Anda di halaman 1dari 20

ADENOIDITI

S
DISUSUN OLEH:
SUKA BAMBANG TETUKO (23409021014)
M. YAYANG VARESA (23409021015)
ANATOMI ADENOID

Adenoid terletak pada dinding posterior


nasofaring, berbatasan dengan kavum nasi dan
sinus paranasalis pada bagian anterior, serta
kompleks tuba Eustachius-telinga tengah-kavum
mastoid pada bagian lateral. Jaringan adenoid di
nasofaring terutama ditemukan pada dinding Adenoid adalah jaringan
atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke limfoepitelial berbentuk triangular
fosa Rosenmuller dan orifisium tuba Eustachius. yang terletak pada dinding
posterior nasofaring dan
merupakan salah satu jaringan
yang membentuk cincin Waldeyer.
LANJUTAN..
Jaringan adenoid terdiri dari rangka jaringan ikat fibrosa, yang
menunjang massa sel limfoid. Jaringan ini terisi pembuluh darah dan
limfe. Di tengah-tengah jalinan jaringan ikat yang halus terdapat
kumpulan sel-sel leukosit atau sel-sel limfoid, bergabung menjadi
jaringan limfoid yang membentuk adenoid.

Adenoid membesar secara cepat setelah lahir dan mencapai


ukuran maksimum pada saat usia 3-6 tahun, kemudian menetap
sampai usia 8-9 tahun. Setelah usia 14 tahun, adenoid secara
bertahap mengalami involusi.
FISIOLOGI
Adenoid merupakan suatu bagian sistem kekebalan tubuh
pada anak, berfungsi untuk menangkap penyebab infeksi berupa
bakteri atau virus.Adenoid memproduksi antibodi sebagai benteng
yang melindungi tubuh dari penyakit terutama yang berasal dari
udara yang masuk melalui hidung.

Adenoid akan membantu menjaga kesehatan tubuh dengan


cara menangkap bakteri dan virus berbahaya yang masuk melalui
udara. Adenoid juga mengandung sel-sel yang membuat antibodi
untuk melawan infeksi. Tetapi peran ini akan berkurang ketika anak
tumbuh besar dan sudah membentukantibodi untuk melawan
penyakitnya.
DEFINISI
Adenoiditis adalah peradangan yang terjadi pada
adenoid. Peradangan tersebut dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri, virus serta alergi. Peradangan
adenoid berhubungan juga dengan pembengkakan
pembesaran kelenjar limfa yang dapat
mempengaruhi pernapasan khususnya selama tidur.
EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga Institutional


Review Board, Amerika, pada Januari 2008 sampai dengan Januari
2010 di Rumah Sakit Long Island Collage pada 198 anak dengan usia
rata-rata 3,7 tahun, dijumpai bahwa anak laki-laki (60,1%) lebih
banyak dari anak perempuan (39,9%) yang mengalami adenoiditis.
Adenoiditis kronik cukup sering terjadi, terutama pada kelompok usia
anak antara 5 sampai 10 tahun.
ETIOLOGI
Adenoiditis biasanya berawal dari suatu infeksi pada saluran
pernapasan atas. Jenis kuman yang sering adalah Streptococcus
Beta Hemolitikus Grup A (SBHGA). Selain itu terdapat Streptococcus
Pyogenes, Streptokokus grup B, C, Adenovirus, Epstein Barr,
bahkan virus Herpes.

Selain bakteri, virus juga dapat menyebabkan infeksi yang dapat


menyebabkan demam dan eritema pada daerah orofaring yang
biasanya tanpa adanya eksudat tonsilar, seperti Adenovirus,
Rhinovirus, Respiratory Syncytial Virus (RSV), Influenza, dan
Parainfluenza.
PATOFISIOLOGI
Pada balita jaringan limfoid dalam cincin waldeyer sangat kecil.Pada anak berusia 4
tahun bertambah besar karena aktivitas imun, karena adenoid merupakan jaringan
limfoid pertama di dalam tubuh yang memfagosit kuman-kuman patogen.Hipertrofi
adenoid merupakan respon terhadap kolonisasi dari flora normal jaringan tersebut
dan mikroorganisme patogen.Jika terjadi invasi bakteri melalui hidung menuju
nasofaring maka terjadi invasi system pertahanan berupa sel-sel leukosit.Apabila
sering terjadi invasi kuman maka adenoid semakin lama semakin membesar
sebagai kompensasi bagian atas maka dapat terjadi hipertrofi dan hiperplasi
adenoid.

Infeksi virus dengan infeksi sekunder bakteri merupakan salah satu mekanisme
terjadinya adenoiditis kronik. Adenoid dapat mengalami pembesaran yang
disebabkan oleh karena proses hipertrofi sel akibat respon terhadap infeksi tersebut
yang berlangsung kronik. Faktor lain yang berpengaruh adalah lingkungan, faktor
inang (riwayat alergi), penggunaan antibiotika yang tidak tepat, pertimbangan
ekologis, dan diet.
Gejala Klinis
• rhinorrhea purulen
• sumbatan hidung
• demam
Adenoiditis Akut • kadang otitis media
• Hal ini bisa sulit untuk membedakan dari infeksi saluran
pernafasan akut, tetapi cenderung lebih lama dan lebih
tentu saja berat

• rhinorrhea berat, post nasal drip, napas berbau busuk, dan


otitis media atau ekstra esophageal reflux yang
berlangsung setidaknya 3 bulan.
• Nafsu makan menurun
Adenoiditis kronis
• Rinolalia oklusa
• Facies adenoid
• Sakit kepala dan Pendengaran berkurang
Adenoid Face

ObstrucApneative Sleep
Diagnosis
Anamnesis dan
Pemeriksaan Pemeriksaan
tanda gejala nasopharyngoskopy radiologi
klinik

Pemeriksaan rinoskopi
anterior
Pemeriksaan darah
melihat tertahannya gerakan CT scan
lengkap
velum palatum mole pada
waktu fonasi

Pemeriksaan rinoskopi
Pemeriksaan sampel
posterior (pada anak
dari swab tenggorok
biasanya sulit)
Pemeriksaan
nasopharyngoskopy
dapat membantu
untuk melihat ukuran
adenoid secara
langsung

Nasopharyngoskopy
Pemeriksaan
radiologi
dengan
membuat foto
polos lateral
dapat melihat
pembesaran
adenoid.

Foto X-ray Adenoid


CT scan merupakan
modilitas yang lebih
sensitive daripada
foto polos untuk
identifikasi patologi
jaringan lunak.

CT- Scan Adenoid


Penatalaksanaan
-Penggunaan antibiotik hasil kultur. Jika ditemukan Streptococcus Grup A, segera
diobati dengan Penicillin atau Eritromisin selama 10 hari

- Manajemen terapi yang umum atau lazim untuk adenoiditis kronik adalah
adenoidektomi. Bila terjadi eksasrbasi akut, diberikan antibiotik golongan penisilin
(Amoksisilin 50-100mg/kgBB) selama 5-10 hari.

- Terapi bedah merupakan pilihan lain untuk penatalaksanaan adenoiditis. Terapi


bedah digunakan jika:
1. Tidak ada perbaikan dengan terapi antibiotik
2. nfeksi adenoiditis berulang
3. Curiga tumor atau keganasan pada tenggorokan dan leher
4. Terdapat gangguan bernapas dan menelan
Obstruksi jalan napas bagian atas kronis dengan akibat
gangguan tidur, kor pulmonale atau sindrom apnea waktu
tidur

Nasofaringitis purulent kronis walaupun


penatalaksanaan medik adekuat
Adenoiditis kronis atau hipertrofi
adenoid yang berhubungan dengan
produksi dan persistensi cairan
telinga tengah (otitis media serosa
atau mukosa).
Otitis media supuratif akut rekuren
yang tidak mempunyai respons
terhadap penatalaksanaan dengan
antibiotik profilaksis
Kasus-kasus otitis media
supuratif kronis tertentu pada
anak-anak dengan hipertrofi
adenoid
Curiga keganasan
nasofaring(dengan biopsi)

Indikasi Adenoidektomi
Curette
adenoid
Adenoid
Cold Surgical Punch
Technique Magill
Eksisi melalui Forceps
mulut
Elektrocauter
dengan suction
adenoidektom bovie

Eksisi melalui Surgical


hidung microdebrider

Tehnik Adenoidektomi
• Obstruksi nares posterior dapat menyebabkan tekanan nasofaring abnormal selama menelan
(fenomena Toynbee), yang juga menghambat pembukaan tuba atau insuflasi sekresi
1 nasofaringeal ke dalam telinga tengah.

• Infeksi kronis adenoid bisa juga memiliki ukuran adenoid yang normal atau atrofi, tetapi bisa
2 menyebabkan infeksi kelenjar limfe perituba (limfadenitis perituba)

3 • Otitis media akut berulang

• Sinusitis kronik
4

• Otitis Media Non Supuratif (Otitis Media Serosa, Otitis Media Efusi)
5

Komplikasi
Prognosis

Adenoiditis kronik dapat menurunkan kualitas hidup


penderita karena rangsangan bakteri yang terus menerus
terhadap tonsil menyebabkan imunitas penderita tertekan
karena menurunnya respon imunologis limfosit dan
perubahan epitel akan mengurangi reseptor antigen.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai