BIMBINGAN PRA-KOASS
OLEH :
CLAUDIA JOY HOTMAULINA HUTAURUK
1318011043
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
1
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI…………………………………………………….……. 1
I. GOLONGAN OBAT………………………………………………... 2
II. OBAT YANG SERING DIGUNAKAN SETIAP BAGIAN
KOASS………………………................………………………….... 8
III. DOSIS OBAT………………..........………………………………… 12
IV. RESEP OBAT…………….............………………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA…………….............…………………………....... 19
2
TUGAS
I. Golongan Obat
Obat adalah sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
untuk penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi. Obat dapat di golongkan berdasarkan :
A. Jenisnya.
IV golongan berdasarkan
penggunaanya :
1. Psikotropika golongan I :
untuk ilmu pengetahuan
2. Psikotropika golongan
II : boleh diresepkan tapi
akan tmenyebabkan
ketergantungan, dan tidak
disarankan untuk jangka
panjang
ketergantungan
4. Psikotropika golongan IV
: Obat yang lazim
direspekan, boleh
digunakan dalam jangka
pendek
Narkotika Zat / obat yang berasal dari tanaman, Golongan berdasarkan
baik sintetis/ semi sintetis yang dapat penggunaanya :
menimbulkan pengaruh tertentu bagi
penggunanya. Pengaruh dapat berupa : 1. Narkotika golongan I
hanya untuk pengembangan
- Pembiusan ilmu pengetahuan, potensi
metergantungan sangat
- Hilang rasa sakit besar
5. Obat plasebo, tidak mengandung zat aktif. Contoh : aqua pro injeksi,
dll.
4
2. Obat luar : Obat yang dipakai secara topikal / tubuh bagian luar. Misal :
salep fungiderm, betadine cair.
D. Cara pemakaian.
F. Bentuk obat
1. Pulvis (Serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
2. Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum.
5
3. Tablet (Compressi)
4) Tablet Hipodermik, dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut
sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi
hipodermik, sekarang diberikan secara oral.
7) Tablet Efervescen, tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah
tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak
untuk langsung ditelan”.
4. Pilulae ( PIL)
5. Kapsulae (Kapsul)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu:
o Mudah ditelan.
6. Solutiones (Larutan)
Merupakansediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,
cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan
produk lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang
saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan
larutan topikal (kulit).
7. Suspensi
8. Emulsi
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem
dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam
fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.
9. Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari
hewan atau tumbuhan yang disari.
10. Extractum
11. Infusa
14. Suppositoria
- Saraf
Betahistine mesylate
Betahistine adalah obat yang digunakan sebagai obat anti vertigo, tinitus
dan gangguan pendengaran yang terkait dengan penyakit meniere. Obat ini
termasuk antagonis reseptor histamin H3 sekaligus agonis reseptor
histamin H1. Betahistine bekerja dengan dua mekanisme. Yaitu dengan
merangsang reseptor histamin H1 yang terletak pada pembuluh darah di
telinga bagian dalam. dan sebagai antagonis reseptor histamin H3 yang
sangat kuat, obat ini meningkatkan kadar neurotransmiter histamin,
asetilkolin, norepinefrin, serotonin, dan GABA yang dilepaskan dari ujung
saraf. Peningkatan kadar histmain dapat menyebabkan efek vasodilatasi di
telinga bagian dalam. Di pasaran, obat ini tersedia dalam beberapa merk
yang mengandung betahistine dihydrochloride atau betahistine mesylate 8
mg, 16, dan 24 mg.
9
- Anak
Paracetamol syrup
Parasetamol (asetaminofen) adalah obat analgetik non narkotik dengan
cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di sistem saraf
pusat. Parasetamol dapat digunakan sebagai analgetik-antipiretik maupun
di kombinasikan dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep
dokter atau yang dijual bebas. Parasetamol mempunyai daya kerja
analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak
menyebabkan iritasi serta peradangan lambung
- Obgyn
Nifedipine tablet
Nifedipin adalah obat antihipertensi yang memiliki aksi sebagai antagonis
kanal kalsium. Nifedipin sering digunakan karena mudah didapatkan dan
toksisitasnya yang rendah. Obat ini memiliki kekurangan yaitu memiliki
waktu paruh pendek berkisar 4 jam, yang menyebabkan frekuensi
penggunaan semakin meningkat (2-3 kali sehari). Hal tersebut
menyebabkan kepatuhan pasien akan penggunaan obat nifedipin
berkurang. Nifedipin merupakan obat golongan dihidropiridin sebagai
calcium channel blocker yang sering digunakan pada terapi hipertensi dan
10
Terapi parenteral
Diberikan i.m atau i.v atau infus secara perlahan atau intermiten untuk
penderita rawat inap dengan kondisi hipersekretori patologi atau tukak
duodenum yang tidak sembuh, atau bila terapi oral tidak memungkinkan.
Dosis dewasa:
Injeksi i.m atau i.v intermiten: 50mg setiap 6-8 jam jika diperlukan, obat
dapat diberikan lebih sering, dosis tidak boleh melebihi 400 mg sehari.
Jika ranitidine diberikan secara infus, 150 mg ranitidine diinfuskan dengan
kecepatan 6,25 mg/jam selama lebih dari 24 jam, pada penderita dengan
sindrom Zollinger-Ellison atau kondisi hipersekretori lain, infus selalu
dilalui dengan kecepatan 1 mg/kg per jam. Jika setelah 4 jam penderita
masih sakit, atau sekresi asam lambung masih besar dari 10 mEq/jam,
11
dosis ditambah 0,5 mg/kg per jam, lalu ukur kembali sekresi asam
lambung. Pada penderita gagal ginjal dengan kliren kreatinin kurang dari
50 menit, dosis i.m ata i.v yang dianjurkan adalah 50 mg setiap 18-24 jam.
Jika diperlukan, ubah dengan hati-hati interval dosis dari setiap 24 jam
menjadi setiap 12 jam.
- Kulit
Cetirizine tablet 10 mg
Cetirizine adalah obat yang termasuk dalam golongan antihistamin,
mekanisme kerjanya adalah menghalangi zat kimia dalam tubuh yang
disebut histamin. Histamin adalah mediator kimia yang sering muncul
pada reaksi peradangan dan alergi, memiliki efek pada tubuh berupa
kemerahan pada kulit, gatal dan pembengkakan. Dengan demikian, obat
cetirizine sebagai antihistamin bekerja mengatasi gejala-gejala yang
ditimbulkan histamin tersebut, yaitu digunakan untuk mengobati kondisi
alergi seperti rhinitis alergi, gatal-gatal, dan urtikaria atau biduran.
Tersedia dalam bentuk tablet: Cetirizine 10 mg, dan bentuk Syrup:
Cetirizine syrup 5mg/5mL, 2,5mh/5ml, 1mg/mL. Contoh merek dagang:
Incidal-OD.
- Ikkom
Paracetamol, Gliseril Guaiakolat, CTM
III. Dosis
A PENGERTIAN DOSIS
Jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan berat atau
satuan isi atau unit-unit lainnya
Satuan berat : mikrongram (µg), miligram (mg), gram (g)
Satuan isi : mililiter (ml) / cc, liter (l)
Satuan unit : UI
B. MACAM-MACAM DOSIS
1. Dosis Terapi (Therapeutical Dose), yaitu Rentangan jumlah obat
yang diberikan kepada penderita dewasa untuk satu kali pemberian
atau untuk jangka waktu tertentu secara per oral untuk
mendapatkan efek terapi.
2. Dosis Minimal : Jumlah terkecil yg dibutuhkan penderita dewasa
untuk satu kali minum atau jangka waktu tertentu secara peroral
untuk mendapatkan efek terapi.
3. Dosis maksimal: jumlah terbesar dari rentangan obat yang masih
aman diberikan kepada penderita dewasa dan belum menimbulkan
gejala-gejala keracunan.
4. Dosis Toksik Dosis obat yang diberikan melebihi dosis terapeutik,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya keracunan obat
5. Dosis Lethal dosis yang menyebabkan kematian pada hewan coba
Besarnya melebihi dosis toksik
6. Dosis Tunggal (Single dose): pola pemberian obat satu kali sudah
mampu memberikan efek terapi dengan efektif secara klinik.
13
7. Dosis awal (Initial dose): dosis yg diberikan pada awal suatu terapi
sampai tercapai kadar kerja yg diinginkan secara terapi.
8. Maintenance dose: sejumlah obat yg diberikan dg tujuan untuk dpt
menjaga kadar obat dalam tubuh tertentu pada periode tertentu.
9. Dosis Muatan (Loading dose): sejumlah obat yang digunakan untuk
memacu percepatan waktu penyampaian kadar efektif minimum.
10. Dosis Beganda (Multiple dose): Pola pemberian obat berulang.
Pengulangan dilakukan saat obat diperkirakan akam mengalami
eliminasi pada jumlah tertentu dengan interval pemberian tertentu
untuk mencapai efek terapi
a. Umur
Umur pasien merupakan suatu pertimbangan yang penting untuk
menentukan dosis obat, khususnya anak-anak dan orang lanjut
usia (>65 tahun). Pada anak-anak bukan dewasa kecil dimana
adanya perbedaan dalam kemampuan farmakokinetik dan
farmakodinamik obat, sehingga harus diperhitungkan dosis obat
yang diberikan. Sedangkan pada orang usia lanjut kebanyakan
fungsi fisiologisnya mulai berkurang.
b. Berat badan
Biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar.
Pasien obesitas mempunyai akumulasi jaringan lemak yang lebih
besar, dimana jaringan lemak mempunyai proporsi air yang lebih
kecil dibandingkan dengan jaringan otot. Jadi pasien obese
mempunyai proporsi cairan tubuh terhadap berat badan yang lebih
kecil daripada pasien dengan berat badan normal, sehingga
mempengaruhi volume distribusi obat.
c. Jenis kelamin
Wanita dianggap lebih sensitive terhadap pengaruh obat
dibandingkan pria. Pemberian obat pada wanita hamil juga harus
mempertimbangkan terdistribusinya obat ke janin seperti pada
obat-obat anestesi, antibiotic, barbiturate, narkotik, dan
sebagainya yang dapat menyebabkan kematian janin atau
kerusakan congenital.
d. Toleransi
Efek toleransi obat yaitu obat yang dosisnya harus diperbesar
untuk menjaga respon terapi tertentu. Toleransi ini biasanya
terjadi pada pemakaian obat-obatan seperti antihistamin,
barbiturate & anagetik narkotik
e. Keadaan pato-fisiologi : kelainan pada saluran cerna
mempengaruhi absorbsi obat, penyakit hati mempengaruhi
metabolisme obat, kelainan pada ginjal mempengaruhi ekskresi
obat
15
n
* Rumus Dilling Da = ---------- Dd (mg) --> Untuk anak umur > 8 tahun
20
Keterangan :
Da = Dosis obat untuk anak
Dd = Dosis obat untuk dewasa
n = Umur anak dalam tahun
c. Perhitungan atas dasar perbandingan luas permukaan tubuh (LPT dws 1,73
m2 )
LPT (anak)
Rumus (Crawford-Terry-Rourke) = ------------------Dd (mg)
1,73
IV. Resep
B. Format Resep :
3. Simbol R/ (superscriptio)
Contoh : m.f. pulv. No. XX -> campur, buat serbuk bagi sebanyak
20 bungkus
7. Paraf dokter
8. Informasi pasien
19
DAFTAR PUSTAKA