Anda di halaman 1dari 50

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Rekap Hasil Belajar Kimia Sebelum PelKSANAAN ptk


2. Hasil Observasi Motivasi Belajar Sebelum PTK
3. Prokram Tahunan, Proklam Semester dan Silabus
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 1dan 2, Siklus I
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 3 dan 4, Siklus II
6. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I
7. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II
8. Tes Hasil Belajar Siklus I
9. Tes Hasil Belajar Siklus II
10. Lembar Observasi Motivasi
11. Angket Siswa Terkait Motivasi
12. Rekapitulasi Hasil Belajar Ikatan kimia Siklus I PTK
13. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siklus I PTK
14. Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus I PTK
15. Rekapitulasi Hasil Belajar Ikatan kimia Siklus II PTK
16. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siklus II PTK
17. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siklus II PTK
18. Perbandingan hasil Observasi Motivasi Antar Siklus
19. Perbandingan hasil Belajar Antar Siklus
20. Dokumentasi Pelaksana PTK
21. Contoh Hasil Kerja Kelompok Siswa
22. Daftar Riwayat Hidup
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam dunia pendidikan. Proses


pembelajaran meliputi transfer pengetahuan, mendidik dan melatih yang dievaluasi melalui tiga rana
penilaian yaitu kognitif, efektif dan psikomotor. Melalui pembelajaran peserta didik diaktifkan untuk
mendapatkan pengalaman yang berguna dalam hidupnya baik berupa pengetahuan, sikap maupun
keterampilan. Peserta didik yang aktif dalam pembelajaran akan menjadikannya sebagai insane yang
memiliki kompetensi. Ketercapaian konpetensi-kompetensioleh peserta didik merupakan indikator
keberhasilan suatu proses pembelajaran dan pembelajaran yang berkualitas akan mengarah pada
ketercapaian tijuan pendidikan nasional seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945 yaitu “pendidikan
nasionalbertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa’.

Pendidikan merupakan sesuatu yang bersifat sistemik, dalam arti tidak berdiri sendiri, melainkan
memiliki keterkaitan dengan berbagai komponen, sehingga keberhasilan pendidikanmelalui proses
pembelajaran juga dipengaruhi oleh berbagai factor. Pendidikan adalah hasil peradaban suatu bangsa
yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa, yang diwariskan turun-temurun kepada
generasi berikutnya. Dengan demikian kemajuan pendidikan ditentukan oleh tingkat peradapan suatu
bangsa.

Bagi bangsa Indonesia, pendidikan ditempatkan sebagai salah satu starategi kebudayaan
nasional. Sebagai salah satu strategi kebudanyaan nasional, pendidikan adalah sarana proses
kebudayaan, proses humanisasi. Oleh karena itu, pendidikan adalah cara dan usaha mengembangkan
daya-daya manusia, supaya dengan itu manusia dapat membangun dirinya, dan bersama sesamanya
membudayakan alam dan membangun masyarakatnya.

Salah satu fungsa pendidikan yang amat penting dan strategis adalah mendorong
perkembangan kebudayaan dan peradaban pada tingkat social yang berbeda. Secara umum pendidikan
pada level individu, membantu mengembangkan potensi dirinya menjadi manisia yang berahlak mulia,
berwatak cerdas, kreatif, sehat, estetis, serta mampu melakukan sosialisasi dan transformasidari
manusia pemain menjadi manusia,pekerja dan diri manusia pekerja menjadi manusia pemikir. Pada level
yang lain pendidikan juga menimbulkan kemampuan individu menghargai dan menghormati perbedaan
dan pluralismebudaya sehingga memiliki sikap yang lebih terbuka dan demokratis. Dengan demikian
semakin banyak orang yang terdidik baik, maka semakin dapat dijamin adanya toleransi dan kerjasama
antar budaya dalam sebuah suasana yang demokratis yang pada gilirannya akan membentuk integritas
Budaya Nasional (Arifin, 2005dalam Sukanta, 2008).

Barkaitan dengan fungsi pendidikan pada tingkat satuan pendidikan (sekolah), di SMA Negeri 1
Sukawati perlu diupayakan mengembangkan potensi diri peserta didik menjadi manusia yang berahlak
mulia, berwatak cerdas, kreatif, sehat, estetis, serta memiliki sikap yang lebih terbuka dan demokratis.
Oleh karena itupembelajaran sedikit demi sedikit harus diarahkan pada membelajarkan peserta didik.
Pengalaman pembelajaran dikelas x-3 SMA Negeri 1 Sukawati tahun pelajaran 2010-2011 belum
menunjukkan suatu upaya pengembangkan potensi diri baik dari guru maupun peserta didik,
pembelajaran masih berkutat pada paradikma lama. Guru masih memegang kendali pembelajaran
sehingga peserta didik bersifat pasif. Disisi lain banyak peserta didik yang beranggapan bahwa kimia
merupakan mata pelajaran yang sulit dan peserta didik kurang termotivasi meningkatkan hasil
belajarnya. Saat pembelajaran berlangsung sebagian besar peserta didik pasif, kurang bergairah, tidak
menujukkan keseriusan dan semangat belajar yang kurang. Sedikit sekali peserta didik yang
berpertisifasi dalam menghadapi pertanyaan guru. Ada indikasi mereka melas atau malu dan mimgkin
takut kepada guru, pada hal mereka belum memahami materi yang diajarkan.

Hasil belajar peserta didik masih tergolong rendah, karena hasil ulangan harian peserta didik
sebelum mencapai standar ketuntasan belajar minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 75.
Rendahnya hasil belajar peserta didik ini terjadi akibat peserta didik kurang mendapatkan peranya atau
keterlibatanya yang masih kurang dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi awal terhadap
beberapa dimensi pembelajaran peserta didik menunjukkan motivasi, minat serta aktifitas belajar
peserta didik dalam kategori kurang berdasarkan pengamatan yaitu kurang bergairah, tidak
bersemangat dan tidak serius dalam mengikuti pembelajaran, data sesuai table 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1. beberapa Dimensi Pembelajaran Peserta didik Kelas x-3

SMA Negeri 1 Sukawati tahun 2010/2011

No Dimensi belajr Keterangan


1 Rata-rata ulangan harian klasikal 69,72
2 Daya serap 69,72%
3 Ketuntasan 50,00%
4 Motivasi, minat dan aktivitas belajar Kurang

Berdasarkan table 1.1 menunjukkan rendahnya hasil belajar dengan rata kelas hanya mencapai
69,72 daya serap belajar 69,72%. Rendahnya hasil belajar juga ditunjukkan dengan kecilnya prosentase
peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar kasikal yaitu 50,00%. Kondisi dimensi pembelajaran
yang lain yaitu motivasi, minat dan aktivitas peserta didik yang sangat rendah (kurang).

Berdasarkan table ovservasi awal terhadap beberapa asp[ek di atas ternyata motivasi, minat,
serta aktivitas belajar peserta didik rendah begitu juga hasil belajarnya. Motivasi dan minat yang sangat
rendah dari peserta didik berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik yang bermuara pada
penurunan kualitaspembelajaran. Peningkatan pembelajaran mutlak diperlukan, peningkatan ini akan
menjadi terarah dan sejalan apabila terjadi pembelajaran yang verpusat pada peserta didik dimana
pengembangan kopetensi peserta didik di sesuaikan dengan potensi, perkembangan, dan kebutuhan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.

Berdasarkan teori belejar tuntas peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu
menguasai minimal 75% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan pembelajaran kelas
dilihat dari jumlag peserta didik yang mampu mencapai KKM (ketuntasan), sekurang-kurangnya 85% dari
jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut.

Menurut panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjeng pendidikan dasar dan
menengah dinyatakan ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu
kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator
adalah 75%. Satuan pendidikan harus menentukan standar ketuntasan belajar minimal (KKM) dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya
pendukung dalam penyelenggaraan satuan pendidikan diharapkan meningkat KKM secara terus
menerus untuk mencapai Kriteria ketuntasan ideal. Jadi pencapaian hasil belajar ditentukan berdasarkan
ketuntasan belajar peserta didik.

Untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik maka diperlukan pengembangan kegiatan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik denganpendidik,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman yang
dimaksut dapat terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta
didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu di kuasai peserta didik. Hal-hal yang
perlu di perhatikan dalam pengembangan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: a)kegiatan
pembelajaran di susun untuk memberikan bantuan kepada peserta didik, khususnya pendidik, agar
dapat melaksanakan proses pembelajaran secara professional; b) kegiatan pembelajaran memuat
rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara berurutanuntuk mencapai kompetensi
dasar; c) menentukan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hirarki konsep materi
pembelajaran; d) rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur
penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik, yaitu kegiatan peserta didik
dan materi.

KTSP juga memperhatikan 1) peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia sehingga
terbentuknya kepribadian peserta didik yang utuh ; 2) peningkatan potensi, dan minat sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik, pendidikan merupakan proses sistematik untuk
meningkatkan martabat manusia secara holistic yang memungkinkan potensidiri (afektif, kognitif, dan
psikomotor) berkembang secara optimal; 3) keragaman potensi dan karakteristik daerah dan
lingkungan, yang memungkinkan lulusan peserta didik releven dengan kebutuhan pengembangan
daerah; 4) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional, keduanya harus ditampung dan saling mengisi;
5) Tuntutan dunia kerja, yang memperhatikan tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa
kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup; 6) perkembangan Ilmu pengetahuan dan seni; 7)
Agama, yang memperhatikan peningkatan iman, taqwa, dan akhalak mulia; 8) Dinamika perkembangan
global; 9) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan; 10) Kondisi social budaya masyarakat setempat;
11) Kesetaraan gender; 12)Karakteristik satuan pendidikan (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006;7-
9).

Ilmu Kimia dibangun melalui pengembangan ketrampilan proses sains yaitu: 1) mengobservasi
atau mengamati, termasuk didalamnya menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan mencari hubungan
ruang/waktu; 2) menyusun hipotesis; 3) merencanakan penelitian atau eksperimen; 4)mengendalikan
atau memanipulasi variable; 5) menginterpretasi atau menafsirkan data; 6) menyusunan kesimpulan
sementara (interferensi); 7) meramalkan atau memprediksi; 8) menerapkan dan mengaplikasikan; 9)
mengkomunikasikan (Badan Standar Nasional Pendidikan,2007:vii)

Dari uraian di atas ternyata telah terjadi ketimpangan antara harapan dan kenyataan belajar
peserta didik di kelas x-3. Harapannya adalah peserta didik secara aktif sebagai subjek belaar, dapat
menguasai semua kompetensi dalam pembelajaran kimia di kelasnya, mampu mencapai standar
ketuntasan minimal baik individu maupun kelas. Agar mampu menjadi peserta didik yang memiliki
ketrampilan memahami berbagai peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
mengetahui hakikat serta perubahannya. Sedangkan kenyataannya peserta didik kurang termotivasi
terhadap pelajaran kimia disertai dengan rendahnya hasil belajar. Jika keadaan ini dibiarkan terus
menerus tentu akan berdampak buruk pada proses pembelajaran kimia di kelas X-3. Dorongan-
dorongan baik dari diri peserta didik maupun dari luar diri peserta didik sensntiasa harus terus
diusahakan. Daya pendorong untuk mengadakan penelitian ini adalah ingin menemukan tindakan yang
bias untuk meningkatkan motivasi peserta didik pada mata pelajaran kimia sehingga nantinya dapat
meningkatkan hasil belajar kimia.

Jika diidentifikasikan factor-faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar yang mungkin
bias menjadi penyebab terjadinya masalah di atas secara umum ada 2 (dua) penyebab utama yaitu
factor dalam(internal) dan factor luar peserta didik (ekternal). Faktor dalam adalah faktor yang berasal
dari diri peserta didik misalnya kemampuan kognitif, minat, motivasi, sikap atau Kreatifitas dari peserta
didik dalam belajar kimiasedangkan factor eksternal adalah factor yang berasal dari luar diri peserta
didik diantaranya factor pengetahuan pembelajaran, sarana prasaranaserta lingkungan atau iklim
belajarnya. Faktor ekternal yang lain adalah menyangkut pengelola pembelajaran baik tentang
pendekatan, strategi, metode, teknik atu model pembelajaran yang digunakan.

Meskipun dalam kenyataannya banyak factor yang menyebabkan rendahnya mutu proses
pembelajaran peserta yang dijelaskan dalam permasalahan di atas, tetapi dalam penelitian ini akan
difokuskan pada factor internal yaitu motivasi belajar peserta didik yang rendah dan factor eksternal
yaitu metode pembelajaran yang masih berpusat pada pendidikan (guru). Dengan demikian dalam
penelitian ini diupanyakan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar ikatan kimia melalui model
pembelajaran kooperatif STAD-pemecahan masalah.

Dipilihnya model pembelajaran kooperatif STAD- pemecahan masalah ini karena model ini
merupakan suatu model pembelajaran yang efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan, khususnya
dalam keterampilan interpersonal peserta didik. Kegiatan belajar mengajar pada kooperatif tipe STAD
lebih bervariasi karena diskusi peserta didik dapat memupuk kerjasama antar anggota kelompoknya,
dapat saling membantu sesame teman, saling menghargai pendapat orang lain, memotivasi peserta
didik untuk berprestasi untuk memperoleh nilai terbaik antar kelompok dan dapat memotivasi peserta
didik untuk lebih aktif dalam diskusi. Diharapkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
menggunakan LKS berbasis pemecahan masalah dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada
mata pelajaran kimia. D isampingitu diharapkan dapat meningkatkan semangat kebersamaan dan saling
membantu dalam kompetensi kimia khususnya pada topic ikatan kimia. Dengan demikian dilaksanakan
penelitian tindakan kelas dengan judul” peningkatan motivasi dan hasil belajar ikatan kimia melalui
pembelajaran kooperatif STAD dengan media LKS berbasis pemecahan masalah di kelas di kelas X-3
SMA Negeri 1 Sukawati Tahun Pelajaran 2010/2011”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah melalui pembelajaran kooperatif STAD dengan media LKS berbasis pemecahan
masalah dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada belajar kimia topic ikatan
kimia pada kelas X-3 SMA Negeri 1 Sukawati tahun belajar 2010/2011?
2. Apakah melalui pembelajaran kooperatif STAD dengan media LKS berbasis pemecahan
masalah dapat meningkatkan hasil belajar ikatan kimia di kelas X-3 SMA Negeri 1 Sukawati?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
a. Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kimia
b. Untuk menemukan model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan aktivitas dan
prestasi belajar dalam pembelajaran kimia.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada pelajaran kimia khususnya topic
ikatan kimia malalui pembelajaran kooperatif STAD dengan menggunakan media LKS
berbasis pemecahan masalah pada peserta didik kelas X-3 SMA Negeri 1 Sukawati tahun
2010/2011
b. Untuk meningkatkan hasil belajar ikatan kimia pada mata pelajaran kimia melalui
pembelajaran kooperatif STAD dengan menggunakan media LKS berbasis pemecahan
masalah pada peserta didik kelas X-3 SMA Negri ! Sukawati.

D. Manfaat Hasil Penelitian


1. Manfaat Teoretis :
a. Mendapatkan model pembelajaran yamg inovatif dan efektif untuk meningkatkan
motivasi belajar dan hasil belajar kimia peserta didik melaluipembelajaran kooperatif
STAD dengan media LKS berbasis pemecahan masalah.
b. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis :
a. Manfaat bagi peserta didik
1) Mengoptimalkan dan meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar pada mata
pelajarankimia topic ikatan kimia melalui pembelajaran yang memiliki karakteristik
variatif dan inovatif
2) Belajar menjadi lebih efektif, bermakna dan menyenangkan.
b. Manfaat bagi pendidik

Meningkatkan profesionalisme dan memotivasi guru untuk berinovasi dalam


mengembangkan strategi, metode atau model pembelajaran, dari pembelajaran yang
berpusat pada pendidik (guru) ke pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
memalui penelitian-penelitian ilmiah.

c. Manfaat bagi sekolah

Penelitian ini memberikan wawasan tentang model pembelajaran dalam rangka


meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 1 Sukawati.
BAB II

KAJIAN PESTAKA

A. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran Kooperatif

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran


adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan
memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan peserta didik untuk
belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang guru.

Model pembelajaran cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran cooperative learning dapat didefinisikan
sebagai system kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam steruktur ini adalah
lima unsure pokok (Johnson & Johnson, 1993 dalam sartana, 2008), yaitu saling ketergantungan positif,
tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, danproses kelompok. Falsafat
yang mendasari pembelajaran cooperative learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan
adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk social. Cooperative
learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau prilaku bersama
dalam bekerja atau membantu di antara sesame dalam stuktur kerjasama yang teratur dalam kelompok,
yang terdiri dari dua orang atau lebih.

Pembelajaran kooperatif adalah saaalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan
faham konstrutivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap peserta didikanggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika
salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie dalam bukunya “cooperative Learning”, (Dlam sarana, 2008) bahwa model
pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsure-
unsur dasar yang membsdakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan
David Johnson (dalam sartana, 2008) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bias dianggap
cooperative learning, untuk itu harus diterapkan lima unsure model pembelajaran gotong royong yaitu:

a. Saling ketergantungan positif. Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha
setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan
tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
b. Tanggung jawab perseorangan. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur
model pembelajaran cooperative learning, setiap peserta didik akan merasa bertanggung
jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran
cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga
masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar
tugas selanjutnya dalam kelompok bias dilaksanakan.
c. Tatap muka. Dalam pembelajaran cooperative learning setiap kelompok harus diberikan
kesempatan untuk bertatap muka dar berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan
para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari
sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi
kekurangan.
d. Komunikasi antar anggota. Unsure unu menghendaki agar pembelajar dibekali dengan
berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga
bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan
mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasidalam
kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang
sangat bermanfaat dan perlu di tempuh untuk memperkanya pengalaman belajar dan
pembinaan perkembangan mental dan emosional para peserta didik.
e. Evaluasi proses kelompok. Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka
agar selanjunya bias kerja sama dengan lebih efektif.

Urutan langkah-langkah perilaku menurut model pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh
Arends, 1997 (dalam Mulisch, 2007) adalah sebagaimana terlihat pada table berikut ini.

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru


Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi yang ingin dijapai pada pelajaran tersebut dan
sisiwa memotovasi siswa belajar
Fase 2 Guru menyampaikan informasi kepada siswa
Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok- caranya membentuk kelompok belajar dan
kelompok belajar membantu setiap kelompok melakukan transisi
secara efisien
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
Membimbing siswa bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi yang telah dipelajari atau mesing- masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
Membarikan penghargaan upaya maupun hh individu/kelompok
Sumber http://ahmad sudrajad.com/
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan system
kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan
dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994). Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaranpenting yang dirangkum oleh
Ibrahim(http://ahmad Sudrajad. Com)yaitu:

a. Hasil belajar akademik. Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan social,
juga memperbaiki prestasi peserta didik atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa
ehli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu peserta didik memahami kosep-
konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai peserta didik pada belajar akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang
berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik
pada peserta didik kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menyalasaikan tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu. Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah
penerimaan secara luas dari orang-oarang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas social,
kemampuan, dan katidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi peserta
didik dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada
tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling
menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial. Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah,
mengajarkan peserta didik ketermpilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-
keterampilan social, penting dimiliki peserta didik sebab saat ini banyak anak masih kurang
dalam keterampilan social.

Pembelajaran kooperatif yang merupakan konsep belajar konstruktivisme dapat membantu peserta
didik dalam mengambangkan potensi diri, baik dalam hal pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
Melalui model pembelajaran kooperatif peserta didik dapat dengan mudah mwlakukan penyesuaian diri
dalam lingkungan sosialnya; belajar dalam suasana menggembirakan; saling belajar mengenai sikap,
keterampilan dan prilaku social;mengembangkan nilai-nilai social; meningkatkan keterampilan meta
kognitif; meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik;meningkatkan
kenyakinanterhadap idea tau gagasan sendiri; meningkatkan motovasi belajar intrinsic; meningkatkan
sikap positif terhadap belajar dan pengalamanbelajar; meningkatkan kemampuan berpikir divergen atau
berpikir kreatif; meningkatkan hubungan positif dengan pendidik dan personil sekolah; meningkatkan
pandangannya bahwa pendidik bukan hanya penunjang keberhasilan akademik/mengajar tetapi juga
mendidik dalam rangka perkembangan kepribadian yang sehat terintegrasi. (Jhonson dan Johnson, 1984
dalam Kunandar, 2008)

Pengalaman peserta didik selama dalam pembelajaran kooperatif akan berdampak positif diluar
lingkungan belajarnya secara berkelanjutan. Hal-hal yang dapat terjadi secara berkelanjutan pada
peserta didik adalah:
a. Dapat menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois dan egosentris.
b. Meningkatnya kepekaan kesetiakawanan social.
c. Terhindar dari penderitaan akibat kesendirian dan keterasingan.
d. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang dapat menjadi acuan bagi perkembangan
kepribadian yang sehat dan terintekrasi.
e. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
f. Mencegah timbulnya gangguan kejiwaan.
g. Mencegah/menghindari diri dari kenakalan dimasa remaja.
h. Menimbulkan prilaku rasional di masa remaja.
i. Berbagi keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan salinh membutuhkan
dapat diajarkan dan dipraktikan.
j. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesame manusia.
k. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
l. Meningkatkan perasaan penuh mekna mengenai arah dan tujuan hidup.
m. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin,
normal atau cacat, etnis, kelas social,agama, dan prientasi tugas.
n. Mengembangkan kesadaran bertanggungjawab dan saling menjaga perasaan.
o. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.
p. Meningkatkan kesehatan psikologis.
q. Meningkatkan sikap tanggung rasa.
r. Peserta didik mampuh mengubah pandangan klise dan stereotip menjadi pandangan yang
dinamis dan realistis.
s. Meningkatkan rasa harga diri (self-esteem) dan penerimaan diri(self acceptance).
t. Memberikan harapan lebih besar bagi terbentuknya manusia dewasa yang mampu menjalin
hubungan positif dengan sesamanya, baik detempat kerja maupun di masyarakat.

2. Pembelajaran Kooperatif STAD

Pembelajaran kooperatif STAD dipandang sebagai yang sederhana dan paling langsung dari
pendekatan pembelajaran kooperatif. Tipe ini digunakan untuk mengajarkan informasi akademik baru
kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulus. Kooperatif STAD
dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan- kawannya dari universitas John Hopkins (Kunandar,2008).
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif STAD adalah sebagai berikut:

a. Para siswa didalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri
atas 4 atau 5 orang anggota. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis
kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya (prestasinya).
b. Guru menyajikan materi peklajaran.
c. Guru memberi tugas kepada kelompok dengan menggunakanlembar kerja akademik, dan
kemudian saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui
Tanya jawab dan diskusi antar sesame anggota kelompok.
d. Guru memberikan pertanyaan atau kuis nkepada seluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaan
atau kuis daru guru siswa tudak boleh saling membantu.
e. Setiap akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
f. Tiap siswa dan tiap kelompok diberikan skor atas penguasaanya terhadap meteri pelajaran, dan
kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor
sempurna diberi penghargaan.
g. Kesimpulan.

Pelaksanaan tipe STAD melalui tahapan sebagai berikut: (1) penjelasan materi pelajaran: (2)
diskusi atau kelompok pelajaran; (3) validasi oleh guru; (4) evaluasi (tes); (5) menentukan nilai individu
dan kelompok; (6) penghargaan individu kelompok.

Menurut Arends (1997:113) dalam Muslich (2007:229), terdapat 6 (enam) fase atau langkah
utama dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti siswa dengan penyajian informasi, sering
dalam bentuk teks bukan verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan dalam tim-tim belajar. Tahapan ini
diikuti bimbingan guru pada saat siswabekerja sama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dari
pembelajaran kooperatif, yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok, dan mengetes apa yang mereka
pelajari, serta memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Keenam fase
pembelajaran kooperatif dirangkum peda table berikut ini.

Fase-fase Tingkah laku


1. Menyampaikan tujuan dan motivasi peserta - Pendidik menyampaikan tujuan
didik pembelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan motivasi masa
belajar
2. Menyajikan informasi - Pendidik menyajikan informasi kepada
peserta didik dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan
3. Mengorganisasikan peserta didik ke dalam - Pendidik menjelaskan kepada peserta didik
kelompok-kelompok belajar bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transsisi secara efesien.
- Pendidik membimbing kelompok-kelompok
4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar belajar pada saatmereka mengerjakan tugas
mereka.
5. Evaluasi - Pendidik mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah di pelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
keerjanya
6. Memberi penghargaan - Pendidik mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar
individu dan kelompok
3. Hakikat LKS Berbasis Pemecahan Maslah
a. LKS (Lembar Kerja Siswa)

Lembar kerja siswa (LKS), merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran, bahkan ada yang
menggolongkan dalam jenis alat peraga pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan dalam jenis
alat peraga pembelajaran kimia. Secara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai
pelengkap atau saran pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja
siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang
harus dijawab oleh peserta didik. LKS ini sangat baik digunakan untuk mengalakkan keterlibatan peserta
didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode terbimbing maupun untuk
memberikan latihan pengmbangan. Dalam proses pembelajran kimia, LKS bertujuan untuk menemukan
konsep atau prinsip dan aplikasi konsep atau prinsip.

Menurut Suyitno (1997 :40), Lembar Kerja Siswa (LKS) merupa kan salah satu alternatif yang tepat
bagi peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yng
di pelajari melalu kegiatan belajar secara sistematis

Demikian juga, LKS merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan di
sajikan secara tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan kriteria media grafis sebagai
media visual untukk menarik perhatian peserta didik. Paling tidak LKS sebagai media kartu. Sedangkan
isi pesan LKS harus memper hatikan unsure-unsur penilisan media grafis, hirarti materi (kimia) dan
pemilihan pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan efektif (Hidayah, 2007 dalam
Dhyana, 2008)

Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam proses pembelajaran tujuan sebgai berikut;

1) Memberi Pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peseta didik.
2) Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan.
3) Mengembngkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secra lisan.

Sedangkan manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran adalah
sebagai berikut.

1) Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.


2) Membntu peserta didik dalam mengmbngkan konsep.
3) Meletih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.
4) Sebagi pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan ptroses pembelajaran.
5) Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang di pelajari melalui kegiatan
belajar.
6) Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang di pelajari melalui
kegiatan belajar secara sistematis. (Suyitno, 1997: 40).

Penyusenan LKS memerlukan perencanaan yang matang sehingga LKS yang di susun dapat
bermanfaat sesuai yang di harapkan. Adapun langkah-lamngfkahnya sebagai berikut:
1) Analisis kurikulum untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar LKS.
2) Menyusun peta kebutuhan LKS.
3) Menentukan judul-judul LKS.
4) Penuli9san LKS.
i. Rumusan kompetensi dasar LKS diturunkan dari buku pedoman khusus pengembngan
silabus.
ii. Menentukan alat penilaian.
iii. Menyusun materi.
(Abadi, Hartono,Junaidi, 2005 dalam Rahmawati, 2006:25).

Runaharto(dalam Sutika, 2008) menebutkan bahwa LKS yang baik harus memenuhi persyaratan
kostruksi dan didaktik. Persyaratan konstuksi trsebut meliputi syarat-syarat yang brkenan dengan
penggunaan bahasa, susunan kaliamat, kosa kata, tingkat kesukara, dan kejelasan yang pada tekatnya
haruslah tepat guna dalam arti dapat di menerti oleh pihak pengguna LKS yaitu peserta didik sedangkan
syarat didaktiv artinya bahwa LKS tersebuat haruslah memenuhi asas-asas yang efektiv.

Lembar kerja dapat digunakan sebagai pengajaran sendiri, mendidik siswa untuk mandiri,
percaya diri, disiplin, bertanggung jawab, dan dapat mengambil keputusan. LKS dalam kegiatan belajar
mengajar dapat di mnfaatkan pada tahap penanaman konsep (Menyampaikan konsep baru) atau pda
tahap penanaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman kosep).pemanfaatan lembar kerja pada
tahap pemahaman konsep berarti LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik dengan maksud
memperdalm pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari pada tahap sebelumnya penanaman
konsep.

Berdasarkan pengertian tersebuat diatas maka LKS yang di maksud dalam penelitian ini adalah
salah satu alat bantu pembelajaran alternatif yang di gunakan sebagai pengajaran sendiri, mendidik
siswa untuk mandiri, percaya diri, disiplin, bertamggung jawab dan dapat mengambil keputusan.

b. Pemecahan Masalah

Setiap manuasia dalam proses kehudupannya akan selalu menghadapi masalah sehingga
memerlukan pemecahan masalah yang di hadapinya, hal inipun berlaku juga dalam proses belajar.
Siswa sebagai subyek belajar mengalami berbagai persoalan atau masalah belajar yang menuntut
adanya pemecahan masalah. Menururt Gakne (dalam sagala, 2008:22) belajar memecahkan masalah
(problem solving) merupakan tipe belajar yang sangat kompleks, karena didalamnya terkait tipe-tipe
belajar yang lain, terutama penggunaan aturan-aturan yang ada disertai proses analisisa dan
penyimpulan.

` Menurud segala (2008:22), memecahkan masalah perlu pemikiran dengan menggunakan dan
menghubungkan berbgai aturan-aturan yang telah dikenal menurud kombinasi yang berlainan. Lebih
lanjud dsinyatakan bahwa dalam memecahkan masalah sering harus dilalui beberapa langkah seperti
mengenal setiap masalah itu, mencari aturan-aturan yamg berkenaan dengan masalah itu, dan segala
langkah perlu berfikir. Memecahkan masalah melalui problem solving mantap dan sukar dilupkan,
apalagi mengenai pemikiran pada taraf tinggi. Sehingga kemampuan memecahkan masalah akan
memper besar kemampuan memecahkan masalah-masalah lain.

Dalam proses belajar mengajar dikelas, menurut Nurhadi dan kawan-kawan (2004),
menytatakan siswa perlu di biasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna
bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide (Baharuddin, 2008:116). Selanjudnya dikatakan ula bahwa
guru tidak akan mampu memberikan saemua pengetahuan kepada siswa. Siswa hars mengkostuksi
pengetahuan di benak mereka sendiri.

Sejalan dengan pembelajaran yang memusatkan pada siswa yang mampu mengkonstruksi ide-
ide, slavin (1994) dalam Baharuddin (2008 : 116),menyatakan dalam proses belajar mengajar dan
pembelajaran siswa harus terlibat aktif dan siswa menjadi pesat kegiatan belajar dan pembelajaran di
kelas. Oleh karene itu guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar menggunakan cara-cara
yang membuat sebuah informasi menjadi bermakna dan releven bagi siswa.

Untuk menghasilkan sebuah informasi yang bermakna dan relevan bagi siswa, pemecahan
masalah memerlukan langkah-langkah yang sistematis. Menurut Segala (2008:23), kegiatan belajar
mengajar memecahkan masalah meliputi lima langkah:

1) Mengidentifikasi masalah;
2) Merumuskan dan membatasi masalah;
3) Menyusun-menyusun pertanyaan;
4) Mengumpulkan data;
5) Analisis dari sejumlah permasalahan belajar,merumuskan jawaban atas pertenyaan-
pertanyaan penting mengenai belajar serta penarikan kesimpulan.

c. Lks Berbasis Pemecahan Masalah

Berdasarkan pengertian-pengertian atau uraian tentang LKS dan pemecahan masalah tersebut di
atas maka yang dimaksud dengan LKS berbasis pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah LKS
yang disusun sedemikian rupa agar dapat membantu peserta didik belajar mandiri dalam memahami
meteri yang sedang depelajari melalui usahanya pemecahan masalah yang ada dalam LKS tersebut
dengan menggunakan berbagai konsep dan pengetahuan yang telah dimiliki. Penyajian masalah dalam
LKS diurut secara hirarki sehingga keberhasilan peserta didik pemecahan masalah pertama akan
menghantarkannya keberhasilannya dalam mendapat solusi pada masalah selanjunya. Keberhasilan
peserta didik pemecahan atau penyelesaian semua masalah yang ada merupakan indikator
keberhasilan peserta didik dalam memahami meteri dalam pembelajaran tersebut. Jadi LKS berbasis
pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini memiliki hakikat yang sama dengan LKS
umumnya, tetapi kegiatan peserta didik dituntut melalui masalah. Prasyarat pengetahuan peserta didik
digali melalui masalah. Merangsang peserta didik atau memotivasi peserta didik juga melalui masalah.
Alur LKS berbasis pemecahan masalah secara inplisit-integratif mengandung tahapan eksplorasi,
eleborasi, konfirmasi dan evaluasi.
4. Hakikat Motivasi Belajar
a. Pengertian motivasi

Setiap individu memiliki kondisi internal, dengan kondisi internal tersebut turut berperan dalam
aktifitas dirinya sehari-hari. Salah satu kondisi interbal tersebut adalah motivasi. Istilah motivasi berasal
dari kata motif yang dapt diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang
menyebabkan individu tersebut bertindak dan berbuat. Motif tidak dapat di amati secara langsung
tetapi dapt di interpretasikan dalm tingkah lakun seseorang. Motif dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yitu: (1) motif biogenetis yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organism
demi kelangsungan hidupnya seperti rasa lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan, dan istirahat,
mengambil nafas, seksualitas dan sebagainya; (2) motif sosio genetis, yaitu motif-motif yang
berkembang berasal dari lingkungan kebudanyaan tempat orang tersebut berada. Jadi motif tidak
berkembang dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh kebudanyaan setempat, misaknya,
mendangarkan musik, makan pecel, makan coklat dan lain sebagainya; (3) motif teologis, dalam motif ini
manusia adalah sebagai mahkluk yang berketuhanan, sehingga ada interaksi antara manusia dengan
tuhan-Nya, melaksanakan ibadah dengan tujuan untuk mengapdi kepada tuhan yang meha esa untuk
merealisasikan norma- norma sesuai dengan agamanya.motif dapat juga diidentifikasikan sebagai day
gerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan
demikian, motifasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseoarang untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Motifasi sebagai
proses didalam individu yang aktif, mendorong dan memberikan arah, dan menjaga perilaku. Dorongan
ini berada pada diri seseorang yang menggerakkanya untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan
dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseoarang yang didasarkan atas motifasi tertentu
mengandung tema sesuai dengan motifasi yang mendasarinya. Motifasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Motifasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara
dapat melaksanakan dan mau malaksanakan. Berdasarkan pengertian itu dapat diambil yang memotifasi
lebih dekat pada maumelaksanakan dalam usaha mencapai tujuan. Motifasi adalah kekuatan baik dalam
diri maupun dari luar diri yang mendorong seseorang untuk mencapain tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Atau dengan kata lain, motifasi dapat diartikan sebagai dorongan mental terhadap setiap
seseorang atau kelompok masyarakat dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan kewajibannya.
Berkaitan dengan pengertian motifasi, beberapa pesikolok menyebut motivasi sebagai konstruk
hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan keinginan, arah, intensitas, dan keajegan prilaku yang
diarahkan oleh tujuan. Dalam motifasi tercakup konsep-konsep, seperti kebutuhan untuk berprestasi,
kebutuhan berafiliasi, kebiasaan dan ingin tahuan seseoarang terhadap sesuatu. Penggolongan lain atas
terbentuknya. Menurut Good dan Brophy (1990) terdapat dua golongan, yatu motif bawaan dan motif
yang dipelajari. Motif bawaan sudah ada sejak dilahirkan dan tidak perlu dipelajari. Motif bawaan
misalnya makan, minum, dan seksual, motif yang kedua adalah motif yang timbul karena kedudukan
atau jabatan (Uno, 2006: 3)

Dari sudut sumber yang menimbulkanya, motif dibedakan dua macam, yaitu motif intrinsik dan
motif ektrinsik. Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena telah ada
dalam diri individu sendiri, yaiti yang sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan motif ektrinsik timbul
karena ada rangsangan dari luar individu, misalnya minat yang besar melanjutkan pendidikan kiarena
melihat manfaatnya. Motif intrinsic lebih kuat daru pada motif ektrinsik. Oleh karena itu guru yang
beroeran sebagai pendidik memiliki kewajiban dan tugas menimbulkan motif intrinsic dengan
menumbuhkan dan mengembangkan minat mereka terhadap bidang studi yang relevan. Menuliskan
kopetensi dasar serte tujuan pembelajaran pada saat mulai pembelajaran yang menimbulkan motif
keberhasilan mencapai sasaran (Uno, 2006)

Motifasi timbul sebagai dorongan dalam pencapaian kepuasan juga timbul kerena azas
kebutuhan. Menurut maslow(Uno,2006:5), menyatakan bahwa kebutuhan manusia secara hiyrarkis
semuanya laten dalam diri manusia. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis(sandang
pangan), kebetuhan rasa aman(bebas bahanya), kebutuhan kasih saying, kebutuhan dihargai dan
dihormati, dan kebutuhan aktualisasi diri. Aktualisasi diri, penghargaan dan penghormatan, rasa
memiliki atau sayang, perasaan aman, tentram, merupakan kebutuhan fisiologis mendasar.

b. Pengertian Motivasi Belajar

Motifasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan
tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik dan
penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Morgan (1978)
juga mengamukakan bahwa belajar adalah setip perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. (Sagala,2003: 13)

Belajar merupakan tindakan dan prilaku peserta didik yang kompleks, sebagai tindakan belajar
yang hanya di alami oleh peserta didik sendiri. Dimnyati dan mudijiono(1996:7) mengemukakan, peserta
didik adalah penentu terjadi atau tidak terjadinya proses belajar. Berhasil atau tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan amat tergantung kepada proses belajar mengajar yang dialami peserta didik dan
pendidik baik ketika peserta didik ada dilingkungan sekolah maupun dilingkungan keluarga.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan dorongan-dorongan belajar baik dari dalam
maupun dari luar peserta didik. Berupa motifasi belajar. Menurut Unu(2006:23) motifasi belajar dapat
timbul karena pektor intrinsik. Berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar,
harapan akan cita-cita. Sedangkan factor ektrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar
yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua factor tersebut disebabkan oleh rangsangan
tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktifitas belajar yang lebih giat dan
semangat.

Hakikat motifasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik. Peserta
didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan
seseoarang dalam belajar. Indikator motifasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil


2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3) Adanya harapan dan cita-cita masadepan
4) Adanya penghargaan dalam belajar
5) Adanya lingkungan yang kondusif, sehingga memungkinkan seoarang peserta didik dapat
belajar dengan baik.

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dan memahami dan menjelaskan prilaki individu,
termasuk prilaku individu yang sedang belajar. Menurut Uno (2006:27), peranan motifasi belajar dalam
belajar dan pembelajaran adalah:

1) Menentukan hal- hal yang dijadikan penguat belajar. Motifasi dapat berperan dalam
penguatan belajar apa bila seorang anak yang sedang belajar dihadapkan pada suatu
masalah yang memerlukan pemecahan,dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal
yang perna dilaluinya.
2) Menjelaskan tujuan belajar yang hendak dicapai. Peran motifasi dalam memperjelas tujuan
pembelajaran erat kaitannya dengan pemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar
jika yang dipelajari itu sedikinya sudah dapat diketehui atau dinikmati manfaatnya bagi
anak.
3) Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar. Seorang anak yang telah
termotifasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan takun,
dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini, tampak motifasi untuk belajar
menyebabkan seseorang tekun belajar.

Bedasarkan pengertian, peranan motifasi dalam belajar dan pembelajaran maka yang dimaksud
dengan motifasi belajar dalam penelitian ini adalah suatu proses dorongan mental yang mincul dari
dalam (factor intrinsic) dan luar(factor ektrinsik) peserta didik untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
berdasarkan tanggung jawabnya selaku peserta didik sehingga prilaku mereka dapat diarahkan pada
upanya-upanya yang nyata untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan yang pada giliranya
meningkatkan prestasi belajarnya. Adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar,
adanya lingkungan yang kondusuf, sehingga memungkinkan seorang peserta didik dapat belajar dengan
baik.

5. Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti prokram
belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar peserta didik merupakan
perwujutan output suatu proses yang tidak bias terlepas dari input oroses tersebut (santyasa, 1999: 48).
Kualitas proses belajar merupakan salah satu unsure yang berpengaruh terhadap hasil belajar, baik
secara kognitif, efektif, maupun psikomotorik. Hasil belajar juga diartikan sebai kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman dari proses belajar mengajar
9Sudjana, 2006:22).

Hasil belajar pada hakikatnya merupakan kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek


pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Kompetensi dapat diukur melalui sejumlah hasil belajar yang indikatornya dapat diukur dan
diamati. Penilaian proses dan hasil belajar saling berkaitan satu dengan yang lainnya karena hasil belajar
merupakan akibat dari proses belajar (Depdiknas, 2003:15).

Dalam sistem penilaian, hasil belajar peserta didik diukur berdasarkan kompetensi dasar yang
telah ditetapkan dalam kurikulum. Kompetensi dasar merupakan penguasaan minimal atau memadai
tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir
dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajar tertentu.
Sedangkan kompetensi dasar mata pelajar sains mengandung pengetahuan dalam materi, sejumlah
kemampuan atau keterampilan, dan sikap atau nilai ilmiah (Depdiknas, 2002: 10). Kompetensi dasar
merupakan modal bagi peserta didik untuk mampu menentukan apa yang harus dilakukannya agar
mengerti, memahami, merencanaka, melaksanakan percobaan, mampu memilih, menata informasi,
menyimpulkan, mengkomunikasikan, menyempurnakan penemuan, serta mampu mengapresiasikan
atau menghargai sesuatu.

Hasi belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau tindak belajar (Dimyati
dan Moedjiono, 1994: 4). Cirri-ciri hasil belajar peserta didik menurutnya ada tiga yaitu :a). hasil belajar
memiliki kapasitas berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan cita-cita. b). adanya perubahan mental
dan perubahan jasmani; c.)memiliki dampak pengajaran dan dampak pengiring.

Hasil belajar dikelompokkan menjadi : a). Hasil belajar utama/pokok; b).Hasil belajar mengiring
natural effek) berupa sejumlah keterampilan akademik seperti cara belajar yang baik; c). sejumlah
keterampilan social. Dijelaskan pula bahwa ada perbedaan antara hasil belajar kognotif,efektif dan
pesikomotor yakni:

1) koknitif, pengetahuan, keterampilan akademik dan kemampuan serta pengertian akademik yang
dicapai peserta didi.
2) Afektif, sikap pikiran yang disenangi.nilai keyakinan yang mempribadi pada diri peserta didik.
3) Psikomotor, keterampilan kemahiran, mengkoordinasikan pada tingkat kekuatan/kualitas
keterampilan yang diminati oleh peserta didik serta hasil-hasil lainya, seperti: kebiasaan,
penampilan serta respon yang ditampilkan oleh peserta didik, hasil belajar yang bersifat social,
lingkungan dan keorganisasian yang dimiliki dan ditampilkan peserta didik.

Proses belajar mengajar senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsure
manusiawi, yakni peserta didik sebagai pihak yang belajar dan pendidik sebagai pihak yang mengajar,
dengan peserta didik sebagai pokoknya. Dalam proses interaksi tersebut diperlukan komponen-
komponen pendukung yang terdapat dalam cirri-ciri interaksi edicatif (Sardiman A.M.:2005;13)
seperti;tujuan, yang ingin dicapai;bahan/pesan yang menjadi isi interaksi, peserta didik yang aktif
mengalami;situasi yang memungkinkan proses belajar mengajar dengan baik; dan penilaian terhadap
hasil interaksi.

Poerwadaminta (1976:768), menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang


dicapai/dilakukan. Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses
validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan peserta didik atas meteri-meteri yang telah ia pelajari.
Bukti institusional yang menunjukkan peserta didik telah belajar dapat diketahui dalam hubungan
dengan proses belajar.ukurannya ialah, semakin baik mitu pelajaran yang dilakukan pendidik maka akan
semakin baik pula mutu perolehan peserta didik yang kemudian dinyatakan dalam perolehan hasil
belajar dalam bentuk skor atau nilai.

Pengertian belajarsecara kualitatif(tinjauan mutu)ialah proses memperoleh arti-arti dan


pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling peserta didik. Belajar dalam
pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan
masalah-masalah yang kini dan nantu dihadapi peserta didik. Jadi pada hakekatnya belajar tersebut
adalah merupakan suatu proses berubah prilaku yang dirancang secara sengaja n atau sadar untuk
mencapai tujuan pendidikan.

Gagne juga membuat klasifikasi tentang hasil belajar. Menurut Gagne, prestasi belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didiksebagai akibat belajar dan dapat diamati melalui
penampilan peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudjana (1999:17) yang menyatakan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki sebagai prestasi belajar dapat berupa
(1) knowledge atau pengetaguan, (2) attitudes atau sikap (kepribadian), (3) skills atau keterampilan-
keterampilan dan (4) experiential atau pengalaman.

6. Pendidikan kimia dalam KTSP

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan mengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Kimia merupakan ilmu yang termasuk rupun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik
sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, kegunaanya. Kimia
merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif)
namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori
(deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagai mana
gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, strutur dan sifat, perubahan, dinamika, dan
energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat
yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan
keterampilandan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu
kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hokum, dan teori)temuan
ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmia). Oleh sebab itu,pembelajaran kimia dan penilaian hasil
belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.
Mata pelajaran kimia perlu diajarkan untu tijuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik
pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang
pendidikan yang lebih tinggi serta pengembangan ilmu dan teknologi. Tujuan mata pelajaran kimia
dicapai oleh peserta didikmelalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam bentuk
proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikapilmiah serta berkomunikasih sebagai salah satu aspek penting
kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut.

1. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadaridan keindahan alam serta
mengagungkankebesaran Tuhan Yng Maha Esa.
2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerje sama dengan
orang lain.
3. Memperoleh pengalamandalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau
eksperimen, dimana peserta didik melekukan pengujian hipotesis dengan merancang
percobaan melalui pemasanganinstrumen, pengambilan, pengolahan dan penafsiran data,
serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulus.
4. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan
bagi individu, masyarakat dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan
melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.
5. Memahami konsep, prinsip, hokum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan
penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.

Mata pelajaran kimia di SMA/MA merupakan kelanjutan IPA di SMP/MTs yang menekankan peda
fenomena alam dan pengukurannya dengan perluasan pada konsep abstrak yang meliputi aspek-aspek
sebagai berikut.

1. Struktur atom, system periodic, dan ikatan kimia, stoikiometri,larutan non-elektronik dan
elettrolit, reaksi oksidasi-reduksi, senyawa organic dan makromolekul.
2. Termokimia, laju reaksi dan kesetimbangan , larutan elektrokimia, stoikiometri larutan,
kesetimbangan ion dalam larutan dan system koloid.
3. Sifat koligatif larutan, redoks dan elektrokimia, karakteristikunsur, kegunaan, dan bahanyanya,
seyawa organic dan reaksinya, benjena dan turunannya, makromolekul

7. Materi pembelajaran Ikatan kimia


a. Kestabilan konfigurasi electron dalam atom

Atom satu berikatan dengan atom lain membentuk molekul unsure atau molekul senyawa. Suatu
ikatan akan terbentuk apabila setelah berikatan, atom-atom tersebut menjadi lebih stabil dari
sebelumnya. Kestabilan yang dimaksut adalah kestabilan susunan elektronya. Susunan electron yang
stabil adalah susunan electron gas mulia dengan 2 dan 8 elektron valensi seperti Tabel berikut ini

Tabel 2.3 Susunan Electron Gas Mulia

Unsur Nama unsure Nomor atom Konfigurasi electron Electron valensi


He Helium 2 2 2
Ne Neon 8 2 8 8
Ar Argon 18 2 8 8 8
Kr Kripton 36 2 8 18 8 8
Xe Xenon 54 2 8 18 18 8 8
Rn Radon 86 2 8 18 32 18 8 8
Berdasarkan table tersebut unsure-unsur gas mulia (golongan VIII A)

1) Merupakan unsure yang stabil, karena di dalam terdapat sebagai unsure bebas.
2) Susunan electron yang stabil tersebut adalah dengan 8 elektron di kulit terluar (kaidah octet),
kecuali He dengan 2 elektron di kulit terluar (kaidah duplet)
3) Unsure yang bukan gas mulia umumnya tidak stabil, sehingga memiliki kecenderungan untuk
mengikuti struktur konfigurasi electron gas mulia

Tabel: 2.4 Kecendrungan Atom dalam Mencapai Stabil

Nama/lambing Nomor Konfiguransi Kecenderungan Konfiguransi Ion yang


unsure atom Elektron(tidak dalam yang terjadi terbentuk
stabil) mencapaikestabilan Stabil)
Natrium 11 2 8 1 Melepaskan 1 2 8 Na⁺
(Na) Elektron
Kalsium 20 2 8 8 2 Melepaskan 2 2 8 8 Ca2⁺
(Ca) Electron
Klorin 17 2 8 7 Menerima 1 2 8 8 C1⁻
(Ci) Electron
Oksigen 8 2 6 Menerime 2 2 8 6 O²⁻
(O) Electron

Ada 2 cara atom-atom mencapai kestabilan dengan berikatan yait:

1. Serah terima electron antar atom logam dengan atom non logam sehingga menghasilkan ikatan
ion.
2. Memakai bersama pasangan electron antar atom non logam sehingga terjadi ikatan kovalen.

b. Ikatan Ion
1) Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi karena serah terima electron
2) Terjadi antara atom yang melepas electron (atom logam) dengan atom yang menerima
electron (non logam).
Contoh ikatan antara ₁₁ Na dengan ₁₇ C1 dalam Na C1
Na₍₂ ₈ ₁₎ Na⁺₍₂ ₈₎
C1₍₂ ₈ ₇₎ C1⁻₍₂ ₈ ₈₎
Na⁺₍₂ ₈₎ + C1⁻₍₂ ₈ ₈₎ Na C1

c. Ikatan Kovalen
1) Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian pasangan electron secara
bersama-sama. Contoh = H C1
o Ikatan kovalen tunggal, contoh= H₂
o Ikatan kovalen rangkap dua ₍₌₎, contoh= O₂
o Ikatan kovalen rangkap dua ₍≡₎, contoh= N₂

d. Ikatan kovalen koordinasi


Ikatan kovalen yang terjadi karena pasangan electron yang dipakai bersamam berasal dari salah
satu atom.
Contoh : NH₄⁺

e. Kepolaran molekul
Kepolaran molekul dipengarihi oleh perbedaan keelektronegatifan dan bentuk molekul.
Berdasarkan kepolaran maka terdapat 2 jenis ikatan:
1) Ikatan kovalen polar
Bila pasangan electron ikatan (PEI) tertarik lebih kuat kesalah satu atom. Semakin besar
perbedaan keelektronegatifan semakin polar ikatannya.
Contoh : NH₃, H₂O
2) Ikatan kovalen non polar
Bila pasangan electron ikatan (PEI) tertarik sama kuat kesemua atom yang berikatan.
Contoh : CH₄, CC1₄, BC1₃, Be C1₂

f. Ikatan Logam
1) Ikatan logam merupakan gaya yang mengumpulkan atom-atom logam sebagai hasil dari
gaya tarik elektrostatis antara inti-inti atom dengan electron terluar yang relative tidak
menentu tempatnya
2) Ikatan logam menyebabakan logam memiliki sifat dapat menghantarkan arus listrik, dapat
ditempa dijadikan kawat.

g. Perbedaanya senyawa ionic dengan senyawa kovalen


Senyawa ionic
- Terbentuk melelui ikatan ion
- Senyawa murninya dapat menghantarkan listrik
- Titik didih dan titik leleh tinggi
- Pada suhu biasa berupa zat padat

Senyawa kovalen
- Ikatan kovalen
- Senyawa murninya tidak dapat meng-hantarkan listrik
- Titik didih dan titik leleh rendah
- Ada yang padat, cair dan gas

B. Kajian penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang berhubungan dengan pembelajran yang akan dilakukan dan dapat mendukung
hasil penelitian ini adalah hasil penelitian dari I Wayan Sutika (2007),guru kimia pada SMA Negeri 1
panyanganpada penelitian Tindakan kelas yang dilakukan dengan judul “Meningkatkan prestasi dan
minat Belajar Hidrokarbon Kelas X-2 SMA Negeri 1 panyangan dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang berorientasi pada pemecahan masalah. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan
menggunakan media LKS yang berorientasi pada pemecahan masalah dapat meningkatkan prestasi dan
minat belajar Hidrokarbon kelas x-2 SMA Negeri 1 payangan hal ini ditunjukkan oleh data hasil
penelitian yaitu peningkatan nilai rata-rata kelas dari nilai jawaban LKS dari 69,19 menjadi 72,19
meningkat sebesar 4, 33%, peningkatan nilai rata-rata kelas berdasarkan nilai test dari 68% menjadi 87%
meningkat sebesar 19%. Demikian pula dengan dengan minat siswa terjadi peningkatan dari siswa yang
minatnya sangat baik, kurang baik berturut-turut meningkat dari 53%, 43%, 4% menjadi 66%, 34%, 0%
ini berarti minat siswa dari baik menjadi amat baig meningkat 13% dan pada siklus II tidak ada siswa
yang minatnya tidak baik.

Penelitian lainnya adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan Wayan Dhyana (2008). Tujuan
penelitiannya untuk meningkatkan prestasi belajar tentang fungsi kuadrat dan aktivitas belajar siswa
kelas X tahun pelajaran 2008/2009 SMA Negeri 1 payangan dengan penggunaan Lembar kerja Siswa
(LKS) matematika Interaktif model e-learning (electronic learning). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam dua kali siklus tindakan, penggunaan LKS Interaktif Model e-;earning dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas X Semester 1 Tahun pelajaran 2008/2009 SMAN 1 payangan. Peningkatan ini
terjadi pada nilai rata-rata 64,49 pada siklus I menjadi 74,27 pada siklus II. Ketuntasan belajar dengan
KKM yang ditetapkan 72 juga meningkat, pada siklus ketuntasan 51% menjadi 76% pada siklus II.
Kreativitas siswa dalam pembelajaran juga baik pada siklus I dengan kategori Tinggi 58% dan pada siklus
II kategori tinggi 75%. Respon siswa terhadap penggunaan LKS Interaktif pada pembelajaran matematika
adalah baik.

Dalam penelitian ini menulis akan meneliti variabele motivasi dan Hasil Belajar dengan menerapkan
sintik pembelajaran kooperatif STAD dengan LKS berhasil pemecahan masalah sebagai media. Jika
dibandingkan dengan penelitian-penelitian di atas, beberapa hal ada yang sama tetapi secara spesifik
ada perbedaanya.

C. Kerangka Berpikir

Kondisi peserta didik khususnya kelas X-3 SMA negeri 1 sukawati dalam pembelajaran baik motivasi
maupun hasil belajar yang rendah memerlukan tindakan atau upaya sehingga diharapkan dapat
meningkatkan motivasi maupun hasil belajarnya. Tindakan tersebut dengan penerapan pembelajaran
kooperatif STAD dengan madia LKS berbasis pemecahan masalah, dinyakini dapat meningkatkan
motivasi serta hasil belajar peserta didik karena guru memperhatikan latar belakang pengalaman
peserta didik dan membantu peserta didiki mengaktifkan suasana pembelajaran agar bahan pelajaran
menjadi lebih bermakna. Selain itu, peserta didik bekerja sama dengan sesame peserta didik dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan bertkomunikasi. Pembelajaran kooperatif tipe jigsau adalah suatu tipe
pembelajaran kooperatifyang terdiri dari beberapa enggota dalam satu kelompok yang bertanggung
jawab atas penguasaan bagian meteri belajar dan mampu mengajarkan meteri tersebut kepada anggota
lain dalam kelompoknya.

MODEL STAD SIKLUS I


PROBLEM
SOLVING

SIKLUS II

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran

Dengan mempertimbangkan teori yang melendasi dan didukung oleh hasil pengkajian penelitian
yang relevan, serta kerangka berpikir di atas, diduga melalui pembelajaran ini dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar topic ikatan kimia di kelas X-3 SMA Negeri 1 Sukawati tahun pelajaran
2010/2011.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir dalam penelitian ini, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Melalui pembelajaran kooperatif STAD dengan media LKS berbasis pemecahan masalah dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas X-3 SMA Negeri 1 Sukawati tahun 2010/2011
pada pembelajaran topic ikatan kimia
2. Melalui pembelajaran kooperatif STAD dengan media LKS berbasis pemecahan masalah dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran topic ikatan kimia kelas X-3 SMA
Negeri Sukawati.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sukawati, yang beralamat dijalan Lettu
W. suta Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar , Bali. Jika dilihat dari lokasi, sekolah ini terletak
ditempat yang cukup strategis, karena berada dipusat kota kecamatan sukawati. Lokasi yang jauh dari
kebisingan tetapi berada dipinggir jalan raya desa yang tidak terlalu ramai , sehingga lingjungan sekolah
sangat nyaman dan tenang. Status sekolah sebagai juara pertama UKS dan Adi Wiyata, memberikan
suasana kondusif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Jumlah kelas belajar yang terdapat di
SMA Negeri 1 Sukawati sebanyak 18 kelas, sesuai Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Rekapitulasi Jumlah Peserta didik Dan Jurusan

No Kelas Jurusan Jumlah


1 XII IPB.1 Bahasa 37
2 XII IPA.1 IPA 35
3 XII IPA.2 IPA 48
4 XII IPA.3 IPA 49
5 XII IPS.1 Sosial 41
6 XII IPS.2 Sosial 35
7 XI IPB Bahasa 32
8 XI IPA.1 IPA 38
9 XI IPA.2 IPA 44
10 XI IPA.3 IPA 45
11 XI IPA.4 IPA I 45
12 XI IPS.2 Sosial 47
13 X.1 32
14 X.2 32
15 X.3 36
16 X.4 40
17 X.5 40
18 X.6 39
JUMLAH 715

Jumlah personil sekolah sebanyak 98 orang, yabg terdiri atas tenaga pendidik 71 orang,
katyawan tata usaha 21 orang, tenaga satpam 2 orang dan tukang kebun 4 orang.
Fasilitas yang dimiliki oleh sekolah yang dapat menunjung proses pembelajaran kimia adalah
ruang lab kimia, lab multimedia, Lab computer dan perpustakaan yang dilenhkapi jaringan internet.
Internet dapat diakses dari Lab multimedia, Lab komputerruang Guru. Disamping itu halam yang luas,
hijau dan rindang yang tidak pentingnya dalam mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan
menarik. Areal sekolah secara keseluruhan mencapai luas kurang lebih 1 hektar dan sudah dikelilingi
dengan tembok serta sudah bersertifikat dan ditambah tanah kontrak untuk keperluan parker sepeda
motor peserta didik seluas kurang lebih 20 are. Keadaan fisik SMA Negeri 1 Sukawati secara lengkap
seperti berikut:

Table 3.2 Keadaan Fisik (gedung) SMA Negri 1 Sukawati tahun 2010/2011

No Gedung Jumlah Kondisi


1 Ruang Kepsek 1 Baik
2 Ruang TU 1 Baik
3 Ruang Pendidik 1 Baik
4 Ruang Kelas 18 Baik
5 Ruang Lab IPA 3 Baik
6 Ruang Multimedia 1 Baik
7 Ruang Lab Komputer 1 Baik
8 Ruang Per Pustakaan 1 Baik
9 Ruang Ibadah (Pura) 2 Baik
10 Ruang Ibadah Musollah 1 Baik
11 Gedung Olah Raga 1 Baik
12 Ruang OSIS 1 Baik
13 Ruang UKS 1 Baik
14 Ruang Ekstra Kurikuler 1 Baik
15 Ruang Sekolah 1 Baik
16 Ruang Gambelan 1 Baik
17 Ruang Lain-lain 1 Baik
18 Ruang Parkir 2 Baik
Pemilihan sekolah SMA Negri 1 Sukawati sebagai tempat penelitian karena peneliti ingin
meningkatkan kualitas pembelajaran kimia di sekolah ini, yang menjadi tempat bertugas.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011, selama 2 bulan yaitu pada
Agustus 2010 sampai dengan September 2010. Dipilihnya waktu itu karena permasalahan di temiai pada
awal tahun pembelajaran 2010/2011 yaitu bulan juli 2010, dimana jumlah peserta didik kelas X-3 SMA
Negri 1 Sukawati yang mendapat mencapai ketuntasan belajar minimal 75 sebanyak 18 orang peserta
didik dari jumlah peserta didik 36 orang. Sehingga memerlukan tahap remedial bagi peserta didik yang
belum tuntas begitu juga hasil observasi motivasi belajar terhadap belajar kimia dalam kategori kurang.
Dengan melihat hasil observasi dan hasil belajar peserta didik seperti itu maka diperlukan suatu upaya
yang dapat mengatasi masalah tersebut. Salah satunya melalui penerapan model pembelajaran yang
inovatif sehingga tujuan pembelajaran diharapkan akan dapat tercapai seperti harapan.
B. Subjek penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X-3 SMA Negeri 1 sukawati
tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 36 orang yang bterdiri atas 18 orang laki-laki. Adapun subyak
penelitiannya, seperti Tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3 Nama-nama peserta didik kelas X-3 SMA Negeri 1 sukawati

No Nis Nama Peserta Didik L/P


1 5711 ADI PARWATI 1 KADEK L
2 5712 AGUS ADI KUSUMA 1 NYOMAN L
3 5713 AGUS WIRWTAMA 1 WAYAN L
4 5714 AYU SETIADEWI 1 WAYAN P
5 5715 AYU VETI PERWATI DESAK PUTU P
6 5716 BAGUS TRISNA ADI CANDRA A.A L
7 5717 DEVI PRAGAYANTI NI KADEK P
8 5718 DIAH HAPPY PRITA D.DEWA AYU P
9 5719 DIAN KUSUMASARI PUTU P
10 5720 DIAN NOVIYANI NI WAYAN P
11 5721 DWI NANDA YOGA 1 MADE L
12 5722 DWI SRAWASTI IDA AYU MADE P
13 5723 DWIPAYANI KADEK P
14 5724 ENIK TRIJAYANTI NI KOMANG P
15 5725 EVAN SUTYAWAN 1 KADEK L
16 5726 GEDE SIDIATMAJA 1 MADE L
17 5727 GIRI TASMANA 1 PUTU L
18 5728 ITA PURNAMA DEWI NI KADEK P
19 5729 JAYA NUGRAHA 1 MADE L
20 5730 JULIANA SAPUTRA A.A. GD L
21 5731 KAR NANDA HARYA SUMANTRI L
22 5732 KARSANA 1 WAYAN L
23 5733 LUH LOLA PRADNYAWATI GUNAWAN P
24 5734 MELA PATMA NI KADEK P
25 5735 NIAN ELLY ARIESSI P
26 5736 NITA APSARI NI WAYAN P
27 5737 ONIK SETYARINI NI WAYAN P
28 5738 RAI MIRAYANTI NI KOMANG P
29 5739 RAMA JAYA INGGARA 1 KADEK L
30 5740 SANI WULANDARI NI LUH P
31 5741 SUKMA PRIADI KAJENG 1.B. L
32 5742 SUTA WIJAYA 1 WAYAN L
33 5743 TRI ITAMI NI NYOMAN P
34 5744 WIRA ADI PRATAMA 1 MADE L
35 5745 YOSKA SURYA SASMITA A.A. L
36 5746 YUDI GAUTAMA 1 GDE L

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas beberapa sumber yakni peserta didik, guru (taman
sejawat) dan guru-guru lain yang mengajar dikelas itu sebagai sumber pendukung

1. Peserda didik kelas X-3 SMA negeru 1 sukawati untuk mendapat data tentang motifasi, minat
belajar peserta didik, dan hasil belajar peserta didik terhadap materi ikatan kimia pada mata
pelajaran kimia
2. Guru, dalam hal ini taman sejawat yang diminta sebagai pengamat, untuk melihat tingkat
keberhasilan inflementasi model pembelajaran yang diterapkan, untuk mendapat data keadan
motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik terhadap materi ikatan kimia pada mata
pelajaran kimia
3. Guru-guru yang mengajarkan dikelas X-3 SMA Negeri 1 sukawati, untuk mendapat data
pendukung terhadap perkembangan motivasi belajar peserta didik secara umum.

Jenis data yang didapat, yaitu data kuantitaif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data hasil
belajar yang didapat dari pemberian tes hasil belajar yang berupa skor kopetensi peserta didik pada
aspek kognitufnya. Sedangkan data kialitatif adalah data yang berupa pengamatan terhadap aspek
evektif dan pisikomotor peserta didik dalam proses pembelajaran kimia.

D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Tes diberikan untuk
melihat hasil belajar peserta didik setelah diberikan perlakuan pada penelitian tindakan kelas ini.
Adapun alat pengumpulan datanya adalah berupa tes pilihan ganda dan tes uraian yang diberikan pada
setiap aktir siklus. Ada kisi-kisi dari tes hasil belajar seperti di table 3.4 dan 3.5 berukut:

Table 3.4. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar siklus I

SK/ KD INDIKATOR
S Standar Kopetensi: 1. menentukan konfigurasi electron yang
1. Memahami struktur atom, sifat- merupakan konfigurasi unsure stabil
I sifat periodic unsure, dan ikatan 2. menentukan gejala yang menunjang
Kopetensi dasar kestabilan gas mulia
K 1.2 membandingkan proses 3. menentukan factor penyebab kestabilan
pembentukan ikatan ion, ikatan unsure gas mulia
L kovalen, ikatan kivalen 4. menentukan kecendrungan suatu unsure
kordinasi, dan ikatan logam dalam mencapai keadaan stabil berdasarkan
serta hubungannya dengan sifat nomor atomnya
U
fisik senyawa yang terbentuk 5. menentukan muatan ion-ion yang tebentuk
dila suatu unsure melepaskan/menangkap
S
electron berdasarkan nomor atom konfigurasi
elektronnya
I 6. menuliskan dengan melengkapi table
kecendrungan atom-atom dalam usaha
mencapai kestabilan berdasarkan nomor
atomnya
7. menggambarkan struktur. Electron (struktur
lewis) atom-atom berdasarkan nomor atom
yang diketahui

Table 3.5.Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siklus II

SK/ KD INDIKATOR
S Standar Kopetensi: 1. menyebutkan pengertian ikatan ionl
1. Memahami struktur atom, sifat- 2. menentukan rumus senyawa yang terbentuk
I sifat periodic unsure, dan ikatan oleh 2 buah atom berdasarkan konfigurasi
Kopetensi dasar elektronnya
K 1.2 membandingkan proses 3. menyebutkan pengertian ikatan kovalen
pembentukan ikatan ion, ikatan 4. menentukan karakteristik senyawa ion
L kovalen, ikatan kivalen 5. menentukan senyawa yang memiliki ikatan
kordinasi, dan ikatan logam kivalen 2
serta hubungannya dengan sifat 6. menentukan rumus senyawa yang terbentuk
U
fisik senyawa yang terbentuk oleh 2 buah atom
dan orde reaksi serta 7. menentukan jumlah ikatan kovalen kordinasi
S
penerapannya dalam kehidupan berdasrkan stuktur lewis
sehari-hari 8. mentukan senyawa yang bersifat kovalen polar
II 9. menuliskan proses terbentunya ikatan ion
antar 2 buah atom yang diketahui nomor
atonya
10. menuliskan terbentunya iakatan kovalen ikatan
kovalen antar 2 buah atom yang diketahui
nomor atomnya

Untuk mendapat skor akhir dari hasil belajar pada siklus I diperoleh dengan perhitungan yaitu,
skor maksimal seluruh tes adalah 25. Prolehan nilai tes pada siklus pertama adalah:

Perolehan¿
Nilai= ×100
25

Sedangkan skor maksimal yamg dapat diperoleh peserta didik pada tes hasil belajar pada siklus II
adalah 20, maka nilai akhir siklus II dapat dinyatakan :

Perolehan¿ otal
Nilai= ×100
25

Sedangkan teknik angket dan lembar observasi diberikan untuk melihat bagaimana motivasi
belajar peserta didik setelah diberikan perlakuan dalam penelitian tindakan kelas ini. Alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data ini adalah lembar oservasi dan angket dengan menggunakan
sekala likert atau lima pilihan.

Table 3.6 Kisi-kisi Tes Motivasi Belajar Kimia

NO DIMENSI INDIKATOR JAWABAN


1 Dorongan yang timbul dari Menunjukkan hasrat dan 1. sangat kurang
diri peserta didik dalam keinginan berhasil belajar kimia 2. kurang
belajar (dorongan internal) 3. cukup
4. tinggi
5. sanagt timggi
Menunjukkan respond an 1. sangat kurang
kebutuhan akan pelajaran kimia 2. kurang
3. cukup
4. tinggi
5. sanagt timggi
Menunjukkan harapan dan cita- 1. sangat kurang
cita dan masa depan dalam 2. kurang
belajar kimia 3. cukup
4. tinggi
5. sanagt timggi
2 Dorongan yang ditimbulkan Menunjukkan kemauan, 1. sangat kurang
karena adanya keuletan dan kerja keras dalam 2. kurang
penghargaan dan belajar kimia karena adanya 3. cukup
lingkungan belajar penghargaan 4. tinggi
(dorongan eksternal) 5. sanagt timggi
Menunjukkan kemauan, 1. sangat kurang
keuletan dan kerja keras dalam 2. kurang
belajar kimia karena adanya 3. cukup
lingkungan belajar yang 4. tinggi
kondusif dan inovatif 5. sanagt timggi

E. validasi Data

Data divalidasi dengan menggunakan cara triangulasi data. Adapun cara ini digunakan adalah
karena penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian yang dalam pelaksanaannya lebih condong
kepenelitian kualitatif. Adapun trialingulasi ini digunakan dengan cara triangulasi sumber dan triaulasi
waktu. Triangulasi sumber digunakan untuk melihat kevalidan data oleh sumber yang berbeda. Untuk
melihat motivasi belajar peserta didik meningkat atau tidak cukup denagn melihat hasil observasi
peneliti namun juga dipadukan dengan hasil angket dan hasil observasi teman sejawat. Jika hasilnya
menunjukkan hal yang sama, berarti data pemimgkatan motivasi pesrta didik memang sudah valid.

Triangulasi waktu dilakukan juga untuk memvalidasi data hasil pengamatan terhadap motivasi
belajar peserta didik pada proses penelitian berlangsung. Untuk melihat valitnya data ini dilakukan
dengan mengadakan pengamatan terhadap motivasi pada waktu yang berbeda-beda. Minyasalnya
pengawatan dilakukan di awal, pertengahan atau akhir pembelajaran. Apa bila hasil pengamatan
terhadap motivasi belajar ini tetap meningkat baik awal pembelajaran, pertengahan pembelajaran
Maupin akhir, maka data motivasi ini memang benar-benar valid.

F. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis deskriptif baik deskriptif
maupun kualitatif. Adapun langkah-langkah analisisnya adalah:

1. Mentabulasikan data hasil penelitian tindakan yang telah diberikan pada setiap akhir siklis baik
data hasil belajar maupun data motivasi belajar dari hasil obsesvasi maupun hasil angket.
2. Mencari rata-rata hasil belajar yang telah dikuantifikasikan, dan menentukan tingkat
ketuntasan klasikal.
3. Untuk mitivasi belajar setelah mendapatkan nilai rata-rata baik dari hasil observasi maupun
hasil angket, maka hasilnya dikonversikan ke dalam pedoman konversi seperti terlihat pada
tebel berikut:

Tabel 3.7 Kriteria Motivasi Belajar Peserta didik

No Skor Kualifikasi
1 X ≥ Mi + 1,5 SDi Motivasi sangat tinggi
2 Mi ‐ 0,5 SDi ≤ X < Mi + 0,5 SDi Motivasi tinggi
3 M₁ ‐ 0,5 SDi ≤ X < M₁ + 0,5 SDi Motivasi cukup
4 M₁ ‐ 1,5 SDi ≤ X < M₁ + 0,5 SDi Motivasi kurang
5 X < Mi ‐ 1,5 SDi Motivasi sangat kurang
Rumusan untuk Mi dan SDi adalah:

Mi = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)

SDi = 1/6 (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal)

Dari data pedoman observasi (pada lampiran 1) didapat skor tertinggi ideal ⁼ 5 dan skor terendah ideal ⁼
1, dengan demikian mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI) dapat dihitung sebagai berikut

Mi = 1/2 (5+1) = 3

SDi = 1/6 (5-1) = 0,67

Sehingga penggolongan aktivitas menjadi table 3.7 sebagai berikut


Table 3.8 Perhitungan Kriteria Motivasi Belajar Peserta Didik

No Skor Kualifikasi
1 X ≥ 4,00 Motivasi sangat tinggi
2 3,33 ≤ X < 4,00 Motivasi tinggi
3 2,67 ≤ X < 3,33 Motivasi cukup
4 2,00 ≤ X < 2,67 Motivasi kurang
5 X < 2,00 Motivasi sangat kurang
G. Indikator Kinerja

Penetapan indikator kinerja bertujuan untuk menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaan


penelitian tindakan kelas ini jika ditinjau dari tujuan penelitian.indikator kinerja ini merupakan tolak ukur
keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.adapun indikator kinerja dalam penelitian ini
adalah:

1. Terjadi peningkatan hasil belajar kimia minimal 10% pada akhir penelitian dibandingkan dengan
pra PTK, semua peserta didik dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 75 atau
ketuntasan belajar klasikal peserta didik telah mencapai 100%
2. Terjadi peningkatan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran kimia pada akhir
penelitian sebesar 20% atau berada pada kategori nmotivasi tinggi.

H. Prosedur Penelitian

Dalam kegiatan PTK, penulis dibantu teman sejawat(tim teaching kimia SMAN 1 Sukawati): Bapak 1
Wayan Sugiarta,S.pd.,1 Wayan Jaman, S.pd.,Bapak 1 Made Sukanta, S.pd.guru kimia SMA sila
Chandra,Batubulan Sebagai anggota MGMP Kimia Gianyar. Atas persetujuan kepala sekolah, bersama
teman sejawatmembuat suatu kesepakatan baik dalam penentuan jadwal,modelpembelajaran yang
digunakan dalam penelitian. Pendidik mitra (teman sejawat) dimihin bantuannya untuk ikut membantu
dalam observasi pada saat pelaksanaan penelitian. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang
terdiri dari dua siklus, masing-masing terdiri atas perencanaan, tindakan,observasi/evaluasi dan
refleksi.sesuai dengan gambar berikut ini
Gambar 3.1 Tahapan Pelaksanaan PTK

Rencana tindakan

1. Perencanaan:
Tahap ini mencakup semua kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan
perangkap- perangkap pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah:
a. Melakukan refleksi awal.kemudian mencatat data awal, sebelum dilaksanakan penelitian.
b. Peneliti melakukan analisiskurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif STAD dengan media LKS berbasis pemecahan masalah.
c. Membuat rencana pembelajaran yang berkarateristik kooperatif STAD dengan media LKS
berbasis pemecahan masalah dan lembar observasi;menyusun silabus, menyiapkan LKS,
menyusun test dalam bentuk pilihan ganda dan bentuk uraian.
d. Membuat instrument yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas/alat bantu/media
yang diperlukan;dan.
e. Membuat lembaran observasi dan angket motivasi belajar peserta didik.
2. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakanskenario pembelajaran kooperatif
STAD pemecahan masalah yang telah direncanakan. Secara garis besar,tahapan pelaksanaan
pembelajaran kooperatif STAD dengan media LKS berbasis pemecahan masalah adalah:
1. Tahap persiapan,pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan diantaranya mempersiapkan materi
dan merancang pembelajaran yang mengarahke kooperatif STAD berbasisi pemecahan
masalah, membuat kriteria kelompok heterogen (jenis kelamin,kemampuan) dan
mempersiapkan instrument angket dan observasi.
2. Tahap penyajian materi,guru menyebutkan tujuan pembelajaran untuk memotivasi rasa ingin
tahu, memberikan apersepsi, umpan balik seserng mungkin,penguatan dan penjelasan yang
tepat agar terjadi pemahaman konsep yang lebih mendalam, sehingga akan memperkuat
landasan konsep pada meteri pembelajaran selanjutnya.
3. Tahap kegiatan kelompok, dimana masing-masing anggota kelompok mendapatkan meteri
diskusi dalam bentuk LKS berbasis pemecahan masalah. Setiap anggota dalam kelompok wajib
mengerjakan tugas dalam LKS.
4. Tahap evaluasipenguasaan materi yang telah dipelajari pada pertemuan itu oleh peserta didik.
Evaluasu berbentuk tes atau kuis yang harus dikerjakan secara individu oleh peserta didik. Atau
kadang-kadang dalam bentuk presentasi kelompok.
5. Tahap selanjutnya, pemberian penghargaan bagi individu atau kelompok, berdasarkan hasil
observasi dan tes penguasaan materi.
6. Tahap tes hasil belajar, dilakukan 1(satu) kali tes setelah pelaksanaan tiap siklus,tes dikerjakan
secara individu mandiri. Tes pada siklus pertama maupun siklus II dikerjakan selama 45 menit.
Hasil tes digunakan untuk mengetahui apakah ada peningjatan hasil belajar peserta didik pada
pembelajaran kimia khususnya ikatan kimia.
7. Tahap penyebaran angket,dilakukan bersama dengan pemberian tes hasil belajar. Data ini akan
dipakai sebagai penunjang data hasil observasi.
3. Observasi
Pada tahap ini, dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar
observasu khususnya motivasi peserta didik terhadap pembelajaran yang dilaksanakan secara
kooperatif dengan mengambil model belajar STAD dengan media LKS berbasis pemecahan masalah.
4. Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Pada tahap ini,guru dapat
merefleksi diri berdasarkan hasil observasi,angket maupun hasil diskusi dengan teman sejawat
untuk mengkaji apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan motivasi serta hasil
belajar peserta didik hasil analisis data yang dilakukan dalam tahapan akan dipergunakan sebagai
acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum dilaksanakan penelitian,terlebih dahulu dilakukan perekaman melalui


observasi,sehingga hasilnya dapat dibandingkan dengan keadaan setelah dilakukan penelitian.Hasil
perekaman menunjukkan bahwa pada awal bulan juli 2010 semester ganjil pada proses
pembelajaran,rendahnya motivasi danrendahnya hasil belajar kimia.keadaan tersebut dilihat dari
perilaku peserta didik yang kurang bersemangat mengikuti pelajaran kimia dan hasil ulangan hariannya
rendah dan banyak yang belum tuntas.Adapun hasil dari kegiatan penelitian awal atau pra PTK didapat
hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Refleksi Pra PTK

Criteria Hasil Keterangan


Hasil belajar Terdapat 18 peserta didik yang
- Nilai rata-rata 69,72 belum mencapai KKM sebesar
- Daya serap 69,72 75
- Ketuntasan klasikal 50.00%
Motivasi belajar kimia Secara umum motivasi belajar
- Hasrat dan keinginan berhasil Tergolong cukup kimia tergolong kategori
- Respon &kebutuhan belajar Tergolong kurang kurang.
- Harapan dan cita-cita masa depan Tergolong kurang
- Dorongan akan penghargaan Tergolong kurang
- Lingkungan belajar kondusif&inovatif Tergolong kurang

Jika dilihat dari pencapaian hasil belajar pada pelajaran kimia dari hasil pelajaran semester
pertama Ulangan Harian pertama tentang Struktur, rata-rata perolehan hasil belajar adalah 69,72 daya
serap 69,72 dan hanya 50,00%(18 orang)tercapai ketuntasan belajar,sebanyak 18 orang melaksanakan
remedy untuk dapat mencapai ketuntasan minimal 75,yang telah tuntas dilakukan pengayaan (Dan
selengkapnya terdapat dalam lampiran-1).

Sedangkan hasil observasi terhadap motivasi belajar peserta didik,secara keseluruhan motivasi
belajar kimia tergolong dalam kategori kurang.Dari lima komponen hasrat dan keinginan berhasil yang
menempati kategori cukup,sedangkan empat komponen lainya masih berada pada kategori
kurang.Secara keseluruhan motivasi belajar mencapai rata-rata 2,berada pada kategori kurang (Data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran-2).

B. Deskripsi Hasil Siklus I


1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan sudah dimulai pada awal bulan Agustus tahun 2010, dengan mempertimbangkan
perolehan hasil dari penelitian awal atau sebelum PTK. Didalam merencanakan perencanaan, semua
belajar lancer karena ada kesepakatan dengan. Adapun perencanaan yang dibuat oleh:

- Membuat jadwal pelaksanaan yaitu penelitian dilaksanakan setiap hari Kamis dan hari Jumat
sesuai jadwalpelajaran,seperti tertera dibawah ini:

Tabel 4.2.Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Hari/Tanggal Kigiatan
1. Siklus I RPP 1 (Pert. 1 dan 2 Siklus I) Tes hasil belajar siklus I
Sabtu, 14 Agustus 2010
Sabtu, 21 Agustus 2010
2. Siklus II RPP 2 (Pert. 3 dan 4 Siklus II) Tes belajar siklus II
Sabtu, 28 Agustus 2010
Sabtu, 4 September 2010
3. Minggu Ke-II September- Analisis data & penyusunan laporan.
Minggu III September 2010

- Penyusunan silabus untuk standar kompetensi dan kompetensi dasar (lampiran-3) yang
diimplementasikan dalam penelitian ini serta pembuatan RPP (lampiran 4).
- Pembuatan lembaran Kegiatan siswa (Lampirn 6).
- Pembuatan tes hasil belajar tiap akhir siklus (lampiran 8).
- Pembuatan lembar observasi dan lembar rekapitulasi hasil observasi, serta pembuatan angket
motivasi (lampiran 10-11).

2. Pelaksanaan Tindakan

Sesuai dengan jadwal penelitian yang telah dibuat pada perencanaan, maka pelaksanaan
penalitian ini di awali pada hari sabtu, 14 Agustus 2010. Pada awal kegiatan ini pendidik menyampaikian
bahwa dalam materi pembelajaran konsep ikatan kimia yang terdiri atas 4 pertemuan. Pada
kesempatan itu, pendidikan juga meminta anak- anak berkomitmen untuk dengan sungguh-sungguh
memperbaiki kualitas pembelajaran dengan harapan terjadinya peningkatan hasil belajar. Adapun
pelaksana penelitian tindakan kelas sesuai dengan scenario yang ada dalam rencana peleksanaan
pembelajaran (RPP). Secsra umumskenario pembelajaran pada setiap RPP berdasarkan rancangan
model pembelajaran kooperatif STAD dengan media LKS berbasis pemecahan masalah mengikuti urutan
sebagai berikut:

a. Pawal pertemuan, mengkondisikan peserta didik agar mereka memiliki kesiapan belajar melalui
dialog-dialog singkat tentang struktur atom,system periodic unsure, nomor atom dan
konfigurasi electron menuju dialog yang menukik pada topic ikatan kimia.
b. Guru menyampaikan SK, KD tujuan pembelajaran dan indicator yang akan dicapai dalam
pembelajaran ini, dilanjutkan dengan apersepsi dan memotivasi peserte didik.
c. Setelah peserta didik tampak siap untuk melanjutkan proses pembelajaran maka guru mulai
menyajikan materi secara sistemstis, mengantarkan peserta didik kea rah pemahaman tentang
materi ikatan kimia yang sesuai dengan kompetensi dasar dalam kurikulum KTSP. Dalam
menyajikan materi guru menyelingi penjelasanya dengan mengajukan pertanyaan kepada
peserta didik secara acak.
d. Guru mengarahkan dan membantu peserta didik untuk membantu kelompok belajar,
selanjutnya membagikan meteri diskusi dalam bentuk LKS yang berorientasi pada pemecahan
masalah. Peserte didik mengerjekan tugas dalam LKS secara berkelompok melalui diskusi
kelompok (eksplorasi). Sementara itu guru mengawasi dan membantu peserta didik atau
kelompok yang mengalami kesulitan belajar.
e. Guru memberikan kuis atau tes sebagai umpan balik atau evaluasi penguasaan materi pelajaran
yang telah dipelajari.
f. Selanjutnya guru memberikan tanggapan dan penegasan . tiap kelompok diberi skor atas
penguasaanya terhadap materi pelajaran , dan kepada peserta didik secara individual atau
kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
g. Pertemuan kedua beberapa menit dilakukan pembahasan atau konfirmasiPR atau jika ada
pertanyaan dari peserta didik. Setelah itu langsunglaksanakan tes hasil belajar.

3. Hasil pengamatan

Berdasar hasil pengamatan, diawali pembentukan kelompok peserta didik menunjukkan


keinginan memilih sendirianggota kelompoknya, tetapi sesuai kreteria pembentukan kelompok maka
pesarta didik akhirnya menerima ketentuan dari guru, walaupun ada kesan yang tidak puas. Untuk
menghindari hal ini guru telah memberikan penertian bahwa semua peserta didik adalah bagian dari
masing- masing individu itu sendiri. Suasan sempat gsduh,tetapi setelah dilakukan penegasan oleh guru
dan diberi perhatian pada peserta didik yang melakukan aktifitas yang lain barulah suasana belajar
menjadi tenang dan tiap kelompok mulai melakukan pembagian tugas.

Pada pelaksanaan tindakan pada siklus I ini yang paling banyak menghabiskan waktu, sebab
peserta didik masih terbiasa dengan pola lama, masih menunggu penjelasan pendidik. Peserta didik
masi tampak ragu-ragu dalam menerima tugas baru di informasikan. Setelah diberi penegasan serta
masukan untuk bekerja sungguh-sungguh dalam kelompok, begitu juga dalam hal penilaian, akan
dilakukan penilaian kelompok maupun individu mereka yang yadinya cengar-cengir mulai diam,
membaca, mengekplorasi lewat buku-buku sumber serta melakukan diskusi antar anggota..

Secara umum terjadi perubahan aktifitas peserta didik yang dalam pembelajaran terdahulu
hanya mendengarkan, memperhatikan dan menjawab soal/pertanyaan dari guru, namun sekarang
peserta didik dapat berdiskisi, mendapat pertanyaan dari anggota kelompoknya, berkomunikasi
menyampaikan pendapat, mengambil kesimpulan.

Setelah diberikan tes hasil belajar pada akhir siklus I, penyebaran angket motivasi, dan setelah
dilakukan pengamatan terhadap motivasi belajar peserta didik, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Refleksi Pada Siklus I

Kriteria Hasil Keterangan


Hasil belajar 77,00 Terdapat 6 orang peserta didik
-Nilai rata-rata 77,00% yang belum mencapai KKM
-Daya serap 83,33% sebesar 75
-Ketuntasan Klasikal
Motivasi belajar kimia Tergolong cukup Secara umum motivasi belajar
-Hasrat dan keinginan berhasil Tergolong cukup kimia tergolong kategori cukup.
-Respon & kebutuhan belajar Tergolong cukup
-Harapan dan cita-cita masa Tergolong cukup
depan Tergolong cukup
-Dorongan akan penghargaan
-Lingkungan belajar kondusif&
inivatif

Dari table diatas , dapat dijelaskan bahwa setelah diberikan tindakan pada siklus pertama (untuk
hasil selengkapnya dapat dilhat pada lampiran 12,13 dan14), sudah terjadi peningkatan hasil belajar dan
juga peningkatan motivasi belajar, perolehan rata-rata hasil belajar pada tahap pra PTK hanyalah 69,72
sedangkan pada akhir siklus I sudah mencapai 77,00. Ini berarti sudah terjadi peningkata hasil belajar
sebesar baru mencapai 10,44%, dan telah terjadi peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari 50,00%
menjadi 83,33% (mengalami kenaikan sebesar 66,66%). Berdasarkan data, ketuntasan belajar belum
mencapai 100%, kerena pada saat pelaksanaan siklus I masih ada 6 peserta didik yang belum mencapai
ketuntasan minimal yang telah ditetapkan.

Hasil pengamatan dengan menggunakan lembar observasi terhadap 36 peserta didik, diperoleh
peningkatan motivasi belajar yang cukup signifikan dari sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari perolehan
skor motivasi belajar mengalami peningkatan dari kategori kurang (rata-rata 2,46) meningkat menjadi
kategori cukup (rata-rata 3,12). Begitu pula berdasarkan angket motivasi diperoleh data yang juga
mengalami peningkatan dengan kategori cukup (rata-rata 3,06). Walaupun terjadi perbedaan rata-rata
namun setelah dikonversikan sama-sama dalam kategori cukup, sehingga dapat disimpulkan baik
berdasarkan observasi maupun angket, motivasi belajar meningkat dengan kategori cukup.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaantindakan pertama ini, mengkondisikan


kesiapan belajar peserta didik, pembentukan kelompok, pelaksanaan diskusi, dan melakukan prestasi di
masing-masing kelompok belum maksimal. Bekerja sesuai tigasnya secara umum belum dilakukan denga
baik, kerena masih menunggu penjelasan guru danbelum adanya kerjasama yang bai diantara anggita,
diskusi dan prestasi masih kurang. Lebih jelasnya situasi dan kondisi pembelajaran dapat dideskripsikan
sebai berikut:
a. Peserta didikmasih ada yang lsuka untuk berpikir sendiri kurang tertarik untuk berbagi ide, gagasan
atau pendapat dalam kelompok. Sebagai besar peserta didik belum memahami dengan kondisi
belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatifSTAD dengan Media LKS berbasis
pemecahan masalah. Disamping itu belum adanya kejujuran pada diri masing-masingpeserta didik,
masih menutup-nutupikekurangan dan tidak mau mengevaluasi kemampuan sendiri secara obyektif.
b. Guru banyak memberi pengarahan pembentukan kelompok belajar.
c. Guru banyak memberi bantuan pada anggota kelompok, karena anggota lainnya belum bias
melakukan presentasi kerena belum terbiasa berkomunikasi walaupun mereka mengerti.
d. Guru belum maksimal dapat membimbing semua kelompok sebab perhatiannya belum menjangkau
semua kelompok.
e. Guru lebih intensif membimbingkelompok yang mengalami kesulitan dalam bekerja kelompok.
f. guru memberikan penghargaan pada kelompok yang hasilnya mendapat nilai tertinggi atau terbaik
atau dapat mempresentasikan hasilnya dengan baik.

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil yaitu ada peningkatan hasil belajar maupun motivasi
belajar peserta didik kelas X-3 SMA Negeri 1 Sukawati, jika dibandingkan dengan hasil dari refleksi
awalatau pada saat pra PTK dengan perolehan hasil sebagai berikut:

1. Rata-rata hasil belajar meningkat sebesar 10,44% Yaitu dari perolehan rata-rata sebelumnya 69,72
menjadi 77,00.
2. Ketentuan klasikal meningkat cukup signafikan dari 50,00% menjadi 83,33%, tetapi belum mencapai
ketuntasan klasikal 100% sesuai dengan indicator yang ditetapkan.
3. Motivasi belajar mengalami peningkatan cukup signafikan, yaitu meningkatkan satu tingkat dari
kategori kurang menjadi kategori cukuo. Jika dilihat secara kuantitatif perolehan skornya secara
keseluruhan untuk keempat aspek meningkat sebesar 25,98%, yaitu dari perolehan 2,46 meningkat
menjadi 3,12. Walaupun telah terjadi peningkatan namun belum mencapai kategori tinggi sesuai
indicator penelitian yang ditetapkan

Dengan demikian guru perlu membiasakan kondisi peserta didikuntuk menggunakan model
pembelajaran kooperatif STAD dengan manggunakan LKS berbasis pemecahan masalah, serta berupaya
untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I.

Hasil rafleksimenunjukkan ketuntasan kalsikal belum mencapai target indicator kinerja yang telah
ditetapkan. Demikian pula motifasi belajar peserta didik belum mencapai kriteria tinggi seperti target.
Oleh karena itu mengulang keberhasilan yang sudah tercapai dan mengejar target kinerja yang
dutetapkan maka penelitian ini dilanjut pada siklus II.

Kekurangan pada siklus I menjadi bekal pelaksanaan siklus II. Tindakan yang perlu dilakukan pada
siklus II adalah sebagai berikut.

a. Memberi rangsangan dan dorongan pada anggota kelompok yang lamban baik mencari
kelompok maupun dalam menyalesaikan tugasnya, mengingatkan agar dapat digunakan secara
efektif.
b. Memberikan pengarahan dan bimbang secara merata agar semua kelompok mendapat bantuan
terhadap kesulitan serta termotivasi dalam menyelesaikan tugasnya.
c. Memberi motivasi kepada kelompok peserta didik agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran.
d. Lebih intensif membimbing kelompok peserta didik yang mengalami kesulitan.
e. Memberikan penghargaan (rewad)kepada peserta didik.

C. Deskripsi Hasil Siklus II


1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan secara umum sudah dimulai pada awal bulan Agustus tahun 2010. Secara khusus pada
siklus II rencana merupakan koreksi atau penyampurnaan yang mempertimbangkan refleksi siklus I.
adapun perencanaan yang dibuat adalah:

a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (Lampiran 5).


b. Pembuatan Lembaran Kegiatan siswa (Lampiran 7).
c. Pembuatan tes hasil belajar tiap akhir siklus (lampiran 9).
d. Pembuatan lembar observasi dan lembar rekapitulasi hasil observasi, serta pembuatan
angket motivasi (lampiran 10-11)

2. Peleksanaan tindakan

Sesuai dengan jadwal penelitian yang telah dibuat pada perencanaan, maka pelaksanaan Siklus II
terdiri atas 2 pertemuan, dimulai hari sabtu, 28 Agustus 2010. Pada awal kegiatan ini pendidikan
menyampaikan keberhasilan pembelajaran pada siklus I serta kelemahan-kelemahan yang musti
dibenahi. Pada kesempatan itu, pendidikan juga meminta anak-anak untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan harapan terjadinya peningkatan hasil belajar. Pelaksanaan tindakan siklus II sesuai
dangan scenario yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Secara umum scenario
pembelajaran oada setiap RPP berdasarkan rancangan model pembelajaran kooperatif STAD dengan
media LKS berbasis pemecahan masalah mengikuti urutan sebagai berikut:

a. Paawal pertemuan, mengkondisikan peserta didik agar mereka memiliki kesiapan belajar.
Absensi kehadiran dan dialok-dialok singkat tentang struktur atom, system periodic unsure,
nomor atom dan konfiguransi electron menuju dialok yang menukik pada topic ikatan kimia.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran
ini, dilanjutkan dengan memotivasi peserta didik.
c. Setelah peserta didik tampak siap untuk melanjutkan proses pembelajaran maka guru mulai
menyajikan materi secara sistematis, dalam menyajikan meteri guru menyalingi penjelasannya
dengan mengajukan pertayaan kepeda peserta didik secara acak.
d. Guru mangarahkan dan membantu peserta didik untuk membantu kelompok balajar, selanjutnya
membagikan meteri diskusi dalam bentuk LKS yang berorientasi pada pemecahan
masalah.peserta didik mengarjakan tugas dalam LKS secara berkelompok melaluidiskusi
kelompok (eksplorasi). Sementara itu guru mangawasi dan mementau kegiatan diskusi dan
membantu peserta didik atau kelompok yang mengalami kesulitan belajar. Memberikan
kesempatan kepada kelompok untuk mempresentaskan kerjanya.
e. Guru memberikan kuis atau ntes sebagai umpan balik atau evaluasi penguasaan materi pelajaran
yang telah dipelajari.
f. Selanjutnya guru memberikan tanggapan dan penegasan. Tiap kelompok diberi skor atas
penguasaan terhadap materi pelajaran, dan kepada peserta didik secara individual atau
kelompok yang meraih presentasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
g. Pada pertemuan kedua, sebelum melaksanakan tes hasil belajar dilakukan konfirkasi PR atau jika
ada pertanyaan dari peserta didik. Setelah itu tes hasil belajar siklus II.
3. Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan, pembentukan kelompok lancer waktu transisi singkat. Peserta
didik menunjukkan aktif dan dengan cepat mencari kelompoknya, sehingga geru tidak terlalu
banyak terlewat.
Secara umum terjadi perubahan aktifitas peserta didik lebih aktif dan bersemangat serta
menunjukkan rasa senang dalam berdiskusi mengerjakan LKS, hamper semua anggota terlibat
aktif dalam kelompok. Pendidik memberikan perhatian secara adil dan merata terhadap
kelompok, sehingga semua kelompok menunjukkan keakraban dengan pendidik. Pada kegiatan
siklus II dilaksanakan dengan adanya presentasi antar kelompok sehingga diskusi dan sering
terjadi antar kelompok. Adapun perolehan hasil pada akhir siklus kedua dari hasil belajar
(Lampiran 15), hasil observasi (Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16) ,dan hasil
angket motivasi belajar peserta didik (Lamoiran 17) diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Refleksi pada siklus II

Kriteria Hasil Keterangan


Hasil belajar Seluruh peserta didik
- Nilai rata-rata 81,11 telah mencapai KKM
- Daya serap 81,11% sebesar 75
- Ketuntasan klasikal 100%
Motivasi belajar kimia Secara umum motivasi
- Hasrat dan keinginan berhasil Tergolong tinggi belajar tergolong kategori
- Respon & kebutuhan belajar Tergolong tinggi tinggi
- Harapan dan cita-cita masa depan Tergolong tinggi
- Dorongan akan penghargaan Tergolong tinggi
- Lingkungan belajar kondusi& Tergolong tinggi
inovatif
Dari table diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar diperoleh peningkatan dari siklus I yaiti
dari 77.00 menjadi 81,11 pada siklus II. Jika dilihat presentasenya telah terjadi peningkatan sebesar
5,34%. Sedangkan untuk ketuntasan belajar diperoleh hasil sudah mencapai 100%. Hal ini disebabkan
karena peserta didik memiliki motivasi yang tinggi dalam pembelajaran, pembelajaran sudah berpusat
pada dirinya sehingga belajar telah menjadi bagian dari kewajiban serta tugasnya.
4. Refleksi

Dari hasil observasi dalam proses pembelajaran dapat diketahui bahwa hasil pengamatan terhadap
pelaksanatindakan siklus II ini, strategi pendidikan, dalam mengkondisikan kesiapan belajar peserta
didik untuk mengerjakan tugas dalam kelompoknya sudah dapat dilakukan dengan baik, kerena
penjelasan yang deberikan sudah menggunakan hasil pemikiran bersama kelompoknya dalam
mengemukakan gagasan atau pendapatnya dalam diskusi dan presentasi. Sudah tidak ada peserta didik
yang tidak terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan model pembelajaran STAD dengan
media LKS berbasis pemecahan masalah. Hal ini bias dilihat dari hasil observasi maupun data angket
terhadap motivasi belajar yang telah mengalami peningkatan dari kategori cukup pada siklus I menjadi
kategori tinggi pada siklus II.

Data menunjukkan ada peningkatan hasil belajar maupun motivasi belajar peserta didik kelas x-3
SMA Negeri 1 Sukawati, jika dibandingkan dengan hasil dari refleksi pada akhir siklus I yaitu sebagai
berikut:

1. Rata-rata hasil belajar meningkat sebesar 5,34% yaitu dari perolehan rata-rata sebelumnya
77,00 menjadi 81,11. Bahkan jika dibandingkan dengan keadaan pada pra-PTK sudah meningkat
sebesar 16,33% (dari 69,72 menjadi 81,11) sehingga sudah mencapai indicator kinerja. Berarti
jika dilihat dari rata-rata hasil belajar pelaksanaan PTK sudah cukup sampai pada siklus II saja.
2. Ketuntasan Klasikal meningkat cukup siknifikan yaiti dari 50% (pra-PTK) menjadi 83.33% (siklus
I), menjadi 100% (siklus II), dengan demikian sudah mencapai ketuntasan klasikal sesua dengan
indikator yanh ditetapkan.
3. Motivasi belajar mengalami peningkatan secara signifikan pula, yaitu meningkat satu tingkat
dari kategori cukup menjadi kategori tinggi.

Oleh karena target pembelajaran telah berhasil mencapai seperti indocator kinerja yang
ditetapkan maka penelitian ini tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

D. Pembahasan Tiap Siklus Dan Antar Siklus

Berdasarkan hasil evaluasi peserta didik pada pembelajaran kimia selama dua siklus atau dua kali
tindakan telah berlangsung dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakansebelumnya. Adapun
peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada grafik berikut:
hasil belajar
84
82
80
78
76 hasil belajar
74
72
70
68
66
64
Pra-PTK Siklus I Siklus II

Gambar 4.1. Grafik Hasil Refleksi Belajar Secara Keseluruhan

Dengan memperhatikan grafik di atas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
peserta didik dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif STAD dengan menggunakan LKS
berbasis pemecahan masalah yang signifikan. Melalui model pembelajaran ini dapat memberikan
kebebasan dalam belajar, berkomunikasi, penyampaian pendapat dan melakukan diskusi.

Sementara itu hasil observasi terhadap motivasi belajar diperoleh hasil pada setiap siklus yaitu
sebagai berikut:
4.00

3.50

3.00

2.50

Pra-PTK
2.00
Siklus I
Siklus II
1.50

1.00

0.50

0.00
1 2 3 4 5

Gambar 4.2. Hasil Observasi terhadap motivasi Belajar

Sementara itu hasil angket terhadap motivasi belajar diperoleh hasil pada setiap siklus sebagai
berikut:

4.5

3.5

2.5
Siklus I
2 Siklus I2

1.5

0.5

0
1 2 3 3 4

Gambar 4.3. Hasil Angket terhadap Motivasi belajar


Keterangan:

1=Hasrat dan keinginan berhasil

2=Respon dan kebutuhan belajar

3=Harapan,cita-cita, dan masa depan

4=Dorongan akan penghargaan

5=Lingkungan belajar yang kondisif dan inovatif

Dari table diatas, secara umum terjadi peningkatan motivasi pada seluruh aspek motivasi
belajar. Dengan diskusi peserta didik dapat melatih diri untuk mengemukakan gagasan , saling isi
mengisi sesame teman sehingga rasa takut untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan lisan lebih berani
dibandingkan sebelumnya. Komunikasi antar teman dalam kelompok dapat memotivasi peserta
didikuntuk lebih banyak membaca sehingga peserta didik tidak terlalu ketergantungan dengan pendidik
dan teman-temannya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan penggunaan metode belajar kooperatif, peserta didik
bekerja sama dengan sesame peserta didik dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Model
pembelajaran terpadu kooperatif STAD dan pemecahan masalah ini adalah suatu model pembelajaran
kooperatif koprehensif dan terhadap dalam memberdayakan secara maksimal potensi peserta didik
dalam belajar.

Dalam penelitian ini setelah dilakukan pengamatan serta dilakukan refleksi selama pelaksanaan
penelitian tindakan maka dapat dipaparkan temuannya sebagai berikut:

1. Hasil belajar peserta didik yang rendah dapat ditingkatkan melalui melaksanakan pembelajaran
kooperatif STAD dengan media LKS berbasis pemevahan masalah. Peserta didik pada mulanya
terlihat bingung memahami metode ini namun setelah pelaksanaan peserta didik mulai
termotivasi belajar. Kominikasi dalam berdiskusi, mengemukakan pendapat, maupun prestasi
pada siklus I, hasil belum memuaskan. Guru tidak memiliki cukup waktu untuk melaksanakan
seluruh scenario tindakan. Baru pada siklus ke II strategi dirancang ulang, pemahaman akan
metode sudah demengerti sehingga pelaksanaan siklus I I lebih baik dari siklus I.
2. Dari dua kali siklus maka dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi siklus I diperoleh rata-rata hasil
belajar sebesar 77.00, daya serap 77,00% dan ketuntasan 83,33%, sedangkan siklus ke II di
peroleh rata-rata hasil 81,11, daya serap 81,11% dan ketuntasan 100% berarti terjadi
peningkatan ketuntasan belajar klasikal kelas X-3 SMA Negri 1 Sukawati Tahun Pelajaran
2010/2011.
3. Dari hasil pengamatan observasi juga dapat dijelaskan sebagai berikut: rata-rata setiap aspek
pengamatan telah terjadi peningkatan dari ketegori kurang menjadi tinggi terbukti dari rata-
rata skor observasi pra-PTK (2,46) pada siklus I (3,12) kategori motivasi cukup sedangkan rata-
rata skor siklus II (3,63) kategori motivasi tinggi, jadi telah terjadi peningkatan motivasi belajar.
4. Dari hasil angket motivasi belajar juga dapat disimpulkan terjadi peningkatan dari kategori
cukup pada siklus I dengan rat-rata skor 3,07 menjadi kategori pada siklus II dengan rata-rata
skor 3,76 prosentase kenaikannya sebesar 22,48
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap akhir siklus, diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Terjadi peningkatan motivasi belajar peserta didik melalui pembelajaran kooperatif STAD
dengan media LKS berbasis pemecahan masalah di kelas x-3 SMA Negeri 1 Sukawati tahun
pelajaran 2010/2011. Hal ini terbukti dari data observasi yang dilakukan pada siklus I secara
umum berada pada kategori cukup sedangkan pada siklus II data observasi menunjukkan
motivasi belajar tergolong dalam kategori tinggi. Demikian pula hasil angket motivasi peserte
didik menunjukkan hal yang sama dengan hasil observasi. Hal ini membuktikan bahwa metode
ini sangat baik digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
2. Terjadi peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif STAD dengan media LKS
berbasis pemecahan masalah pada peserta didik kelas x-3 SMA Negeri 1 Sukawati tahun
pelajara 2010/2011. Hal ini terbukti dari peningkatan rata-rata hasil belajar dan peningkatan
ketuntasan belajar secara klasik. Siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar sebesar 77.00, daya
swrap 77,00% dan ketuntasan 83,33%, sedangkan siklus II diperoleh rata-rata hasil 81,11, daya
serap 81,11% dan ketuntasan 100%.

B. Saran

Bardasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, khususnys dalam menggunakan metode
belajat kooperatif STAD dengan media LKS berbasis pemecahan masalah dalam pembelajaran konsep
ikatan kimia, maka dapat dirumuskan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik

Belajar adalah proses pengalaman bermakna, untuk memperoleh pengalaman yang bermakna harus
ada dorongan (Motivasi) dalam diri sendiri. Motivasi dalam diri untuk berhasil, mencapai cita-cita serta
masa depan yang lebih baik. Disamping itu kesedian diri untuk berkomunikasi dalam diskusi sehingga
suasana belajar menarik dan menyenangkan dan pada akhirnya prestasi meningkat.

2. Bagi Guru
a. Penggunaan metode belajar kooperatif STAD yang dipadukan dengan pemecahan masalah
dengan efektif jika guru telah memahami dengan baik peserta didiknya, untuk itu pengenalan
peserta didik dan petensi dari kelas secara kaseluruhan adalah wajib dilakukanoleh guru
sebelum menggunakan metode belajar ini.
b. Kemauan dan kesiapan guru dalam mencoba metode pembelajaran yang baru, adalah kunci
berhasil tidaknya pembelajaran yang dilakukan. Untuk itu, maka guru sebaiknya jangan hanya
terpaku pada penggunaan metode ceramah yang selamah ini telah dilakukan.
c. Untuk meningkatkan interaksi dalam pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajar peserta
didik dalam pembelajaran kimia maka metode belajar kooperatif ini harus terus dikembangkan
dan diterapkan dalam pembelajaran kimia dan semua bahan yang ada, sehingga hasilnya
pembelajaran kimia akan dapat ditingkatkan.
3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini bias dijadikan sebagai masukan agar pelaksanaan pembelajaran berpusat pada
peserta didik, menganjurkan bagi guru untuk mencoba inovatif dengan metode kooperatif tipe
STAD yang dipadukan dengan pemecahan masalah.

Anda mungkin juga menyukai