Ijtihad yang dilakukan oleh Majelis Tarjih bukan ijtihad fardî (ijtihad individual)
sebagaimana telah dilakukan oleh para imam mujtahid terdahulu seperti Imam Abu Hanifah,
Malik bin Anas, Syafi‟I dan Ahmad bin Hambal, tetapi ijtihad jama‟î (ijtihad kolektif) yang
melibatkan ulama dari berbagai disipilin ilmu. Oleh karena itu, keanggotaan majelis ini tidak
ekslusif dimonopoli oleh ulama-ulama yang menguasi ilmu agama Islam saja, tetapi juga
terbuka bagi ulama-ulama yang menguasai bidang-bidang ilmu non-agama seperti ilmu
hukum, filsafat, dan sebagainya. Mengenai hisab arah kiblat dan hisab waktu-waktu salat
yang dilakukan oleh Muhammadiyah tidak keluar dari rel manhaj tarjih Muhammadiyah.
Hasilnya sudah dapat diterima oleh kaum muslimin di negara kita.
Majelis Tarjih didirikan pada tahun 1928 sebagai hasil Kongres Muhammadiyah XVII pada
tahun 1928 di Yogyakarta. Majelis ini dibentuk atas prakarsa KH Mas Mansur dan beliau
kemudian dipercaya sebagai ketua pertamanya. Adapun faktor yang menjadi latar belakang
dibentuknya majelis ini adalah adanya persoalan-persoalan khilafiyah yang dihadapi oleh
warga Muhammadiyah dalam amaliah sehari-hari. Jika dibiarkan, hal tersebut dikhawatirkan
dapat menimbulkan perselisishan dan bahkan perpecahan di kalangan umat Islam termasuk
warga Muhammadiyah.
Sumber:http://repository.umj.ac.id/2341/1/MANHAJ%20TARJIH%20MUHAMMADIYAH
%20DAN%20IMPLEMENTASINYA%20DALAM%20HISAB%20ARAH%20KIBLAT
%20DAN%20WAKTU-WAKTU%20SALAT.pdf
RESUME SINGKAT
A. BAYANI
Bayani yaitu pendekatan untuk merespon permasalahan dengan titik tolak utama pada
teks nas-nas Syariah (Al- Qur’an dan As-Sunnah). Hal ini biasanya banyak digunakan
dalam memecahkan masalah-masalah terkait ibadah mahdah (khusus) karena ada
kaidah dan hadis.
B. Burhani
Burhani yaitu pendekatan untuk merespons permasalahan dengan banyak
menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan umum yang berkembang, seperti dalam
ijtihad mengenai penentuan awal bulan kamariah, khususnya bulan bulan terkait
ibadah, seperti Ramadhan, syawal atau zulhijah
C. Irfani
Irfani yaitu Pendekatan dengan mengedepankan kepekaan Nurani dan ketajaman
intuisi batin melalui pembersihan jiwa, sehingga suatu keputusan tidak hanya
didasarkan pada kecanggihan otak belaka, tetapi juga didasarkan pada adanya
kepekaan Nurani untuk menginsafi berbagai masalah dan keputusan yang diambil
mengenainya dan mendapatkan petunjuk dari Yang Maha Tinggi.
IMPLEMENTASI SEHARI-HARI
A. BAYANI
- Membaca niat didalam hati (tidak dilafalkan)
- Tidak memakai Qunut
- Sholat 5 waktu tidak boleh ditinggalkan dengan keadaan apapun sesuai dengan
perintah nabi Muhammad SAW
- Tidak melakukan kenduri
- Tidak melakukan yasinan dan tahlilan
B. BURHANI
- Waktu Sholat sesuai yang sudah ditentukan
- Mengerjakan sesuatu sesuai perkembangan ilmu
- Mengikuti waktu awal bulan Ramadhan
- Mengikuti waktu syawal
C. IRFANI
- Menggunakan pakaian yang terbaik saat Sholat
- Mandi terlebih dahulu sebelum sholat jumat
- Berbicara lemah lembut terhadap sesama
- Membudayakan sopan santun
PENDAHULUAN
KESIMPULAN
Sebagai seorang kader Muhammadiyah, kita senantiasa mengemban amanah untuk selalu ber
amar ma’ruf nahi munkar. Oleh sebab itu, dimana pun kita berada senantiasa berperilaku
sesuai pedoman hidup islami warga Muhammadiyah.