Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Kesehatan 2020

APLIKASI MODEL SUPERVISI KEPERAWATAN MOSCKA


(MODEL SUPERVISI: COACHING KEPERAWATAN) PADA
MANAJER PERAWAT

Candra Dewi Rahayu

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSIQ Wonosobo


Candra.ners@gmail.com

ABSTRAK
Metode bimbingan coaching merupakan cara untuk mencapai kinerja terbaik bagi individu
maupun organisasi. Coaching membuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerja.
Salah satu metode coaching yaitu dengna MOSCKA (Model Supervisi: Coaching
Keperawatan) Tujuan: efektifitas supervise keperawatan dengan MOSCKA (Model Supervisi:
Coaching Keperawatan) Metode: penelitian kuantitatif dengan rancangan quasy experimental
pre-post test control group dengan teknnk pengumpula sampel menggunakan consecutive
sampling Hasil: Hasil uji statistic Repeated Anova Supervisi Coaching Keperawatan
menunjukan p-value pada kelompok intervensi adalah 0,02 pada α=0,05 dan pada kelompok
kontrol adalah 0,50 pada α=0,0 Simpulan dan Saran: Terdapat perbedaan kemampan
coaching kepala ruang sebelum dan setelah dilakukan intervensi, Diharapkan penelitian ini
dapat memberikan kontribusi untuk bidang ilmu keperawatan khususnya adalah manajemen
keperawatan
Kata Kunci: Coaching, MOSCKA, Perawat

ABSTRACT
The coaching guidance method is a way to achieve the best performance for individuals and
organizations. Coaching unlocks one's potential to maximize performance. One of the coaching
methods is MOSCKA (Model Supervisi: Coaching Keperawatan) Objective: supervision
effectiveness with MOSCKA (Model Supervisi: Coaching Keperawatan) Method: quantitative
research with quasi experimental pre-post test control group design with sample collection
technique using consecutive sampling Results : The results of the Repeated Anova statistical
test for Nursing Coaching Supervision showed that the p-value in the intervention group was
0.02 at = 0.05 and in the control group was 0.50 at = 0.0. Conclusions and Suggestions:
There is a difference in the coaching ability of the head of the room before and After the
intervention, it is hoped that this research can contribute to the field of science, especially
management
Key word: Coaching, MOSCKA, Nurse

Page | 70
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2020

Pendahuluan
Pengembangan sumber daya kinerja membangun budaya kepemimpinan
yang optimal dapat dilakukan dengan keperawatan dalam pelayanan klinis.(Serio
training, coaching, mentoring, IJ, 2014)
preceptorship.(Kok, 2015; Stephen Neale, Metode bimbingan coaching
2009) Manajemen sumber daya manusia merupakan cara untuk mencapai kinerja
keperawatan dikatakan baik apabila terbaik bagi individu maupun organisasi.
manajer/kepala ruang memiliki Coaching membuka potensi seseorang
kemampuan dalam melakukan untuk memaksimalkan kinerja.(Nurhayani,
pengawasan, pengarahan dan bimbingan 2011) Coaching tidak memberikan
serta memberikan perhatian secara penuh pengetahuan atau keterampilan baru
terhadap apa yang ditugaskan dan menjadi melainkan membantu coachee untuk
tanggung jawab staf. Pengembangan menerapkan pengetahuan, keterampilan
kepemimpinan klinis merupakan proses yang telah diperoleh dan pengalaman
berkelanjutan berorientasi pada intervensi sukses sebelumnya sehingga menampilkan
dan fokus kepada pelayanan. Coaching, kinerja terbaiknya. Sintesa hasil penelitian
mentoring serta pembelajaran aktif harus dicatat bahwa 96% coaching mampu
dikembangkan sebagai bentuk upaya meningkatkan kinerja individu dan 87%
bimbingan dan pengarahan.(Jonathan coaching mampu meningkatkan kinerja
Passmore, 2007; McNamara et al., 2014) organisasi(Stephen Neale, 2009).
Bimbingan dan pengarahan Whord Health Organization (WHO)
merupakan fungsi tugas yang melekat proses pemberian bimbingan pelayanan
dalam supervisi kepala ruang kepada staf dalam bidang keperawatan dengan
perawat. Coaching merupakan salah satu menggunakan metode coaching sebagai
cara manajer/kepala ruang dalam upaya peningkatan profesionalisme
melakukan supervisi.(Brinkert, 2011; perawat masih jarang dilakukan.
Nursalam, 2012; Subramaniam, Silong, pelaksanaan bimbingan masih dilakukan
Uli, & Ismail, 2015; Vikki G Brock, 2008) secara massal melalui kegiatan seminar dan
Coaching merupakan metode bimbingan workshop serta proses belajar tradisional
terbaik dari manajer langsung dan diskusi yang menekankan penilaian pada informasi
terarah serta aktivitas bimbingan untuk apa yang sudah dipelajari.(Nurhayani,
belajar memecahkan masalah atau 2011)
melakukan tugas yang lebih baik serta
Page | 71
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2020

Bimbingan dan pengarahan di meningkatkan kualitas sumber daya


keperawatan merupakan bagian dari fungsi keperawatan yang akan meningkatkan
manajemen. Seorang pemimpin harus kualitas asuhan yang diberikan kepada
mampu mendorong staf memaksimalkan pasien dan keluarga. Coaching mampu
kinerjanya dalam mencapai visi dan misi meningkatkan kepuasan kerja, kemampuan
organisasi. Coaching merupakan intrapersonal, kemampuan interpersonal,
kompetensi yang harus dimiliki oleh berpikir sistem, kemampuan untuk
pimpinan, manajer, pendidik, peneliti, dan memanfaatkan kekuatan dalam organisasi,
praktisi. Coaching membantu perawat kesadaran diri, keseimbangan dalam
dalam mengembangkan keterampilan bekerja dan perawatan diri, selain itu
praktik keperawatan, komitmen dalam coaching juga mampu menurunkan stress
berkarir serta profesionalisme.(Batson & kerja, burnout dan kecemasan.(Chyntia,
Yoder, 2012; Donner & Wheeler, 2009) 2013) Coaching merupakan suatu upaya
Coaching yang dilakukan oleh manajer pembinaan manajerial di lingkungan kerja.
kepada perawat pelaksana dapat (Batson & Yoder, 2012) Tujuan dari
meningkatkan keterampilan dan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengetahuan sehingga akan meningkatkan efektifitas supervise keperawatan dengan
kinerja.(Chyntia, 2013; Fielden, Davidson, MOSCKA (Model Supervisi: Coaching
& Sutherland, 2009) Keperawatan)
Coaching merupakan metode
bimbingan yang dapat dikembangkan untuk
Meotode digunakan dalam penelitian ini adalah
Jenis penelitian yang digunakan manager keperawatan (kepala ruang dan
dalam penelitian ini adalah penelitian Ketua Tim).
kuantitatif dengan rancangan quasy Alat pengukuran dalam penelitian ini
experimental pre-post test control group. yaitu instrumen Observasi Kemampuan
Cara yang digunakan pengambilan sampel MOSCKA (Model Supervisi: Coaching
adalah adalah consecutive sampling yaitu Keperawatan) yang diisi oleh
suatu metode pemilihan sampel yang enumerator/observer. Uji validitas yag
dilakukan dengan memilih semua individu dilakuka yaitu denga menggunakan
yang ditemui dan memenuhi kriteria (judgement validity) menggunakan index of
pemilihan sampai jumlah sampel yang content validity sedangka uji reliabilitas
diinginkan terpenuhi. Sampel yang
Page | 72
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2020

dengan menggunakan uji interrater


reliability dengan menggunakan uji kappa
Tabel 1: Tingkat Reliabilitas Instrumen MOSCKA

Observer Value Approx. Sig.


enumerator 1 * enumerator 2 0,880 0,000
enumerator 1 * enumerator 3 0,765 0,000
enumerator 2 * enumerator 3 0,880 0,000

Hasil

1. Uji homogenitas tingkat kesetaraan pada kelompok


intervensi dan kelompok kontrol. Hasil
Uji homogenitas dilakukan pada
kesetaraan dapat disajikan pada tabel 2
kelompok intervensi dan kelompok
sebagai berikut.
kontrol, bertujuan untuk melihat
Tabel 2: Uji Homogenitass Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Kelompok P value
NO Variabel Intervensi Kontrol
1. Usia
Mean 31,63 33,49 0,09
Min-Max 23-39 24-57
2. Masa kerja
Mean 8,66 8,46 0,49
Min-Max 0-21 0-30
5 Kemampuan coaching
kepala ruang
Mean
5 12,25 12,75 0,63
Min-Max 11-14 12-14

Tabel 2 menunjukkan bahwa Kemampuan Supervisi Coaching


tidak ada perbedaan antara kelompok Keperawatan diuji dengan
intervensi dan kelompok control. yang menggunakan repeated anova yang
artinya kemampuan Supervisi dilanjutkan dengan post-hoc paired
Coaching Keperawatan kepala ruang wise comparison seperti terlihat dalam
sebelum diberikan intervensi adalah tabel berikut:
homogen/setara karena p>α, α=0,05.

Page | 73
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2020

Tabel 3: Hasil Uji Repeated Anova Supervisi Coaching Keperawatan

Waktu Nilai Kemampuan Supervisi Coaching


Pengukuran Keperawatan
Intervensi Kontrol
Mean p-value Mean p-value
Awal 12,50 0,02 12,50 0,5
Minggu 4 22,25 12,00
Minggu 8 22,75 12,75

Tabel 3 menunjukan nilai mean signifikan kemampuan Supervisi


yang berbeda antara kelompok kontrol Coaching Keperawatan sebelum dan
dan kelompok intervensi pada awal sesudah dilakukan intervensi. Uji
pengukuran yaitu sebelum dilakukan statistik p-value pada kelompok
intervensi, 4 minggu setelah intervensi kontrol adalah 0,50 pada α=0,05 hal ini
dan 8 minngu setelah intervensi. Hasil menunjukan tidak terdapat perbedaan
uji statistik p-value pada kelompok yang signifikan kemampuan Supervisi
intervensi adalah 0,02 pada α=0,05 Coaching Keperawatan pada
artinya bahwa terdapat perbedaan yang kelompok kontrol.

Tabel 4: Hasil Uji Paired Wise Comparison Supervisi Coaching Keperawatan

Kemampuan coacing Intervensi p Value Kontrol p Value


Ka-Ru Mean Mean
Awal vs Minggu 4 9,750 0,001 0,500 0,182
Awal vs Minggu 8 10,250 0,001 0,250 0,638
Minggu 4 Vs Minggu 8 0,500 0,182 0,750 0,319

Tabel 4 menunjukan signifikan anatara pengukuran sebelum


perbandingan nilai mean pada intervensi dan pengukuran empat
kelompok intervensi dan kelompok minggu setelah intervensi, hal ini juga
kontrol dengan menggunakan tiga kali dapat dilihat pada pengkuran antara
pengukuran. Pengukuran di awal yaitu pengukuran awal dengan pengukuran
sebelum dilakukan intervensi dengan minggu delapan pada kelompok
minngu keempat setelah intervensi intervensi dimana nilai mean adalah
menunjukan nilai mean 9,70 dengan p- 10,250 dengan p-value 0,001 pada
value 0,001 pada α=0,05 hasil ini α=0,05 hasil ini menunjukan terdapat
menunjukan terdapat perbedaan yang perbedaan yang signifikan. Berbeda

Page | 74
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2020

pada pengukuran anatara minggu perbedaan yang signifikan. hasil uji


empat dan minggu delapan kelompok statistik pada kelompok kontrol adalah
intervensi dimana nilai mean 0,500 p-value >0,05 hal ini menunjukan tidak
dengan p-value 0,182 pada α=0,05 ada perbedaan yang signifikan.
hasil ini menunjukan tidak terdapat

Pembahasan
Supervisi klinis merupakan sebuah proses Serio IJ, 2014) seoarang kepala ruang harus
profesional yang dilakukan oleh supervisor mempunyai kemampuan coaching untuk
melalui proses pengarahan, pembimbingan mengembangkan keterampilan praktik dan
dan evaluasi kepada supervisee secara terus kompetensi perawat sehingga
menerus sehingga tercapai kualitas meningkatkan kinerja individu dan
pelayanan yang optimal. Coaching salah organisasi. (Batson & Yoder, 2012;
satu metoda yang efektif dalam melakukan Chyntia, 2013; Donner & Wheeler, 2009;
pengarahan dan pembimbingan untuk Fielden et al., 2009)
meningkatkan kinerja.(Nurhayani, 2011;
metoda supervisi yang paling efektif
Peningkatan Kemampuan Supervisi dibandingkan metode mentoring dan
Coaching Keperawatan supervisi klasik.30 coaching merupakan
Tuntutan masyarakat akat pelayanan sebuah kompetensi yang harus dimiliki oleh
kesehatan terus berkembang. Dibutuhkan seorang manajer.
perubahan dan inovasi dari berbagai pihak Hasil penelitian menunjukan terdapat
untuk mendapatkan kualitas pelayanan peningkatan kemampuan coaching kepala
kesehatan sesuai harapan masyarakat. ruang sebelum dilakukan pelatihan dan
Menjadi tantangan tersendiri bagi pihak setelah dilakukan pelatihan dengan p-value
manajemen untuk mewujudkan hal ¬0,02 pada kelompok intervensi. Berbeda
tersebut. Upaya-upaya harus dioptimalisasi dengan kelompok kontrol hasil analisa
termasuk merubah metode dalam menunjukan tidak ada perubahan yang
melakukan supervisi sehingga mampu signifikan yaitu p-value 0,5 hal ini
meningkatkan kinerja baik individu menunjukan bahwa terdapat pengaruh
maupun organisasi. Coaching merupakan pelatihan coaching yang diberikan kepada
suatu cara dalam melakukan supervisi.27– kepala ruang.
30 dijelaskan bahwa coaching merupakan
Page | 75
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2020

Penelitian dilakukan dengan tiga tahap bermakna yaitu p-value 0,182. Sesuai
pengukuran yaitu pengeukuran awal dengan teori perubahan dari Lewin yang
sebelum dilakukan pelatihan, pengukuran mengemukakan bahwa sesorang untuk
empat minggu setelah pelatihan dan bergerak kedalam keadaan yang baru
pengukuran delapan minggu setelah karena mempunyai cukup informasi
pelatihan seperti terlihat dalam tabel 16 dan mengetahu tahap-tahap untuk berubah akan
tabel 17 pada halaman 82 dan 83. Tabel 17 tetapi untuk mencapai proses pembekuan
menjelaskan perubahan pada setiap atau keseimbangan baru harus tetap dijaga
pengukuran hasil menunjukan bahwa agar tidak mengalami kemunduran atau
terdapat perubahan bermakna dalam tahap perkembangan semula yaitu dengan
meningkatkan kemampuan coaching cara pemberian umpan balik dan upaya
kepala ruang sebelum dan setelah pelatihan pembinaan secara terus-menerus.65
yaitu pada minggu keempat p-value 0,01 Terlihat dalam tabel 17 tidak terjadi
dengan minggu kedelapan p-value 0,01. perubahan menunjukan proses pembekuan
Seperti teori yag dikemukakan oleh Roger sesuai dengan teori Lewin tersebut hal ini
bahwa berubah akan dipengaruhi oleh harus tetap dijaga sehingga kemampuan
beberapa faktor yaitu pengetahuan, coaching kepala ruang tidak mengalami
persuasi, pengambilan keputusan serta penerunan seperti kondisi awal
konfirmasi.64 Hal ini menunjukan bahwa Pada pengukuran kelompok kontrol
pengetahuan yang diberikan melalui tidak ada perubahan yang bermakna ditiap
pelatihan merupakan hal penting dimana pengukuran. Hal ini menunjukan ada
pelatihan mampu meningkatkan perbedaan antara kelompok kontrol dan
produktifitas yang merupakan penentu kelompok intervensi. Kondisi ini
keberlangsungan organisasi.60 menguatkan hipotasa penelitian bahwa
Pengukuran yang dilakukan pada terjadi peningkatan kemampuan coaching
minngu keempat dan minggu kedelapan kepala ruang sebelum dan setelah dilakukan
tidak mempunyai perubahan yang pelatihan.
Simpulan 2. Terdapat perbedaan kemampan
1. Kemampuan coaching kepala ruang coaching kepala ruang sebelum dan
sebelum dilakukan pelatihan adalah setelah dilakukan intervensi dengan p-
12,5 setelah pelatihan 22,75. Tidak value 0,02
terjadi peningkatan kemampuan Saran
coaching pada kelompok kontrol
Page | 76
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2020

Diharapkan penelitian ini dapat manajemen keperawatan di Rumah


memberikan kontribusi untuk bidang Sakit dalam upaya pengembangan
ilmu keperawatan khususnya adalah sumber daya manusia.
Daftar Pustaka
Batson, V. D., & Yoder, L. H. (2012). coaching and action learning:
Managerial coaching: a concept interventions in a national clinical
analysis. Journal of Advanced leadership development programme.
Nursing, 68(7). Journal of Clinical Nursing, 23, 2533–
https://doi.org/10.1111/j.1365- 2. https://doi.org/10.1111/jocn.12461
2648.2011 Nurhayani, S. (2011). Hubungan
Brinkert, R. (2011). Conflict coaching karakteristik perawat pelaksana
training for nurse managers: a case dengan kemampuan kepala ruang
study of a twohospital health system. melakukan bimbingan (coaching)
Journal of Nursing Management, 19, menurut persepsi perawat pelaksana
80–91. https://doi.org/10.1111/j.1365- diruang rawat inap rumah sakit haji
2834.2010.01133.x Jakarta. In tidak dipublikasikan.
Chyntia, B. (2013). The effect of coaching Universitas Indonesia.
on nursing manager leadership of unit Nursalam. (2012). Manajemen
base performance improvement: keperawatan aplikasi dalam praktik
Exkploratory Case Study. Unversity of keperawatan profesional (edisi 3).
Kentucky UK. Jakarta: Salemba Medika
Donner, G., & Wheeler, M. M. (2009). Serio IJ. (2014). Using coaching to create
coaching in nursing: an introduction. empowered nursing leadership to
International Council Of Nurses and change lives. Continuing Education In
The Honor Society of Nursing: Nursing.
Genewa, Sigma Theta Tau https://doi.org/10.3928/00220124-
International: Indianapolis. 20140103-14
Fielden, S. L., Davidson, M. J., & Stephen Neale, L. S.-A. and L. W. (2009).
Sutherland, V. J. (2009). Innovations Emotional Intelegent Coaching
in coaching and mentoring: Improving performance for leaders,
implications for nurse leadership coaches and the individual. London
development. Health Services and Philadelphia: Kogan Page.
Management Research, 22: 92–99. Subramaniam, A., Silong, A. D., Uli, J., &
https://doi.org/10.1258/hsmr.2008.00 Ismail, I. A. (2015). Effects of
8021 coaching supervision, mentoring
Jonathan Passmore. (2007). An Integrative supervision and abusive supervision
Model for Executive Coaching. on talent development among trainee
Consulting Psychology Journal: doctors in public hospitals:
Practice and Research, 59, No. 1, 68 – moderating role of clinical learning
78. https://doi.org/10.1037/1065- environment. BMC Medical
9293.59.1.68 Education, 15:129.
Kok, E. J. (2015). coaching genius https://doi.org/10.1186/s12909-015-
(pertama). Jakarta: PT Gramedia 0407-1
Pustaka Utama. Vikki G Brock. (2008). grounded teori of
McNamara, M. S., Fealy, G. M., Casey, M., the roots and emergence of coaching.
O’Connor, T., Patton, D., Doyle, L., & International University of
Quinlan, and C. (2014). Mentoring, Professional Studies
Page | 77

Anda mungkin juga menyukai