Anda di halaman 1dari 20

KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA

1
BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA
2
BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR

KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA


BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
TEATER KECIL - TAMAN ISMAIL MARZUKI
JUMAT, 13 DESEMBER 2013 / 19.00 WIB

ILUSTRASI SAMPUL
RIOSADJA

PENATA LETAK
RIOSADJA

PROOFREADER
ANKA

DEWAN KESENIAN JAKARTA


TAMAN ISMAIL MARZUKI, JL. CIKINI RAYA NO 73 JAKARTA 10330
T/F: +6221.31937639
W: WWW.DKJ.OR.ID

DEWAN KESENIAN JAKARTA (DKJ) ADALAH SALAH SATU LEMBAGA YANG DIBENTUK OLEH MASYARAKAT SENIMAN DAN DIKUKUHKAN
OLEH GUBERNUR DKI JAKARTA, ALI SADIKIN, PADA TANGGAL 7 JUNI 1968. TUGAS DAN FUNGSI DKJ ADALAH SEBAGAI MITRA KERJA
GUBERNUR KEPALA DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA UNTUK MERUMUSKAN KEBIJAKAN GUNA MENDUKUNG KEGIATAN DAN
PENGEMBANGAN KEHIDUPAN KESENIAN DI WILAYAH PROPINSI DKI JAKARTA. ANGGOTA DEWAN KESENIAN JAKARTA DIANGKAT
OLEH AKADEMI JAKARTA (AJ) DAN DIKUKUHKAN OLEH GUBERNUR DKI JAKARTA. PEMILIHAN ANGGOTA DKJ DILAKUKAN SECARA
TERBUKA, MELALUI TIM PEMILIHAN YANG TERDIRI DARI BEBERAPA AHLI DAN PENGAMAT SENI YANG DIBENTUK OLEH AJ. NAMA-
NAMA CALON DIAJUKAN DARI BERBAGAI KALANGAN MASYARAKAT MAUPUN KELOMPOK SENI. MASA KEPENGURUSAN DKJ ADALAH
TIGA TAHUN.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KESENIAN DKJ, TERCERMIN DALAM BENTUK PROGRAM TAHUNAN YANG DIAJUKAN DENGAN
MENITIKBERATKAN PADA SKALA PRIORITAS MASING-MASING KOMITE. ANGGOTA DKJ BERJUMLAH 25 ORANG, TERDIRI DARI PARA
SENIMAN, BUDAYAWAN DAN PEMIKIR SENI, YANG TERBAGI DALAM 6 KOMITE: KOMITE FILM, KOMITE MUSIK, KOMITE SASTRA, KOMITE
SENI RUPA, KOMITE TARI DAN KOMITE TEATER.
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA
3
BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR

DAFTAR HAL.
4
Pengantar
ISI Ketua Umum Pengurus Harian - Dewan Kesenian Jakarta

HAL.
5
Pengantar
Ketua Komite Sastra - Dewan Kesenian Jakarta

HAL.
7
Tentang Bincang Tokoh

HAL.
9
Profil Acep Zamzam Noor

HAL.
11
Profil Pembahas

HAL.
12
Apresiasi Puisi Karya Acep Zamzam Noor

HAL.
13
Musik

HAL.
14
Lampiran: Sajak Acep Zamzam Noor

HAL.
16
Panitia
Susunan Acara
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA
4
BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR

PENGANTAR Bincang Tokoh # 9 menampilkan penyair Acep Zamzam Noor,


penyair kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat.

KETUA Kang Acep--begitu ia akrab disapa--adalah salah seorang penyair


produktif Indonesia dan mendapat sejumlah penghargaan dari
UMUM dalam maupun luar negeri. Tak hanya dikenal sebagai penyair,
Kang Acep juga seorang pelukis.
PENGURUS Serial ”Bincang Tokoh” kali ini diwarnai pertunjukan karya Kang

HARIAN Acep dalam bentuk musikalisasi puisi dan pembacaan puisi.

Program Bincang Tokoh, awalnya dirancang Komite Sastra


Dewan Kesenian Jakarta periode 2009-2012--Ahmadun Y.
Herfanda, Martin Aleida, Diah Hadaning, Zan Hae--merupakan
forum mendekatkan pengarang dengan publik. Dari relasi seperti
ini diharapkan memunculkan pengetahuan lebih mendalam lagi
tentang sosok pengarang dan karya-karyanya, yang dibahas
secara khusus dalam suatu perbincangan yang cair.

Program ini diselenggarakan sejak 2010, telah menampilkan


sejumlah sastrawan ternama Indonesia, yaitu Remy Sylado,
Abdullah Harahap, Afrizal Malna, Budi Darma, Goenawan
Mohamad, Nh. Dini, Sapardi Djoko Damono, dan Seno Gumira
Ajidarma.

Semoga program ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Irawan Karseno

Ketua Umum Pengurus Harian


Dewan Kesenian Jakarta, 2013-2015
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA
5
BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR

PENGANTAR Salam budaya,

Meneruskan tradisi yang telah berlanjut selama beberapa edisi,


KOMITE Dewan Kesenian Jakarta kembali menyelenggarakan acara
“Bincang Tokoh”. Di tengah derasnya arus internet dan sosial

SASTRA media, yang seringkali membuat jarak fisik semakin jauh, kami
melihat betapa pentingnya mempertemukan kembali para
sastrawan dan pembacanya.

Di edisi “Bincang Tokoh” ke-9 ini, kami memperkenalkan salah


satu penyair muda kita: Acep Zamzam Noor. Kenapa Acep
Zamzam Noor? Acep merupakan salah satu penyair yang
menonjol dari generasinya. Dengan latar belakang pesantren
dan pendidikan formal senirupa, puisi-puisinya sangat menarik
untuk diperbincangkan. Selain itu, di tengah langkanya
keberadaan kritikus sastra, kami juga memperkenalkan seorang
penelaah muda, Tia Setiadi. Bukan kebetulan kami menemukan
Tia Setiadi melalui lomba telaah sastra yang juga digagas oleh
Dewan Kesenian Jakarta di tahun 2007. Saat itu, Tia menelaah
karya-karya Acep dalam karya telaah berjudul “Religiusitas dan
Erotika dalam Sajak-sajak Acep Zamzam Noor.”

Sedikit berbeda dari acara “Bincang Tokoh” sebelumnya, kali


ini kami juga menyajikan satu apresiasi karya-karya Acep
Zamzam Noor dalam bentuk pertunjukan musik. Ini tak lepas
dari niat kami untuk memperkenalkan karya-karya sastra, puisi
khususnya, ke lingkaran-lingkaran yang lebih luas. Dengan cara
ini, semoga program “Bincang Tokoh” bisa memberi manfaat dan
mencapai apa yang diharapkannya, yakni mengeluarkan karya-
karya sastra dari rak-rak buku dan mengembalikan mereka
kepada para pembacanya.

Akhirnya, terima kasih kepada semua pihak yang mendukung


terlaksananya acara ini: Akademi Jakarta, Pengurus Harian
Dewan Keseian Jakarta, BP TIM, Acep Zamzam Noor, Tia Setiadi,
Zen Hae, Chandra Johan, Sutasoma, Sanggar Matahari, dan
nama-nama lain yang tak bisa kami sebut satu per satu.

Fikar W. Eda
Eka Kurniawan
Linda Christanty
Hanna Fransisca

Komite Sastra
Dewan Kesenian Jakarta, 2013-2015
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA
6
BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA
7
BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR

TENTANG “Bincang Tokoh” merupakan salah satu acara unggulan Dewan


Kesenian Jakarta (DKJ) yang digelar sejak pertengahan
tahun 2010. Acara yang diprakarsai oleh Komite Sastra DKJ
BINCANG ini menampilkan tokoh-tokoh penting sastra Indonesia, baik
penyair, cerpenis, maupun novelis.
TOKOH Bincang Tokoh diadakan dengan tujuan untuk mendekatkan
sastrawan-sastrawan terkemuka yang masih aktif menulis dan
telah menghasilkan karya-karya penting, dengan masyarakat
pembaca. Banyak sastrawan ternama Indonesia yang masih
”berjarak” dengan publik dan pemikiran-pemikiran serta
konsep kreatifnya belum dipahami dengan benar, sehingga
kurang mendapat apresiasi. Ditambah kecenderungan dewasa
ini, dengan kehadiran internet dan media sosial, di mana jarak
fisik semakin renggang. Karena itu, perlu ada upaya untuk
mendekatkan mereka dengan publiknya. Acara ini semacam
temu pengarang, dengan fokus perbincangan yang segar di
seputar proses kreatif dan wawasan sastra sang tokoh.

Mulai edisi ke-9 ini, kami juga menambahkan dua hal baru
kepada acara ini. Pertama, di tengah kelangkaan kritikus sastra,
kami mencoba menampilkan para penelaah muda di tengah
penulis dan pembaca. Dengan cara ini, kami mengharapkan
akan munculnya dialog segitiga penulis-kritikus-pembaca yang
sehat, sebagai pilar penting kesusastraan kita. Kedua, kami
juga menyajikan pertunjukan, berupa apresiasi terhadap karya-
karya sang tokoh dalam bentuk musik. Di edisi berikutnya, tak
tertutup kemungkinan apresiasi ini bisa berkembang ke bentuk-
bentuk seni yang lain. Gagasan ini terutama bertujuan untuk
membuka ruang-ruang baru bagi apresiasi sastra.
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA
8
BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA
9
BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR

PROFIL Acep Zamzam Noor dilahirkan di Tasikmalaya, 28 Februari 1960.


Masa kecil dan remajanya dihabiskan di lingkungan Pondok
Pesantren Cipasung, Tasikmalaya. 1980 menyelesaikan SLTA
ACEP di Pondok Pesantren As-Syafi’iyah, Jakarta. Lalu melanjutkan
pendidikannya ke Jurusan Seni Lukis Fakultas Seni Rupa dan
ZAMZAM Desain ITB (1980-1987). Mendapat fellowship dari Pemerintah
Italia untuk tinggal dan berkarya di Perugia, Italia (1991-
NOOR 1993). Mengikuti workshop seni rupa di Manila, Filipina (1986),
mengikuti workshop seni grafis di Utrecht, Belanda (1996).

Puisi-puisinya tersebar di berbagai media massa terbitan daerah


dan ibukota. Juga di Majalah Sastra Horison, Jurnal Kebudayaan
Kalam, Jurnal Ulumul Qur’an, Jurnal Puisi serta Jurnal Puisi
Melayu Perisa dan Dewan Sastra (Malaysia). Sebagian puisinya
sudah dikumpulkan antara lain dalam Di Luar Kata (Pustaka
Firdaus, 1996), Di Atas Umbria (Indonesia Tera, 1999), Dongeng
Dari Negeri Sembako (Aksara Indonesia, 2001), Jalan Menuju
Rumahmu (Grasindo, 2004), Menjadi Penyair Lagi (Pustaka Azan,
2007), Tulisan pada Tembok (Komodo Books, 2011), Bagian dari
Kegembiraan (Pustaka Azan, 2013) serta dua kumpulan puisi
Sunda Dayeuh Matapoe (Geger Sunten, 1993) dan Paguneman
(Nuansa Cendekia, 2011). Sedang esai-esainya terkumpul dalam
Puisi dan Bulu Kuduk (Nuansa Cendekia, 2011).

Sejumlah puisinya termuat dalam beberapa antologi penting


seperti Antologi Puisi Indonesia Modern Tonggak IV (Gramedia,
1987), Dari Negeri Poci II (Tiara, 1994), Ketika Kata Ketika Warna
(Yayasan Ananda, 1995), Takbir Para Penyair (Festival Istiqlal,
1995), Negeri Bayang-bayang (Festival Surabaya, 1996), Dari
Negeri Poci III (Tiara, 1996), Cermin Alam (Taman Budaya Jabar,
1996), Utan Kayu: Tafsir Dalam Permaianan (Kalam, 1998), Bakti
Kemanusiaan (Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 2000),
Angkatan 2000 (Gramedia, 2001), Dari Fansuri Ke Handayani
(Horison, 2001), Horison Sastra Indonesia (Horison, 2002), Napas
Gunung (Dewan Kesenian Jakarta, 2004) dan lain-lain.

Sejumlah puisinya juga sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa


Inggris dan termuat dalam The Poets Chant (Jakarta, 1995),
Aseano (Manila, 1995), In Words In Colours (Jakarta, 1995), A
Bonsai’s Morning (Bali, 1996), Journal of Southeast Asia Literature
Tenggara (Kuala Lumpur, 1996), diterjemahkan Harry Aveling
untuk Secrets Need Words: Indonesian Poetry 1966-1998 (Ohio
University Press, 2001), Poetry And Sincerity (Jakarta, 2006), Asia
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA
10
BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR

Literary Review (Hongkong, 2006) serta The S.E.A. Write Anthology of Asean Short Stories and
Poems (Bangkok, 2008). Juga diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda dan termuat dalam
Toekomstdromen (Amsterdam, 2004), diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dan termuat
dalam Orientierungen (Bonn, 2008), diterjemahkan ke dalam bahasa Portugal dan termuat
dalam Antologia de Poeticas (Jakarta, 2008). Belakangan diterjemahkan pula ke dalam bahasa
Jepang, Korea dan Arab.

Puisi-puisi Sundanya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Ajip Rosidi dan Wendy
Mukherjee untuk Modern Sundanese Poetry: Voices from West Java (Pustaka Jaya, 2001) dan ke
dalam bahasa Perancis oleh Ajip Rosidi dan Henri Chambert-Loir untuk Poemes Soundanais:
Anthologie Bilingue (Pustaka Jaya, 2001).

Beberapa kali mendapat Hadiah Sastra LBSS (Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda) untuk
puisi Sunda terbaik. Kumpulan puisinya, Di Luar Kata, meraih Penghargaan Penulisan Karya
Sastra 2000 dari Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Sedang kumpulan puisi
Jalan Menuju Rumahmu selain mendapat Penghargaan Penulisan (SEA) Karya Sastra 2005
dari Pusat Bahasa, juga mendapat South East Asian Write Award 2005 dari Kerajaan Thailand.
Mendapat Anugerah Budaya 2006 dari Gubernur Jawa Barat. Mendapat Anugerah Kebudayaan
(Medali Emas) 2007 dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI. Kumpulan puisinya, Menjadi
Penyair Lagi, meraih Khatulistiwa Literary Award 2006-2007. Kumpulan puisinya yang lain,
Bagian dari Kegembiraan, meraih Anugerah Hari Puisi Indonesia 2013. Sementara kumpulan
puisi Sundanya, Paguneman, meraih Hadiah sastra Rancage 2012. Namanya termuat dalam
Ensiklopedi Sunda dan Apa Siapa Orang Sunda susunan Ajip Rosidi.

Tahun 1995 mengikuti Scond ASEAN Writes Conference di Manila, Filipina, mengikuti Festival
Puisi Indonesia-Belanda dan Istiqlal International Poetry Reading di Jakarta. Tahun 1997
mengikuti Festival Seni Ipoh II, di Ipoh, Malaysia. Tahun 2001 mengikuti Festival Puisi Internasional
Winternachten Overzee di Jakarta, mengikuti Kuala Lumpur Southeast Asian Writers Meet di Kuala
Lumpur, Malaysia. Tahun 2002 mengikuti Festival Puisi Internasional Indonesia di Makassar.
Tahun 2004 mengikuti Winternachten Poetry International Festival di Den Haag, Belanda. Tahun
2006 mengikuti Festival Puisi Internasional 2006 di Palembang, mengikuti Ubud Writers and
Readers Festival 2006 di Bali. Tahun 2007 mengikuti Utan Kayu International Literary Biennale
di Magelang, menjadi mentor pada Bengkel Puisi Majlis Sastra Asia Tenggara (Mastera)
di Samarinda. Tahun 2008 mengikuti Temu Sastrawan Indonesia di Jambi, mengikuti Jakarta
International Literary Festival di Jakarta, mengikuti Revitalisasi Budaya Melayu di Tanjungpinang,
Kepulauan Riau. Tahun 2009 mengikuti Nusantara Poetry Gattering di Kuala Lumpur, Malaysia.
2011 mengikuti Temu Sastrawan Indonesia di Ternate. Banyak memberikan diskusi, lokakarya
atau workshop di berbagai daerah di penjuru Tanah Air. Tahun 2012 ia menjadi kurator pada
Ubud Writer & Readers Festival di Bali dan Pertemuan Penyair Nusantara VI di Jambi.
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA
11
BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR

PROFIL TIA SETIADI


PEMBAHAS Tia Setiadi, menulis sajak dan esai-esai bertema budaya, sastra
dan filsafat pada pelbagai media di antaranya Kompas, Koran
Tempo, Jawa Pos, Jurnas, Suara Merdeka, Suara Karya, Pikiran
Rakyat, lampung Post, Horison, MataBaca, Jurnal Cipta, Jurnal
Diskursus, Jurnal Cerpen Indonesia, Jurnal puisi Rumah Lebah,
Ruang Puisi, Jurnal Sastra Digital, Jurnal Sajak, Jurnal Poetika,
Jurnal Kritik. Ia juga telah menerima beberapa penghargaan,
beberapa di antaranya adalah Pemenang Utama Sayembara
Esai Pena Kencana Awards tahun 2012, Pemenang Hadiah
Sastra MASTERA (Majelis Sastera Asia Tenggara) 2013, untuk
kumpulan puisi Tangan Yang Lain, serta pemenang terbaik
lomba kritik seni.

ZEN HAE
Zen Hae menulis puisi, cerita, dan kritik sastra. Telah
menghasilkan dua buku: kumpulan cerita pendek Rumah
Kawin (KataKita, 2004) dan buku puisi Paus Merah Jambu
(Akar Indonesia, 2007)—yang terakhir ini masuk lima besar
Khatulistiwa Literary Award 2008 dan mendapatkan predikat
“Karya Sastra Terbaik 2007” dari majalah Tempo. Menamatkan
pendidikan di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Jakarta
(kini Universitas Negeri Jakarta) pada 1994. Pernah menjadi
wartawan, pekerja LSM, penulis naskah infotainmen, dan dosen
paruh waktu. Ia anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta
(2006-2012), Ketua Komite Sastra DKJ (2006-2009), dan Ketua
Bidang Kajian dan Kritik DKJ (2011).
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA
12
BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR

APRESIASI CANDRA JOHAN


PUISI Dikenal sebagai pelukis, penulis dan kurator di bidang seni dan
desain. Sebagai pelukis, lukisannya lebih banyak menyebar
KARYA ke kolektor-kolektor mancanegra. Sebagai penulis, termasuk
penulis tesis terbaik di FSRD ITB tahun 1986. Selama tiga tahun

ACEP menjadi kontributor bidang seni rupa untuk harian The Jakarta
Post dari tahun 1998-2001. Sebagai kurator lebih memperhatikan

ZAMZAM seniman-seniman grass-root yang memiliki potensi besar tapi


tidak diperhatikan oleh galeri-galeri komersial. Ia juga aktif

NOOR menulis esai tentang seni dan desain, seperti Paradigma Desain.
Selain itu, ia juga pernah duduk sebagai Ketua Komite Senirupa
di DKJ dari tahun 2003-2006.

IRAWAN KARSENO
Lahir di Surabaya pada 5 Desember 1960. Irawan mendapatkan
gelar sarjananya dari Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB
(1977) serta gelar master dari STIE, Jakarta (1997). Selain
melukis, ia juga berkecimpung dalam berbagai bidang seperti
desain, menejemen, serta kuliner. Pada2004 ia diundang untuk
mengikuti workshop dan residensi di Vermont Studio Center,
Amerika Serikat. Gestur artistik Irawan daoat dilihat dalam
pilihannya mengaplikasi cat, dengan disapukan, dituah, diciprat,
hingga ditoreh. Aktif berpameran tunggal dan kelompok sejak
1984. Pameran tunggalnya diadakan di Pusat Kebudayaan
Indonesia-Perancis, Bandung (1984), Essence Gallery, Jakarta
(1998), Sokka Gallery, Jakarta (2006), serta ”Believe It or Not,”
Galeri Cipta III, TIM, Jakarta (2012). Kini Irawan Karseno menjabat
sebagai Ketua Umum Pengurus Harian Dewan Kesenian Jakarta
Periode 2013 - 2015.
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA
13
BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR

MUSIK SUTASOMA
Konsep Sutasoma tercetus pertama kali ketika komunitas
Ngamen Sastra menggelar acara peringatan penyembelihan
Ismail oleh Ibrahim di tahun 2012. Awalnya, Sutasoma digagas
sebagai sebuah proyek poetry/ambient. Lantas, kolektif ini
berkembang menjadi unit tribal yang berpusat pada puisi-puisi
bernuansa kemarahan yang sarat akan kritik sosial dan dibalut
dengan alunan musik spiritual-eksperimental organik elektronik
yang menjadikannya kontradiktif namun jujur. Mengusung genre
spoken word, Sutasoma percaya bahwa puisi tak harus selalu
dinyanyikan.

SANGGAR MATAHARI
Deavies Sanggar Matahari Kelompok Musikalisasi Puisi 6
bersaudara kandung, Dedie S. Putra, Andri S. Putra, Devie
K. Syahni, Denie S. Putra, Herie S. Putra, Irma K. Syahni, dari
Orang tua Almarhum H. Fredie Arsi dan Hj. Rosnilla. Berkiprah
sejak tahun 1990 di bidang musikalisasi puisi dan telah
memusikalisasikan Puisi lebih dari 100 puisi karya penyair
Indonesia, Jerman dan Malaysia, menjadi wakil Indonesia pada
Pengucapan Puisi Dunia Kuala Lumpur tahun 2002 yang diikuti
22 negara, memprakarsai terbentuknya Komunitas Musikalisasi
Puisi Indonesia (KOMPI) yang sekarang telah memiliki cabang di
24 propinsi dan 14 kabupaten dan kota di Indonesia. Menerbitkan
Album Musikalisasi Puisi tahun 1996 bersama Balai Pustaka,
puisi tingkat Aceh bersama KASUHA tahun 2000, Nyanyian
Rindu tahun 2003, Ruh U Krak tahun 2006. Menggelar Konser
Musikalisasi Puisi pada Peringatan 10 tahun Sanggar Matahari
di Graha Bakti Budaya, dihadiri Presiden Abdul Rahman Wahid,
Konser Tunggal 2008 di GBB, TIM dan konser keliling hampir di
seluruh propinsi Indonesia.
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA
14
BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR

LAMPIRAN SAJAK ACEP ZAMZAM NOOR


BUAT LINA SAGARAL Tapi siapa gerangan pemilik tanah luas ini?
tak kutemui
Seorang pun di sini
REYES Hanya danau
Menggenang
Peluru yang Pulau kecil, angsa-angsa putih, sebuah
ditembakan ke udara Perahu
adalah nasibmu: Air hijau dengan riak-riaknya yang sopan
sebuah air mancur, sumber kata yang Tak ada bunyi kodok atau denting piano
jernih Yang ada hanya kau,
Di antara batu hitam, akar pohon dan Lina, dengan sebutir peluru di dada
Retakan tanah Menghirup napas air, ganggang dan dingin
Matahari tercipta dari kemurnian kata batu
Air mata langit
Mengkristal pada Tapi siapakah yang menguasai seluruh
Puncak enerji kata tanah dan air
Tak bernama ini? tak kudengar suara pidato
Sebuah Juga tak kulihat iring-iringan panjang
Bendungan tebal yang retak Para serdadu datang dan pergi pada malam
Gunung berapi yang ingin meledakan diri hari
Tapi sungai telah Perang besar atau perang kecil, puing-
Mengirimkan suaramu puing, mayat-mayat
Ke muara-muara sunyi yang jauh Sebuah gempa dahsyat akan menyelesaikan
Kata-katamu akan mengeras Semuanya:
Seperti ombak
Yang digarami waktu Di belantara negerimu yang kini terbakar
Di lembah-lembah Kuda-kuda liar tak lagi berpacu
Negerimu yang Anjing-anjing hutan tertidur
Perawan Pohon-pohon
Langit menanggalkan Menundukan kepala
Jubahnya Seorang lelaki kuning di atas bukit karang
Kucium wangi humus dan bau lumpur Suaranya melengking
Kubayangkan bunga-bunga rumput yang Seperti kesepianmu
Keemasan Yang diberondong
Seribu peluru
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA
15
BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR

LAMPIRAN SAJAK ACEP ZAMZAM NOOR


ZIKIR Tumpah ke bumi
Menggelinding bagai batu
Bagai hantu
Aku mengapung
Ringan Anne! Anne! Anne!
Meninggi padamu. Bagai kapas menari-nari
Dalam angin Inilah rentetan tembakan kerinduanku,
Jumpalitan bagai ikan lemparan
Bagai lidah api Granat ketakutanku, dentuman meriam
kemabukanku
Bau busuk mulutku, Anne Luapan minyak kegairahanku, kobaran
Seratus tahun memanggi-manggil tungku kecintaanku
Namamu Semburan asap kepunahanku

Inilah zikirku: Aku tak mengemis padahal miskin, tak


Lelehan aspal kealpaanku, cairan timah mencuri
Kekeliruanku, gemuruh mesin keliaranku Padahal terdesak, tak merampok padahal
Tumpukan sampah keterpurukanku banyak utang
Selokan mampat kesia-siaanku Tak menipu padahal ada kesempatan, tak
menuntut
Aku tak tidur padahal ngantuk, tak makan Padahal punya hak, tak memaksa
Padahal lapar, tak minum padahal haus Padahal putus asa
Tak menangis padahal sedih, tak berobat
Padahal luka, tak bunuh diri Anne! Anne! Anne!
Padahal patah hati
Zikirku seribu sunyi mengejarmu
Anne! Anne! Anne! Menggedor barikade pertahananmu,
menerobos
Zikirku seribu sepi menombakmu Dinding persembunyianmu, mengobrak-
Menembus lapisan langitmu, membongkar abrik ruang
Gumpalan megamu, membakar pusaran Semadimu, menghancurkan singgasana
Kabutmu, menghanguskan jarak Kekhusyukanmu
Ruang dan waktu
Bau busuk mulutku, Anne
Aku mencair Seratus tahun memanggil-manggil
Bagai air Namamu
Mengalir padamu. Bagai hujan
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA
16
BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR

PANITIA
PENANGGUNG JAWAB KETUA BIDANG PROGRAM
DEWAN KESENIAN JAKARTA HELLY MINARTI

STEERING COMMITTEE MANAJER PROGRAM


KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN ANA ROSDIANAHANGKA
JAKARTA
FIKAR W. EDA PROGRAM OFFICER
EKA KURNIAWAN ANA ROSDIANAHANGKA
LINDA CHRISTANTY
HANNA FRANSISCA PROJECT OFFICER
REBECCA KEZIA
//
PENATA PANGGUNG
NARASUMBER HUMAIRAH
ACEP ZAMZAM NOOR
HUMAS
DISKUSI / PEMBAHAS DITA KURNIA
TIA SETIADI
ZEN HAE DESAIN GRAFIS
RIOSADJA
APRESIASI PUISI
KARYA ACEP ZAMZAM NOOR PEMBAWA ACARA
CHANDRA JOHAN HANNA FRANSISCA
IRAWAN KARSENO
PENERIMA TAMU
MUSIK MARIA
SUTASOMA DINA
SANGGAR MATAHARI
DOKUMENTASI
JOEL TAHER
EVA TOBING

KEBERSIHAN
DEDY GUNAWAN
IAN
JAELANI

SUSUNAN 19.00—20.20
Diskusi dan Tanya Jawab
ACARA bersama Zen Hae, Tia Setiadi, dan Acep Zamzam Noor

20.20—20.30
Kolaborasi baca puisi oleh Chandra Johan dan Irawan Karseno

20.30—21.00
Penampilan Musik: Sutasoma

21.00—21.30
Musikalisasi puisi oleh Sanggar Matahari

Anda mungkin juga menyukai