Anda di halaman 1dari 3

tutSebuah Pemikiran: Hal-Hal yang Patut Disyukuri

Selamat malam, selamat datang di catatan harian (ironisnya tidak dibuat per hari, tergantung
mood dan kelowongan waktu). Hari ini saya akan bercerita perihal pandangan baru yang terbentuk
selama masa karantina. Sejak beberapa tahun belakangan (terutama selama kuliah), saya jadi sangat
suka bertualang dan pergi ke tempat-tempat baru. Beberapa perjalanan baru (dan menyenangkan)
diikuti agenda lain seperti mengajar, cek lokasi, kegiatan himpunan, atau pun menghadiri event
mewakili komunitas. Lalu pandemi yang menyerang dunia pada Desember tahun lalu dan mulai masuk
ke Indonesia di bulan Maret tahun ini, mengakibatkan sebagian besar masyarakat berdiam diri di rumah
sesuai anjuran pemerintah.
Situasi sekarang memang berat. Saya sebagai salah satu mahasiswa yang aktif kuliah harus
menerima dampak kuliah dari rumah, di saat semestinya saya sedang berada di rumah sakit, klinik
fisioterapi, atau puskesmas dan menerima ilmu sambil menangani pasien sebagai seorang mahasiswa
profesi. Selain itu, beberapa agenda yang telah tersusun jauh-jauh hari, beberapa proyek dengan
beberapa kawan, agenda jalan-jalan mesti tertunda sampai waktu yang tidak ditentukan.
Meski tidak berdampak langsung pada ekonomi pribadi, tapi saya tahu ada ratusan ribu orang
diluar sana yang keadaannya jadi benar-benar sulit karena pandemi ini. saya menyadari akibat dari
situasi ini seperti PHK, dan kurangnya pelanggan di beberapa pusat belanja, merupakan hal yang tidak
dapat terelakkan. Roda perekonomian di beberapa sektor macet, dan saya berduka untuk itu. Tapi kita
harus bertahan. Seseorang pernah bilang “apa yang tidak membunuhmu akan membuatmu lebih kuat.”
Sekarang memang kita sedang sulit, tapi jika kita bisa melewati semua ini, kita akan tumbuh lebih kuat
dari sebelumnya.
******
Selain kuliah online di rumah, saya juga menggunakan waktu lowong untuk lebih mengenal diri
sendiri. Beberapa buku yang saya bawa dari Makassar sudah habis, sayang sekali buku-buku disini
harganya mahal dan susah dicari (untuk buku yang sesuai selera saya). Beberapa hal yang saya lakukan
di tengah karantina ini diantaranya membaca, berolahraga, menulis artikel, dafar S2, dan mencoba
beberapa peruntungan di berbagai lomba-lomba menulis.
*******
Saya telah banyak kehilangan diri saya yang dulu. Saya sibuk kuliah dan sibuk mengurusi hal-hal
lain. Waktu-waktu untuk diri sendiri pun semakin berkurang dan pada suatu titik diawal tahun lalu, saya
menyadari saya telah kehilangan banyak sekali, terutama diri sendiri. Saya pernah berada di titik
terparah, saat kesenangan hanya bisa datang dari orang lain. kasihan sekali, waktu itu saya
menghabiskan hampir seluruh jam selepas magrib untuk berkumpul bersama orang-orang, tertawa, lalu
saya akan pulang dengan bahagia.
Padahal, dulu saya bahagia dengan diri sendiri. Di bagian mana semuanya jadi salah? Saya terus
memikirkan hal ini.
Saya melihat satu titik dimana semuanya tidak asik lagi. orang-orang mulai membercandai
sesuatu yang mereka pikir lucu, dan saya harus berpikir keras: dimana lucunya? dan ironisnya saya ikut
tertawa. Malam-malam itu, hari-hari dimana saya sangat berusaha hadir untuk semua orang, saya tidak
mau lagi.
Lalu satu titik saya memutuskan mengurangi intensitas bertemu orang-orang secara massif.
Saya tidak bisa sepenuhnya mengklaim ini keputusan yang tepat, tapi setidaknya saya bisa
bernafas lega dan fokus pada hal-hal urgent dan penting. Lebih fokus memperhatikan dan
menyenangkan orang-orang yang memang patut untuk itu. Juga lebih egois untuk diri sendiri. Sekarang
hampir setahun, dan saya lebih baik.
******
Waktu akan selalu bergulir. Prioritas sewaktu SMP akan berganti, memasuki SMA dan Kuliah pun
dua masa ini prioritasnya juga berbeda. Sekarang saya sedang kuliah profesi dan sebentar lagi, siap atau
tidak saya akan bertanggung jawab penuh atas diri sendiri. Dari urusan makan, tempat tinggal, baju,
kendaraan, uang bensin, kouta, dan uang yang habis untuk kongkow-kongkow atau pun jalan-jalan.
Tidak lama lagi saya akan merasa malu meminta itu pada ibu.
Prioritas saya kini berubah dibanding prioritas sewaktu jadi mahasiswa preklinik.
Waktu selama karantina di rumah membuat saya memikirkan banyak hal, juga melakukan hal-
hal positif lainnya. Karena tidak lagi memungkinkan berjalan-jalan dan pergi ke tempat-tempat baru,
belakangan ini saya menulis artikel travelling tempat-tempat wisata mainstream mau pun yang belum
terlalu terdengar namanya. Saya juga sedang sibuk mengikuti beberapa lomba, mengerjakan proyek
novel horror, dan belajar banyak hal tentang dunia tulis-menulis yang jauh lebih luas dari hal-hal yang
saya ketahui sebelum ini. Bahkan pasti lebih luas lagi, hanya perspektifku sekarang belum siap untuk
sesuatu yang lebih besar.
Di akhir, saya ingin bersyukur untuk semua orang yang membersamai saya bertumbuh. Dari
seorang yang bahkan tidak percaya akan diri sendiri, lalu jadi orang yang berapi-api untuk sebuah
pengakuan, lalu seseorang yang melihat dunia yang benar-benar baru lewat berbagi, lalu seseorang yang
masih sangat jauh untuk hal-hal besar.
Saya selalu berterima kasih untuk semua orang-orang baik yang hadir di hidup yang singkat ini.
percayalah sewaktu saya menulis ini saya mendoakan kalian, orang-orang baik yang saya temui di mana-
mana. Saya sedang mencoba menjadi manusia yang lebih bertanggung jawab, tolong doakan saya.

Salam.

Anda mungkin juga menyukai