Anda di halaman 1dari 23

LOG BOOK PERTEMUAN 03

MASALAH KESEHATAN JIWA

Nama: Hikmatin Nuzuliah


Nim : 2014401061
Tingkat 2 reg 2
LOGBOOK 03.1

Diagnosis dan terapi Skizofrenia


Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian skizofrenia
2. Menjelaskan tanda dan gejala Skizofrenia
3. Menjelaskan Pedoman Diagnostik Skizofrenia
4. Menjelaskan Penatalaksanaan non Famakologis dan Famakologis Skizofrenia
5. Mengidentifikasi Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
skizofrenia
LOGBOOK 03.2

Diagnosis dan terapi Psikotik Akut


Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian Psikotik akut
2. Menjelaskan tanda dan gejala Psikotik akut
3. Menjelaskan Pedoman Diagnostik Psikotik akut
4. Menjelaskan Penatalaksanaan non Famakologis dan Famakologis Psikotik
akut
5. Mengidentifikasi Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
psikoik akut
LOGBOOK 03.3

Diagnosis dan terapi Depresi


Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian Depesi
2. Menjelaskan tanda dan gejala Depesi
3. Menjelaskan Pedoman Diagnostik Depesi
4. Menjelaskan Penatalaksanaan non Famakologis dan Famakologis Depesi
5. Mengidentifikasi Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
Depesi
LOGBOOK 03.4
TUGAS 1 Kasus
Seorang perempuan, 32 th tinggal di Panjang bersama suami dan 2
orang anaknya. Sudah 1 minggu ini pasien memperlihatkan perilaku
yang membingungkan. Kadangkadang bicara atau tertawa-tawa sendiri
di kamarnya. Bila diingatkan suaminya ia marah Menurut suaminya
sejak orang tuanya menjadi korban kecelakaan pesawat dan
jenazahnya tidak ditemukan 1 tahun yang lalu pasieni mulai sering
melamun dan menangis. Selama itu perilaku pasien belum banyak
berubah. Tetapi di minggu terakhir ini ia tidak mengurusi anak, suami
bahkan dirinya sendiri. Sering tidur larut malam

Soal 1
Pelajari cerita dibawah ini secara berkelompok

Soal 2
Identifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada Klien sesuai klasifikasi
medis dalam modul ini

Soal 3
Tuliskan hasil analisis tersebut pada lembar kerja yang tersedia

N Nama Tanda & Gejala Diagnosis Terapi/obat Diagnosis


0 Medik Keperawata
n
1 Umur 32 Halusinasi Skizopreni Farmakologi Perubaha
th a s n
 Prilaku persepsi
yang 1.berikan
sensori
Seks: antipsikotik
membingun (rendah
perempua g kan bertahap) -
n  Kadang Haloperidol
3x 1,5 – 5 mg/hari
kadang atau CPZ 3x 100 –
bicara atau 200mg/ hari
tertawa
tawa 2.berikan
sendiri antipsikotik depot
tidak patuh minum
dikamarnya
obat : Haloperidol
 Bila dekonat /modecate
diingatkan 1 x perbulan secara
suaminya
ia marah

IM

3.penkes keluarga :
a. kontinu minum
obat harus
dilanjutkan
sekurang kurang
nya 3 bulan setelah
episode pertama
lebih lama sesudah
episode berikutnya
beberapa pasien
perlu minum obat
jangka panjang
/seumur hidup b.
kemungkinan efek
samping Non
Farmakologi
s
1.informasika
n kepada
keluarga :
prilaku aneh
dan agitasi
adalah gejala
penyakit jiwa,
gejala dapat
hilang timbul.
Pentingya
minum obat
secara teratur
dan
memeriksakan
ke sarana
kesehatan

2. dorong
pasien untuk
berfungsi

pada tarap
yang optimal
dalam
pekerjaan
dan kegiatan
sehari har
3. kurangi stress pada
pasien: tidak berargumenta si terhadap pikiran nya yang psikotik
hindari konfrontasi atau mengkritik

4. pada saat gejal berat sebaiknya


istirahat dan menghindari
stres

5.saran penatalaksana an agitasi rujuk ke psikosis akut


(f23)

TUGAS 2
Kasus
Seorang laki-laki, 38 th tinggal di Kedaton dengan 1 orang anaknya.
pasien di bawa tetangganya ke puskesmas karena gelisah, berteriak-
teriak, menyerang orang lain, bicara tertawa sendiri, curiga dengan
orang lain. Perilaku ini mulai tampak sejak ia bercerai dengan istrinya 1
bulan yang lalu.

Soal 1
Pelajari cerita dibawah ini secara berkelompok

Soal 2
Identifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada pasien sesuai klasifikasi
medis dalam modul ini

Soal 3
Tuliskan hasil analisis tersebut pada lembar kerja yang tersedia

N Nama Tanda & Diagnosis Terapi/obat Diagnosis


0 Gejala Medik Keperawatan
2 Umur 38 th Gelisah, Gangguan Farmakologis: Prilaku
berteriak teriak, psikotik akut
menyerang orang kekerasan
Seks : laki laki 1.berikan terapi
lain, bicara
tertawa sendiri, atipsikotik
Alamat : secepatnya sesudah
curiga
kedaton penilaian
dengan orang
lain
2.berikan terapi IM
bila tidak mungkin
oral, hindari
pemberian
depo/jangka panjang
untuk
mengontrol gejala

3.Resepkan
monoterapi

4. berikan
antipsikotik start
low, go slow (
lihat table medikasi
antipsikotik)

Non
farmakologis

1.informasikan
gejala dan
penyakit agitasi
dan prilaku aneh
- episode
akut prognosis
baik - pengobatan
berkesinambungan
beberapa bulan
setelah gejala
hilang

2.upaya keamanan
dan pelaku rawat:
- damping
pasien

- penuhi
kebutuhan dasar

- hati hati
agar pasien tidak
cedera kurangi
stress dan
stimulus: jangan
berargumentasi
dengan pikiran
psikotiknya
membantah bahwa
pasien salah

-hindari
konfrontasi/kritik
kecuali perlu

4.agitasi
hospitalisasi/penga
wasan ketat

5.motivasi
ADLsetelah gejala
membaik

TUGAS 3
Kasus
Seorang perempuan, 22 th, belum menikah, tinggal di Gedung
meneng bersama pamannya, kedua orang tuanya telah meninggal
dunia. Satu bulan yang lalu ia di putus pacarnya. Sejak seminggu ini
pasien tanpak banyak diam, malas melakukan kegiatan yang biasa
dilakukannya, tidak merawat diri, murung dan sering menangis. Tiga
hari yang lalu minum racun serangga namun tertolong

Soal 1
Pelajari cerita dibawah ini secara berkelompok
Soal 2
Identifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada pasien sesuai klasifikasi
medis dalam modul ini

Soal 3
Tuliskan hasil analisis tersebut pada lembar kerja yang tersedia

N0 Nama Tanda & Gejala Diagnosis Terapi/obat Diagnosis


Medik Keperawatan
3 Umur : 22 1.kehilangan ganguan Farmakologi Deficit
th minat akan hal depresi s perawatan
Seks : hal yang diri
perempuan menjadi 1.berikan
antidepresia n
Alamat:
kebiasaan suasana
gedung perasaan
meneng 2. ganguan sedih atau
prilaku pada kehilangan
minat
anak remaja
menonjol
selama 2
DS minggu dan
 Tidak mampu atau 4 lebih
melakukan gejala
perawatan ditemukan
diri
2. depresi
berat
DO diberikan obat
 Klien tampak pada
diam kunjungan
 Murung pertama
dan sering
menangis 3. depresi
sedang obat
diberikan pada
kunjungan
berikutnya
apalagi
konseling
gagal

4. Pilihan
medikasi

5.berikan
antidepresia n
sampai dosis
efektif : mulai
25 –
50mg/mala m
dan dinaikkan
100 –
150mgdala m
dosis terbagi.
Usia lanjut
dan sakit
fisik : dosis
lebih rendah
atau efek
antidepresia n
dan samping
minimal

6.jelaskan obat
harus
diminum tiap
hari, perbaikan
2 -3 minggu,
ada efek
samping
ringan yang
hilang 7 – 10
hari. Harus
konsultasi
sebelum
menghentik
an obat

7.antidepres
an dilanjutkan
sekurang
kurang nya 3
bulan sesudah
keadaan
membaik

Non
farmakolo
gis

1.informasi
defresi adalah
penyakit yang
lazim dan
tersedia terapi
efektif.
Depresi bukan
merupakan
kelemahan
atau
kemalasan
pasien
berupaya
keras untuk
mengatasi,
tapi tidak
berdaya

2.kaji resiko
bunuh diri
tinggi
hospitalisasi
dan
pengawasan
ketat

3.rencana
kegiatan
jangka pendek
yang
menyenangk
an
pasien/meni
ngkatkan
harga diri

4. dorong
berpikir
positif

5.bila ada
gejala fisik:
jelaskan
hubungan
gejala fisik
dengan
suasana
perasaan

6.sudah ada
perbaikan
rencanakan
bersama
tindakan yang
harus diambil
bila terjadi
kekambuhan
Diagnosis dan Terapi Materi
Skizofrenia (F20) 03.1
Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada individu dan keluarga di
masyarakat membutuhkan penanganan praktisi kesehatan.

Keperawatan sebagai salah satu profesi kesehatan meyakini adanya


kolaborasi dan kerja tim untuk mengatasi masalah kesehatan yang
dialami individu, keluarga maupun masyarakat sehingga beberapa
tindakan keperawatan membutuhkan kolaborasi dengan berbagai profesi
kesehatan lainnya; salah satunya adalah dokter.

Identifikasi masalah kesehatan dlakukan dengan melakukan diagnosis


dan terapi pada klien. Salah satu masalah gangguan jiwa terbanyak yang
diteukn di unit psikiatri adalah skizofrenia.

Skizofrenia adalah sekelompok gangguan jiwa berat yang umumnya


ditandai oleh distorsi proses pikir dan persepsi yang mendasar, alam
perasaan yang menjadi tumpul dan tidak serasi, kesadaran umumnya
tetap jernih dan kemampuan intelektual biasanya dapat dipertahankan
Mengetahui penyebab skizoprenia perlu dikaji secara mendalam dari
aspek bio-psiko-sosial-spirritual dan kultural klien. Diagnosis yang tepat
akan berpengaruh terhadap terapi yan tepat pula bagi klien. Hal ini tentu
saja mempengruhi keberhasilan klien untuk memperoleh kualitas hidup
yang tinggi.

Saat ini, penatalaksanaan klien dengan skizofrenia tidak hanya dapat


dilakukan di pelayanan spesialis seperti rumah sakit jiwa. Semakin
tingginya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan jiwa disemua
tatanan, diharapkan pelayanan kesehatan jiwa termasuk klien gangguan
jiwa dapat diberikan di pelayanan dasar seperti puskesmas. Obat psikiatri
atau psikofarmaka Yang banyak digunanakan adalah antipsikotik generasi
satu. Tanpa Antipsikotik, perilaku klien khususnya pada konDIsi kronis
sulit dikontrol. Hal ini tentu saja berbahaya baik bagi lien, orang lain
maupun lingkungan. Terlepas dari pemberian terapi biologis, terapi
psikologis (psikoterapi/terapi modalitas merupakan terapi pendukung
yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup klien. Yang perlu
ditekankan pada klien dan keluarga adalah waktu pengobatan yang relatif
lama dan dukungan keluarga untuk mempertahankan kemampuan
fungsional klien merupakan faktor yang berperan mencegah kambuh.

Perawatan skizofrenia harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan


mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup,
perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan
pengobatan dijalankan. Medikasi antipsikotik dimulai dengan dosis
rendah dan ditingkatkan secara bertahap. (misalnya Haloperidol 3 x 1,5-5
mg sehari atau Chlorpromazine 3 x 100-200 mg sehari). Dosis harus
serendah mungkin untuk menghilangkan gejala, walaupun beberapa
pasien membutuhkan dosis yang lebih tinggi.

Tujuan pembelajaran Setelah mempelajari diagnosis dan terapi skizofreni diharapkan


umum peserta didik mampu memahami prinsip diagnosis dan
penatalaksanaan pada klien skizofenia berdasarkan proses
keperawatan.

Tujuan pembelajaran Setelah mempelajari askep Skizofrenia diharapkan peserta didik


khusus mampu:
1. Melakukan pengkajian klien Skizofrenia
2. Merumuskan diagnosis keperawatan klien Skizofrenia
3. Menyusun rencana keperawatan klien Skizofrenia
4. Melaksanakan tindakan keperawatan klien Skizofrenia
1. Melakukan edukasi/pendidikan kesehatan Skizofrenia
2. Melakukan evaluasi tindakan perawatan klien Skizofrenia
5. Melakukan pendokumentasian proses perawatan klien Skizofrenia
Strategi 1. Kuliah/penyampaian materi askep Skizofrenia
pembelajaran 2. Akses informasi askep Skizofrenia
3. Menyelesaikan tugas dengan mengisi log-book (mandiri)
4. Berdiskusi
5. Mengkoreksi log-book
6. Praktikum

Waktu
Fasilitator Tim
Evaluasi Cognitif : logbook, test tulis
pembelajaran Afektif
Performance assessment : SOP

Referensi Stuart dan Larian, (2010), Principles and practice of Psychiatric Nursing,
Lippicot: Mosby
Maslim, R. (2005), Peedoman Pengolongan Gaanggan Jiwa, Jakarta: EGC
Maramis, A. (2010), Ilmu Kesehatan Jiwa, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Diagnosis dan Terapi Modul


Psikotik Akut (F23) 03.2
Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada individu dan keluarga di
masyarakat membutuhkan penanganan praktisi kesehatan.

Keperawatan sebagai salah satu profesi kesehatan meyakini adanya


kolaborasi dan kerja tim untuk mengatasi masalah kesehatan yang
dialami individu, keluarga maupun masyarakat sehingga beberapa
tindakan keperawatan membutuhkan kolaborasi dengan berbagai profesi
kesehatan lainnya; salah satunya adalah dokter.

Identifikasi masalah kesehatan dlakukan dengan melakukan diagnosis


dan terapi pada klien. Salah satu masalah gangguan jiwa terbanyak yang
diteukn di unit psikiatri adalah skizofrenia.

Gangguan psikotik akut adalah gangguan jiwa yang ditandai adanya


gangguan daya nilai realitas yang muncul secara tiba-tiba dan
durasinya singkat (dalam masa 2 minggu atau kurang).
Mengetahui penyebab Psikotik perlu dikaji secara mendalam dari aspek
bio-psiko-sosial-spirritual dan kultural klien. Diagnosis yang tepat akan
berpengaruh terhdap terapi yan tepat pula bagi klien. Hal ini tentu saja
mempengruhi keberhasilan klien untuk memperoleh kualitas hidup yang
tinggi.

Saat ini, penatalaksanaan klien dengan Psikotik tidak hanya dapat


dilakukan di pelayanan spesialis seperti rumah sakit jiwa. Semakin
tingginya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan jiwa disemua
tatanan, diharapkan pelayanan kesehatan jiwa termasuk klien gangguan
jiwa dapat diberikan di pelayanan dasar seperti puskesmas. Obat psikiatri
atau psikofarmaka Yang banyak digunanakan adalah antipsikotik generasi
satu. Tanpa Antipsikotik, perilaku klien khususnya pada kondIsi kronis
sulit dikontrol. Hal ini tentu saja berbahaya baik bagi lien, orang lain
maupun lingkungan. Terlepas dari pemberian terapi biologis, terapi
psikologis (psikoterapi/terapi modalitas merupakan terapi pendukung
yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup klien. Yang perlu
ditekankan pada klien dan keluarga adalah waktu pengobatan yang relatif
lama dan dukungan keluarga untuk mempertahankan kemampuan
fungsional klien merupakan faktor yang berperan mencegah kambuh.

Perawatan psikotik akut harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan


mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup,
perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan
pengobatan dijalankan. Untuk mengontrol gejalagejala psikotik akut
secara tepat, sebaiknya memulai terapi antipsikotik secepatnya sesudah
penilaian. Pertimbangkan terapi intramuskular akut jika terapi oral tidak
mungkin dilaksanakan. Jangan meresepkan injeksi depo/jangka panjang
untuk mengontrol gejala-gejala psikotik akut secara tepat. Resepkan satu
antipsikotik dalam 1 waktu (monoterapi). “Start low, go slow” dan
naikkan dosis secara perlahan hingga mencapai dosis efektif.

Tujuan pembelajaran Setelah mempelajari dignosis dan terapi psikotik diharapkan peserta
umum didik mampu memahami prinsip diagnosis dan penatalaksanaan pada
klien skizofenia berdasarkan proses keperawatan.

Tujuan pembelajaran Setelah mempelajari askep Skizofrenia diharapkan peserta didik mampu:
khusus 1. Melakukan pengkajian klien psikotik
2. Merumuskan diagnosis keperawatan klien psikotik
3. Menyusun rencana keperawatan klien psikotik
4. Melaksanakan tindakan keperawatan klien psikotik
5. Melakukan edukasi/pendidikan kesehatan psikotik
6. Melakukan evaluasi tindakan perawatan klien psikotik
7. Melakukan pendokumentasian proses perawatan klien psikotik
Strategi 1. Kuliah/penyampaian materi askep psikotik
pembelajaran 2. Akses informasi askep psikotik
3. Menyelesaikan tugas dengan mengisi log-book (mandiri)
4. Berdiskusi
5. Mengkoreksi log-book
6. Praktikum

Waktu
Fasilitator Tim
Evaluasi Cognitif : logbook, test tulis
pembelajaran Afektif
Performance assessment : SOP

Referensi Keliat. B.A . dkk (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas


CMHN (basic Course). EGC: Jakarta
Maslim, R. (2005 Buku Saku Diagnosis Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. (2006). Buku Pedoman Pelayanan
Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar.
Jakarta : Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa,
Kementerian Kesehatan RI.

Diagnosis dan Terapi Modul


Depresi (F32) 03.3
Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada individu dan keluarga di
masyarakat membutuhkan penanganan praktisi kesehatan.

Keperawatan sebagai salah satu profesi kesehatan meyakini adanya


kolaborasi dan kerja tim untuk mengatasi masalah kesehatan yang
dialami individu, keluarga maupun masyarakat sehingga beberapa
tindakan keperawatan membutuhkan kolaborasi dengan berbagai profesi
kesehatan lainnya; salah satunya adalah dokter.

Identifikasi masalah kesehatan dlakukan dengan melakukan diagnosis


dan terapi pada klien. Salah satu masalah gangguan jiwa terbanyak yang
ditemukan di pelayanan primer adalah depresi.
Gangguan depresi adalah gangguan jiwa yang ditandai
dengan suasana hati (alam perasaan) yang menurun,
proses pikir melambat dan perilaku lamban (trias
depresi).

Mengetahui penyebab depresi perlu dikaji secara mendalam dari aspek


bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural klien. Diagnosis yang tepat akan
berpengaruh terhdap terapi yan tepat pula bagi klien. Hal ini tentu saja
mempengruhi keberhasilan klien untuk memperoleh kualitas hidup yang
tinggi.

Saat ini, penatalaksanaan klien dengan depresi banyak ditemukan di


pelayanan umum, bahkan di masyarakat. Untuk itu semakin tingginya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan jiwa disemua tatanan,
diharapkan pelayanan kesehatan jiwa termasuk klien gangguan jiwa
dapat diberikan di pelayanan dasar seperti puskesmas. Tidak semua
gejala fisik yang dikeluhkan pasien saat berobat menginformasikan
adanya gangguan pada fisik pasien. Jika dikaji lebih dalam tidak mentup
kemungkinan pasien mengalami keluhan psikosomatik atau adanya
masalah psikis yang dimanifestasikaan dengan keluhan fisik. Untuk itu
terapi psikologis (psikoterapi/terapi modalitas merupakan terapi yang
diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup klien. Yang perlu
ditekankan pada klien dan keluarga adalah motivasi hidup klien dan
dukungan keluarga untuk mempertahankan kemampuan fungsional klien
merupakan faktor yang berperan meningkatkan harga diri pasien.

Perawatan tidak akan mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila


kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam
pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Pasien berisiko melakukan
perilaku bunuh diri.

Tanyakan tentang risiko bunuh diri. Apakah pasien sering berpikir tentang
kematian. Apakah pasien mempunyai rencana bunuh diri yang khas.
Apakah ia telah membuat rencana yang serius untuk percobaan bunuh
diri di masa yang lalu. Apakah pasien bisa yakin untuk tidak bertindak
atas ide bunuh diri. Mungkin diperlukan pengawasan yang ketat oleh
keluarga dan teman, atau hospitalisasi (rawat inap). Tanyakan tentang
risiko mencederai orang lain. Dorong pasien untuk melawan pesimisme
atau kritik diri yang berlebihan, tidak bertindak atas dasar ide pesimistik
(misalnya, mengakhiri perkawinan, meninggalkan pekerjaan), dan tidak
memusatkan pada pikiran negatif atau bersalah.

Medikasi antidepresan sampai mencapai dosis efektif (misalnya


Imipramin atau amitripilin), dimulai dengan dosis 25-50 mg setiap malam
dan dinaikkan sampai 100-150 mg dalam dosis terbagi.
Pada pasien usia lanjut atau sakit fisik, berikan dosis yang lebih rendah
atau menggunakan antidepresan lain dengan efek samping yang minimal.
Jelaskan kepada pasien bahwa obat harus diminum setiap hari, bahwa
perbaikan akan terjadi dalam 2-3 minggu sesudah medikasi dimulai, dan
mungkin timbul efek samping ringan, tapi biasanya menghilang dalam 7-
10 hari. Tekankan bahwa pasien harus berkonsultasi dengan dokter
sebelum menghentikan obat.

Tujuan Setelah mempelajari dignosis dan terapi depresi diharapkan

pembelajaran peserta didik mampu memahami prinsip diagnosis dan penatalaksanaan


umum pada klien depresi berdasarkan proses keperawatan.

Tujuan pembelajaran Setelah mempelajari askep depresi diharapkan peserta didik mampu:
khusus 1. Melakukan pengkajian klien depresi
2. Merumuskan diagnosis keperawatan klien depresi
3. Menyusun rencana keperawatan klien depresi
4. Melaksanakan tindakan keperawatan klien depresi
5. Melakukan edukasi/pendidikan kesehatan depresi
6. Melakukan evaluasi tindakan perawatan klien depresi
7. Melakukan pendokumentasian proses perawatan klien depresi

Strategi 1. Kuliah/penyampaian materi askep depresi


pembelajaran 2. Akses informasi askep Skizofrenia
3. Menyelesaikan tugas dengan mengisi log-book (mandiri)
4. Berdiskusi
5. Mengkoreksi log-book
6. Praktikum

Waktu
Fasilitator Tim
Evaluasi Cognitif : logbook, test tulis
pembelajaran Afektif
Performance assessment : SOP

Referensi Stuart dan Larian, (2010), Principles and practice of Psychiatric Nursing,
Lippicot: Mosby
Maslim, R. (2005), Peedoman Pengolongan Gaanggan Jiwa, Jakarta: EGC
Maramis, A. (2010), Ilmu Kesehatan Jiwa, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai