Oleh
Ishak Fadlurrohim
171320180010
TESIS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
TAHUN
2020
INTEGRASI PELAYANAN LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN
SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY KABUPATEN BANDUNG
Oleh,
Ishak Fadlurrohim
171320180010
TESIS
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Soni Akhmad Nulhaqim, S.Sos., M.Si. Dr. Nandang Mulyana, S.Sos., M.Si.
NIP. 196802041994031011 NIP. 196701141994031003
i
PERNYATAAN
1. Karya tulis saya, Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasi orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
ISHAK FADLURROHIM
NPM. 171320180010
ii
INTEGRASI PELAYANAN LANJUT USIA DI BPSTW
CIPARAY KABUPATEN BANDUNG
Ishak Fadlurrohim
Program Magister Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Padjadjaran,
Jl. Bukit Dago Utara No.25 Bandung 40135
Program Pascasarjana FISIP UNPAD
Email : ishak18001@mail.unpad.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini menunjukkan integrasi pelayanan lanjut usia di BPSTW Ciparay Kabupaten Bandung,
melihat gambaran lanjut usia terlantar dengan permasalahan kondisi fisik, psikologis dan sosial yang
menyebabkan membutuhkan perawatan, perlindungan dan pemenuhan kebutuhan lanjut usia. Model
layanan responsif bertujuan mengoordinasikan pelayanan formal dan informal, sering kali melalui
pengaturan pengembangan integrasi layanan. Perkembangan integrasi layanan muncul dikarenakan
meningkatnya morbidity dan mortality serta optimalisasi tim multi disiplin beriringan dengan
pemanfaatan teknologi. Pandangan terhadap perkembangan integrasi layanan, Delnoij membuat
tingkatan integrasi pelayanan sebagai perhatian kepada stake holder dalam mengambil kebijakan
dan pemberian layanan di antaranya integrasi klinis berada di level mikro, profesional berada di
level meso, organisasional berada di level meso dan fungsional berada di level makro. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, informan ditentukan berdasarkan purposive sampling
dengan teknik in depth interview, observasi dan studi dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian
integrasi pelayanan lanjut usia lebih menekankan kepada Proses Integrasi klinis, merupakan
mekanisme untuk menjalankan layanan pada tingkatan mikro dalam mendukung tahap pemenuhan
kebutuhan lansia yang tepat melalui kesepahaman dan kesepakatan bersama dengan melakukan
penilaian, perencanaan dan pengelolaan layanan memperhatikan keberlanjutan pemberian layanan
dengan pertimbangan dan berbagi pemecahan masalah, melalui manajemen kasus yang dibuat untuk
memberikan layanan pro aktif kepada lanjut usia serta memanfaatkan teknologi informasi dalam
memudahkan koordinasi dan keberlanjutan layanan. Integrasi profesional berada pada tingkat meso,
memberikan pemahaman tentang pentingnya membangun hubungan antar profesional tim/ unit
meliputi pekerja sosial, perawat dan pramu werdha dengan menghargai serta memahami perbedaan
penilaian dalam perencanaan yang di koordinasi kan melalui tim/ koordinator untuk memenuhi
tujuan dan manfaat dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan. Integrasi organisasional
berada pada tingkat meso, berperan dalam mengontrol, menjaga dan membuat inovasi yang dapat
dilakukan dengan komunikasi yang membangun kepercayaan dan kemudahan mendapatkan
aksesibilitas layanan serta budaya organisasi membuat lingkungan yang ramah dan nyaman bagi
lanjut usia, melalui kebersamaan dan dinamika kelompok antara pemberi layanan dan penerima
layanan dalam meningkatkan pelayanan serta komitmen dalam memahami, menjaga dan merawat
lanjut usia dengan berbagai permasalahannya. Integrasi Fungsional berada pada tingkat makro yang
merupakan regulasi atau aturan yang dibuat sebagai dasar pelaksanaan pemberian layanan untuk
memberikan perawatan, perlindungan dan pemberian layanan bagi lanjut usia terlantar didasari
tujuan tertentu biasanya dipengaruhi interest group dalam membuat suatu regulasi yang dibuat
sebagai pemecahan masalah. Penelitian ini diharapkan memperkaya informasi dan penjelasan ilmu
bagi pengembangan konsep pekerjaan sosial dengan lanjut usia di institusi/ lembaga serta pelayanan
yang efektif dan efisien di BPSTW Ciparay.
iii
INTEGRATED CARE OF ELDERLY AT THE AGE OF
SOCIAL PROTECTION TRESNA WERDHA CIPARAY
BANDUNG
Ishak Fadlurrohim
Program Magister Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Padjadjaran,
Jl. Bukit Dago Utara No.25 Bandung 40135
Program Pascasarjana FISIP UNPAD
Email : ishak18001@mail.unpad.ac.id
ABSTRACT
The Reasearch Indicated elderly services integration at The Age of Social Protection Tresna Werdha
Ciparay Bandung. look at an image of elderly susceptible have physical, psychologinal and social
problem that causes they need care protection and elderly needs. The service responsive to formal
and informal services coordinates, often through the development of integration services. The
development of integration services appear to increase mortality and morbidity rate and optimization
of the multi discipline in tandem with the utilization of technology. The views on integration
services, delnoij make levels services integration as attention to stakeholders in taking policy and
service delivery between clinical integration in level micro, professional and organizational
integration in level meso and functional in level macro. This study adopted qualitative approaches
descriptive, informants determined based on purposive sampling with in depth interview, observasi
and study documentation. Based on the research clinical integration mechanisms to run services in
support of the micro level to fulfill the needs of seniors right through understanding and agreement
with assessed, planning and management services see the sustainability of service delivery with
consideration and shared management solutions through cases created to provide service to an old
proactive and use information technology in facilitate coordination and the sustainability of services
Professional integration be on a level meso giving any education about the importance of building
relationships between professional units team covering social worker, nurses and pramu werdha with
respect to and understand the difference of the scoring in planning in coordination right / team
coordinator to meet goals and of benefits in improve the efficiency and quality of service.
Organizational integration be on a level meso role in controlling, maintain and make innovations
that can be done by communication build confidence and ease of getting accessibility services and
cultural organization make that a hospitable environment and comfortable for elderly togetherness
and through group dynamics between service providers and services that improve the service and
commitment in understanding, maintain and care for elderly with various. the problem. Functional
integration are on the macro-level that is regulations or rules made as the basis for the
implementation of the delivery of services to provide care , protection and delivery of services for
elderly have been displaced based on a particular purpose usually influenced interest group in
making a regulations which is made as the solution of the problems. Research is expected enrich
information and explanation the science for the development of the concept social work with elderly
institutions effective and efficient services at Age of Social Protection Tresna Werdha Ciparay.
iv
KATA.PENGANTAR
v
5. Adang Suharman, AKS., MM. Selaku Kepala BPSTW Ciparay Kabupaten
Bandung Provinsi Jawa Barat, yang telah memberikan ijin kepada peneliti
dalam melaksanakan penelitian.
6. Dra. Yeyet Mulyati. Selaku pekerja sosial di BPSTW Ciparay Kabupaten
Bandung Provinsi Jawa Barat, yang setiap saat membantu dan memberikan
masukan, ide dan saran.
7. Seluruh pegawai BPSTW Ciparay Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat,
yang telah menerima dengan tangan terbuka dan ramah.
Tesis ini juga sebagai wujud rasa hormat dan kasih sayang kepada kedua orang
tua Ayahanda Tatang Sutisna, ibunda Maria Ulfah dan kedua saudara Wafiq Ali
Kasfi dan Ismail Fadlurrohman. Sebagai penggerak keberhasilan dalam setiap
langkah kehidupan baik do’a, dukungan dan semangat yang senantiasa diberikan.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada
rekan angkatan pasca sarjana kesejahteraan sosial 2018 : R Willya Akhmad, Bang
Ino Marcelino Poluakan, Teh Wina Nurdini, Abah Didin Dikayuana, Mas Eko,
Wandi Adiansyah, Dodi, Bu Liya dan Asmar Husein atas dukungan serta do’a yang
selama ini diberikan.
Sebagai manusia, penulis menyadari keterbatasan serta kekurangan yang
dimiliki, oleh karena itu dengan izin Allah Subhanahu’wata’ala. Akhir kata, besar
harapan penulis semoga Tesis ini bermanfaat bagi pembaca dan rekan sesama
profesi dalam rangka mengembangkan ilmu dan praktik pekerjaan sosial dengan
lanjut usia di institusi atau lembaga.
Bandung, 05 Agustus 2020
Penulis
vi
DAFTAR.ISI
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ·····························63
4.1 Hasil Penelitian ····························································63
4.1.1 Gambaran BPSTW Ciparay ········································63
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB I
PENDAHULUAN
bentuk layanan terpadu (Shortell S.M, et.all, 2000). Hal ini dapat menjadi
layanan yaitu pertama, optimalisasi pengelolaan kondisi kerja sama tim multi
disiplin, meskipun terdapat perbedaan antar negara pada aspek morbidity dan
Perkiraan penduduk lansia sebanyak 4,16 juta jiwa (8,67%) dari total
penduduk Jawa Barat di tahun 2017 meliputi 2,02 Juta Jiwa (8,31%) Laki-laki
1
2
tahun akan mengalami penambahan dua kali lipat pada tahun 2035 yang
(revisi 2017), peningkatan lansia Indonesia pada tahun 2021 mencapai 10%.
sakit (teknik bedah dan anastesis) berubah dari pusat layanan umum menjadi
pelayanan profesional khusus. Hal ini menjawab hubungan kerja sama antara
rumah sakit dan layanan komunitas. Dengan kata lain, pemberian pelayanan
3
lanjut usia memiliki cakupan lebih luas dan lebih banyak layanan multi disiplin
berjalan satu arah menjadi lebih beragam di berbagai bidang seperti layanan
(home care, rumah sakit, house care). Hal ini menunjukkan berpengaruh pada
berada pada level makro di sistem layanan kesehatan seperti halnya pendanaan
antar lembaga. Integrasi profesional berada pada level meso di sistem layanan
strategi kerja sama antar profesi layanan. Terakhir integrasi klinis berada pada
sama dan proses pemberian layanan kepada individu yang sesuai (Shortell S.M,
integratif. Hal ini dapat menjelaskan bagaimana karakteristik baik finansial dan
keengganan terlibat dalam kerja sama multi disiplin yang muncul merupakan
atau layanan psikiater) dan long term care/ jangka panjang seperti halnya home
Swiss home care dan nursing home care berada di bawah jaminan kesehatan
masyarakat sejak 1994 dan inggris mencakup perawatan untuk penyakit kronis
dan lanjut usia, meskipun dengan batas tertentu (lebih lama tinggal di rumah
layanan baik rawat jalan dan inap (perawatan rumah maupun rumah bagi lanjut
jangka panjang atau panti swasta atau pemerintah daerah (Hardy B, et.al,
1999).
meliputi dua bentuk kegiatan pelayanan panti atau luar panti, perlindungan;
usia, program day care, familiy support, kawasan ramah lansia dan lansia
tangguh.
pembatasan antara layanan kuratif kronis dan layanan jangka panjang atau
(Leutz WN, 1999). Namun terdapat permasalahan lain yang menjadi kendala
Selain itu, sistem layanan kesehatan membawa beban masa lalu. Sistem
Austria dan Swiss selalu mengarah kepada rumah sakit. Sebagai akibat,
2000).
Mayoritas setuju dan kurang setuju tentang batasan pendanaan namun terjadi
7
akibat perbedaan latar belakang dan pelatihan profesional dan tidak dipercaya
rawat jalan atau perawatan klinis. Sebenarnya dapat bermain peran dalam
meningkatnya jumlah lanjut usia yang rentan sambil berada di bawah tekanan
ekonomi untuk mengurangi biaya perawatan (Da Roit, 2013). Lansia yang
Sebagian besar dari perawatan lansia yang rentan saat ini diberikan pada pasien
di rumah pribadi dengan pelayanan profesional atau formal yang dibayar dan
informal yang tidak dibayar, seperti pasangan, anak-anak dan teman dekat
8
(Geerts & Van den Bosch, 2012). Pentingnya bentuk integrasi dalam membuat
integrasi layanan (carpentier & Grenier, 2012 ; Leichsednring, Billings & Nies,
2013).
saat ini yang terfragmentasi dan kurang terkoordinasi. Semakin diakui bahwa
alasan ini, di saat kekurangan sumber daya dan permintaan yang terus
meningkat, begitu banyak harapan dan bobot yang mengubah bentuk integrasi
manfaat signifikan.
layanan. Integrasi pelayanan lanjut usia dipandang sebagai masa depan bagi
layanan kesehatan dan sosial untuk mengelola semakin banyak orang yang
terkait (Bravo et al, 2008). Akibatnya ada banyak teori, model, dan mekanisme
dengan asal yang berbeda dan membutuhkan banyak penyediaan dari sektor
pelayanan kesehatan dan sosial yang lebih luas, maka berbagai pihak untuk
kurang memiliki, komunikasi yang buruk dan merusak yang berdampak pada
pelayanan akan terjadi (Lloyd & wait, 2005). Maka hal ini yang mendasari
maupun sosial di lembaga. Sehingga lanjut usia yang rentan dapat menerima
Hal ini menunjukkan bahwa individu dapat menghindari hasil negatif atau
terpengaruh dalam setiap kasus tertentu, itu tidak hanya akan menjadi lebih
negatif dan mal adaptif tidak bisa hanya dijelaskan oleh kehadiran faktor risiko
Pemberian tempat tinggal yang layak, Jaminan hidup berupa makan, pakaian,
pelayanan sosial lanjut usia dalam panti. Terdapat alur tahapan pelayanan
home visit atau asessment oleh pekerja sosial baik dari laporan masyarakat,
dinas sosial, sub unit, individu/ keluarga maupun instansi lainnya. Selanjutnya
sarana dan prasarana, kesehatan, bio, psiko, sosial, spiritual dan pemberdayaan,
Selain itu dalam tahap pengawasan sendiri dilakukan supervisi, monitor dan
stres akut dan kronis yang terkait dengan penurunan fungsional pada lanjut usia
dan pasangan menjadi membaik oleh dukungan informal dan formal. Penelitian
menjadi prinsip utama dalam pelayanan berbasis masyarakat untuk lanjut usia
yang rentan dan sedikit memiliki dampak terhadap pelayanan formal dan
informal dari waktu ke waktu. Selain itu terdapat penelitian ketiga, (Allison
pelayanan kesehatan dan sosial. Lanjut Usia memiliki penurunan kondisi lanjut
memiliki potensi mengalami penurunan kondisi lanjut usia. Hal ini terlihat dari
kondisi psikososial meliputi baik laki-laki 19,8% dan wanita 20,8% merasa
kesepian diikuti kondisi depresi yang terus menerus 4,3% serta menunjukkan
tabiat buruk 42% memperlihatkan kondisi 7,3% dan 3,7% cepat marah dan
permasalahan lanjut usia yang kompleks. Selain itu lanjut usia memiliki proses
dengan kebutuhan lanjut usia. Sehingga dapat berjalan efektif dan efisien
perlindungan.
1.4. Manfaat.Penelitian
1.4.1 Manfaat.Teoritis
Werdha Ciparay.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini membahas mengenai penelitian terdahulu, serta teori dan konsep
15
16
(2002) perbedaan antara integrasi dan integrasi pelayanan, tidak ada struktur
dan proses yang mendukung organisasi dan pemberian layanan yang lebih
Integrasi adalah metode yang koheren dan model yang terdiri dari funding,
Tujuan dari metode dan model ini untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
kualitas hidup, kepuasan penerima manfaat dan efisiensi sistem untuk klien,
tinggal dan kebutuhan hingga akhir hayat. Integrasi sendiri tidak menjelaskan
dalam pembiayaan dan akuntabilitas bersama tim. Hal ini menjelaskan bahwa
17
memandang lanjut usia sebagai individu yang unik, kebutuhan dan pandangan.
Lanjut usia dapat menilai hal-hal yang dibutuhkan untuk hidupnya di dalam
& Baines, 2009). Maka integrasi klinis sendiri dapat diartikan sebagai
1. Keberlanjutan
antar penyedia layanan di antara tim antar disiplin ilmu atau lintas
2. Kerja sama
sama. Selain itu dapat diartikan sebagai kerja sama diartikan sebagai
memiliki kondisi akut di rawat inap dan mobilisasi sumber daya baik
et.al, 1990).
22
waktu lebih dan mengarah pada kebutuhan fisik dan mental dengan
kerja.
bersama dalam organisasi (Delnoij et al, 2002). Namun, (Rosen & Ham,
dapat dilakukan lintas tim dan / atau lintas lembaga, tindakan bersama
dan Kerja sama inilah yang dimaksud sebagai praktik antar profesional
1. Pengambilan keputusan
membuat prediksi dan memilih salah satu di antara dua pilihan atau
2. Koordinasi
kualitasnya di antaranya :
pengarahan.
target capaian.
3. Kerja sama
antar institusi kesehatan dan sosial (Delnoij, 2002). Selain itu dipandang
sedapat mungkin (Ling, 2002). (De Jong & Jackson, 2001) menyebutkan
1. Komunikasi
rekan kerja.
melibatkan paling tidak satu atau dua individu dengan timbal balik
(Susanto, 2010).
informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Selain itu ada tiga
kemunduran organisasi.
2. Budaya Organisasi
yang sesuai antara apa yang diucapkan dan apa yang dilakukan.
institusi.
dan ketepatan.
dan sebagainya.
kepentingan bersama.
dari dan atau kepada mitra kerja dalam mencapai tujuan dan
target.
masing-masing.
3. Komitmen
pekerjaan.
karyawan dengan tujuan agar karyawan bekerja lebih giat dan hasil
supply. Selain itu menurut scott (2009) terdapat dua teori regulasi
yaitu public interest theory dan interest group theory. Public interest
regulasi adalah hasil lobi dari beberapa individu atau kelompok yang
pemerintah.
2006) yaitu :
Van Raak & Kejizer, 2005 ; van Raak, Murveeman, Hardy, Steenbergen
semua tuntutan layanan untuk lansia yang rentan dan semua pemberi
memenuhi semua tuntutan perawatan pasien lanjut usia yang rentan dan
(Timonen, 2009).
peran yang lebih aktif dari pengasuh informal dalam perencanaan dan
2012). Interaksi yang lebih sering antara layanan formal dan informal
2008).
perlindungan sosial”.
masyarakat, baik yang memiliki legalitas maupun tidak. Panti sosial atau
meliputi :
50/HUK/2004) , yaitu :
ruang makan, ruang tidur, mandi dan sebagainya. Selain itu didukung
dengan dana yang tetap maupun tidak tetap untuk membantu berjalannya
layanan.
dan tanggung jawab terhadap tindakan positif yang harus dicapai untuk
lingkungan sosial.
45
besar waktu kala mereka masih muda. Proses menua di dalam perjalanan
hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua
jelas. Perubahan terhadap kesehatan dan kekuatan fisik dapat dilihat dari
2. Perubahan Psikologis
1) Perubahan Persepsi
2) Kemampuan Motorik
1980:390).
3) Kecerdasan
4) Belajar
1980:394).
5) Daya Ingat
6) Kreativitas
1980:394).
7) Kepribadian
8) Rasa Humor
9) Perbendaharaan Kata
10) Mengenang
3. Perubahan Sosial
(Hurlock, 1980:382).
usia tersebut oleh anak-anak yang melihat lanjut usia sebagai sosok
dialami lanjut usia ada tiga, yaitu perubahan fisik meliputi perubahan
mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan
maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia
beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berlaku juga pada saat
melihat diperlukannya rumah atau tempat bagi lanjut usia terlantar untuk dapat
memenuhi kebutuhan lanjut usia. Lanjut usia yang menjadi calon penerima
layanan adalah lanjut usia yang tidak memiliki keluarga atau memiliki keluarga
perlindungan yang dapat merawat dan melindungi lanjut usia hingga akhir
hayatnya. Pelayanan yang didapat tentunya sesuai dengan tujuan yang dimiliki
tingkat makro.
54
yang efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan lanjut usia. Integrasi
lanjut usia melalui layanan yang pro aktif kepada lanjut usia dan saling berbagi
dukung oleh data/ informasi yang terekam dan komitmen bersama dalam
bentuk layanan dan pemberian layanan kepada lanjut usia. Namun integrasi
kebijakan, advokasi, memperkuat hubungan kerja sama dan layanan. hal ini di
tuangkan ke dalam regulasi. Sehingga apabila keempat hal ini dapat berjalan
bersama sama tentunya akan membuat reformasi sistem layanan efektif dan
Tabel 2.1
Fokus Penelitian
Aspek
No. Sub Aspek Indikator
Penelitian
1 Integrasi Klinis Keberlanjutan - Keberlanjutan Antar personal
(Mikro) - Keberlanjutan Hubungan jangka panjang
- Manajemen keberlanjutan
- Keberlanjutan Informasi
Kerja sama - Keterlibatan aktif anggota keluarga sebagai
mitra layanan
- Pendekatan layanan untuk kerja sama
Kesesuaian - Keberlanjutan dengan layanan profesional
pemberian - Kolaborasi perencanaan layanan dan
layanan berbagi pemecahan masalah
individu - Manajemen kasus bagi individu dengan
kebutuhan kompleks
- Akses satu pintu
- Perpindahan atau pelayanan intermediate
- Layanan komprehensif
- Teknologi dalam mendukung keberlanjutan
dan koordinasi layanan
- Membangun kapabilitas kerja.
2 Integrasi Pengambilan - Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi
Profesional keputusan - Pengambilan Keputusan Rasional
(Messo) - Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Koordinasi - Mengadakan pertemuan resmi antara unsur –
unsur atau unit yang harus dikoordinasikan.
- Mengangkat seseorang, suatu tim atau
panitia koordinator.
- Membuat buku pedoman yang berisi
penjelasan tugas dari masing-masing unit.
56
kerja sama, koordinasi dan kolaborasi antar profesional dan organisasi serta
usia.
2. Lanjut Usia
Werdha Ciparay.
BAB III
METODE PENELITIAN
sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial
Bandung.
tidak secara acak dan diperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian.
melakukan seleksi terhadap orang atau tempat yang paling tepat untuk
membantu memahami sebuah fenomena. Oleh karena itu, informan sesuai data
58
59
1. Lanjut Usia yang berusia 60 tahun ke atas yang terlantar minimal 5 bulan
2. Pengurus/ Pegawai baik pekerja sosial, perawat, dokter dan pramu werdha
dalam penelitian berjumlah 10 orang yang terdiri dari 5 informan lanjut usia
3.3.2 Observasi
ini terkait dengan kondisi, sikap dan perilaku yang di tampilkan lanjut
Bandung.
observasi untuk penelitian. Hal ini dilakukan peneliti agar hasil diperoleh
yang ada tentang fenomena ataupun bentuk nyata dari Integrasi Pelayanan
Lanjut Usia. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk informasi
dan foto mengenai proses Integrasi Pelayanan Lanjut Usia. Selain itu
interaktif. Model analisis ini terdapat tiga komponen analisisnya yaitu reduksi
sebuah siklus. Dalam proses ini aktivitas peneliti bergerak di antara komponen
hanya bergerak dengan tiga komponen analisis tersebut Miles dan Haberman
dengan informan ataupun hasil primer lapangan lainnya disusun dalam bentuk
data yang relevan dan tidak relevan dengan permasalahan dan tujuan
penelitian. Data yang relevan disusun secara kategoris dan tematis dalam tabel-
tabel hasil reduksi agar lebih mudah dipahami. Sebagai penelitian kualitatif,
jika pada tahap reduksi ternyata masih terdapat data yang kurang, maka
mungkin tersedia.
sistematis.
62
Analisis kualitatif sebagai model alir (flow model) dilakukan dengan cara:
transformasi data. (2) Penyajian data, yaitu menyusun berbagai informasi untuk
yakni (1) identifikasi data dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi;
(2) klasifikasi data sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian; dan (3)
Tabel 3.2
Jadwal Penelitian
Lamanya Kegiatan Penelitian
No Kegiatan 2019 2020
9 10 11 12 01 02 03 04 05 06 07 08
Persiapan dan Penulisan
1
usulan penelitian
Konsultasi dan Seminar
2
Usulan Penelitian (SUP)
Penelitian lapangan dan
3
pengolahan data
4 Penulisan hasil
5 Bimbingan
6 Ujian Tesis (UT)
BAB IV
Tresna Werdha (RPSTW) Garut, Sub Unit RPSTW Karawang, dan Sub
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Badan di
63
64
dari pegawai PNS dan Pegawai tidak tetap serta didukung oleh 6 tenaga
Sosial Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi BPSTW
Kedua Moto Lanjut Usia (Mandiri, Berkarya dan Berkualitas) dan Ketiga
Taman Makam Pahlawan yang aman dan nyaman. Selain itu memiliki
Panca Satya Pelayanan : Menciptakan rasa aman dan nyaman bagi lanjut
dipertahankan.
69
dengan olah raga satai dan ringan seperti senam SSI, senam otak,
telah dibuat.
yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil atau (PNS) berjumlah 19 orang
kegiatan.
tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam
Tabel 4.1
Data Pegawai Tidak Tetap/ Kontrak
No. Jenis Ketenagaan Jumlah
1 Tenaga Kebersihan 4
2 Tenaga Keamanan 4
3 Perawat 3
4 Juru Masak 5
5 Pramuwerdha 10
6 Penjaga Kebun 2
7 Tenaga Administrasi 3
JUMLAH 31
Sumber : Profil BPSTW Ciparay
menangani satu lansia dengan kondisi bedrest yang berada di ruang rawat
Tabel 4.2
Data Tenaga Pendukung Berdasarkan Jenis Profesi
No Jenis Profesi Jumlah
1 Dokter 1
2 Pembimbing Rohani 2
3 Pembimbing Olah Raga 1
4 Pembimbing Kesenian 1
5 Pembimbing Keterampilan 1
JUMLAH 6
Sumber : Profil BPSTW Ciparay
ada di panti.
pelayanan di BPSTW Ciparay lebih pro aktif bagi lansia. Selain itu
1. Keberlanjutan
keberlanjutan informasi.
pemberi layanan.
memahami situasi dan kondisi yang dihadapi lanjut usia. Hal ini
lebih pro aktif kepada lanjut usia. Pemberi layanan pro aktif
yang membuat perilaku lanjut usia yang berbeda dari lanjut usia
pemberian layanan.
77
untuk tetap bersih. Selain itu pekerja sosial sebagai tim/ unit
2. Kerja sama
sama.
yang baik untuk ikut terlibat dan berperan dalam kegiatan yang
kepada panti atas lanjut usia yang akan menjadi calon penerima
kapabilitas kerja.
yang belum terpenuhi oleh lanjut usia selama berada di panti dan
layanan.
arahan dokter.
kapabilitas kerja.
memberikan pelayanan yang pro aktif kepada lanjut usia dan pembuatan
keputusan dengan tim multi disiplin yang ada, pedoman serta dukungan
1. Pengambilan Keputusan
yang dibuat untuk mencapai suatu tujuan dan diterima oleh semua
terlebih dahulu.
antar tim/ unit multi disiplin baik perawat, pekerja sosial dan
2. Koordinasi
ini dapat membuat keputusan yang tepat bagi lanjut usia dan
lanjut usia.
setiap tim/ unit baik perawat, pekerja sosial dan pramu werdha
ada di balai agar tetap nyaman dan aman bagi lanjut usia. Selain
pimpinan
Ciparay. Hal ini dapat membantu tim/ unit dari perawat, pekerja
3. Kerja sama
ini dapat terlihat dari manfaat dan tujuan kerja sama yang di ingin di
pramu werdha.
kedekatan emosional.
tim/ unit meliputi pekerja sosial, perawat dan pramu werdha untuk
lanjut usia, membuat pemberian layanan berjalan dengan baik dan dapat
1. Komunikasi
a. Intrapersonal
layanan yang tepat untuk lanjut usia. Hal ini membantu lembaga
BPSTW Ciparay.
b. Komunikasi Interpersonal
depannya.
c. Komunikasi kelompok
masukan yang di per oleh dari berbagai pihak baik lanjut usia,
d. Komunikasi organisasi
unit baik pekerja sosial, perawat dan pramu werdha untuk dapat
e. Komunikasi massa
institusi dengan tim/ unit meliputi pekerja sosial, perawat dan pramu
2. Budaya Organisasi
kualitas layanan.
bersama-sama.
109
keberfungsian sosialnya.
dari pekerja sosial, perawat dan pramu werdha. Hal ini tentunya
werdha sudah bekerja di panti selama 2-4 tahun lebih hal ini
komitmen bersama.
sama yang baik antar pekerja sosial, perawat dan pramu werdha
terus menerus.
terintegrasi melalui hubungan antar organisasi melalui tim/ unit kerja dari
pekerja sosial, perawat dan pramu werdha untuk mengatur, merawat dan
mekanisme yang dibuat untuk dijalankan oleh profesi baik pekerja sosial,
koordinasi dan kerja sama tim. Peran organisasi masih belum terlihat
keputusan, arah kebijakan, proses advokasi dan hubungan kerja sama dan
1. Regulasi
kepentingannya.
4.3 Pembahasan
dalam integrasi pelayanan lanjut usia di BPSTW Ciparay yang terdiri dari
individu .
1. Keberlanjutan
kondisi tubuh dan fungsi fisiologis serta panca indra serta perubahan
dengan cepat.
orang banyak namun tidak berarti pelayanan itu sifatnya harus selalu
telah diatur.
rujukan di antara tim/unit perawat atau poli klinik kepada tim/ unit
sejalan dengan (Wallace & Davies, 2009; Wilson & Baines, 2009)
dan sosial yang lebih luas, maka berbagai pihak untuk menilai,
2. Kerja sama
formal. Maka aspek kerja sama dalam integrasi klinis tidak dapat
tambahan lainnya.
kepada lanjut usia baik yang dilakukan pihak rumah sakit dan
yang diperlukan sesuai kondisi lanjut usia. Aspek kerja sama melibatkan
yang tepat.
sosial, perawat dan pramu werdha untuk mendorong koordinasi dan kerja
1. Pengambilan Keputusan
2. Koordinasi
dengan peluang yang besar serta risiko yang kecil. Sejalan dengan
unit yang ada dalam memberikan layanan lanjut usia yang efektif
dan keputusan baru dari sudut pandang lain secara efisien tanpa
3. Kerja sama
data informasi dalam memahami penilaian dari antar profesi baik pekerja
melibatkan kerja sama pekerja sosial, perawat dan pramu werdha dalam
yang diberikan.
1. Komunikasi
pelayanan kesehatan dan sosial yang lebih luas, maka berbagai pihak
and maintenance.
2. Budaya Organisasi
lanjut usia yang dilakukan pekerja sosial, perawat dan pramu werdha
lingkungan sekitarnya.
minat untuk rekreasi, minat sosial. selain itu peneliti melihat kondisi
luwes.
sosialnya.
di tenaga pekerja sosial, perawat dan pramu werdha, hal ini membuat
komitmen yang lebih kepada lanjut usia. Hal ini tentunya diperkuat
dan organisasi.
dalam panti dan luar panti, pemberian layanan yang diberikan panti
langkat pemerintah merawat dan melindung lanjut usia. Hal ini tentunya
pemerintah daerah.
5.1 SIMPULAN
keberlanjutan layanan.
145
146
tim/ unit meliputi pekerja sosial, perawat dan pramu werdha dengan
ramah dan nyaman bagi lanjut usia melalui kebersamaan dan dinamika
kelompok antara. Tim/ unit pekerja sosial, perawat dan pramu werdha
permasalahannya.
masalah.
147
integrasi klinis dan profesional memberikan strategi pelayanan yang efektif dan
sistem layanan. Sehingga memberikan fokus yang jelas dalam strategi di level
mikro, hal ini dapat membantu mendukung di level messo dan makro dalam
Berdasarkan beberapa hal diatas baik di level mikro, messo dan makro
yang lebih baik untuk memahami bagaimana pelayanan dan sistem dapat lebih
baik dalam memenuhi kebutuhan lanjut usia secara holistik, lebih ditekankan
kepada pemenuhan kebutuhan bagi lanjut usia yang rentan atau berpendapatan
148
lanjut usia di BPSTW Ciparay yang diterapkan. tidak dapat dilakukan secara
yang tepat.
5.2 SARAN
Azizah, Lilik Ma’ rifatul, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2017. Survei Sosial
Ekonomi Nasional Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia.
Beland, F., Bergman, H., Lebel, P., Clarfield, A. N., Tousignant, P.,
Contandriopoulos, A.P., & Dallaire, L. (2006). A system of integrated care
for older persons with disabilities in Canada: result from a randomized
controlled trial. The Journal of Gerontology Series A- Biology Sciences and
Medical Sciences, 61(4), 367-373.
Bigby, C. (2004). Ageing with a Lifelong Disability : a guide to practice, program
and policy issues for human services professionals. Jessica Kingsley
Publishers.
Brandtstadter, J. (199b). Sources of resilience in the aging self. In F. Blanchard-
Fields & T. Hess (Eds.), Social cognition and aging (pp.123-141). New York :
Academic Press.
Braithwaite, J., &Westbrook, M. (2005). Rethingking clinical organizational
structures: an attitude survei of doctors, nurse and allied health staff in
clinical directorates. J. Health Serv Res Policy 10(1), 10-17.
Carpentier, N., & Grenier, A. (2012). Successful linkage between formal and
informal care systems :The mobilization of outside help by caregivers of
persons with Alzeimer’s Disease. Qualitative Health Research, 22(10), 1330-
1344.
Crewell, J.W. (2012). Reserch Design : pendekatan kualitatif, kuantitatif dan mix
method. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Cicchetti, D., Rappaport, J., Sandler, I., & Weissberg, R.P. (Eds.). (2000). The
promottion of wellness in children and adolescents. Washington, DC : Child
Welfare League of America Press.
Copel, L. C. (1988). Loneliness : A conceptual model. Journal of Psychosocial
Nursing and Mental Health Nursing, 26(1), 14-19.
Contandriapoulos, A., Denis, J. L., Touati, N., & Rodriguez, C. (2003). The
integration of health care: Dimensions and implementation. Retrieved from
http://nelhin.on.ca/assets/0/16/2100/3734/3736/6cab135d-87c1-45bd-88cd-
2c1d5404ec9b.pdf
Crowe, A., Mullen, P. R., & Littlewood, K. (2018). Self-Stigma, Mental Health
Literacy, and Health Outcomes in Integrated Care. Journal of Counseling and
Development, 96(3), 267–277. https://doi.org/10.1002/jcad.12201
150
151
Szucs TD, Anderhub H, Rutishauer M. The economic burden of asthma: direct and
indirect costs in Switzerland. European respiratory Journal 1999;13(2):281–
86. 8.
Timonen, V. (2009). Toward an integrative theory of care : formal and informal
intersections. In K.A. Roberto, & J.A. Mancini (Eds.), pathways of human
development : Explorations of change (pp.307-326). Lanham, MD :
Lexington Books.
Tout, K. (1993). New perceptions of dementia. In elderly care (pp. 205-210).
Springer US.
Van Raak, A., Murveeman, I., Hardy, B., Steenbergen, M., & Paulus, A. (Eds.)
(2003). Integrated care in Europe. Description and comparison of integrated
care delivery and its context in six EU countries. Maarssen, The Netherlands:
Reed Business Information.
Van Wieringer, M., Broese van Groenou, M., & Groenewegen, P. (2015). Impact
of home care management on the involvement of informal care givers by
formal caregivers. Home Health Services Quarterly, 34 (2), 67-84.
Veil A & Hébert R. (2008). Measuring the integration of services between
stakeholders in the continuum of services for the elderly in three territories.
In: Hébert R, Tourigny A, Raiche M, editors. PRISMA Volume II, Integration
of services for disabled people: research leading to action. Québec: Edisem.
pp. 71–108
Ward-Griffin, C. (2001). Negotiating care of frail elders: Relationships between
community nurses and family caregivers. The Canadian Journal of Nursing
Research, 33(2), 63-81.
Weiss, R.S. (1973). Loneliness: The Experience of emotional and social isolation.
Camridge, MA:MIT Press.
Wild C. Health technology assessment in Austria. International Journal of
Technology Assessment in Health Care 2000;16(2):303–24.