Anda di halaman 1dari 31

HUKUM KETENAGAKERJAAN KODE MATA KULIAH : WHI 4231

BLOCK BOOK

Team Penyusun : I Ketut Markeling,SH.,MH. ( Kordinator ) Bagian Hukum Keperdataan FH Unud, Telp. (0361) 428352, (0361) 7942603, 085857036264 I Nyoman Mudana, SH.,MH. Bagian Hukum Keperdataan, FH Unud, Telp. (0361) 410002, (0361) 8080902

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2009


1

PENGANTAR KULIAH Mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan merupakan mata kuliah wajib institusional, yang memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang perkembangan hukum positif di Indonesia. Hukum Ketenagakerjaan yang mulanya disebut dengan hukum perburuhan, tidak saja menyangkut hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha, melainkan mengatur juga hubungan kerja seperti pra pekerja/sebelum bekerja dan purna kerja/setelah bekerja. Dengan adanya istilah buruh yang merupakan istilah teknis saja yang kemudian berkembang menjadi istilah pekerja karena lebih sesuai dengan nilai dalam kaidah ketenagakerjaan yaitu falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila, dimana nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila ingin diterapkan dalam tata nilai hukum nasional sebagai perubahan tata nilai hukum warisan Hindia Belanda yang masih berlaku dalam hukum positif Indonesia. Sebutan buruh akan masih memberikan suatu pengertian pada kelompok pekerja golongan bawah/pekerja kasar yang hanya bekerja dengan kekuatan fisik saja, sehingga orang-orang yang bekerja tidak dengan kekuatan fisik seperti bekerja di bidang administrasi merasa enggan disebut buruh. Dari sejarah perburuhan dapat dicatat bahwa jaman feodal istilah buruh hanya digunakan untuk orang yang melakukan pekerjaan kasar seperti kuli, tukang, dan sejenisnya yang lebih dikenal dengan sebutan blue collar , sedangkan orang yang melakukan pekerjaan halus terutama yang mempunyai pangkat, dan sejenisnya dinamakan dirinya pegawai yang berkedudukan sebagai priyayi yang dikenal sebagai sebutan white collar. Memang yang diatur dalam hukum perburuhan mula-mula adalah golongan blue collar, sedangkan golongan white collar baru kemudian masuk hukum perburuhan, misalnya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Buku III Bab 6 titel 4, dahulu satu-satunya bagian yang mengatur perburuhan, tapi hanya mengatur pelayan dan tukang. Baru mulai 1 Januari 1927 KUHPerdata Buku III Bab 7A mengatur masalah-masalah buruh, baik buruh kasar maupun halus.

Berdasarkan hal tersebut, pengertian hukum perburuhan hanya mengatur hubungan kerja antara buruh dan majikan dengan imbalan upah. Dan tidak mengatur pekerja diluar hubungan kerja (pra pekerja dan purna kerja). Berdasarkan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 Jo.Pasal 1 angka 2 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Disamping itu tenaga kerja merupakan tulang punggung pembangunan yang dalam ini adalah pertumbuhan industri, maka kegiatan yang dilakukan, akan mengandung aspek hubungan sosial, hubungan hukum, dan hubungan antar dan inter organisasi yang dapat menimbulkan hak dan kewajiban dan dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Rumusan pengertian Hukum Ketenagakerjaan tentu tidak jauh berbeda dengan pengertian hukum pada umumnya. Pengertian atau definisi sepanjang perkembangan jaman senantiasa mengikuti selera dan pandangan para ahli hukum di bidang ketenagakerjaan, sehingga tidak harus terpaku pada rumusan tertentu. Dalam mewujudkan apa yang diuraikan diatas, diperlukan suatu sikap sosial yang mencerminkan persatuan nasional, kegotongroyongan, tenggang rasa, dan pengendalian diri. Disamping itu diperlukan sikap mental dari pelaku dalam proses produksi yaitu sikap saling menghormatai dan saling mengerti serta memahami hak dan kewajibannya masing-masing. Hukum Ketenagakerjaan merupakan cakrawala baru bagi tenaga kerja khususnya, sehingga mereka tidak saja mengetahui ketentuan-ketentuan ketenagakerjan pada jaman dahulu, tetapi dapat melihat kenyataan yang ada dewasa ini dan dipergunakan dalam hubungan kerja.

1. Identifikasi Mata Kuliah Mata Kuliah Kode MK SKS Status Mata Kuliah Team Pengajar : Hukum Ketenagakerjaan : WHI 4231 : 2 SKS : MK. Wajib Institutional : I Ketut Markeling, SH.,MH I Made Udiana, SH.,MH I Ketut Sandi Sudharsana, SH.,MH. I Nyoman Mudana, SH.,MH. AA Gede Dharma Kusuma, SH.,MH. I Made Pujawan, SH.

2. Diskripsi Mata Kuliah Hukum Ketenagakerjaan yang merupakan perkembangan dari Hukum Perburuhan dan merupakan mata kuliah wajib institutional. Substansi dari mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan ini mencakup aspek-aspek hukum atau aturan-aturan tentang ketenagakerjaan secara luas, artinya tidak saja menyangkut hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha, melainkan juga mengatur di luar hubungan kerja seperti pra pekerja ( Pre Employment), dan setelah bekerja/purna kerja ( Post Employment). Sebagai bagian dari kajian ilmu hukum, maka pembahasannya akan mengacu kepada ketentuan-ketentuan hukum nasional dan pendapatpendapat para sarjana yang berkepeten dalam hal ini 3. Tujuan Mata Kuliah Tujuan Umum Setelah belajar satu semester diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan mampu menguasai prinsip-prinsip dasar dan substansi hukum

ketenagakerjaan yang sesuai dengan pokok-pokok bahasan yang telah ditetapkan, dan secara umum dapat memberikan : a. Untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam kepada mahasiswa masalah-masalah Hukum Ketenagakerjaan, karena bidang Hukum Ketenagakerjaan adalah sangat penting , sebagai salah satu cabang ilmu hukum yang menyangkut kesejahteraan umum serta salah satu politik social Negara kita. b. Dengan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa dalam mempelajari bidang Hukum Ketenagakerjaan diharapkan dapat ikut berperan dalam pengawasan pelaksanaan bidang Hukum Ketenagakerjaan Tujuan Khusus a. Setelah kegiatan perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang istilah dan pengertian Hukum Ketenagakerjaan, perkembangan, hakikat dan sifat Hukum Ketenagakerjaan serta apa yang merupakan sumber Hukum Ketenagakerjaan b. Dengan pengetahuan dan pemahaman dari pengertian diatas, mahasiswa diharapkan dapat dengan mudah mempelajari, memahami serta menjelaskan masalah-masalah pembinaan, jaminan social, hubungan kerja, perlindungan tenaga kerja, dan mampu menganalisis persoalan-persoalan Ketenagakerjaan. 4. Metode dan Strategi Proses Pembelajaran Metode perkuliahan menggunakan Problem Based Learning (PBL), yakni pusat pembelajaran ada pada mahasiswa. Metode yang diterapkan adalah belajarbukan mengajar Strategi pembelajaran : kombinasi perkuliahan 50 % ( 6 kali pertemuan perkuliahan ) dan tutorial 50 % ( 6 kali peretemuan tutorial ). Satu kali hukum yang berkaitan dengan Hukum

pertemuan untuk Tes Tengah Semester, dan satu kali pertemuan untuk Ujian Akhir Semester. Total pertemuan 14 kali. . Pelaksanaan Perkuliahan dan Tutorial Dalam Mata Kuliah Hukum Ketenagakerjaan ini, perkuliahan direncanakan berlangsung 6 kali pertemuan yaitu pertemuan ke 1, ke 3, ke 5, ke 7, ke 9, dan ke 11. Tutorial direncakan 6 kali pertemuan yaitu : pertemuan ke 2, ke 4, ke 6, ke 8, ke 10, dan ke12 Strategi Perkuliahan Perkuliah tentang pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan dipaparkan dengan alat Bantu media papan tulis, power point slide, serta menyiapkan bahan bacaan tertentu yang sebagai referensi dan yang sulit diakses oleh mahasiswa. Sebelum mengikuti perkuliahan mahasiswa sudah mempersiapkan diri mencari bahan materi, membaca dan memahami pokok bahasan yang akan dikuliahkan sesuai dengan arahan dalam Block Book. Teknik perkuliahan : pemaparan materi, Tanya jawab dan diskusi ( proses pembelajaran dua arah ). Strategi Tutorial Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas: (DiscussionTask, Study Task dan Problem Task) sebagai bagian dari self study ( 20 jam perminggu ). Kemudian berdiskusi di kelas tutorial, presentasi power point, dan diskusi Dalam 6 kali tutorial di kelas, mahasiswa diwajibkan : 3, 4. Pilih salah satu topic-topik tersebut, disetor paling lambat pada tutorial ke 4. = Menyetor karya tulis berupa paper sesuai dengan topik tutorial 1, 2,

= Mempresentasikan tugas tutorial dalam bentuk power point presentation untuk tugas tutorial 1, 2, 3. Presentasi dilakukan pada saat tutorial ke 2 dan ke 4. 5. Ujian dan Penilaian Ujian Ujian dilaksanakan dua kali dalam bentuk tertulis yaitu Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Penilaian Penilaian akhir dari proses pembelajaran ini berdasarkan rumus nilai akhir sesuai dengan Buku Pedoman yaitu : (UTS + TT) _________ + 2 (UAS) 2 NA ___________________ 3 Nilai : Skala Nilai Huruf Angka A 4 B+ 3,5 B 3 C+ 2,5 C 2 D+ 1,5 D 1 E 0 Penguasaan Kompetisi Sangat baik Antara sangat baik dengan baik Baik Antara baik dan cukup Cukup Kurang Sangat kurang Gagal Keterangan dengan skala nilai 0 - 10 0 - 100 8,0 10,0 80 100 7,0 7,9 70 79 6,5 6,9 65 69 6,0 6,4 60 64 5,5 5,9 55 59 5,0 5,4 50 54 4,0 4,9 40 - 49 0,0 3,9 00 - 39

6. Materi Perkuliahan ( Organisasi Perkuliahan ) I. Pengantar

Pengertian dan Perkembangan Hukum Ktenagakerjaan Hakikat dan Sifat Hukum Ketenagakerjaan Pre Employment, During Employment, dan Post Employment

II.

Hubungan Kerja dan Norma Kerja Perjanjian Kerja dan Hubungan Industrial Peraturan Perusahaan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Pembinaan Norma Kerja

III.

Perlindungan Tenaga Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Perlindungan Upah

IV.

Perselisihan Hubungan Industrial dan Pemutusan Hubungan Kerja Kebijakan dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Tata Cara Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Tata Cara Pemutusan hubungan Kerja

V.

Organisasi Perburuhan Internasional Sejarah, Struktur Organisasi, dan Kegiatan-Kegiatan ILO Konvensi dan Rekomendasi ILO

VI.

Pengawasan Ketenagakerjaan Peranan Pengawas Ketenagakerjaan Pengawasan Ketenagakerjaan Terpadu

7. Bahan Bacaan Perundang undangan : = Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial dilengkapi dengan Peraturan-Peraturan Tahun 1993 dan Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil, dan Asuransi Sosial ABRI (ASABRI). = Undang Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh = Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan = Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional = Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial = Yanri, Zulmiar, 2005, Himpunan Peraturan Perundang- Kesehatan Kerja, Cet.III, Lembaga ASEAN OSHNET Indonesia, Jakarta. = Syahputra tnggal, Iman dan Amin Widjaja Tunggal, Peraturan Perundang-Undangan Ketenagakerjaan baru di Indonesia, Buku.I, Harvarindo, 2003. Literatur : Anonim, 1978, Simposium Hukum Perburuhan, Cet.I, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Penerbit Bina Cipta, Jakarta. Anonim, 1987, Pedoman Pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila dengan Petunjuk Operasional, Cet.II Yayasan Tripartit Nasional, Jakarta. Anonim, 2003, Pedoman Penyuluh Perjanjian Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan tramsmigrasi R.I., Dirjen Pembinaan Hubungan

Industrial, Bagian Proyek Pengembangan Syarat-Syarat Kerja. Asikin, Zainal (ed.), 1993, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT. Raja grafindo Persada, Jakarta. Budiono, Abdul Rachman, 1995, Hukum Perburuhan di Indonesia, cet.I, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Djumadi, 1995, Kedudukan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) dalam Hubungan Industrial Pancasila (HIP), Cet.I , PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Halim, A.Ridwan, 1990 Hukum Perburuhan dan Tanya Jawab, Cet.II., Penerbit Gahlia Indonesia, Jakarta. Husni, Lalu, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Edisi Revisi), PT.aja Grafindo Persada, Jakarta Khakim,Abdul, 2006, Aspek Hukum Pengupahan berdasarkan UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003, Cet. I, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Khakim, Abdul, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 (edisi Revisi), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Kosidin, Koko, 1999, Perjanjian Kerja Perjanjian Perburuhan dan Peraturan Perusahaan, CV. Mandar Maju, Bandung. Manulang, Sendjun H., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Cet.II, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Prints,Darwan, 2000, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Cet.II, PT. Citra Aditya bakti, Bandung. Rachmat, Martoyo, 1991, Serikat Pekerja, Pengusaha dan Kesepakatan Kerja Bersama, Cet.II, Penerbit Fikahati Aneska, Jakarta. Rajaguguk, H.P., 2002, Peranserta Pekerja dalam Pengelolaan Perusahaan, (Co-determination), Edisi.I, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

10

Shamad, Yunus, 1995, Hubungan Industrial di Indonesia, PT. bina Sumberdaya Manusia, Jakarta. Soepomo, Iman, 1980, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Cet.VI, Penerbit Djambatan, Jakarta. Soepomo, Iman, 1980, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja, Jambatan, Jakarta Soepomo, Iman, 1980, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet.XVI, Penerbit Djambatan, Jakarta. Sumamur,P.K., 1987, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Cet.VI, CV. Haji Masagung, Jakarta. Djumialdji,F.X., Wiwoho Soejono, 1982, Perjanjian Perburuhan dan hubungan Perburuhan Pancasila, Bina Aksara, Jakarta Maimun, 2004,Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Cet, Pertama, PT.Pradnya Paramita, Jakarta.Lalu Husni, 2003, Pengatar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Edisi Rivisi), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Wahab, Zulaini, 2001, dana Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Pertemuan 1 : Perkuliahan 1 Pengantar

11

Pengertian dan Perkembangan Hukum Ketenagakerjaan Hukum Ketenagakerjaan merupakan istilah baru dalam ilmu hukum pada umumnya dan hukum perburuhan pada khususnys, Menurut UU No. 13 Tahun 2003, pengertian ketenagakerjaan adalah lebih luas dibandingkan dengan perburuhan sebagaimana dalam KUHPerdata. Namun demikian pelaksanaan peraturan perundang undangan di bidang ketenagakerjaan masih mempergunakan beberapa undang-undang yang dikeluarkan sebelum dikeluarkan UU No. 13 Tahun 2003. Adapun perkembangan Hukum Ketenegakerjaan dapat dicatat dalam 5 (lima) fase. Hakikat dan Sifat Hukum Ketenagakerjaan Secara yuridis hubungan antara pekerja dan pengusaha adalah sama, walaupun secara social-ekonomi kedudukan antara pekerja dan pengusaha adalah berbeda. Dan segala sesuatu mengenai hubungan kerja diserahkan kepada kedua belah pihak, oleh karena itu untuk memenuhi trasa keadilan perlu ada peraturan perundang-undangan untuk melindungi pekerja. Peraturan mana adalah mengatur tentang hak dan kewajiban diantara kedua belah pihak. Pre Employment, During Employment, dan Post Employment Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, antara lain menyebutkan bahwa : Tiap-tiap tenaga kerja barhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan , oleh karena itu tidak boleh ada diskriminasi antara pekerja wanita dan pria. Adapun ruang lingkup tenaga kerja menurut UU No. 13 Tahun 2003 adalah pre employment, during employment, dan post employment. Selain itu tenaga kerja berhak atas pembinaan dan perlindungan dari pemerintah. Literatur : Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

12

Syahputra tnggal, Iman dan Amin Widjaja Tunggal, Peraturan PerundangUndangan Ketenagakerjaan baru di Indonesia, Buku.I, Harvarindo, 2003 Soepomo, Iman, 1980, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Cet.VI, Penerbit Djambatan, Jakarta. Soepomo, Iman, 1980, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet.XVI, Penerbit Djambatan, Jakarta. Manulang, Sendjun H., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Cet.II, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Maimun, 2004,Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Cet, Pertama, PT.Pradnya Paramita, Jakarta.Lalu Husni, 2003, Pengatar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Edisi Rivisi), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Khakim, Abdul, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 (edisi Revisi), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Prints,Darwan, 2000, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Cet.II, PT. Citra Aditya bakti, Bandung

Pertemuan 2 : Tutorial 1 Discussion Task Study Task Setelah pembelajaran terhadap materi perkuliahan mengenai pengantar yang merupakan pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan diatas, maka mahasiswa diharapkan dapat menjawab dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini : 1 Mendiskusikan pengertian serta membandingkan pengertian tersebut dan merumuskan unsur-unsurnya 2. Diskusikan perkembangan Hukum Ketenagakerjaan

13

3. Diskusikan, apa yang saudara ketahui tentang hakikat dan sifat Hukum Ketenagakerjaan 4. Terangkan dan jelaskan apa yang dimaksud dengan tenaga kerja 5. Ceritakan asas-asas dari hubungan kerja Literatur : Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Syahputra tnggal, Iman dan Amin Widjaja Tunggal, Peraturan PerundangUndangan Ketenagakerjaan baru di Indonesia, Buku.I, Harvarindo, 2003 Soepomo, Iman, 1980, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Cet.VI, Penerbit Djambatan, Jakarta. Soepomo, Iman, 1980, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet.XVI, Penerbit Djambatan, Jakarta. Manulang, Sendjun H., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Cet.II, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Maimun, 2004,Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Cet, Pertama, PT.Pradnya Paramita, Jakarta.Lalu Husni, 2003, Pengatar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Edisi Rivisi), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Khakim, Abdul, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 (edisi Revisi), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Prints,Darwan, 2000, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Cet.II, PT. Citra Aditya bakti, Bandung

14

Pertemuan 3 : Perkuliahan 2. Hubungan Kerja dan Norma Kerja Perjanjian Kerja dan hubungan Industrial Dalam Hukum Ketenagakerjaan memang belum dapat diberikan batasan yang jelas tentang definisi dari hubungan kerja, namun dapat diperoleh pengertian bahwa : hubungan kerja itu timbul sebagai akibat dari pelaksanaan perjanjian kerja, dimana pekerja atau serikat pekerja disatu pihak mengikatkan dirinya untuk melakukan pekerjaan pada pengusaha atau organisasi pengusaha dilain pihak selama suatu waktu, dengan menerima upah. Peraturan yang mengatur perjanjian kerja adalah sebagaimana diatur dalam KUHPerdata tentang perjanjian untuk melakukan pekerjaan. Pengertian hubungan kerja antara pelaku proses produksi baik barang maupun jasa pada dewasa ini lebih dikenal dengan istilah Hubungan Industrial yang merupakan suatu peningkatan tata nilai kaidah hukum ketenagakerjaan. Peraturan Perusahaan Kesepakatan Kerja adalah perjanjian perburuhan antara pekerja atau serikat pekerja dengan pengusaha atau organisasi pengusaha sebagaimana dimaksud oleh UU No.13 Tahun 2003 Istilah Kesepakatan Kerja merupakan perubahan istilah perjanjian perburuhan atau perjanjian kerja sebagai pencerminan Hubungan Industrial Pancasila. Kesepakatan Kerja merupakan salah satu sarana pendukung pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila yang dari waktu kewaktu perlu ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya. Perjanjian Kerja Bersama Perjanjian Kerja Bersama (PKB) merupakan salah satu sarana hubungan Industrial Pancasila yang pada hakikatnya merupakan perjanjian perburuhan sebagaimana dimaksud dalam Undang _ Undang Nomor 13 Tahun 2003

15

Permintaan pembuatan PKB selain harus diajukan oleh salah satu pihak, juga harus diikuti oleh itikad baik, jujur, tulus, dan terbuka. Sedang tempat pembuatannya dilakukan di Kantor Perusahaan yang bersangkutan dengan biaya perusahaan, kecuali bila Serikat Pekerja mampu ikut membiayai. Pembinaan Norma Kerja Pemerintah membina perlindungan kerja termasuk norma kerja yang meliputi : perlindungan tenaga kerja yang berkaitan dengan waktu kerja, system pengupahan, istirahat, cuti, pekerja anak dan wanita, tempat kerja, perumahan, kesusilaan, beribadat menurut agama dan kepercayaan yang diakui oleh pemerintah, kewajiban sosial dan sebagainya. Hal ini wajib dilakukan untuk memelihara kegairahan dan noral kerja yang dapat menjamin daya guna kerja yang tinggi serta menjaga perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Sedang yang dimaksud dengan pembinaan norma perlindungan adalah pembentukan, pengertian dan pengawasannya. Norma adalah standard/ukuran tertentu yang harus dijadikan pegangan. Literatur : Syahputra tnggal, Iman dan Amin Widjaja Tunggal, Peraturan PerundangUndangan Ketenagakerjaan baru di Indonesia, Buku.I, Harvarindo, 2003 Soepomo, Iman, 1996, Hukum Perburuhan, Cet.XVI, Penerbit Djambatan, Jakarta Soepomo, Iman, 1980, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Cet.VI, Penerbit Djambatan, Jakarta. Soepomo, Iman, 1980, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet.XVI, Penerbit Djambatan, Jakarta Manulang, Sendjun H., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Cet.II, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

16

Djumialdji,F.X., Wiwoho Soejono, 1982, Perjanjian Perburuhan dan hubungan Perburuhan Pancasila, Bina Aksara, Jakarta Maimun, 2004,Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Cet, Pertama, PT.Pradnya Paramita, Jakarta.Lalu Husni, 2003, Pengatar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Edisi Rivisi), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Rachmat, Martoyo, 1991, Serikat Pekerja, Pengusaha dan Kesepakatan Kerja Bersama, Cet.II, Penerbit Fikahati Aneska, Jakarta Khakim, Abdul, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 (edisi Revisi), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Anonim, 2003, Pedoman Penyuluh Perjanjian Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan tramsmigrasi R.I., Dirjen embinaan Hubungan Industrial, Bagian Proyek Penembangan Syarat-Syarat Kerja. Anonim, 2003, Pedoman Penyuluh Perjanjian Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan tramsmigrasi R.I., Dirjen embinaan Hubungan Industrial, Bagian Proyek Penembangan Syarat-Syarat Kerja

Pertemuan 4 : Tutorial 2. Discussion Task - Study Task Setelah pembelajaran pokok bahasan hubungan kerja dan norma kerja serta sub-sub pokok bahasan , mahasiswa diharapkan dapat menjawab dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini, sebagai berikut : 1. Diskusikan, apa yang anda ketahui tentang Perjanjian Kerja 2 3 Diskusikan prosedur dan syarat-syarat pembuatan peraturan perusahaan. Apa yang saudara ketahui tentang Perjanjian Kerja Bersama

17

4 5 6

Jelaskan Prosedur pembuatan Perjanjian Kerja Bersama Diskusikan bidang-bidang yang termasuk pembinaan norma kerja Diskusikan pengertian yang dicakup dalam norma kerja.

Literatur : Syahputra tnggal, Iman dan Amin Widjaja Tunggal, Peraturan PerundangUndangan Ketenagakerjaan baru di Indonesia, Buku.I, Harvarindo, 2003 Soepomo, Iman, 1996, Hukum Perburuhan, Cet.XVI, Penerbit Djambatan, Jakarta Soepomo, Iman, 1980, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Cet.VI, Penerbit Djambatan, Jakarta. Soepomo, Iman, 1980, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet.XVI, Penerbit Djambatan, Jakarta Manulang, Sendjun H., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Cet.II, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Djumialdji,F.X., Wiwoho Soejono, 1982, Perjanjian Perburuhan dan hubungan Perburuhan Pancasila, Bina Aksara, Jakarta Maimun, 2004,Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Cet, Pertama, PT.Pradnya Paramita, Jakarta.Lalu Husni, 2003, Pengatar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Edisi Rivisi), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Rachmat, Martoyo, 1991, Serikat Pekerja, Pengusaha dan Kesepakatan Kerja Bersama, Cet.II, Penerbit Fikahati Aneska, Jakarta Khakim, Abdul, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 (edisi Revisi), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Anonim, 2003, Pedoman Penyuluh Perjanjian Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan tramsmigrasi R.I., Dirjen embinaan Hubungan Industrial, Bagian Proyek Penembangan Syarat-Syarat Kerja.

18

Anonim, 2003, Pedoman Penyuluh Perjanjian Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan tramsmigrasi R.I., Dirjen embinaan Hubungan Industrial, Bagian Proyek Penembangan Syarat-Syarat Kerja.

Pertemuan 5 : Perkuliahan 3 Perlindungan Tenaga Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja Masalah keselamatan dan kesehatan kerja bukanlah masalah kecil bagi pengusaha. Kecelakaan kerja sangat merugikan baik pengusaha, tenaga kerja, pemerintah, dan masyarakat. Dengan terjadinya kecelakaan kerja , maka akan menimbulkan kerugian yang berupa hilang atau berkurangnya kesempatan kerja, modal, dan lain sebagainya. Pengusaha diwajibkan untuk mengatur dan memelihara tempat kerja yang menyangkut ruangan , alat, perkakas dimana pekerja melakukan tugasnya, termasuk petunjuk-petunjuk bagi pekerja agar pekerja terhindar dari kecelakaan kerja. Terhadap pengusaha yang tidak mengindahkan hal ini, maka mereka wajin mengganti kerugian apabila terjadi musibah terhadap pekerja. Sedang disisi lain harus diadakan kesehatan kerja yaitu perlindungan terhadap tenaga kerja dari eksploitasi tenaga kerja oleh pengusaha. Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional sasaran utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan bangsa secara merata. Tenaga kerja sebagai salah satu unsure pembangunan yang mempunyai kegiatan produktif perlu mendapat perlindungan, pemeliharaan, dan pengembangan terhadap kesejahteraannya

19

Perlindungan tersebut diberikan baik semasa pekerja ada dalam hubungan kerja maupun setelah berakhirnya hubungan kerja. Perlindungan Upah Kebijakan ketenagakerjaan di bidang perlindungan tenaga kerja ditujukan kepada perbaikan upah, syarat-syarat kerja, kondisi kerja , dan hubungan kerja. Sistem pengupahan ditujukan Sistem ini didasarkan atas kepada system pembayaran upah secara prestasi kerja dan tidak dipengaruhi oleh keseluruhan tidak termasuk uang lembur. tunjangan-tunjangan yang tidak ada hubungannya dengan prestasi kerja. Pembayaran upah diberikan dalam bentuk uang, namun tidak mengurangi kemungkinan pembayaran dapat berupa barang yang jumlahnya dibatasi. Upah pada dasarnya merupakan imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan. Kualitas tingkat upah dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti, kondisi perusahaan, keterampilan, standard hidup, dan jenis pekerjaan. Literatur : Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial dilengkapi dengan Peraturan-Peraturan Tahun 1993 dan Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil, dan Asuransi Sosial ABRI (ASABRI). Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Rajaguguk, H.P., 2002, Peranserta Pekerja dalam Pengelolaan Perusahaan, (Co-determination), Edisi.I, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Soepomo, Iman, 1980, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet.XVI, Penerbit Djambatan, Jakarta

20

Soepomo, Iman, 1980, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja, Jambatan, Jakarta Manulang, Sendjun H., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Cet.II, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Maimun, 2004,Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Cet, Pertama, PT.Pradnya Paramita, Jakarta.Lalu Husni, 2003, Pengatar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Edisi Rivisi), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Pertemuan 6 : Tutorial 3 Discussion Task Study Task Setelah mempelajari, mengetahui, dan memahami perlindungan tenaga kerja sebagai pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasannya, mahasiswa diharapkan dapat menjawab dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini : 1. Diskusikan tentang keselamatan kerja dan kesehatan kerja 2. Bandingkan pengertian keselamatan kerja dengan kesehatan kerja 3. Diskusikan, apa yang saudara ketahui tentang jaminan social 4. Bagaimana ketentuan-ketentuan jaminan social yang ada sekarang ini 5. Ceritakan perkembangan jaminan social tenaga kerja. 6. Jelaskan tentang kebijakan pengupahan 7. Diskusikan, aspek-aspek apa yang mempengaruhi system pengupahan. Literatur : Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial dilengkapi dengan Peraturan-Peraturan Tahun 1993 dan Asuransi

21

Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil, dan Asuransi Sosial ABRI (ASABRI). Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Rajaguguk, H.P., 2002, Peranserta Pekerja dalam Pengelolaan Perusahaan, (Co-determination), Edisi.I, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Soepomo, Iman, 1980, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet.XVI, Penerbit Djambatan, Jakarta Soepomo, Iman, 1980, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja, Jambatan, Jakarta Manulang, Sendjun H., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Cet.II, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Maimun, 2004,Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Cet, Pertama, PT.Pradnya Paramita, Jakarta.Lalu Husni, 2003, Pengatar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Edisi Rivisi), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Pertemuan 7 : Perkuliahan 4 Perselisihan Hubungan Industrial dan Pemutusan Hubungan Kerja Kebijakan dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja selama ini belum mewujudkan penyelesian perselisihan secara cepat, tepat, adil, dan murah sehingga dicabut dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Menurut undang-undang ini penyelesaian perselisihan hubungan industrial diupayakan jalan damai melalui musyawarah dan sejauh mungkin dihindarkan pemutusan hubungan kerja

22

Apabila hal ini tidak tercapai, maka pemerintah dalam upayanya untuk memberikan pelayanan masyarakat khususnya kepada masyarakat pekerja dan pengusaha, berkewajiban memfasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Upaya tersebut dilakukan dengan menyediakan mediator yang bertugas untuk mempertemukan kepentingan kedua belah pihak yang berselisih. Disamping itu perlu diakomodasikan keterlibatan masyarakat dalam menyelesaikan perselisihan melalui konsiliasi atau arbitase. Lain dari pada itu pemerintah juga mengatur cara dan tingkat penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004. Tata Cara Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Penyelesaian perselisihan hubungan industrial berdasarkan UU No.2 Tahun 2004, telah diterapkan prinsip-prinsip terciptanya suatu penyelesaian yang didasarkan atas musyawarah untuk mencapai mufakat, sehingga penyelesaian tersebut sedapat mungkin tidak menimbulkan konplik antara para pihak. Dengan diterapkannya Hubungan Industrial Pancasila dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004, bukan berarti tidak lagi terjadi PHK. Akan tetapi fungsi dan peranan HIP telah mengubah pola hubungan ketenagakerjaan antara pihak-pihak, bukan lagi sebagai lawan, melainkan sebagai partner dalam proses produksi Tata Cara Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan hubungan kerja harus sedapat mungkin dicegah, akan tetapi apabila hal ini tidak dapat dihindari, maka pengusaha harus merundingkan maksud dan tujuan dari pemutusan hubungan kerja dengan serikat pekerja atau kepada pekerja secara perorangan kelau mereka tidak menjadi anggota dari serikat pekerja. Hal lain yang harus diperhatikan dalam pemutusan hubungan kerja :

23

mengadakan pemberitahuan terlebih dahulu kepada pekerja yang akan di PHK mengajukan permohonanpenetapan secara tertulis disertai dasar dan alasan-alasannya kepada pengadilan hubungan industrial Sebelum adanya penetapan, maka masing-masing pihak tetap melakukan kewajibannya Pengusaha dapat melakukan penyimpangan terhadap hal diatas berupa tindakan skorsing kepada pekerja yang sedang dalam proses PHK

Pertemuan 8 : Tutorial 4 Discussion Task Study Task Setelah proses pembelajaran terhadap pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan tersebut diatas, maka mahasiswa diharapkan dapat menjawab dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan seperti dibawah ini : 1. Diskusikan, bagaimana cara penyelesaian perselisihan hubungan industrial 2. Diskusikan proses penyelesaian perselisihan hubungan industrial 3. Diskusikan prinsip-prinsip penyelesaian perselisihan hubungan industrial 4. Diskusikan proses penyelesaian perselisihan hubungan industrial 5. Jelaskan apa yang saudara ketahui tentang pemutusan hubungan kerja 6. Sebutkan alasan dan izin pemutusan hubungan kerja Literatur - Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan - Undang-Undang nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Surat Edaran Menteri Tenaga erja dan Transmigrasi tentang Nomor SE.907/Men.PHI.PPHI/X/2004 Pencegahan

Pemutusan Hubungan Kerja Massal

24

- Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi Nomor SE.13/Men/SJHK/I/2005 tentang Putusan Mahkamah Konstitusi RI tentang Hak Materiil UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terhadap Undang-Undang dasar RI Tahyun 1945 - Surat Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi omor B.600/Men/SjHK/VIII/2005 perihal Uang Penggantian Perumahan serta Pengobatan dan Perawatan - Anonim, 1987, Pedoman Pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila dengan Petunjuk Operasional, Cet.II Yayasan Tripartit Nasional, Jakarta - Manulang, Sendjun H., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Cet.II, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. - Khakim, Abdul, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 (edisi Revisi), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung - Anonim, 2003, Pedoman Penyuluh Perjanjian Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan tramsmigrasi R.I., Dirjen embinaan Hubungan Industrial, Bagian Proyek Penembangan Syarat-Syarat Kerja. - Asikin, Zainal (ed.), 1993, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT. Raja grafindo Persada, Jakarta - Shamad, Yunus, 1995, Hubungan Industrial di Indonesia, PT. bina Sumberdaya Manusia, Jakarta.

Pertemuan 9 : Perkuliahan 5 Organisasi Perburuhan Internasional/International Labour Organization Sejarah, Struktur Organisasi dan Kegiatan-Kegiatan ILO

25

Organisasi Perburuhan Internasional atau sisingkat menjadi ILO adalah merupakan organisasi internasional yang khusus membahas masalah-masalah ketenagakerjaan secara luas Salah satu tugas nya adalah menyelenggarakan Konperensi Perburuhan Internasional Konperensi diadakan setiap tahun yang dihadiri oleh wakil delegasi tiap Negara anggota PBB yang terdiri dari unsur Tripatit (Pemerintah, Pengusaha, dan Pekerja). Konvensi dan Rekomendasi ILO ILO bertugas menyelenggarakan Konperensi dan meningkatkan kondisi kerja dan kesejahteraan pekerja dengan cara membuat peraturan perundangundangan atau standard-standar internasional yang dituangkan dalam bentuk Konvensi dan rekomendasi dan disyahkan oleh Konperensi Perburuhan Internasional. Kemudian diratifikasi oleh setiap negara anggota yang mempnyai kekuatan hukum sebagai undang-undang, sedang rekomendasi dibuat untuk tidak diratifikasi malainkan untuk memberikan pedoman khusus kepada Negara anggota di dalam menyusun peraturan perundang-undangan nasional di Negara masing-masing. Akibat dari meratifikasi suatu Konvensi adalah setiap Negara yang meratifikasi konvensi mempunyai kewajiban yang mengikat untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam konvensi tersebut. Literatur Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Bidang Ketenagakerjaan, Depnaker, 1988 Soepomo, Iman, 1980, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Cet.VI, Penerbit Djambatan, Jakarta. Soepomo, Iman, 1980, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja, Jambatan, Jakarta

26

Soepomo, Iman, 1980, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet.XVI, Penerbit Djambatan, Jakarta. Manulang, Sendjun H., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Cet.II, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Khakim, Abdul, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 (edisi Revisi), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Pertemuan 10 : Tutorial 5 Discussion Task Study Task Setelah mempelajari , mengetahui, dan memahami pokok bahasan mengenai organisasi perburuhan internasional beserta sub pokok bahasannya, mahasiswa diharapkan dapat menjawab dan mendiskusikan hal-hal sebagai berikut : 1. Ceritakan sejarah ILO secara singkat 2. Bagaimana struktur ILO 3. Diskusikan, bagaimana cara ILO untuk meningkatkan kondisi kerja dan kesejahteraan pekerja 4. Ada bebrapa buah konvensi yang telah diratifikasi oleh pemerintah RI. 5. Hambatan apa yang dihadapi oleh anggota ILO untuk meratifikasi konvensi 6. Bagaimana tata cara pembuatan laporan tahunan tentang pelaksanaan konvensi Literatur Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Bidang Ketenagakerjaan, Depnaker, 1988

27

Soepomo, Iman, 1980, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Cet.VI, Penerbit Djambatan, Jakarta. Soepomo, Iman, 1980, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja, Jambatan, Jakarta Soepomo, Iman, 1980, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet.XVI, Penerbit Djambatan, Jakarta. Manulang, Sendjun H., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Cet.II, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Khakim, Abdul, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 (edisi Revisi), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Pertemuan 11 : /Perkuliahan 6 Pengawasan Ketenagakerjaan Peranan Pengawasan Ketenagakerjaan Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan hubungan kerjs, seperti mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan dengan memberikan penyuluhan, melakukan pengusutan, serta mencari masukan tentang peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku. Pengawasan bukanlah alat perlindungan bagi pekerja , melainkan lebih merupakan suatu usaha untuk menjamin pelaksanaan perasturan perlindungan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Faedah dari pengawasan adalah terpel;iharanya ketertiban masyarakat, khususnya masyarakat industri yang terwujud dengan meningkatnya produktifitas dan effesiensi kerja, perlindungan bagi kesejahteraan rakyat

28

secara keseluruhan dan terciptanya suasana yang harmonis dalam dunia industri Pengawasan Ketenagakerjaan Terpadu Pengawasan akan berhasil apabila ada kesatuan gerak dari aparat pengawasan. Selain itu harus ada tujuan yang jelas, rencana kerja yang pasti dan didukung oleh petugas yang dapa melaksanakan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Literatur : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1948 jo. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Anonim, 1978, Simposium Hukum Perburuhan, Cet.I, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Penerbit Bina Cipta, Jakarta. Khakim, Abdul, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 (edisi Revisi), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Manulang, Sendjun H., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Cet.II, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Husni, Lalu, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Edisi Revisi), PT.aja Grafindo Persada, Jakarta Asikin, Zainal (ed.), 1993, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT. Raja grafindo Persada, Jakarta. Djumadi, 1995, Kedudukan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) dalam Hubungan Industrial Pancasila (HIP), Cet.I , PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

29

Pertemuan 12 : Tutorial 6 Discussion Task Study Task Mahasiswa diharapkan dapat menjawab dan mendiskusikan pertanyaanpertanyaan dibawah ini : 1. Diskusikan, apa pentingnya dari pengawasan ketenagakerjaan 2. Diskusikan fungsi dari pengawasan ketenagakerjaan 3. Diskusikan, apa yang dimaksud dengan pengawasan terpadu 4. Ceritakan dasar pelaksanaan pengawasan Literatur : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1948 jo. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Anonim, 1978, Simposium Hukum Perburuhan, Cet.I, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Penerbit Bina Cipta, Jakarta. Khakim, Abdul, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 (edisi Revisi), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Manulang, Sendjun H., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Cet.II, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Husni, Lalu, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Edisi Revisi), PT.aja Grafindo Persada, Jakarta Asikin, Zainal (ed.), 1993, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT. Raja grafindo Persada, Jakarta.

30

Djumadi, 1995, Kedudukan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) dalam Hubungan Industrial Pancasila (HIP), Cet.I , PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

31

Anda mungkin juga menyukai