oleh
Nendi Rohaendi
2
“
▫ "At the end of the day, the
goals are simple: safety
and security." - Jodi Rell
3
UNIT KOMPETENSI POP
1. Menerapkan peraturan
perundang-undangan
tentang keselamatan
pertambangan
khususnya yang
berkaitan dengan tugas
dan tanggung jawabnya
2. Menerapkan dasar-dasar
keselamatan
pertambangan
SKKNI – POP UNIT KOMPETENSI : UU KESELAMATAN PERTAMBANGAN
KEMENTERIAN ESDM
FR=
2017: 0.21
2018: 0.14
2017 2018
Minor: 62 Minor: 47
Major: 80 Major: 53
Fatal: 11 Fatal: 17
https://modi.minerba.esdm.go.id/pimpinan/kecelakaanTambang SR:=
2017: 124.57
2018: 125.73
KEMENTERIAN ESDM
STATISTIK KECELAKAAN TAMBANG TAHUN 2012 S.D 2019
232
216
KECELAKAAN TAMBANG
159
155
151
146
JUMLAH
139
111
105
82 79
75 78 78
71 68
59 61
52 54 54
46 49
40
29 32
25
16 17
11 8
6
KEMENTERIAN ESDM
KEMENTERIAN ESDM
KEMENTERIAN ESDM
Apakah Filosofi atau falsafah K3?
• Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam
menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya
pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di
lingkungan tempat kerjanya.
• Bila semua potensi bahaya telah dikendalikan dan memenuhi
batas standar aman, maka akan memberikan kontribusi
terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat, dan
proses produksi menjadi lancar, yang pada akhirnya akan
dapat menekan risiko kerugian dan berdampak terhadap
peningkatan produktivitas
Zero Accident
KEMENTERIAN ESDM
FILOSOFI K3
Menurut International Association of Safety Professional, Filosofi K3 terbagi
menjadi 8 filosofi yaitu:
1. Safety is an ethical responsibility.
2. Safety is a culture, not a program.
3. Management is responsible.
4. Employee must be trained to work safety.
5. Safety is a condition of employment.
6. All injuries are preventable.
7. Safety program must be site specific.
8. Safety is good business.
KEMENTERIAN ESDM
PENGELOLAAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Dasar Hukum
16
KEMENTERIAN ESDM
BUDAYA KESELAMATAN KERJA
• Adalah penyesuaian antara aspek-aspek budaya
keselamatan pertambangan yang saling berbeda serta
berperannya masing-masing aspek tersebut sesuai dengan
posisinya menjadi satu kesatuan yg utuh atau bulat sehingga
mencapai suatu keserasian dalam pengelolaan keselamatan
pertambangan.
• Budaya K3 adalah sebuah hasil dari nilai-nilai, persepsi,
perhatian, kompetensi dan pola-pola perilaku individu dan
grup yang menunjukkan komitmen, cara, dan kemampuan
dari sebuah manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
dari sebuah organisasi (DuPont).
17
KEMENTERIAN ESDM
Historical Path From Safety Engineering To Culture Change
CC
E3
E3 BB
E1
E1 E2
E1 E2
(E2) (BB)
Enforcement Behaviour-based
• SK Poon, 2007
KEMENTERIAN ESDM
Konsep Good Mining Practice
Good Mining Practice adalah seluruh proses yang dilalui dari awal sampai
akhir harus dilakukan dengan baik dengan mengikuti standar yang telah
ditetapkan, mengikuti norma dan peraturan yang berlaku sehingga dapat
mencapai tujuan pertambangan dengan efisien.
KEMENTERIAN ESDM
2.
Konstruksi Hukum
Perundangan Pertambangan
Let’s start with the first set of slides
TAP MPR RI NOMOR III/MPR/2000
tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Perundang-undangan
UUD 1945
TAP MPR RI
Undang-Undang
21
PERTAMBANGAN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NKRI
(UUD 1945, UU NO 4/2009, DAN UU NO. 32/2004 (NO.23/2014))
Kepemilikan
(Mineral Right) BANGSA INDONESIA
Penguasaan NEGARA
PEMERINTAH
• Penetapan Kebijakan dan Pengaturan
• Penetapan Standar dan Pedoman
• Penetapan Kriteria pembagian Urusan Pusat dan Daerah
+ “Dekonsentrasi”
• Tanggungjawab pengelolaan minerba berdampak
nasional dan lintas provinsi
+ “Desentralisasi”
Undang-Undang
Penyelenggaraan
Penguasaan PEMERINTAH PROVINSI
Pertambangan Tanggungjawab pengelolaan lintas
(Mining Right) Kabupaten dan/atau berdampak regional
Perda
PELAKU USAHA
Hak Pengusahaan BUMN / BUMD
Badan Usaha Lain
(Economic Right) Koperasi
Perorangan
HIERARKI
KONSTRUKSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI
BIDANG MINERAL DAN BATUBARA
UUD 1945 UUD 1945 PASAL 33
PERMEN KEPMEN
1. NO.1256.K/03/M.PE/1991 ttg Juknis
1. PERMEN ESDM NO 28 TAHUN 2009 Tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara Pelaksanaan Pengawasan Bahan Galian
sebagaimana telah diubah dengan Permen ESDM Nomor 24 Tahun 2012 Golongan C
2. PERMEN ESDM NO 34 TAHUN 2009 Tentang Pengutamaan Pasokan Kebutuhan Mineral Dan Batubara Untuk
2. NO.2555.K/201/M.PE/1993 tentang Pelaksana
Kepentingan Dalam Negeri Inspeksi Tambang (PIT) Bidang Pertambangan
3. PERMEN ESDM NO 17 TAHUN 2010 Tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral Dan Batubara Umum
4. PERMEN ESDM No 02 Tahun 2013 ttg Pengawasan thp Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan yang
3. NO.555.K/26/M.P3/1995 tentang Keselamatan
dilaksanakan oleh Pemda dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum
5. PERMEN ESDM NO. 28 Tahun 2013 ttg Tata Cara Pelelangan WIUP dan WIUPK Mineral Logam dan Batubara
4. NO.1453.K/29/MEM/2000 Pedoman Teknis
6. PERMEN ESDM NO 43 Tahun 2015 ttg Tata Cara Evaluasi Penerbitan IUP Mineral dan Batubara
Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang
7. PERMEN ESDM NO 38 Tahun 2014 tentang SMKP Pertambangan Umum
8. dll
DASAR HUKUM K3 PERTAMBANGAN MINERBA
UUD 1945 Pasal 27 UUD 1945 Pasal 33
(2) (2&3)
25
DASAR HUKUM KESELAMATAN PERTAMBANGAN
PP NOMOR 32 TH 1969 ttg Pelaksanaan UU No. 11 thn 1967 (Pasal 64 & 65)
PP NOMOR 55 TH 2010 Pembinaan dan Pengawasan Minerba (Pasal 16, 26, 27)
Permen ESDM No. 11 Tahun 2018 tentang Tata cara pemberian wilayah, perizinan, dan pelaporan pada kegiatan usaha pertambangan minerba
Permen ESDM No. 22 Tahun 2018 tentang Perubahan Permen No. 11 Tahun 2018
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Minerba
Kepmen ESDM No. 1827 Tahun 2018 tentang pedoman pelaksanaan kaidah teknik pertambangan yang baik
26
DASAR HUKUM KESELAMATAN
PERTAMBANGAN
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018:
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan
Mineral dan Batubara
Permen ESDM No. 11 Tahun 2018 Jo Permen ESDM No. 22 Tahun 2018:
Tata cara pemberian wilayah, perizinan, dan pelaporan pada kegiatan usaha
pertambangan minerba
• Kepdirjen Nomor
308/30/DJB/2018 tentang
Juknis KTT/PTL, Pengawas
Operasional, Pengawas Teknis,
dll
• Kepdirjen Nomor
309/30/DJB/2018 tentang
Bahan Peledak dan Peledakan
Permen ESDM Kepmen ESDM No dan Tangki Bahan Bakar Cair
No 26 Tahun 2018 1827K/30/MEM/2018 • Kepdirjen Nomor
185/30/DJB/2018 tentang
Pelaksanaan Kaidah Pedoman Pelaksanaan Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Keselamatan Pertambangan
Pertambangan Yang Baik dan Kaidah Teknik Pertambangan dan Pelaksanaan, Penilaian,
Pengawasan Pertambangan yang Baik dan Pelaporan SMKP Minerba
Mineral dan Batubara
3.
UU No. 4 Th 2009 dan
UU No. 1 Th 1970
UU No. 13 Th 2003
Let’s start with the first set of slides
UU NO. 4 TAHUN 2009
Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik, pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan:
a. ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan ;
Pasal b. keselamatan operasi pertambangan
96 c. pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan pascatambang;
d. upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara;
e. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan
1) Menteri melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang
dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
2) Menteri dapat melimpahkan kepada gubernur untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Pasal kewenangan pengelolaan di bidang usaha pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
140 dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/ kota.
3) Menteri, gubernur, dan bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan atas
pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh pemegang IUP, IPR, atau IUPK.
Pasal 13
Kewajiban Bila • Wajib mentaati semua petunjuk K2 & memakai APD yang diwajibkan
Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai
hak untuk memperoleh perlindungan
atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan Pasal 87
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan
c. perlakuan yang sesuai dengan
sistem manajemen keselamatan dan
harkat dan martabat manusia serta
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
nilai-nilai agama. sistem manajemen perusahaan.
(2) Untuk melindungi keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan
dan kesehatan kerja.
4.
PP NO. 32 Th 1969,
PP No. 75 Th 2001
PP No. 19 Th 1973,
PP No. 55 Th 2010
Let’s start with the first set of slides
Pengawasan Pertambangan (UU No. 11 Tahun 1967)
Karakteristik
Kementerian ESDM PP No. 19 Tahun 1973
Pertambangan
• Padat Modal dan • Memiliki personel • Menteri ESDM
Teknologi khusus melakukan
• Risiko Besar dan • Memiliki peralatan pengawasan atas K3
Spesifik khusus dalam bidang
• Peralatan Khusus pertambangan
kecuali untuk ketel
• Dinamis (Hazard dan
uap.
Risiko Berpindah)
PP NO. 19 TH 1973
41
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010
• Pasal 13: (2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan yang dilakukan oleh pemegang IUP, IPR, atau IUPK.
Kelayakan Evaluasi
Sistem dan Pelaksanaan Sarana, Kompetensi Laporan Hasil
Pemeliharaan/Perawatan Pengamanan Prasarana,
Sarana, Prasarana,
Instalasi Tenaga Teknik Kajian Teknis
Instalasi dan Peralatan
Pertambangan
Instalasi, dan Pertambangan
Peralatan
Pertambangan
PENGAWASAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Perusahaan:
Pemerintah: •Kepala Teknik Tambang
•Organisasi dan Personil Keselamatan Pertambangan
- Kepala Inspektur Tambang •Program Keselamatan Pertambangan
- Inspektur Tambang •Anggaran & Biaya
•Dokumen & Laporan Keselamatan Pertambangan
45
5.
PERMEN ESDM NO 26
TAHUN 2018
Let’s start with the first set of slides
9 BAB Ketentuan Pelaksanaan
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
Pelaksanaan Pengawasaan
Umum Kaidah Teknik Tata Kelola Penyelenggaraan
Pertambangan Pengusahaan Pengelolaan
Yang Baik Pertambangan Usaha
Mineral dan Pertambangan
Batubara
Bab IX
Bab VI
Bab VII
Bab VIII
Terhadap Administratif lain-lain Peralihan Penutup
Kegiatan
Usaha
Pertambangan
48
STRUKTUR PERMEN NO. 26 TAHUN 2018
49
STRUKTUR PERMEN NO. 26 TAHUN 2018
50
KEPALA INSPEKTUR TAMBANG (KAIT) DAN INSPEKTUR TAMBANG (IT)
• Kepala Inspektur Tambang yang selanjutnya disebut KaIT adalah pejabat yang secara ex
officio menduduki jabatan Direktur yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang
keteknikan dan lingkungan pertambangan mineral dan batubara pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertambangan mineral dan batubara.
• Inspektur Tambang adalah aparatur sipil negara yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kaidah teknik
pertambangan yang baik serta kaidah teknik pengolahan dan/atau pemurnian.
• Pejabat yang Ditunjuk adalah aparatur sipil negara yang diberi tugas, tanggung jawab, dan
wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tata kelola pengusahaan
pertambangan serta tata kelola pengusahaan Pengolahan dan/atau Pemurnian.
• PASAL 3 AYAT 1
• Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan
IUPK Operasi Produksi dalam setiap tahapan kegiatan Usaha
Pertambangan wajib melaksanakan kaidah pertambangan yang baik.
• PASAL 4 AYAT 1
• Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau
pemurnian dalam kegiatan Pengolahan dan/atau Pemurnian wajib
melaksanakan kaidah pertambangan yang baik.
• PASAL 5 AYAT 1
• Pemegang IUJP wajib melaksanakan kaidah pertambangan yang baik
sesuai dengan bidang usahanya.
53
GOOD MINING PRACTICE
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 3 ayat 3 Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 3 ayat 4
56
• Pasal 14 ayat (1) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi, dan IUPK Operasi Produksi wajib melaksanakan ketentuan
keselamatan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
huruf c dan huruf d.
• Pasal 14 ayat (2) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi, dan IUPK Operasi Produksi dalam melaksanakan ketentuan
keselamatan pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib:
a. menyediakan segala peralatan, perlengkapan, alat pelindung diri,
fasilitas, personil, dan biaya yang diperlukan untuk terlaksananya
ketentuan keselamatan pertambangan; dan
b. membentuk dan menetapkan organisasi bagian keselamatan
pertambangan berdasarkan pertimbangan jumlah pekerja, sifat, atau
luas area kerja.
57
Pengelolaan Keselamatan Pertambangan Mineral
dan Batubara
58
Pelaksanaan Keselamatan Kerja Pertambangan
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (a)
program
keselamatan
kerja yang
meliputi pendidikan pencegahan
pencegahan administrasi manajemen inspeksi
manajemen dan pelatihan dan
terjadinya keselamatan keadaan keselamatan
risiko; kecelakaan, keselamatan
kerja; darurat; kerja; dan
penyelidikan
kebakaran, dan kerja; kecelakaan;
kejadian lain
yang
berbahaya;
59
Pengelolaan Kesehatan Kerja
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (b)
ergonomis,
60
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (c)
61
Pengelolaan Keselamatan Operasi Pertambangan
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 5
a. sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan
b. pengamanan instalasi;
c. tenaga teknis bidang keselamatan operasi yang kompeten;
d. kelayakan sarana, prasarana instalasi, dan peralatan pertambangan dengan melaksanakan uji dan pemeliharaan
kelayakan;
e. evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan;
f. keselamatan bahan peledak dan peledakan;
g. keselamatan fasilitas pertambangan;
h. keselamatan Eksplorasi;
i. keselamatan tambang permukaan;
j. keselamatan tambang bawah tanah; dan
k. keselamatan kapal keruk/isap.
l. Keselamatan pengolahan dan/atau pemurnian (Pasal 16)
62
63
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Minerba
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 18 dan 19
I.
kebijakan;
VII.
tinjauan II.
manajemen
perencanaa
dan
n;
peningkatan
kinerja.
III.
VI.
organisasi
dokumentas
dan
i; dan
personel;
V.
pemantaua IV.
n, evaluasi, implementa
dan tindak si;
64
lanjut;
SANKSI ADMINISTRATIF
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 50
LAMPIRAN
Lampiran I: pedoman permohonan, evaluasi, dan/atau pengesahan kepala teknik tambang, penanggung jawab teknik
dan lingkungan, kepala tambang bawah tanah, pengawas operasional, pengawas teknis, dan/atau penanggung jawab
operasional
• KRITERIA KTT
• KTT Kelas IV
• KTT Kelas III
• KTT Kelas II
• KTT Kelas I
• KRITERIA PTL
• PTL Kelas III
• PTL Kelas II
• PTL Kelas I
68
KRITERIA KTT IV DAN III
• KRITERIA KTT IV
a. untuk pemegang Izin Pertambangan Rakyat (IPR); dan
b. mempunyai sertifikat kualifikasi yang diakui oleh KaIT atau telah mengikuti pendidikan atau bimbingan
teknis terkait penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik.
• KRITERIA KTT III
a. tahapan kegiatan pertambangan: tahap eksplorasi; dan tahap operasi produksi dengan metode
tambang semprot (Hidrolis), tambang bor, tambang terbuka berjenjang tunggal, kuari, dan
kapal keruk, dan/atau kapal isap;
b. jumlah produksi rata-rata: 1) tambang terbuka berjenjang tunggal, untuk batubara kurang dari
atau sama dengan 150 (seratus lima puluh) metrik ton per hari; 2) mineral logam meliputi:
tambang semprot kurang dari atau sama dengan 1 (satu) ton bijih per hari; dan kapal keruk
dan/atau kapal isap dengan menggunakan ponton kurang dari atau sama dengan 1 (satu) ton
bijih per hari; 3) mineral batuan atau mineral bukan logam meliputi: kuari kurang dari atau
sama dengan 250 (dua ratus lima puluh) ton batuan; dan mineral bukan logam dengan
produksi kurang dari atau sama dengan 250 (dua ratus lima puluh) ton perhari;
c. tanpa menggunakan bahan peledak;
d. jumlah pekerja kurang dari atau sama dengan 50 (lima puluh) orang; dan
e. memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional Pertama (POP) atau sertifikat kualifikasi
yang diakui oleh KaIT.
69
Kriteria KTT II
KTT Kelas II memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. tahapan kegiatan pertambangan operasi produksi dengan metode tambang semprot
(Hidrolis), tambang terbuka, kuari, kapal keruk/kapal isap;
b. jumlah produksi rata-rata: 1) tambang terbuka untuk batubara kurang dari atau sama
dengan 500 (lima ratus) metrik ton per hari; 2) mineral logam meliputi: a) tambang
terbuka untuk mineral logam kurang dari atau sama dengan 1.500 (seribu lima ratus)
ton bijih per hari; b) tambang semprot kurang dari atau sama dengan 5 (lima) ton bijih
per hari; dan c) kapal keruk dan/atau kapal isap kurang dari atau sama dengan 5 (lima)
ton bijih per hari; 3) mineral batuan atau mineral bukan logam meliputi: i. kuari
dengan produksi kurang dari atau sama dengan 500 (lima ratus) ton per hari; dan ii.
mineral bukan logam kurang dari atau sama dengan produksi 500 (lima ratus) ton per
hari.
c. jumlah pekerja kurang dari atau sama dengan 200 (dua ratus) orang; dan
d. memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional Madya (POM) atau sertifikat
kualifikasi yang diakui oleh KaIT.
70
Kriteria KTT I
KTT Kelas I memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi: tahap operasi produksi dengan metode
tambang semprot (Hidrolis), tambang terbuka, tambang bawah tanah, kuari, kapal keruk,
dan/atau kapal isap.
b. jumlah produksi rata-rata: 1) tambang terbuka untuk batubara lebih dari 500 (lima ratus)
metrik ton per hari; 2) tambang bawah tanah untuk batubara pada semua kapasitas produksi;
3) mineral logam meliputi: i. tambang semprot lebih dari 5 (lima) ton bijih per hari; ii. tambang
terbuka untuk mineral logam lebih dari 1.500 (seribu lima ratus) ton bijih per hari; iii. tambang
bawah tanah untuk mineral logam pada semua kapasitas produksi; dan iv. kapal keruk
dan/atau kapal isap lebih dari 5 (lima) ton bijih per hari; 4) mineral batuan atau mineral bukan
logam meliputi: i. mineral batuan atau mineral bukan logam dengan produksi lebih dari atau
sama dengan 500 (lima ratus) ton per hari; dan ii. tambang bawah tanah untuk mineral bukan
logam pada semua kapasitas produksi;
c. jumlah pekerja lebih dari 200 (dua ratus) orang; dan
d. memiliki Sertifikat Kompetensi Pengawas Operasional Utama (POU) atau sertifikat kualifikasi
yang diakui oleh KaIT.
71
KRITERIA PTL
72
KRITERIA, TUGAS, DAN FUNGSI KTBT
73
KRITERIA KTT UNTUK WARGA NEGARA ASING
a. memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan kelas KTT yang
diajukan atau memiliki Mine Manager Certificate atau sertifikat
sejenis yang diterbitkan oleh negara asal dan diakui oleh KaIT; dan
b. telah mengikuti pendidikan dan pelatihan terkait peraturan
perundang-undangan dan kebijakan mengenai penerapan kaidah
teknik pertambangan yang baik.
Bagi warga negara asing yang sudah disahkan sebagai KTT maka dilanjutkan dengan lulus Uji
Kemahiran Berbahasa Indonesia dengan predikat paling kurang madya dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan.
KaIT dapat membatalkan kembali pengesahan KTT tersebut apabila KTT tersebut belum lulus Uji
Kemahiran Berbahasa Indonesia dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
74
PENGAWAS OPERASIONAL DAN PENGAWAS TEKNIS,
• Kepmen ESDM No. 1827 Tahun 2018 Lampiran I:
“Pengawas Operasional adalah orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL dan
bertanggung jawab kepada KTT/PTL dalam melaksanakan inspeksi,
pemeriksaan, dan pengujian kegiatan operasional pertambangan di
wilayah yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik pertambangan
yang baik.”
“Pengawas Teknis adalah orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL dan
bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas keselamatan pemasangan,
pemeliharaan, pemeriksaan, dan pengujian terhadap sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan yang menjadi
tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai kaidah teknik pertambangan yang baik.”
75
76
PENGAWAS OPERASIONAL
77
PENGESAHAN PENGAWAS OPERASIONAL
78
PENANGGUNG JAWAB OPERASIONAL (PJO)
79
PENANGGUNG JAWAB OPERASIONAL (PJO)
Persyaratan Administrasi
a. pekerja perusahaan jasa pertambangan;
b. riwayat hidup calon PJO;
c. memiliki jabatan tertinggi dibuktikan dalam struktur organisasi perusahaan jasa
pertambangan (di site) yang ditandatangani oleh Direksi dengan cap basah;
d. surat pernyataan dukungan dari Direksi Perusahaan jasa pertambangan;
e. surat pernyataan komitmen calon PJO;
f. Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (madya) bagi TKA
Persyaratan Teknis
a. memahami aspek pengelolaan usaha jasa pertambangan;
b. memahami aspek teknis pertambangan, konservasi, keselamatan pertambangan, dan
perlindungan lingkungan;
c. memahami kewajiban dan sanksi usaha jasa pertambangan; dan
d. jenjang sertifikat kompetensi pengawas operasional atau sertifikat kualifikasi yang diakui oleh
KaIT yang ditentukan berdasarkan pertimbangan teknis oleh KTT
80
Lampiran III: PEDOMAN PELAKSANAAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN DAN
KESELAMATAN PENGOLAHAN DAN/ATAU PEMURNIAN MINERAL DAN BATUBARA;
1. Keselamatan Kerja Pertambangan
a. Manajemen Risiko 3. Lingkungan Kerja:
b. Program Keselamatan Kerja a. pengelolaan debu;
c. Pendidikan dan Pelatihan Keselamatan Kerja b. pengelolaan kebisingan;
d. Kampanye c. pengelolaan getaran;
e. Administrasi Keselamatan Kerja
d. pengelolaan pencahayaan;
f. Manajemen Keadaan Darurat
e. pengelolaan kuantitas dan kualitas udara kerja;
g. Inspeksi Keselamatan Kerja
h. Penyelidikan Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
f. pengelolaan iklim kerja;
g. pengelolaan radiasi;
h. pengelolaan faktor kimia;
2. Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau
Pemurnian mencakup: i. pengelolaan faktor biologi; dan
a. Program Kesehatan Kerja j. pengelolaan kebersihan lingkungan kerja
b. Higiene dan Sanitasi
c. Pengelolaan Ergonomi
d. Pengelolaan Makanan, Minuman, dan Gizi Pekerja
Tambang
e. Diagnosis dan Pemeriksaan Penyakit Akibat Kerja
81
Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
Program keselamatan kerja dibuat dan dilaksanakan untuk mencegah kecelakaan,
kejadian berbahaya, kebakaran, dan kejadian lain yang berbahaya serta menciptakan
budaya keselamatan kerja.
Kepmen ESDM No. 1827 Tahun 2018 Lampiran III Huruf A Angka 1 huruf h
• Penyelidikan Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
• Kecelakaan dan kejadian berbahaya dilakukan penyelidikan oleh KTT, PTL
atau Inspektur Tambang berdasarkan pertimbangan KaIT/Kepala Dinas
atas nama KaIT.
• KTT/PTL segera melakukan Penyelidikan terhadap semua kecelakaan dan
kejadian berbahaya dalam waktu tidak lebih dari 2 x24 jam.
82
Kecelakaan tambang memenuhi 5 (lima) unsur
83
KATEGORI CIDERA AKIBAT KECELAKAAN TAMBANG
1) Cidera Ringan
Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak
mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 (satu) hari dan kurang dari 3
(tiga) minggu, termasuk hari minggu dan hari libur.
2) Cidera Berat
a. cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang
tidak mampu melakukan tugas semula selama sama dengan atau lebih
dari 3 (tiga) minggu termasuk hari minggu dan hari libur;
b. cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang
cacat tetap (invalid); dan
c. cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya pekerja
tambang tidak mampu melakukan tugas semula, tetapi mengalami seperti
salah satu di bawah ini:
84
• (1) keretakan tengkorak, tulang punggung, pinggul, lengan bawah
sampai ruas jari, lengan atas, paha sampai ruas jari kaki, dan lepasnya
tengkorak bagian wajah;
• (2) pendarahan di dalam atau pingsan disebabkan kekurangan oksigen;
• (3) luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan
ketidakmampuan tetap; atau
• (4) persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi.
3) Mati
Kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati akibat
kecelakaan tersebut.
85
Administrasi Keselamatan Kerja dan Manajemen
Keadaan Darurat
Administrasi Keselamatan Kerja
1. Buku tambang Manajemen Keadaan Darurat
2. Buku Daftar Kecelakaan Tambang 1. Identifikasi dan Penilaian Potensi
3. Pelaporan Keselamatan Kerja Keadaan Darurat
4. RKAB Keselamatan Kerja 2. Pencegahan Keadaan Darurat
5. Prosedur dan/atau instruksi kerja 3. Kesiapsiagaan Keadaan Darurat
6. Dokumen dan laporan pemenuhan 4. Respon Keadaan Darurat
kompetensi dan ketentuan
peraturan perundangan serta 5. Pemulihan Keadaan Darurat
persyaratan lainnya
86
Lampiran IV: Pedoman Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan Mineral Dan Batubara;
• Penerapan SMKP Minerba terdiri atas elemen sebagai berikut:
1. kebijakan;
2. perencanaan;
3. organisasi dan personel;
4. implementasi;
5. pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut;
6. dokumentasi; dan
7. tinjauan manajemen dan peningkatan kinerja.
87
88
6.
TEORI DASAR K3
Let’s start with the first set of slides
Konsep K3
Konsep pekerjaan
KERUSAKAN ALAT
30
INSIDEN TANPA CIDERA
600 TANPA KERUSAKAN
HAMPIR KECELAKAAN
Tingkat kekerapan (FR) cedera hilang waktu kerja (HWK) adalah jumlah cedera HWK
untuk setiap 1.000.000 jam kerja dibagi dengan jumlah jam pemaparan dalam
periode tersebut
CATATAN: satu juta jam adalah jumlah jam kerja dari 500 karyawan
yang bekerja 40 jam seminggu dan 50 minggu per tahun
CATATAN:
• Semua hari kalender (penuh) korban tidak masuk kerja karena
keparahan cedera termasuk hari libur resmi ataupun hari libur kerja
(day off). Hari tersebut tidak termasuk hari korban mendapat cedera
dan hari ia kembali kerja
Indeks Kecelakaan: I = FR x SR
TAHAPAN PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN
TEORI DOMINO : PENYEBAB KECELAKAAN
LACK OF BASIC IMMEDIATE ACCIDENT LOSSES
CONTROL CAUSE CAUSE
1. PROGRAM
1 .T INDAKAN K O N TAK
KURANG 1. FAKTOR 1. CIDERA
T DK AMAN DG N BEN DA
PRIBADI
2. STANDAR ATAU 2. KERUSAKAN
KURANG SU MBER ALAT
2. FAKTOR 2 .KONDIS I EN ERG I
3. PENERAPAN PEKERJAAN T DK AMAN /ZAT 3. PRODUKSI
STANDAR TERHENTI
KURANG
Model ini dikemukakan oleh Frank E. Bird, Jr (1974) yang merupakan salah satu tokoh pembaruan
keselamatan kerja, yang merepresentasikan hubungan langsung sebab dan akibat dari kecelakaan. Panah
yang menunjukan interaksi multi linier dari urutan sebab akibat, model ini dikenal sebagai Model Loss
Causation yang diwakili oleh lima domino yang saling terkait dalam sebuah urutan linier.
95
ACCIDENT COST ICEBERG
Biaya Langsung:
1. Biaya pengobatan dan perawatan
Rp. 1 juta 2. Biaya kompensasi (Asuransi
98
Thanks!
Any questions?
You can find me at:
▫ nendi@esdm.go.id
▫ 0817201536
99