Anda di halaman 1dari 6

Artikel Penelitian

Rasio Adenoid-Nasofaring
dan Gangguan Telinga Tengah pada
Penderita Hipertrofi Adenoid

Muhammad Arman Amar, Riskiana Djamin, Abdul Qadar Punagi

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher,


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar

Abstrak
Pendahuluan: Hipertrofi adenoid telah banyak dilaporkan sebagai salah satu faktor penyebab
terjadinya disfungsi tuba. Disfungsi tuba dapat menyebabkan perubahan tekanan telinga tengah
yang berujung pada gangguan telinga tengah. Untuk mengetahui kelainan telinga tengah
akibat hipertrofi adenoid dapat dilakukan pemeriksaan timpanometri. Akan tetapi, pemeriksaan
tersebut belum digunakan secara rutin karena harga yang relatif mahal. Oleh karena itu,
ukuran hipertrofi adenoid ditentukan melalui pemeriksaan radiografi kepala true lateral dengan
mengukur besarnya adenoid. Rasio adenoid-nasofaring sebagai prediktor gangguan telinga
tengah belum pernah dilaporkan pada literatur. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai
hubungan antara rasio adenoid - nasofaring berdasarkan radiografi kepala true lateral dengan
gangguan telinga tengah pada penderita hipertrofi adenoid.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang analitis pada 40 penderita hipertrofi
adenoid yang datang ke RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Mitra Husada, Makassar, pada
bulan Juli hingga November 2012, serta memenuhi kriteria inklusi.
Hasil: Semakin besar rasio adenoid-nasofaring, semakin tinggi derajat gangguan telinga tengah.
Terdapat hubungan yang bermakna antara rasio adenoid-nasofaring dengan gangguan telinga
tengah pada kedua kelompok usia 5,0-10,0 tahun dan 11,0-14,0 tahun dengan nilai koefisien
korelasi parsial masing-masing kelompok usia yaitu 56,8% dan 64,1%. Rasio adenoid-nasofaring
>0,71 terdapat pada 75,0% pasien yang mengalami gangguan telinga tengah dengan tipe B
dan C.
Kesimpulan: Rasio adenoid-nasofaring >0,71 dapat dijadikan sebagai prediktor dalam
menentukan gangguan telinga tengah. J Indon Med Assoc. 2013;63:21-6.
Kata kunci: rasio adenoid-nasofaring, hipertrofi adenoid, radiografi kepala true lateral,
timpanogram.

Korespondensi: Muhammad Arman Amar,


Email: armanbola93@jmail.com

J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 1, Januari 2013 21


Rasio Adenoid-Nasofaring dan Gangguan Telinga Tengah pada Penderita Hipertrofi Adenoid

Adenoid-Nasopharyngeal Ratio and


Middle Ear Disorder in Patients with Adenoid Hypertrophy

Muhammad Arman Amar, Riskiana Djamin, Abdul Qadar Punagi

Department of Otolaryngology-Head and Neck,


Faculty of Medicine Universitas Hasanuddin Wahidin Sudirohusodo Hospital, Makassar

Abstract
Introduction: Adenoid hypertrophy has been reported as one of the factors contributing to the
dysfunction of the tube. Dysfunction of the tube causes alteration of middle ear pressure which may
leads to disorder of the middle ear. Tympanometry can be used to examine the middle ear disorder
caused by adenoid hypertrophy. Unfortunately, this examination is not routinely used in primary
health care. Thus, true lateral radiographic head is preferable to tympanometry for measure the
size of adenoid. Adenoid - nasopharynx ratio as the predictor of middle ear disorders had not been
reported in literature. The aim of the study was to assess the relationship between adenoid ratio-
nasopharynx by true lateral radiographic head with middle ear disorders in patients with adenoid
hypertrophy.
Methods: This study is an analytic cross-sectional study in 40 patients with adenoid hypertrophy,
who came to dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital and Mitra Husada Hospital, Makassar, on July
until November 2012, and met the inclusion criteria.
Results: The larger adenoid-nasopharynx ratio, the higher degree of disorder of the middle ear.
There is significant difference between adenoid-nasopharynx ratio and the degree of disorder of
the middle ear in both age groups from 5.0 to 10.0 years and from 11.0 to 14.0 years with the value
of each partial correlation coefficient in each age group 56.8% and 64.1%. Adenoid-nasopharynx
ratio >0.71 was founded in 75.0% of middle ear disorder with type B and C.
Conclusion: Adenoid-nasopharynx ratio >0.71 can be used as a predictor in determining middle
ear disorders. J Indon Med Assoc. 2013;63:21-6.
Keywords: ratio of adenoid-nasopharynx, adenoid hypertrophy, true lateral radiographic head,
tympanogram.

Pendahuluan
Adenoid adalah jaringan limfoepitelial berbentuk fasies adenoid, mengorok dan gangguan telinga tengah. Pada
tringukugular yang terletak pada dinding posterior nasofaring pemeriksaan rinoskopi anterior dapat ditemukan tahanan
dan merupakan salah satu jaringan yang membentuk cincin gerakan palatum mole sewaktu fonasi, sementara peme-
Waldeyer. Secara fisiologis, ukuran adenoid dapat berubah riksaan rinoskopi posterior pada anak biasanya sulit dilakukan
sesuai dengan perkembangan usia. Menurut Havas, et al1 dan tidak dapat menentukan ukuran adenoid. Oleh karena
pada 2002 adenoid membesar secara cepat setelah lahir dan itu, diperlukan pemeriksaan radiologi dengan membuat foto
mencapai ukuran maksimum pada saat usia 3-7 tahun, polos true lateral. Pemeriksaan tersebut dianggap paling
kemudian menetap sampai usia 8-9 tahun. Setelah usia 14 baik untuk mengetahui ukuran adenoid dan pengukuran
tahun, adenoid secara bertahap mengalami involusi. Jika hubungan ukuran adenoid dengan sumbatan jalan napas.3,4
terjadi hipertrofi pada adenoid, maka nasofaring sebagai Menurut Austi, et al5 salah satu efek hipertofi adenoid
penghubung udara inspirasi dan sekresi sinonasal yang adalah terbatasnya gerakan torus tubarius ke arah posterior
mengalir dari kavum nasi ke orofaring akan mengalami sehingga pembukaan muara tuba auditiva tidak adekuat.
penyempitan. Hipertrofi adenoid, terutama pada kanak-kanak, Tuohimaa, et al6 pada 1987 mengemukakan bahwa perubahan
muncul sebagai respon multiantigen virus, bakteri, alergen, patensi tuba auditiva oleh hipertofi adenoid disebabkan
makanan, dan iritasi lingkungan.1,2 karena obstruksi mekanis pada lumen tuba dan penekanan
Diagnosis hipertrofi adenoid dapat ditegakan berda- pada pembuluh limfatik sekitar lumen tuba. Hal tersebut dapat
sarkan tanda dan gejala klinis, pemeriksaan fisik, serta berujung pada efusi di dalam telinga tengah. Akhirnya,
pemeriksaan penunjang. Secara klinis dapat ditemukan terbentuk tekanan negatif akibat absorpsi O2 dari udara yang
tanda-tanda, seperti bernapas melalui mulut, sleep apnea, terjebak dalam telinga tengah.7

22 J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 1, Januari 2013


Rasio Adenoid-Nasofaring dan Gangguan Telinga Tengah pada Penderita Hipertrofi Adenoid

Diskusi kelainan telinga tengah akibat hipertrofi adenoid tal). Jarak tube cassette adalah sejauh 180 cm dan sentrasi
dapat dilakukan pemeriksaan timpanometri. Akan tetapi, sinar ±1 inci (2,5 cm) dibawah meatus akustikus ekstenus
pemeriksaan tersebut belum digunakan secara rutin, terutama untuk memperlihatkan daerah nasofaring. Pajanan meng-
pada pusat pelayanan kesehatan di daerah karena harga yang gunakan 10 mAs dan 70 kV.
relatif mahal. Meski demikian, ukuran hipertrofi adenoid Untuk pemeriksaan timpanometri, petunjuk yang perlu
ditentukan melalui pemeriksaan radiografi kepala true lateral disampaikan kepada pasien adalah mencegah gerakan kepala
dengan mengukur besarnya adenoid dan nasofaring, dan mulut seperti berbicara pada saat pemeriksaan, meng-
kemudian menghitung rasionya menurut teknik Fujioka9. instruksikan untuk tidak menelan, mengunyah, dan menguap
Sementara itu, kelainan telinga tengah ditentukan melalui sebelum pemeriksaan dimulai, serta memberitahukan tentang
pemeriksaan timpanometri yang dicatat dalam bentuk grafik pemasangan probe ke dalam liang telinga yang mungkin
timpanogram.9 Terdapat tiga tipe timpanogram, yaitu tipe A menimbulkan rasa sedikit tidak nyaman. Seluruh data yang
untuk kondisi telinga tengah yang normal, serta tipe B dan terkumpul disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Metode
tipe C untuk kondisi telinga tengah yang abnormal.10 analisis data menggunakan uji korelasi Spearman.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara
rasio adenoid-nasofaring (A/N) berdasarkan radiografi kepala Hasil
true lateral dengan tekanan telinga tengah. Selain itu, Distribusi sampel dilihat berdasarkan kategori rasio
penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan bagaimana A/N hasil pengukuran pada radiografi kepala true lateral
pengaruh usia dalam hubungan antara rasio A/N dengan dan derajat gangguan telinga tengah. Dari Tabel 1, dapat
gangguan telinga tengah dan menentukan apakah rasio A/N dilihat bahwa pada 12,5% sampel tidak ditemukan pembesaran
dapat dijadikan sebagai prediktor untuk menentukan ade-noid dan 67,5% sampel mengalami pembesaran sedang
gangguan telinga tengah. tanpa obstruksi. Sebanyak 20% sampel mengalami
pembesaran dengan obstruksi.
Metode Selanjutnya, berdasarkan hasil timpanogram telinga kiri
Penelitian ini merupakan studi potong lintang analitis dan kanan dibuat grading gangguan telinga tengah yang
yang dilakukan di RS dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS Mitra berkaitan dengan hipertrofi adenoid. Jika sampel tidak
Husada Makassar pada Juli 2012 hingga November 2012. memiliki kelainan timpanogram pada kedua telinga (tipe A/
Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan metode con- tipe A), maka sampel dinyatakan sebagai gangguan telinga
secutive sampling dan didapatkan 40 sampel penelitian dari tengah derajat 1. Jika salah satu telinga memiliki timpanogram
populasi usia 5-14 tahun yang memenuhi syarat inklusi. tipe C (tipe A/tipe C) maka dinyatakan sebagai gangguan
Kriteria inklusi adalah pasien usia 5-14 tahun dengan berbagai telinga tengah derajat 2. Jika kedua telinga memiliki
tanda hipertropi adenoid: mendengkur, sleep apnea, mouth timpanogram tipe C (tipe C/tipe C), maka dinyatakan sebagai
breating, obstruksi nasi, rhinorrhea, tinitus, gangguan gangguan telinga derajat 3. Jika salah satu telinga memiliki
pendengaran, riwayat demam, dan odinofagi. Bagi setiap timpanogram tipe B (tipe B/tipe C), maka dinyatakan sebagai
penderita yang menjadi sampel penelitian, dilakukan anam- derajat 4 dan jika keduanya tipe B (tipe B/tipe B) dinyatakan
nesis dan informed concent dari penderita (orang tua), sebagai derajat 5. Pada penelitian ini, didapatkan kebanyakan
ditanyakan mengenai keluhan subjektif penderita yang sampel mengalami gangguan telinga tengah derajat 1 (37,5%).
meliputi hidung tersumbat, suara sengau, bernapas melalui Hasil uji korelasi Spearman antara usia dengan rasio A/
mulut, mendengkur, sering pilek, demam, nyeri tenggorok yang N dan derajat gangguan telinga tengah dapat dilihat pada
berulang-ulang, nafsu makan kurang, pendengaran berkurang, tabel 2. Pada penelitian ini, terdapat korelasi linear negatif
konsentrasi belajar kurang, dan rasa lesu pada siang hari. antara usia dengan rasio A/N pada kelompok usia 5,0-10,0
Selanjutnya, pada pasien dilakukan pemeriksaan fisik
berupa otoskopi, rinoskopi anterior, rinoskopi posterior, dan Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian
faringoskopi. Pemeriksaan otoskopi dilakukan untuk
mengetahui keutuhan, warna, dan posisi membran timpani, Sebaran Umum Jumlah Sampel
serta untuk menaksir ukuran probe telinga yang akan
Rasio adenoid-nasofaring (A/N)
digunakan dalam pemeriksaan timpanometri. Pemeriksaan A/N = 0,00-0,52 (tidak ada pembesaran) 5 (12,5%)
rinoskopi anterior ditujukan untuk melihat fenomena palatum A/N = 0,53-0,71 (pembesaran sedang tanpa 27 (67,5%)
mole, ada/tidaknya sekret, ada/tidaknya deviasi septum, dan obstruksi)
hipertrofi konka. Sementara itu, rinoskopi posterior dilakukan A/N > 0,71 (pembesaran +obstruksi) 8 (20,0%)
Gangguan telinga tengah
pada anak-anak yang kooperatif untuk melihat adanya Tipe A/Tipe A (derajat 1) 15 (37,5%)
pembesaran adenoid. Tipe A/Tipe C (derajat 2) 4 (10,0%)
Parameter pemeriksaan radiografi kepala true lateral Tipe C/Tipe C (derajat 3) 9 (22,5%)
adalah posisi pasien erect (kepala ekstensi dengan garis dari Tipe B/Tipe C (derajat 4) 2 (5,0%)
Tipe B/Tipe B (derajat 5) 10 (25,0%)
kraniomeatal membentuk sudut 15o terhadap garis horizon-

J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 1, Januari 2013 23


Rasio Adenoid-Nasofaring dan Gangguan Telinga Tengah pada Penderita Hipertrofi Adenoid

tahun, namun secara statistik tidak bermakna (p=0,418). Tabel 4. Nilai Prediksi Rasio Adenoid-Nasofaring terhadap
Sebaliknya, pada kelompok usia 11,0-14,0 tahun terdapat Gangguan Telinga Tengah
korelasi linear positif antara usia dengan rasio A/N namun
Rasio adenoid- Gangguan Timpanogram Telinga Tengah
secara statistik tidak bermakna (p=0,210). Hal tersebut nasofaring Kiri-Kanan
menunjukkan bahwa usia dapat menjadi faktor perancu Tidak ada gangguan Ada gangguan
hubungan antara rasio A/N dengan derajat gangguan telinga A/A A/B C/C C/B B/B
n=15 (n=4) (n=9) n=2 n=10
tengah. Namun terdapat korelasi linear negatif antara usia
dengan gangguan telinga tengah yang secara statistik 0,00-0,52 (n=5) 5 0 0 0 0
bermakna (p=0,037) pada kelompok usia 5,0-10,0 tahun. Pada 0,53-0,71(n=27) 8 4 8 2 5
kelompok usia 11,0-14,0 tahun, terdapat korelasi linear positif, >0,71 (n=8) 2 0 1 0 5
makin tidak bermakna secara statistik (p=0,116).
Selain dilakukan uji korelasi bivariat, dilakukan juga uji
korelasi parsial dengan pengendalian usia, mengingat bahwa C, 4 orang tipe A/tipe B) dan 8 orang (29,6%) tidak mengalami
usia dapat menjadi faktor perancu hubungan rasio adenoid- gangguan telinga tengah (tipe A/tipe A). Dari 8 orang dengan
nasofaring dengan derajat gangguan telinga tengah. Tabel 3 rasio tipe A/tipe N >0,71, didapatkan sebanyak 75% di-
menunjukkan bahwa rasio A/N berkorelasi linier positif antaranya mengalami gangguan telinga tengah (5 orang tipe
dengan derajat gangguan telinga tengah pada kedua B/tipe B dan 1 orang tipe C/tipe C) dan hanya 2 orang (25,0%)
kelompok usia, baik pada kelompok usia 5,0-10,0 tahun yang tidak mengalami gangguan (tipeA/tipeA).
maupun kelompok usia 11,0-14,0 tahun, yang secara statistik
bermakna. Koefisien korelasi (r) parsial pada kelompok usia Diskusi
5,0-10,0 tahun (r=0,568) dan kelompok usia 11,0-14,0 (r=0,641) Pada penelitian ini, kasus hipertrofi sedang obstruksi
menunjukkan bahwa semakin besar rasio adenoid-nasofaring, menempati urutan teratas (n=27-67,5%) berdasarkan rasio A/
semakin tinggi derajat gangguan telinga tengah. N untuk kriteria Fujioka. Grimer, et al11 pada 2005 menemukan
Untuk menilai apakah rasio A/N dapat digunakan bahwa adenoid yang relatif besar tidak perlu sampai menutup
sebagai prediktor adanya kelainan telinga tengah, dilakukan ostium tuba Eustachius untuk menimbulkan obstruksi tuba.
tabulasi silang antara klasifikasi rasio A/N dengan derajat Saat menelan, gerakan konstriksi faring dan elevasi palatum
gangguan telinga tengah (Tabel 4). Jika rasio A/N <0,52, maka dapat mendorong adenoid yang besar hingga menekan
dari 5 orang yang ditemukan, tidak ada satupun (0,0%) yang permukaan posteromedial torus tubarius dari ostium tuba
mengalami gangguan telinga tengah. Dari 27 orang yang Eustachius ke arah anterior. Akibatnya, dilatasi ostium tuba
mempunyai rasio tipe A/tipe N antara 0,53 – 0,71, ditemukan terhambat oleh obstruksi temporer torus. Pengukuran rasio
19 orang (70,4%) mengalami gangguan telinga tengah (5 A/N memberikan informasi tentang ukuran adenoid atau
orang tipe B/tipe B, 2 orang tipe C/tipe B, 8 orang tipe C/tipe derajat sumbatannya terhadap nasofaring. Namun demikian,
pada pemeriksaan rasio A/N tidak dapat menggambarkan
Tabel 2. Korelasi Usia dengan Rasio Adenoid-Nasofaring dan
adanya disfungsi tuba diakibatkan oleh pembesaran ad-
derajat Gangguan Telinga Tengah enoid.12
Pada penelitian ini, jenis gangguan telinga tengah
Variabel Kelompok usia terbanyak berupa denyut 1 (tipe A/tipe A; 37,5%) dan denyut
5,0-10,0 tahun 11,0-14,0 tahun
(n=28) (n=12)
5 (tipe D/tipe B; 25%). Hasil tersebut berbeda dengan
penelitian sebelumnya yang menemukan kasus tipe C sebagai
Rasio adenoid-nasofaring (A/N) r= -0,04 r= 0,257 yang terbanyak. Hal tersebut disebabkan karena kriteria
(p=0,418) (p=0,210) pemilihan kasus hipertofi adenoid pada penelitian tersebut
Derajat kelainan telinga tengah r= -0,342 r=0,373
(p=0,037) (p=0,116)
adalah pembesaran adenoid yang telah menyebabkan
obstruksi nasi, sedangkan kriteria pemilihan kasus pada
penelitian ini tidak hanya keluhan obstruksi nasi, tetapi juga
Tabel 3. Korelasi Rasio Adenoid-Nasofaring dengan Derajat
berdasarkan gejala dan tanda hipertrofi adenoid, terutama
Gangguan Telinga Tengah
yang menyebabkan kelainan di telinga tengah.
Usia 5,0-10,0 tahun Usia 11,0-14,0 tahun Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya
(n=28) (n=12) gangguan telinga tengah yang berkorelasi linear negatif pada
Korelasi Korelasi Korelasi Korelasi
kelompok usia 5,0-10,0 tahun yang secara statistik bermakna.
Bivariat Partial Bivariat Partial
(pengenda- (pengenda- Penelitian yang dilakukan Tos14 pada 1990 menemukan
lian usia) lian usia) hipertrofi adenoid sebagai salah satu faktor penyebab terja-
dinya otitis media serosa dan Luntz15 pada 1990 menemukan
r=0,475 r=0,568 r=0,631 r=0,641
bahwa angka kejadian efusi telinga tengah secara bermakna
(p=0,005) (p=0,001) (p=0,014) (p=0,017)
ditemukan lebih tinggi pada anak-anak usia 5-10 tahun

24 J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 1, Januari 2013


Rasio Adenoid-Nasofaring dan Gangguan Telinga Tengah pada Penderita Hipertrofi Adenoid

dibandingkan penderita yang lebih dewasa. adalah obstruksi nasi dan rhinorrhea.
Korelasi linear positif antara usia dengan derajat
gangguan telinga tengah ditemukan pada kelompok usia 11- Kesimpulan
14 tahun, sedangkan korelasi linear negatif ditemukan pada Semakin tinggi rasio A/N, semakin tinggi derajat
kelompok usia 5-10 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa gangguan telinga tengah dengan koefisien korelasi r=0,568
derajat gangguan telinga tengah pada kelompok usia 5-10 dan r=0,641. Usia dapat menjadi faktor perancu hubungan
tahun dapat berkurang seiring dengan bertambahnya usia antara rasio A/N dengan derajat gangguan telinga tengah.
penderita, sedangkan pada kelompok usia 11-14 tahun justru Rasio A/N >0,71 dapat dijadikan sebagai prediktor dalam
cenderung semakin bertambah seiring bertambahnya usia. menentukan gangguan telinga tengah. Oleh karena itu, pada
Hasil ini berbeda dengan hasil yang didapatkan Egeli, et al16 anak yang menderita hipertrofi adenoid, disarankan untuk
pada 2003 bahwa pada usia 6-9 tahun lebih banyak terjadi dilakukan pengukuran rasio A/N berdasarkan radiografi
efusi telinga tengah dan timpanometrinya tipe C. Sama halnya kepala true lateral sebagai upaya deteksi dini adanya
penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo, et al17 pada 2009 ganguan telinga tengah, terutama pada pusat pelayanan
yang menunjukkan bahwa kelainan telinga tengah pada usia kesehatan yang belum memilki timpanometri.
>10 tahun lebih berat dibandingkan dengan usia <10 tahun.
Dengan demikian usia dapat merancu hubungan antara rasio Ucapan Terima Kasih
adenoid-nasofaring dengan derajat gangguan telinga tengah. 1. Dr. dr. Ilham Patellongi, MS atas bimbingan statistiknya
Hipertrofi adenoid meningkat secara cepat setelah lahir dalam penelitian.
dan mencapai ukuran maksimum pada usia 3-7 tahun, 2. Prof. Dr. dr. Bachtiar Murtala, SpRad(K) atas bimbingan-
kemudian menetap sampai usia 8-9 tahun. Setelah usia 14 nya dalam pemeriksaan radiologi.
tahun, adenoid secara bertahap mengalami regresi. 1,2
Hipertrofi adenoid yang terjadi pada usia 11-14 tahun Daftar Pustaka
cenderung diakibatkan oleh infeksi yang berulang pada 1. Havas T, Lowinger D. Obstructive adenoid tissue: an indication
saluran napas atas sehingga mempengaruhi struktur di sekitar for powered-shaver adenoidectomy. Arch Otolaringol Head Neck
nasofaring termasuk tuba Eustachius. Selain usia, faktor Surg. 2002:128(7):789-91.
2. Soepardi EA, Iskandar N. Hiperplasia adenoid. In: Soepardi EA,
perancu lain adalah arah pembesaran adenoid. Jika pembe- Iskandar NH, editors. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
saran ke arah lateral, maka dapat menyebabkan kelainan pada tenggorok-kepala leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universi-
tuba Eustachius, sedangkan jika pembesaran adenoid ke arah tas Indonesia; 2007. p. 224-5.
anterior/koana, maka dapat menyebabkan obstruksi nasi. 3. Ballenger JJ. Penyakit hidung, tenggorok, kepala dan leher jilid
satu. 13th ed. Jakarta: Binarupa Aksara; 1994. p. 347-9.
Pada penelitian ini didapatkan pula hubungan antara 4. John H, David C. Tonsils and adenoids. In: Scott-Brown WG,
rasio A/N dengan derajat gangguan telinga tengah. Semakin Kerr AG. Paediatric otolaryngology (Scott Brown’s otolaryngol-
besar rasio A/N, semakin tinggi derajat gangguan telinga ogy). 6th ed. Oxford: Butterworth-Heinemann. p.1-15.
tengah. Rasio A/N >0,71 terdapat pada 75% sampel yang 5. Austin DF. Adenoidectomy for secretory otitis media. Arch
Otolaringol Head Neck Surg. 1989;115:936-9.
mengalami gangguan telinga tengah dengan tipe B dan C. 6. Palva T, Ramsay H. Aeration of Prussak’s space is independent
Dapat disimpulkan, rasio A/N >0,71 dapat menyebabkan of the supradiaphragmatic epitympanic compartments. Otol
terjadinya gangguan telinga tengah. Penelitian sebelumnya Neurol. 2007;28(2):264-8.
yang dilakukan oleh Egeli, et al16, pada 2003 pada 64 anak 7. Sedjawidada R. Historia naturalis of otitis media. ORL Indonesiana.
1985;16:135-44.
usia 6-9 tahun menemukan bahwa efusi telinga tengah dan 8. Mutsushisa F, Lionel Y, Bertram G. Radiographic evaluation of
timpanometri tipe C terjadi akibat hipertrofi adenoid yang adenoidal size in children: adenoidal-nasopharyngeal ratio. Am J
menyebabkan disfungsi tuba Eustachius dengan rasio A/N Roentgenol. 1979;133:401-4.
lebih dari 0,71. Tekanan telinga tengah ditemukan lebih rendah 9. Jerger J. Clinical experience with impedance audiometry. Arch
Otolaryngol Head Neck Surg. 1970:92:311-24.
pada anak dengan rasio A/N lebih dari 0,71 dibandingkan 10. Riedel CL, Wiley TL, Block MG. Tympanometric measures of
anak dengan rasio A/N kurang 0,71 yang secara statistik eustachian tube function. J Speech Lang Hear Res. 1987; 30:
bermakna. Hal yang sama ditemukan oleh Prasetyo, et al17 207-14.
pada 2009. Dari 20 orang anak dengan hipertofi adenoid, 11. Grimer JF, Poe DS. Update on Eustachius tube dysfunction and
the patulous eustachius tube. Curr Opin Otolaryngol Head Neck
terdapat 14 anak (70%) memiliki timpanogram tipe B atau tipe Surg. 2005;13:277-82.
C, sedangkan 6 anak (30%) memiliki tipe A. Penemuan yang 12. Mlynarek A, Tewfik MA, Hagr A. Lateral neck radiography ver-
berbeda didapatkan Liu, et al.18 pada 2004, yaitu tidak sus direct video rhinoscopy in assessing adenoid size. J Laryngol
ditemukannya hubungan yang bermakna antara fungsi tuba Otol. 2004;33(6):360-5.
13. Alhady RA, Sharnoubi ME. Tympanometric findings in patients
Eustachius dengan rasio A/N. Namun demikian, pada with adenoid hyperplasia, chronic sinusitis, and tonsillitis. J
penelitian ini didapatkan sampel dengan rasio A/N >0,71 yang Laryngol Otol. 1984;98:671-76.
tidak mengalami gangguan telinga tengah. Hal tersebut 14. Tos, M. Causes of smeeting otitis media. Danish approach to the
berhubungan dengan pembesaran adenoid terjadi ke arah treatment of secretory otitis media. Ann Oto Rhinol Laryngol.
1990;99(146):6-7.
anterior atau koana sehingga gejala yang paling menonjol 15. Luntz M, Sade J. Daily fluctuations of middle ear pressure in

J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 1, Januari 2013 25


Rasio Adenoid-Nasofaring dan Gangguan Telinga Tengah pada Penderita Hipertrofi Adenoid

atelectatic ear. Ann Otol Rhinol Laryngol. 1990; 99:201-4. Semarang; Universitas Diponegoro; 2009.
16. Egeli E, Oghan F, Ozturk O, Harputluoghu U, Yasici B. Measuring 18. Liu Y, Sun Z, Li Z, Jiang W. Relationship between adenoids
the correlation between adenoidal-nasopharyngeal rasio (AN hypertrophy and secretory otitis media. Journal of Clinical Otorhi-
rasio) and timpanogram in children. Int J Pediatr Otorhino- nolaryngology. 2004;18(1):19-20.
laryngol. 2005;69:229-33.
17. Prasetyo A. Hubungan antara rasio adenoid-nasofaring dengan
timpanogram pada anak dengan adenotonilitis kronik [Thesis].

26 J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 1, Januari 2013

Anda mungkin juga menyukai