Anda di halaman 1dari 20

TUGAS FARMASI DAN FARMAKOLOGI

BIMBINGAN PRA-KOASS

OLEH :
CLAUDIA JOY HOTMAULINA HUTAURUK
1318011043

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
1

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI…………………………………………………….……. 1
I. GOLONGAN OBAT………………………………………………... 2
II. OBAT YANG SERING DIGUNAKAN SETIAP BAGIAN
KOASS………………………................………………………….... 8
III. DOSIS OBAT………………..........………………………………… 12
IV. RESEP OBAT…………….............………………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA…………….............…………………………....... 19
2

TUGAS

I. Golongan Obat

Obat adalah sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
untuk penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi. Obat dapat di golongkan berdasarkan :

A. Jenisnya.

Jenis Obat Definisi Contoh Obat


Obat Bebas Obat yang dapat digunakan tanpa resep Viitamin, obat batuk,
dokter (label hijau) paracetamol
Obat Bebas Obat-obatan yang dalam jumlah Obat flu, daktarin, antimo
Terbatas tertentu dapat dibeli tanpa resep dokter
(label biru)
Obat Keras Obat yang harus di beli menggunakan Semua obat hormon,
resep dokter (label merah dengan antibiotika, obat suntik, obat
huruf K di dalamnya) sulfa, antihistamin,
papaverin, adrenalin, dan
lain lain
Psikotropika Obat yang dapat menurunkan aktivitias III tipe psikotropika
otak atau merangsang susunan saraf berdasarkan efek:
pusat dan menimbulkan kelainan
prilaku, disertai dengan halusinasi, 1. Halusinogen : LSD,
ilusi, gang. cara fikir, perubahan DMT, DET, THC, STP
perasaan dan ketergantunganan serta
efek stimulasi bagi pemakainya 2. Perangsang SSP:
Amfetamin, metilfedinat

3. Penekan SSP : Barbiturat,


dan semua derivatnya

IV golongan berdasarkan
penggunaanya :

1. Psikotropika golongan I :
untuk ilmu pengetahuan

2. Psikotropika golongan
II : boleh diresepkan tapi
akan tmenyebabkan
ketergantungan, dan tidak
disarankan untuk jangka
panjang

3. Psikotropika golongan III


: boleh diresepkan untuk
jangka panjang dan dapat
menyebabkan
3

ketergantungan

4. Psikotropika golongan IV
: Obat yang lazim
direspekan, boleh
digunakan dalam jangka
pendek
Narkotika Zat / obat yang berasal dari tanaman, Golongan berdasarkan
baik sintetis/ semi sintetis yang dapat penggunaanya :
menimbulkan pengaruh tertentu bagi
penggunanya. Pengaruh dapat berupa : 1. Narkotika golongan I
hanya untuk pengembangan
- Pembiusan ilmu pengetahuan, potensi
metergantungan sangat
- Hilang rasa sakit besar

- Ransangan semangat 2. Narkotika golongan II :


Boleh digunakan dalam
- Halusinasi terapi kesehatan, tetapi
potensi tinggi untuk
ketergantungan
- Ketergantungan
3. Narkotika golongan III :
Banyak digunakan dalam
terapi, potensi
ketergantungan cukup
rendah

B. Mekanisme kerja obat.

1. Obat Kaustatif, yaitu yang bekerja pada penyebab penyakit. Contoh :


antibiotik

2. Obat profilaksis , yaitu yang bekerja untuk mencegah sakit. Contoh :


vaksin

3. Obat simptomatis, yaitu untuk menghilangakan atau meringankan


gejala penyakit

4. Obat substitusi, yang bekerja menambah atau mengganti fungsi zat


yang kurang. Contoh : vitamin dan hormon

5. Obat plasebo, tidak mengandung zat aktif. Contoh : aqua pro injeksi,
dll.
4

C. Tempat atau lokasi pemakaian.

1. Obat Dalam : Obat yang dikonsumsi secara peroral / masuk ke dalam


tubuh, misal tablet parasetamol, sirup obat batuk

2. Obat luar : Obat yang dipakai secara topikal / tubuh bagian luar. Misal :
salep fungiderm, betadine cair.

D. Cara pemakaian.

Cara Pemakaian Obat Contoh


Oral : Obat yang dikonsumsi melalui mulut ke dalam Tablet, serbuk, sirup
saluran cerna
Perektal : Obat yang digunakan melalui rektum/ Diazepam rectal tube, proris
dubur pada pasien yang tidak bisa menelan, pingsan suppositoria, microlax
atau menghendaki efek cepat
Sublingual : Pemakaian obat dengan meletakkanya Obat hipertensi, hormon-
di bawah lidah, masuk ke pembuluh darah, efek lebih hormon
cepat.
Parenteral : Obat yang disuntikan melalui kulit ke
aliran darah, secara IV, subkutan, IM

E. Efek yang ditimbulkan.

1. Sistemik : Obat / zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah

2. Lokal : Obat/ zat aktif yang hanya berefek/ menyebar/ mempengaruhi


bagian tertentu tempat obat tersebut berada.

F. Bentuk obat

1. Pulvis (Serbuk)

Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.

2. Pulveres

Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum.
5

3. Tablet (Compressi)

Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam


bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan
tambahan.

1)  Tablet Kempapaling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi,


bentuk serta penandaannya tergantung design cetakan

2)  Tablet Cetak, dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa


lembab dalam lubang cetakan.

3)  Tablet Trikurat, tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya


silindris. Sudah jarang ditemukan

4)  Tablet Hipodermik, dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut
sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi
hipodermik, sekarang diberikan secara oral.

5)  Tablet Sublingual, dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati).


Digunakan dengan meletakkan tablet di bawah lidah.

6)  Tablet Bukal, digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi.

7)  Tablet Efervescen, tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah
tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak
untuk langsung ditelan”.

8) Tablet Kunyah, cara penggunaanya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa,


mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau tidak enak.

4. Pilulae ( PIL)

Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan


obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang
ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan
pada seduhan jamu.

5. Kapsulae (Kapsul)

Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu:

o Menutupi bau dan rasa yang tidak enak


6

o Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari

o Lebih enak dipandang

o Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income


fisis), dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang
lebih kecil kemudian dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam
kapsul yang lebih besar.

o Mudah ditelan.

6. Solutiones (Larutan)

Merupakansediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,
cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan
produk lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang
saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan
larutan topikal (kulit).

7. Suspensi

Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut


terdispersi dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral
(juga termasuk susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit),
suspensi tetes telinga (telinga bagian luar), suspensi optalmik, suspensi
sirup kering.

8. Emulsi

Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem
dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam
fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.

9. Galenik

Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari
hewan atau tumbuhan yang disari.

10. Extractum

Merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat


dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
7

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan


massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga
memenuhi baku yang ditetapkan.

11. Infusa

Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstrasi simplisia


nabati dengan air pada suhu 90 derajat celsius selama 15 menit.

12. Immunosera (Imunoserum)

Meerupakan sediaan yang mengandung imunoglobulin khas yang


diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian. Berkhasiat
menetralkan toksin kuman dan mengikat kuman

13. Unguenta (Salep)

Sediaan sentengah padat untuk pemakaian topikal pada kulit dan


selaput lendir. Bahan harus larut/ terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok.

14. Suppositoria

Merupakan sediaan padat. Diberikan melalui rektal, vagina atau


uretra, umumnya meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh.

15. Guttae (Obat Tetes)

Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi,


dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara
meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara
dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan
Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain:
Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tets mulut), Guttae Auriculares
(tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae
(tetes mata).

16. Injectiones (Injeksi)

Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau


serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat
cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima
pengobatan melalui mulut.
8

II. Obat yang sering digunakan di setiap bagian koas


- THT-KL
Pseudoefedrin HCl
Diindikasikan pada pasien dengan hidung dan sinus paranasal yang
tersumbat, pilek, di mana obat ini dapat mengurangi gejala sumbatan dan
pilek serta nyeri yang dapat ditimbulkan oleh proses sumbatan tersebut.
Hal ini tentunya membuat pasien dapat bernapas dengan lebih lega. Obat
ini dikontraindikasikan pada anak di bawah usia 2 tahun (karena keamanan
belum diketahui), pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap obat
ini, riwayat hipertensi atau penyakit arteri koroner, pasien yang sedang 
mengkonsumsi obat – obatan golongan monoamine oxidase inhibitors
(MAOIs) atau sudah mengkonsumsi obat ini dalam waktu 14 hari terakhir.

- Saraf
Betahistine mesylate
Betahistine adalah obat yang digunakan sebagai obat anti vertigo, tinitus
dan gangguan pendengaran yang terkait dengan penyakit meniere. Obat ini
termasuk antagonis reseptor histamin H3 sekaligus agonis reseptor
histamin H1. Betahistine bekerja dengan dua mekanisme. Yaitu dengan
merangsang reseptor histamin H1 yang terletak pada pembuluh darah di
telinga bagian dalam. dan sebagai antagonis reseptor histamin H3 yang
sangat kuat, obat ini meningkatkan kadar neurotransmiter histamin,
asetilkolin, norepinefrin, serotonin, dan GABA yang dilepaskan dari ujung
saraf. Peningkatan kadar histmain dapat menyebabkan efek vasodilatasi di
telinga bagian dalam. Di pasaran, obat ini tersedia dalam beberapa merk
yang mengandung betahistine dihydrochloride atau betahistine mesylate 8
mg, 16, dan 24 mg.
9

- Anak
Paracetamol syrup
Parasetamol (asetaminofen) adalah obat analgetik non narkotik dengan
cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di sistem saraf
pusat. Parasetamol dapat digunakan sebagai analgetik-antipiretik maupun
di kombinasikan dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep
dokter atau yang dijual bebas. Parasetamol mempunyai daya kerja
analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak
menyebabkan iritasi serta peradangan lambung

Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500 mg atau


sirup yang menggunakan 120mg/5ml. parasetamol terdapat sebagai
sediaan kombinasi tetap, dalam bentuk tablet maupun cairan. Dosis
parasetamol untuk dewasa 300mg-1g per kali, dengan maksimum 4g per
hari, untuk anak 6-12 tahun: 150-300 mg/kali, dengan maksimum
1,2g/hari. Untuk anak 1-6 tahun: 60mg/kali, pada keduanya diberikan
maksimum 6 kali sehari.

- Obgyn
Nifedipine tablet
Nifedipin adalah obat antihipertensi yang memiliki aksi sebagai antagonis
kanal kalsium. Nifedipin sering digunakan karena mudah didapatkan dan
toksisitasnya yang rendah. Obat ini memiliki kekurangan yaitu memiliki
waktu paruh pendek berkisar 4 jam, yang menyebabkan frekuensi
penggunaan semakin meningkat (2-3 kali sehari). Hal tersebut
menyebabkan kepatuhan pasien akan penggunaan obat nifedipin
berkurang. Nifedipin merupakan obat golongan dihidropiridin sebagai
calcium channel blocker yang sering digunakan pada terapi hipertensi dan
10

angina sehingga nifedipin dapat menimbulkan vasodilatasi pada otot polos


pembuluh darah sehingga terjadi penurunan tekanan darah.

- Ilmu Penyakit Dalam


Ranitidine tablet
Ranitidine digunakan untuk pengobatan tukat lambung dan duodenum
akut, refluks esophagitis, dan keadaan hipersekresi asam lambung
patologis.

Dosis dan Cara Pemakaian


Terapi oral
Dewasa: Tukak lambung, duodenum dan refluk esophagitis, sehari 2 kali 1
tablet atau dosis tunggal 2 tablet menjelang tidur malam, selama 4-8
minggu. Untuk hipersekresi patologis, sehari 2-3 kali 1 tablet. Bila
keadaan parah dosis dapat ditingkatkan sampai 6 tablet sehari dalam dosis
terbagi. Dosis pemeliharaan sehari 1 tablet pada malam hari. Pada
penderita gangguan fungsi ginjal dan kleren kreatinin kurang dari 50
mg/menit, dosis sehari 1 tablet.

Terapi parenteral
Diberikan i.m atau i.v atau infus secara perlahan atau intermiten untuk
penderita rawat inap dengan kondisi hipersekretori patologi atau tukak
duodenum yang tidak sembuh, atau bila terapi oral tidak memungkinkan.
Dosis dewasa:
Injeksi i.m atau i.v intermiten: 50mg setiap 6-8 jam jika diperlukan, obat
dapat diberikan lebih sering, dosis tidak boleh melebihi 400 mg sehari.
Jika ranitidine diberikan secara infus, 150 mg ranitidine diinfuskan dengan
kecepatan 6,25 mg/jam selama lebih dari 24 jam, pada penderita dengan
sindrom Zollinger-Ellison atau kondisi hipersekretori lain, infus selalu
dilalui dengan kecepatan 1 mg/kg per jam. Jika setelah 4 jam penderita
masih sakit, atau sekresi asam lambung masih besar dari 10 mEq/jam,
11

dosis ditambah 0,5 mg/kg per jam, lalu ukur kembali sekresi asam
lambung. Pada penderita gagal ginjal dengan kliren kreatinin kurang dari
50 menit, dosis i.m ata i.v yang dianjurkan adalah 50 mg setiap 18-24 jam.
Jika diperlukan, ubah dengan hati-hati interval dosis dari setiap 24 jam
menjadi setiap 12 jam.

- Kulit
Cetirizine tablet 10 mg
Cetirizine adalah obat yang termasuk dalam golongan antihistamin,
mekanisme kerjanya adalah menghalangi zat kimia dalam tubuh yang
disebut histamin. Histamin adalah mediator kimia yang sering muncul
pada reaksi peradangan dan alergi, memiliki efek pada tubuh berupa
kemerahan pada kulit, gatal dan pembengkakan. Dengan demikian, obat
cetirizine sebagai antihistamin bekerja mengatasi gejala-gejala yang
ditimbulkan histamin tersebut, yaitu digunakan untuk mengobati kondisi
alergi seperti rhinitis alergi, gatal-gatal, dan urtikaria atau biduran.
Tersedia dalam bentuk tablet: Cetirizine 10 mg, dan bentuk Syrup:
Cetirizine syrup 5mg/5mL, 2,5mh/5ml, 1mg/mL. Contoh merek dagang:
Incidal-OD.

- Ikkom
Paracetamol, Gliseril Guaiakolat, CTM

Gliseril Guaiakolat atau disebut juga guaifenesin adalah derivat guaiakol


yang banyak digunakan sebagai ekspektoran dalam berbagai jenis sediaan.
Pada dosis tinggi bekerja merelaksasi otot. Tablet gliseril guaiakolat
termasuk jenis obat batuk basah. Obat batuk ini digunakan untuk batuk
yang memiliki ciri berlendir, dahak mudah dikeluarkan, dan terasa ringan.
Contoh merek obat: guaipim, pasaba, pectorin, phenex, phebet, triadex,
expectorant. Mekanisme kerjanya yaitu merangsang reseptor di mukosa
lambung yang kemudian meningkatkan kegiatan kelenjar sekresi dari
saluran lambung-usus dan sebagai refleks memperbanyak sekresi dari
12

kelenjar yang berada di saluran napas.CTM (Chlorpeniramine maleat)


salah satu obat anthistaminika yang mempunyai efek sedative sehingga
dapat menimbulkan rasa kantuk. Hal itu membuat pengunaan obat ini
sering digunakan sebagai obat tidur

III. Dosis

A PENGERTIAN DOSIS
Jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan berat atau
satuan isi atau unit-unit lainnya
 Satuan berat : mikrongram (µg), miligram (mg), gram (g)
 Satuan isi : mililiter (ml) / cc, liter (l)
 Satuan unit : UI

B.     MACAM-MACAM DOSIS
1. Dosis Terapi (Therapeutical Dose), yaitu Rentangan jumlah obat
yang diberikan kepada penderita dewasa untuk satu kali pemberian
atau untuk jangka waktu tertentu secara per oral untuk
mendapatkan efek terapi.
2. Dosis Minimal : Jumlah terkecil yg dibutuhkan penderita dewasa
untuk satu kali minum atau jangka waktu tertentu secara peroral
untuk mendapatkan efek terapi.
3. Dosis maksimal: jumlah terbesar dari rentangan obat yang masih
aman diberikan kepada penderita dewasa dan belum menimbulkan
gejala-gejala keracunan.
4. Dosis Toksik Dosis obat yang diberikan melebihi dosis terapeutik,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya keracunan obat
5. Dosis Lethal dosis yang menyebabkan kematian pada hewan coba 
Besarnya melebihi dosis toksik
6. Dosis Tunggal (Single dose): pola pemberian obat satu kali sudah
mampu memberikan efek terapi dengan efektif secara klinik.
13

7. Dosis awal (Initial dose): dosis yg diberikan pada awal suatu terapi
sampai tercapai kadar kerja yg diinginkan secara terapi.
8. Maintenance dose: sejumlah obat yg diberikan dg tujuan untuk dpt
menjaga kadar obat dalam tubuh tertentu pada periode tertentu.
9. Dosis Muatan (Loading dose): sejumlah obat yang digunakan untuk
memacu percepatan waktu penyampaian kadar efektif minimum.
10. Dosis Beganda (Multiple dose): Pola pemberian obat berulang.
Pengulangan dilakukan saat obat diperkirakan akam mengalami
eliminasi pada jumlah tertentu dengan interval pemberian tertentu
untuk mencapai efek terapi

C.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DOSIS OBAT


Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan
penderita. Terutama faktor-faktor penderita seringkali kompleks
sekali, karena perbedaan individual terhadap respon obat tidak selalu
dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut di
bawah ini didapati sekaligus.
1. Faktor Obat:
a. Sifat fisika : daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf, dsb.
b. Sifat kimiawi : asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH,
pKa.
c. Toksisitas : dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya.

2. Faktor Cara Pemberian Obat Kepada Penderita:


a. Oral : dimakan atau diminum
b. Parenteral : subkutan, intramuskular, intravena, dsb
c. Rektal, vaginal, uretral
d. Lokal, topical
e. Lain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal, dsb

3.  Faktor Penderita:


14

a. Umur
Umur pasien merupakan suatu pertimbangan yang penting untuk
menentukan dosis obat, khususnya anak-anak dan orang lanjut
usia (>65 tahun). Pada anak-anak bukan dewasa kecil dimana
adanya perbedaan dalam kemampuan farmakokinetik dan
farmakodinamik obat, sehingga harus diperhitungkan dosis obat
yang diberikan. Sedangkan pada orang usia lanjut kebanyakan
fungsi fisiologisnya mulai berkurang.
b. Berat badan
Biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar.
Pasien obesitas mempunyai akumulasi jaringan lemak yang lebih
besar, dimana jaringan lemak mempunyai proporsi air yang lebih
kecil dibandingkan dengan jaringan otot. Jadi pasien obese
mempunyai proporsi cairan tubuh terhadap berat badan yang lebih
kecil daripada pasien dengan berat badan normal, sehingga
mempengaruhi volume distribusi obat.
c. Jenis kelamin
Wanita dianggap lebih sensitive terhadap pengaruh obat
dibandingkan pria. Pemberian obat pada wanita hamil juga harus
mempertimbangkan terdistribusinya obat ke janin seperti pada
obat-obat anestesi, antibiotic, barbiturate, narkotik, dan
sebagainya yang dapat menyebabkan kematian janin atau
kerusakan congenital.
d. Toleransi
Efek toleransi obat yaitu obat yang dosisnya harus diperbesar
untuk menjaga respon terapi tertentu. Toleransi ini biasanya
terjadi pada pemakaian obat-obatan seperti antihistamin,
barbiturate & anagetik narkotik
e. Keadaan pato-fisiologi : kelainan pada saluran cerna
mempengaruhi absorbsi obat, penyakit hati mempengaruhi
metabolisme obat, kelainan pada ginjal mempengaruhi ekskresi
obat
15

f. Bentuk sediaan dan cara pemakaian


Dosis obat dapat berbeda-beda tergantung pada bentuk sediaan
yang digunakan dan cara pemakaian,perbedaan kecepatan dan
luasnya absorpsi obat. Seperti bentuk sediaan tablet memerlukan
proses desintegrasi dan disolusi lebih dahulu sebelum diabsorpsi
sehingga dosisnya lebih besar dibandingkan bentuk sediaan
larutan. Cara pemberian obat juga akan mempengaruhi proses
farmakokinetik
g. Waktu pemakaian
Waktu ketika obat itu dipakai kadang-kadang mempengaruhi
dosisnya. Hal ini terutama pada pemberian obat melalui oral
dalam hubungannya dengan kemampuan absorpsi obat oleh
saluran cerna dengan adanya makanan. Ada beberapa obat yang
efektif bila dipakai sebelum makan atau sesudah makan. Untuk
obat-obat yang mengiritasi lambung & saluran cerna lebih baik
dipakai segera sesudah makan.
h. Pemakaian bersama obat lain (interaksi obat)
Obat-obat yang diberikan secara bersamaan akan terjadi interaksi
obat secara fisika dan kimiawi yang dapat berupa efek yang
diinginkan atau efek yang menganggu

D. CARA PERHITUNGAN DOSIS ANAK


1. Dihitung berdasarkan atas ukuran fisik anak secara individual.
a. Perhitungan dengan ukuran Berat Badan anak.
Contoh : Diketahui dosis terapi parasetamol 10mg/kgBB/kali,
maka untuk anak umur 2 tahun dengan berat badan 10 kg, dapat
diberikan dosis per kali sebesar: 10 x 10 mg = 100 mg.

b. Perhitungan dengan ukuran LPT anak.


Contoh : Diketahui dosis pemeliharaan metotreksat untuk
penderita leukemia 15 mg/m2 LPT/minggu, maka untuk anak
16

umur 12 tahun dengan LPT 1,20 m2 dapat diberikan dosis


sebesar: 1,20/1,73 x15 mg = 10,4 mg.

2. Dihitung berdasarkan atas perbandingan dengan dosis obat untuk


orang dewasa.

a. Perhitungan atas dasar perbandingan umur (umur dewasa 20-24 tahun)


n
 Rumus Young Da = ---------- Dd (mg) --> Untuk anak umur < 8 tahun
n+12 n

n
* Rumus Dilling Da = ---------- Dd (mg) --> Untuk anak umur > 8 tahun
20

Keterangan :
Da = Dosis obat untuk anak
Dd = Dosis obat untuk dewasa
n = Umur anak dalam tahun

Contoh Perhitungan : Diketahui dosis terapi dewasa Phenobarbital untuk


Hipnotik-sedative = 15-30 mg/dose
maka dosis terapi untuk anak umur 4 tahun :
4/4+12 x (15-30) mg/kali = 3,75- 7,5 mg/kali (Rumus young)
Untuk anak umur 8 tahun :
8/20 x (15-30) mg/kali = 6 — 12 mg/kali (Rumus Dilling)

b. Perhitungan atas dasar perbandingan berat badan (BB dewasa 70 kg)


BBa
 Rumus Clark = ----------- Dd (mg) -- >Bba (kg)
70

Contoh Perhitungan : Diketahui dosis terapi dewasa Phenobarbital untuk


Hipnotik-sedative = 15-30 mg/dose maka dosis terapi untuk anak umur 8
tahun (berat badan 21 kg) : 21/70 x (15-30) mg/kali = 4,5 — 9 mg/kali.
17

c. Perhitungan atas dasar perbandingan luas permukaan tubuh (LPT dws 1,73
m2 )
LPT (anak)
 Rumus (Crawford-Terry-Rourke) = ------------------Dd (mg)
1,73

Contoh Perhitungan : Diketahui dosis terapi dewasa Phenobarbital untuk


Hipnotik-sedative = 15-30 mg/dose
maka dosis terapi untuk anak umur 8 tahun (LPT = 0,9 m2 )
0,9/1,73 x (15-30) mg/kali = 7,80 —15,61 mg/kali

d. Perhitungan atas dasar tabel J. Hahn


Contoh Perhitungan :
Diketahui dosis terapi dewasa Phenobarbital untuk Hipnotik-sedative = 15-30
mg/dose maka dosis terapi untuk anak umur 5 tahun (berat badan 14,2- 17,8
kg) dapat diberikan 25% (1/4) dosis dewasa adalah : 1/4 x (15-30 mg) = 3,75-
7,5 mg/kali.

IV. Resep

A. Definisi : Permintaan tertulis dokter kepada apoteker di apotek untuk


membuat menyediakan dan menyerahkan obat seperti yang
tertulis kepada pasien

Catatan yang ditulis oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya


kepada ahli farmasi yang berisi daftar obat, dosis, serta
penggunaannya oleh pasien.

B. Format Resep :

1. Identitas Dokter : nama, alamat, no izin praktek

2. Kota Tempat Praktek, tanggal berobat

3. Simbol R/ (superscriptio)

4. Tubuh Resep (Inscriptio)

 Zat aktif/ nama bahan obat : nama generik/ nama dagang


18

 Jumlah bahan obat (kuantititas) : colume (mc, ml, l, cc), persentase,


units S.I; I.U.

5. Petunjuk untuk pembuat resep (subscriptio)

 Memilih, menyediakan, membuat -> bentuk sediaan dan jumlah

 Contoh : m.f. pulv. No. XX -> campur, buat serbuk bagi sebanyak
20 bungkus

 Bhan aktif ditulis terlebih dahulu, kemudian bahan dasar/


pelarutnya.

6. Petunjuk untuk pasien (signatur), merupakan petunjuk penggunaan


obat bagi pasien yang terdiri dari tanda cara pakai, regimen dosis
pemberian, rute dan interval waktu pemberian. Penulisan signatura
harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan keberhasilan terapi.

7. Paraf dokter

8. Informasi pasien
19

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C. Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi


edisi 5. Jakarta

UU Bidang Kesehatan dan Farmasi. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai