Anda di halaman 1dari 14

1

Menghitung HPP dan


Analisis BEP

Kompetensi Dasar
3.8 Menghitung harga pokok produksi dan Analisis BEP.
4.8 Menentukan BEP dan keuntungan usaha.

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi harga pokok produksi dan analisis BEP, peserta didik
diharapkan dapat:
1.     Menghitung Harga Pokok Produksi (Cost of Revenuw).
2.     Menganalisis Break Even Point (BEP).
3.     Melakukan perhitungan Break Even Point (BEP).
4.     Menjelaskan manfaat analisis Break Even Point (BEP).
5.     Menjelaskan batas analisis Break Even Point (BEP).
6.     Menyebutkan kelemahan Break Even Point (BEP).

Apakah keluarga kamu memiliki perusahaan atau memiliki bisnis? Dalam setiap
bisnis tentunya perusahaan menginginkan adanya keuntungan. Nah,
keuntungan ini bisa didapat dari penjualan barang atau jasa yang sebelumnya telah
diproduksi atau dikerjakan, dengan menghitung besaran harga pokok produksi dan
harga jualnya. Harga pokok produksi dibutuhkan untuk memperhitungkan harga jual,
memperkirakan keuntungan, serta mengatur strategi perusahaan. Tapi bagi kamu para
pemilik bisnis, kamu sudah tahu belum bagaimana cara menghitung harga pokok
produksi?

Selain menghitung harga pokok produksi, perusahaan juga harus


menghitung analisis Break Even Point (BEP). Hal ini dikarenakan analisis Break Even
Point (BEP) sangat penting untuk pelaporan keuangan perusahaan. Harga pokok

2
produksi dan analisis Break Even Point (BEP) nantinya akan digunakan untuk
membandingkan dengan pendapatan dan disajikan dalam laporan laga rugi
perusahaan. Untuk memahami lebih jelas tentang Harga pokok produksi dan
analisis Break Even Point (BEP) simaklah materi berikut dengan seksama.

A.    Harga Pokok Produksi


1.    Pengertian Harga Pokok Produksi
Pengertian Harga pokok produksi dikemukakan oleh Mulyadi (2009:17), harga pokok
produksi adalah biaya-biaya yang di keluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi
sebuah produk.

Menurut Utami (2019),harga pokok produksi adalah semua biaya langsung dan tidak
langsung yang dikeluarkan perusahaan untuk proses produksi sehingga barang atau
jasa tersebut bisa dijual.

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Harga Pokok Produksi (HPP)
adalah biaya-biaya yang digunakan selama proses produksi yang terdiri dari biaya
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. .

Lalu apa manfaat perusahaan harus menghitung harga pokok produksi suatu
barang? Menghitung harga pokok sangat penting untuk pelaporan keuangan
perusahaan. Penentuan harga pokok produksi dilakukan sebelum perusahaan
menentukan harga jual. Harga ini nantinya akan digunakan oleh manajemen untuk
membandingkan dengan pendapatan dan disajikan dalam laporan laba rugi. Selain itu,
perusahaan juga akan lebih mudah melakukan pengontrolan produksi jika mengetahui
harga pokoknya. Banyak perusahaan yang salah dalam penentuan harga pokok
produksi karena mengira harga pokok produksi sama dengan harga jual. Sebenarnya

3
keduanya berbeda, karena harga jual telah ditambah dengan keuntungan yang
diinginkan perusahaan sedangkan harga pokok produksi tidak.

Harga pokok produksi mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan harga
pokok perusahaan manufaktur dan jasa. Harga pokok produksi dikeluarkan untuk
tujuan mendapatkan barang dagangan atau menghasilkan produk jadi karena harga
pokok produksi terjadi dalam usaha mendapatkan aktiva maka pengeluaran tersebut
membentuk harga perolehan atau laba. Sedangkan harga pokok produksi pada
perusahaan jasa mempunyai komponen berupa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, ongkos kirim dan komisi penjualan.

Perusahaan jasa merupakan jenis badan usaha yang dalam segala aktivitas bisnisnya
adalah untuk menjual jasa sebagai ganti produk dalam perusahaan manufaktur dan
juga dagang. Contoh perusahaan jasa yang berhubungan dengan perhotelan adalah
mencakup seputar jasa hotel, jasa laundry, jasa cleaning service, dan juga masih
banyak lagi jasa-jasa yang lainnya. Perusahaan jasa merupakan jenis badan usaha yang
dalam segala aktivitas bisnisnya adalah untuk menjual jasa sebagai ganti produk dalam
perusahaan manufaktur dan juga dagang.

Namun, apa yang sebenarnya membedakan untuk perhitungan harga pokok produksi
perusahaan jasa dengan jenis perusahaan dagang serta manufaktur? Istilah Harga
pokok produksi  perusahaan manufaktur atau Cost Of Goods Sold  (COGS)  seperti ini
tidak terlalu dikenal dalam hal pelaporan keuangan perusahaan jasa. Pada perusahaan
jasa, perhitungan Harga pokok produksi  memang lebih dikenal dengan istilah Cost of
Revenue (COR). COR (Cost of Revenue) mirip namun tidak sama dengan COGS.

Sebenarnya apa itu yang dimaksud dengan COR? Mengutip dari


Investopedia, COR sendiri merupakan total biaya yang muncul dari berbagai proses
manufaktur dan pengiriman dari suatu produk. Informasi Cost of Revenue (COR) akan

4
muncul di dalam laporan laba-rugi perusahaan jasa. Info COR tersebut akan disusun
sebagai sebuah representasi dari biaya langsung yang terkait dengan jasa yang sudah
disediakan oleh perusahaan. Komponen biaya tidak langsung seperti gaji pegawai juga
tidak termasuk dalam pos COR ini (Groedu, 2018)

2.    Komponen Harga Pokok Produksi Perusahaan Jasa/ Cost of Revenue (COR)


Mungkin di antara kita ada yang pernah berfikir bahwa jasa yang kita sediakan
tidak mempunyai harga pokok, mungkin karena ada yang berfikir bahwa harga pokok
dan persediaan itu hanya terdapat pada perusahaan dagang dan manufaktur, kalau ada
yang pernah berfikir demikian maka saya sarankan untuk secapatnya merubah cara
berfikir demikian.

Pada perusahaan dagang dan manufaktur terdapat komponen-komponen biaya yang


merupakan bagian dari harga pokok penjualan misalnya saja biaya pembelian bahan
baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead, biaya-biaya tersebut di katakan sebagai
komponen-komponen biaya yang ikut menentukan besarnya harga pokok produksi dan
harga pokok penjualan karena ada tidak-nya komponen-komponen tersebut akan
sangat mempengaruhi proses produksi suatu perusahaan, lalu bagaimana dengan
perusahaan jasa?.

Untuk perusahaan jasa sendiri terdapat dua kemungkinan, kemungkinan yang di


maksud adalah ketika proses pemberian jasa, akan mengkonsumsi bahan baku, tenaga
kerja dan overhead, apabila ketiga biaya tersebut di keluarkan oleh perusahaan
pemberi jasa, maka perhitungan harga pokok jasa akan meliputi ketiga biaya tersebut.

Kemungkinan kedua adalah ketika tidak terdapat bahan baku dan overhead, maka
harga pokok jasa hanya akan meliputi besar-nya biaya tenaga kerja yang di gaji untuk

5
menyiapkan jasa tersebut, kenapa pada kemungkinan kedua hanya terdapat biaya
tenaga kerja.

Suatu perusahaan jasa bisa beroperasi tanpa menggunakan bahan baku dan
overhead, namun beroperasi tanpa menggunakan tenaga kerja sangat lah mustahil,
sebagai contoh. Konsultan hukum, apakah jenis usaha jasa yang satu ini menggunakan
bahan baku, dan overhead, konsultan keuangan, konsultan manajemen, pajak, dan
masih banyak jenis usaha yang memang dalam memberikan jasa tidak menggunakan
bahan baku. Dengan demikian maka harga pokok jasa hanya akan meliputi biaya
tenaga kerja untuk memberikan jasa saja (Umar, 2015).

Lalu, apa saja yang menjadi komponen-komponen yang termasuk ke dalam COR ini?
Berikut adalah pembahasan yang lebih mendetail mengenai berbagai komponen-
komponen yang termasuk dalam COR. Komponen biaya tersebut antara lain:

a.     Biaya Bahan Baku.

Perusahaan jasa biasanya tidak pernah dan tidak akan mengenal komponen semacam
ini. Namun lain halnya jika Anda menjalankan jenis perusahaan yang bergerak dalam
bidang manufaktur “produk”.

b.     Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL).

BTKL yang harus dimasukkan ke dalam komponen COR ini adalah seperti contoh BTKL
adalah ketika Anda sedang mempekerjakan para pekerja lepas ( freelancer) dalam suatu
proyek khusus. Upah yang nanti akan dibayarkan pada jenis pekerja tersebut akan
masuk ke dalam BTKL.

c.     Biaya Pengiriman (Ongkos Kirim).

Sebagai contoh jika Anda sedang menjalankan bisnis Jasa laundry terdapat keperluan


untuk mengirimkan cucian yang telah dikerjakan, maka untuk biaya pengiriman cucian

6
(ongkos kirim) tersebut akan masuk ke dalam komponen COR. Atau biaya transportasi
seperti halnya bensin juga bisa masuk ke dalam komponen biaya seperti ini.

d.     Komisi penjualan atau sebagai biaya marketing.

Segala biaya yang berhubungan dengan pemasaran jasa bisnis Anda akan masuk ke
dalam komponen komisi penjualan atau biaya marketing. Salah satu contoh konkritnya
adalah untuk biaya iklan. Atau dari prosentase pembagian upah kepada para karyawan
pemasaran yang memang bertugas untuk mempromosikan bisnis jasa Anda ke pada
banyak orang juga termasuk ke dalam jenis biaya seperti ini.

3.    Tujuan Harga Pokok Produksi Perusahaan Jasa/ Cost of Revenue (COR)

Perhitungan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya


produksi yang dikeluarkan dalam menyediakan jasa layanan. Pada umumnya unsur
biaya produksi tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
ongkos kirim dan komisi penjualan. Penentuan harga pokok sangat penting dalam suatu
perusahaan jasa layanan, karena merupakan salah satu elemen yang dapat digunakan
sebagai pedoman dan sumber informasi bagi pimpinan dalam mengambil keputusan
dalam menentukan harga jasa layanan yang dijual.

Adapun tujuan dari penentuan harga pokok produksi:

a.     Sebagai alat pengendali biaya agar tidak ada kesalahan dalam mengalokasikan biaya
sehingga harga pokok produksi menjadi akurat dan harga jual produk dapat bersaing
dengan kualitas yang lebih baik.

b.     Sebagai alat untuk menentukan harga jual barang jadi dan menetapkan
keuntungan  yang akan diperoleh perusahaan jika menjual barang tersebut.

7
c.     Sebagai dasar penetapan tindakan/cara produksi pada suatu perusahaan jasa
layanan.

4. Cara Menghitung BEP

Sebelum mempelajari bagaimana cara menghitung HPP, kita harus tahu dulu istilah-
istilah berikut ini:

Pembelian Bersih

Pembelian bersih adalah semua hasil pembelian barang atau jasa yang dilakukan
perusahaan, baik dilakukan secara tunai maupun kredit. Kemudian, ditambah dengan
biaya angkut pembelian, serta dikurangi potongan pembelian dan retur pembelian.

Pembelian bersih = Pembelian + Biaya angkut pembelian – Potongan


pembelian – Retur pembelian

Sehingga, diperoleh nilai pembelian bersih dalam suatu periode.

Persediaan Awal
Persediaan awal adalah persediaan yang tersedia di awal periode, misalnya awal bulan
atau awal tahun. Saldo awal ini bisa dicek di neraca saldo periode berjalan.

Persediaan Akhir
Persediaan akhir adalah persediaan barang yang tersedia di akhir periode, misalnya
akhir bulan atau akhir tahun buku berjalan. Saldo ini diperoleh dari perhitungan stock
opname.

8
Setelah mengetahui ketiga istilah di atas, sekarang saatnya mengetahui rumus HPP,
yaitu:

HPP = Pembelian bersih + Persediaan awal – Persediaan akhir

Contoh Soal Harga Pokok Penjualan dan Pembahasan

(photo by Karolina Grabowska from Pexels).

Untuk lebih memudahkan kamu dalam memahami cara menghitung HPP,


aku udah  menyiapkan contoh soal dan pembahasannya di bawah ini.

Sebuah toko kue sedang menyelesaikan laporan keuangan akhir tahun 2021, dan
menghitung jumlah persediaan sebagai berikut:

9
Persediaan awal barang tahun 2020 = Rp 500.000.000.
Pembelian baru selama tahun 2020 = Rp 650.000.000.
Persediaan akhir barang tahun 2020 = Rp 300.000.000.
Pembahasan:
HPP = Pembelian bersih + Persediaan awal barang – Persediaan akhir barang
HPP = Rp 650.000.000 + Rp 500.000.000 – Rp 300.000.000
HPP = Rp 850.000.000.
Jadi, toko kue tersebut menjual barang dagangannya sebesar Rp 850.000.000 selama
tahun 2021.

B.    Analisis Break Even Point (BEP)

Sebagai seorang pebisnis, tentu Anda akan membuat keputusan terkait investasi
untuk pengembangan pemasaran. Untuk menghitung berapa tahun perusahaan dapat
menghasilkan keuntungan atau untuk memastikan kapan usaha Anda mengalami balik
modal, Anda membutuhkan perhitungan Break Even Point .  Break Even Point atau
nama lain dari analisis titik impas diartikan sebagai suatu keadaan atau titik di mana
perusahaan dalam kegiatan operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak
mengalami kerugian juga. Singkatnya, Break Even Point adalah titik impas antara besar
jumlah laba dan biaya suatu perusahaan dalam posisi yang sama atau seimbang,
sehingga dalam prosesnya tidak mendapatkan keuntungan dan kerugian.

1.    Pengertian Analisis Break Even Point (BEP)

Analisis Break Even Point (BEP) adalah titik di mana perusahaan belum memperoleh


keuntungan, tetapi juga tidak dalam kondisi rugi. Adapun analisis Break Even
Point (BEP) merupakan suatu teknik mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya

10
variable, keuntungan, dan volume biaya variabel dan biaya tetap. Suatu perusahaan
dengan volume produksi tertentu dapat menderita kerugian dikarenakan penghasilan
penjualannya hanya mampu menutup biaya variabel dan hanya bisa menutup sebagian
kecil biaya tetap(Widayati, 2019:72). Dan sebaliknya akan memperoleh keuntungan bila
penjualan melebihi biaya variable dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.

Break Event Point atau BEP juga merupakan suatu analisis untuk menentukan dan
mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga
tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan atau
profit (Guru Ekonomi, 2019).

2.    Tujuan Analisis Break Even Point (BEP)

Tujuan dari analisis Break Even Point (BEP) yaitu untuk mengetahui pada volume


penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapai laba tertentu.
Selanjutnya dengan adanya analisis Break Even Point (BEP) tersebut akan sangat
membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan, dan produksi, sehingga
manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan kerugian, memaksimalkan
keuntungan, dan melakukan prediksi tentang keuntungan yang diharapkan melalui
penentuan harga jual per satuan, produksi minimal, pendesainan produk dan lain-lain.

Dalam penentuan titik impas perlu diketahui dulu hal-hal berikuy agar Break Even
Point (BEP) dapat ditentukan dengan tepat (Widayati, 2019:73):

a.     Tingkat laba yang ingin dicapai dalam satu periode.

b.     Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat ditingkatkan.

c.     Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap maupun biaya
variabel.

11
3.    Asumsi Dasar dan Sasaran Analisis Break Even Point (BEP)

Mudah tidaknya perhitungan atau penutupan titik Analisis Break Even Point (BEP)


tergantung pada konsep yang mendasari atau asumsi yang digunakan di dalamnya.
Dasar yang digunakan dalam Analisis Break Even Point (BEP), sebagai berikut
(Widayati, 2019:72):  

a.     Biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan harus digolongkan ke dalam biaya tetap
dan biaya variabel.

b.     Biaya variabel yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume,
sedangkan biaya tetap tidak mengalami perubahan secara total.

c.     Jumlah biaya tetap tidak berubah walaupun ada perubahan kegiatan, sedangkan
biaya tetap per unit berubah-ubah.

d.     Harga jual per unit konstan selama periode yang dianalisis.

e.     Jumlah produk yang diproduksi dianggap selalu habis terjual.

f.      Perusahaan menjual dan membuat satu jenis produk, bila perusahaan membuat atau
menjual lebih dari satu produk, maka perimbangan hasil penjualan setiap produk akan
tetap.

Sasaran analisis Break Even Point (BEP) yaitu untuk mengetahui titik pulang pokok
atau titik impas berada. Dalam kondisi lain, analisis Break Even Point (BEP) digunakan
untuk membantu pemilihan jenis produk atau proses dengan mengidentifikasi produk
atau proses dengan mengidentifikasi produk atau proses yang mempunyai total biaya
terendah untuk suatu volume harapan.

12
Latihan Soal
HPP
Soal

Diperoleh data dari perusahaan dagang PT Mekar Jaya untuk akhir periode per 30 April
2021 sebagai berikut:

Persediaan awal Rp 2.000.000

Pembelian Rp 17.000.000

Retur pembelian 400.000

Diskon pembelian Rp 100.000

Mendapat potongan harga sebesar Rp 150.000

Beban angkut pembelian Rp 100.000

Persediaan akhir Rp 3.000.000

Diminta: Buatlah perhitungan harga pokok penjualannya!

Penyelesaiannya:

Persediaan awal barang dagang Rp 2.000.000

Pembelian Rp 17.000.000

Dikurangi:

Retur pembelian Rp 400.000

Diskon pembelian Rp 100.000

Potongan pembelian Rp 150.000

(Rp 650.000)

Pembelian bersih Rp 16.350.000

Ditambah:

13
Ongkos angkut Rp 100.000

Harga pokok barang yang dibeli Rp 16.450.000

Barang dagang tersedia untuk dijual Rp 18.450.000

Dikurangi:

Persediaan akhir (Rp 3.000.000)

Harga pokok penjualan Rp 15.450.000

14

Anda mungkin juga menyukai