografi menunjukkan tidak ada
serta belum pernah mendapat terapi perbedaan yang bermakna antara kelompok
laksatif. intervensi dan kelompok kontrol (p>0.05)
yang berarti bahwa semua karakteristik
Sampel terdiri dari 38 orang pasien yang yang dijadikan sampel penelitian adalah
sudah memenuhi kriteria inklusi, dan dibagi
homogen.
ke dalam dua kelompok, yaitu: kelompok
intervensi yang diberikan massage abdomen
4
Tabel 1. Karakteristik Data Demografi
Umur
Mean (SD) 59,33 (11,1) 54,47 (11,0) 0,239
Min-Max 42-86 38-76
CAS Baseline
5
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa dari 15 rata skor konstipasi (CAS) post hari ke-3
responden pada kelompok intervensi adalah 11,07 dengan standar deviasi 2,73.
terlihat nilai rata - rata (mean) skor Dari hasil uji statistik menggunakan paired
konstipasi (CAS) sebelum intervensi adalah sample T-test terlihat bahwa rata-rata
8,87 dengan nilai standar deviasi 3,11 dan perbedaan antara skor konstipasi pre dan
rata-rata skor konstipasi (CAS) setelah post intervensi hari ke-3 adalah sebesar -
diberikan intervensi adalah 1,60 dengan 2,93 dengan nilai p<0,05 (p=0,000)
standar deviasi 3,18. Dari hasil uji statistik sehingga dapat disimpulkan hipotesis Ho
menggunakan paired sample T-test terlihat ditolak yang berarti ada perbedaan yang
bahwa rata-rata perbedaan antara skor bermakna antara rata-rata skor konstipasi
konstipasi pre dan post intervensi hari ke-3 (CAS) sebelum dan sesudah hari ketiga
adalah sebesar 7,26 dengan nilai p<0,05 pada kelompok kontrol.
(p=0,000) sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis Ho ditolak yang berarti Dari hasil uji independen T-test diperoleh
ada perbedaan yang signifikan sehingga bahwa nilai p<0,05 (0,00) sehingga
dapat disimpulkan bahwa hipotesis Ho disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
ditolak yang berarti ada perbedaan yang antara skor konstipasi (CAS) pada
bermakna antara rata-rata hipotesis Ho kelompok intervensi setelah diberikan
ditolak yang berarti ada perbedaan yang massage abdomen dengan kelompok
bermakna antara rata-rata skor konstipasi kontrol post hari ke-3, dimana nilai rata -
(CAS) sebelum dan sesudah diberikan rata skor konstipasi (CAS) pada responden
massage abdomen pada kelompok kelompok intervensi lebih rendah dibanding
intervensi. Sedangkan pada kelompok pada kelompok kontrol, hal ini berarti
kontrol menunjukkan bahwa dari 15 bahwa ada penurunan konstipasi pada
responden yang tidak diberikan massage kelompok intervensi yang diberikan
abdomen terlihat nilai rata-rata skor massage abdomen sedangkan pada
konstipasi (CAS) pre test adalah 8,13 kelompok kontrol tidak mengalami
dengan dilai standar deviasi 4,15 dan rata- penurunan tapi peningkatan konstipasi.
6
konstipasi pada kelompok intervensi yang Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
diberikan massage abdomen pada pre pemberian massage abdomen pada pasien
(baseline) dan post intervensi hari ke-3 stroke iskemik di RSUP Dr Wahidin
adalah sebesar 7,26 dibandingkan dengan Sudirohusodo Makassar sebanyak sekali
kelompok kontrol, reratanya adalah -2,93. dalam sehari (10-20 menit) selama tiga hari
Pada hari ketiga post pemberian massage berturut-turut dapat mengatasi konstipasi
abdomen rata-rata skor konstipasi pada pasien dimana massage abdomen dapat
pasien nampak mengalami penurunan yaitu menurunkan skor konstipasi dan membantu
nilai rata-rata sebesar 1,6 sedangkan pada melancarkan proses defekasi pasien tanpa
kelompok kontrol pada hari ke-3 rata-rata pemberian laksatif dan tanpa menimbulkan
skor konstipasi tidak mengalami penurunan efek samping.
melainkan peningkatan menjadi 11,7.
SIMPULAN
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih kepada kedua dosen beserta staff yang memberikan kesempatan
pembimbing yang telah banyak memberikan dan dukungan kepada penulis dalam
arahan, bimbingan dan motivasi selama pelaksanaan penelitian ini. Serta terima
proses penelitian ini. Terima kasih juga kasih yang sebesar-besarnya kepada dikti
kepada kedua orang tua dan keluarga yang yang membantu biaya penelitian melalui
selalu mendukung. Terimakasih kepada Beasiswa BPPDN dan STIK GIA Makassar yang
Direktur RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo juga mendanai penelitian ini.
7
Batticaca, F. B. (2011). Asuhan Engler, T.M., Dourado,C.C., Amancio, T.G.,
Keperawatan pada Klien dengan Farage. L., Mello, PA.,Padula, M. P.C.
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: (2014) Stroke: Bowel Dysfunction in
Salemba Medika. Patients Admitted for Rehabilitation.
The Open Nursing Journal, 2014,8,43-
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). 47.
Keperawatan Medikal Bedah; http://creativecommons.org/licenses/
Manajemen klinis untuk hasil yang by-nc/3.0/)
diharapkan (edisi 8). Jakarta: Salemba
Medika Folden, S. L. (2002). Practice guidelines for
the management of constipation in
Coggrave, M., Wiesel, P. H., & Norton, C. adults. Rehabilitation Nursing, 27(5),
(2006). Management of faecal 169–175.
incontinence and constipation in adults http://doi.org/10.1002/j.2048-
with central neurological diseases. The 7940.2002.tb02005.x
Cochrane Database of Systematic
Reviews, (2), CD002115. Ginsberg, L. (2007). Lecture Notes:
http://doi.org/10.1002/14651858.CD0 Neurologi (8th ed.). Jakarta: Penerbit
02115.pub3 Erlangga.
Dharma, K. K. (2011). Metodologi penelitian Guyton, A.C & Hall. J (2007). Buku Ajar
keperawatan: Panduan melaksanakan Fisiologi Kedokteran (edisi 11),
dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta:EGC
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Hadi,S.(2013). Gastroenterologi.(edisi
Dinas kesehatan Kota Makassar. (2013). 3).Jakarta: P.T.ALUMNI
Profil Kesehatan Kota Makassar.
Makassar. Retrieved from Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
http;//doi.org/10.1073993104. (2013). Profil Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2013. Jakarta.
Douglas, G., Nicol, F., Robertson,C., (2014)
Macleod's Clinical Examination. (13th Kim, Y.G., & Bae, H.S. (2013). The Effect of
edition). Singapore:Elsevier Abdominal Massage with Aroma Oils on
Constipation in Elderly Stroke
Drossman, D. a. (2006). The Functional Patients.Reseach Article vol
Gastrointestinal Disorders and the 11.No.5,883-890.
Rome III Process. Gastroenterology,
130(5), 1377–1390. Krogh, K., & Laurberg, S. (2009).
http://doi.org/10.1053/j.gastro.2006. Constipation in the elderly:
03.008 Investigation and management. Aging
Health, 5(5), 671–682.
Emly, M. C. (2007). Abdominal massage for http://doi.org/10.2217/ahe.09.64
constipation. Therapeutic Management
of Incontinence and Pelvic Pain: Pelvic Kyle, G. (2011). Constipation : review of
Organ Disorders, 223–225. management and treatment. Journal
http://doi.org/10.1007/978-1-84628- Community Nursing, 25(6).
756-5_34
8
Lamas, K. (2011). Using Massage to Ease Sharma, S., & Agarwal, B. B. (2012). Scoring
Constipation. Nursing Times, 107(4), Systems in evaluation of constipation
26–27. and Obstructed Defecation Syndrome
(ODS). Journal International Medical
Lim, S. F., Ong, S. Y., Tan, Y. L., Ng, Y. S., Sciences Academy, 25(1), 57–59.
Chan, Y. H., & Childs, C. (2015).
Incidence and predictors of new-onset Silva, C. A. G., & Motta, M. E. F. A. (2013).
constipation during acute The use of abdominal muscle training ,
hospitalisation after stroke. breathing exercises and abdominal
International Journal of Clinical massage to treat paediatric chronic
Practice, 69(4), 422–428. functional constipation, 7–9.
http://doi.org/10.1111/ijcp.12528 http://doi.org/10.1111/codi.12160
Lim, S. F & Childs, C (2012). A Systematic Sinclair, M. (2011). The use of abdominal
Review of The Effectiveness of Bowel massage to treat chronic constipation.
Management Strategies for Journal of Bodywork and Movement
Constipation in Adults with Stroke. Therapies, 15(4), 436–445.
International Journal of Nursing Studies http://doi.org/10.1016/j.jbmt.2010.07
50 (2013)1004-1010. Elsevier. .007
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2
012.12.002 Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah;
Molin, A. D., McMillan, S., Zenerino, F., Brunner & Suddarth (edisi 8). Jakarta:
Rattone, V., Grubich, S., Guazzini, A., EGC.
& Rasero, L. (2012). validity and
reliability of the Constipation Silbernagl, S & Lang,F.(2006). Teks & Atlas
Assessment Scale. Internasional Berwarna Patofisiologi. Jakarta : EGC
Journal of Paliiative Nursing, 18, 321–
325. Su, Y., Zhang, X., Zeng, J., Pei, Z., Cheung,
R. T. F., Zhou, Q., … Zhang, Z. (2009).
Muttaqin, A. (2011). Buku Ajar Asuhan New-Onset Constipation at Acute Stage
Keperawatan Klien dengan Gangguan After First Stroke Incidence, Risk
Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Factors,and Impact on The Stroke
Medika. Outcome. Stroke, 40(4), 1304–1309.
http://doi.org/10.1161/StrokeAHA.108
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2014). .534776
Patofisiologi; Konsep Klinis Proses -
Proses Penyakit (6th ed.). Jakarta: Williams, L. S., & Hopper, P. D. (2007).
EGC. Understanding medical-surgical
nursing. http://doi.org/10.1002/1521-
Rekam Medis .(2016). RSUP Dr Wahidin 3773(20010316)40:6<9823::AID-
Sudirohusodo Makassar ANIE9823>3.3.CO;2-C