Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XVI, No.

1, Tahun 2018
Agnisa Widayati & Sukirno
57 – 66

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEKNIK MAKE A MATCH


UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR
SISWA

IMPLEMENTATION MAKE A MATCH TO INCREASE MOTIVATION AND


LEARNING ACTIVITY

Oleh:
Agnisa Widayanti
Prodi Pendidikan AKuntansi Universitas Negeri Yogyakarta
Agnisa.widayanti@gmail.com

Sukirno
Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta

Abstrak
Penelitian ini bertujuan meningkatkan Motivasi dan Aktivitas Belajar Akuntansi melalui
penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match Berbantuan Media Kartu Soal dan
Jawaban Siswa kelas XII SMA Negeri 1 Depok Tahun Ajaran 2017/2018. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dan guru mata pelajaran
akuntansi kelas XII IPS SMA Negeri 1 Depok. Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan angket untuk menilai Motivasi Belajar dan lembar observasi untuk menilai Aktivitas
Belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif dengan persentase.
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan terjadi peningkatan Motivasi Belajar dan Aktivitas
Belajar Akuntansi Siswa. Secara klasikal, Motivasi Belajar siswa dari siklus I yaitu 69,01% meningkat
sebesar 6,55% pada siklus II menjadi 75,56%. Peningkatan Aktivitas Belajar Akuntansi secara
klasikal, dapat dilihat dari hasil siklus I yaitu 66,88% meningkat sebesar 10,55% pada siklus II
menjadi 77.44%.

Kata kunci: Make a Match, Motivasi Belajar Akuntansi, dan Aktivitas Belajar Akuntansi
Abstract
This research aims to increase learning Motivation and Activity of students upon Accounting through
the implementation of Cooperative Learning Model Make a Match Technique Assisted by Question
and Answer Card Media In Students Grade XII IPS SMA Negeri 1 Depok in the 2017/2018 Academic
Year. This research is action research that is held collaboratively between researcher and accounting
teacher of XII IPS SMA Negeri 1 Depok. This research was held in four steps which were planning,
action, observation, and reflection. The data collection using questionnaire to measure learning
motivation and observation sheet to measure learning activity. Data analysis technique used to
investigate the increase learning motivation and activity of students was data analysis technique
quantitative using percentage. The result and explanation shows that there was the increase of
learning motivation and activity of accounting upon students. Learning notivation of students in cycle
I 69,01% was increase 6.55% in the cycle II into 75.56%. the increase of learning activity of
accounting classically can be seen in the result of cycle I which was 66.88% increase 10.55% in cycle
II into 77.44%.
Keywords: Make a Match, learning motivation and learning activity upon accounting.

57
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XVI, No. 1, Tahun 2018
Agnisa Widayati & Sukirno
57 – 66

PENDAHULUAN satunya adalah model Make a match. Model


Dalam Undang-Undang Nomor 20 Make a match (membuat pasangan)
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan merupakan salah satu jenis dari metode
Nasional menjelaskan bahwa pendidikan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini
merupakan usaha sadar dalam menciptakan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).
kondisi belajar dalam proses pembelajaran Salah satu keunggualan teknik ini adalah
agar siswa mampu mengembangkan potensi siswa mencari pasangan sambil belajar
dirinya untuk memiliki keagamaan, mengenai suatu konsep atau topik, dalam
pengendalian, kepribadian, kecerdasan, dan suasana yang menyenangkan. Penerapan
keterampilan yang dibutuhkan dirinya dan metode ini dimulai dengan teknik, yaitu
dibutuhkan masyarakat, bangsa, dan Negara. siswa disuruh mencari pasangan kartu yang
Pendidikan sangat penting untuk merupakan jawaban/soal sebelum batas
meningkatkan mutu dan kualitas sumber waktunya, siswa yang dapat mencocokan
daya manusia agar dapat bersaing dalam era kartunya diberi poin. (Rusman, 2011: 223).
globalisasi. Selain model pembelajaran yang
Menurut Undang-undang Pasal 3 bervariasi, motivasi dari dalam dan luar diri
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem juga sangat berpengaruh untuk menunjang
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar. Motivasi belajar
tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk merupakan kekuatan (power motivasi), daya
berkembangnya potensi peserta didik agar pendorong (driving force), atau alat
menjadi manusia yang beriman dan pembangun kesediaan dan keinginan yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat dalam diri peserta didik untuk belajar
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan
kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang menyenangkan dalam rangka perubahan
demokratis serta bertanggung jawab. perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif,
Seperti yang kita ketahui saat ini, maupun psikomotor. (Hanifah & Suhana,
bahwa kurikulum yang mulai diterapkan 2009:26).
pada setiap sekolah adalah kurikulum 2013 Tinggi-rendahnya motivasi belajar
dimana siswa dituntut untuk berperan aktif siswa dapat terlihat dari indikator motivasi
dalam kegiatan pembelajaran atau biasa itu sendiri. Mengukur motivasi belajar dapat
disebut dengan student center sedangkan diamati dari sisi-sisi berikut. Durasi belajar,
guru hanya berperan sebagai fasilitator sikap terhadap belajar, frekuensi belajar,
dalam kegiatan belajar mengajar. Karena konsistensi terhadap belajar, kegigihan
dalam pembelajaran siswa dituntut aktif, terhadap belajar, loyalitas terhadap belajar,
maka guru hendaknya memiliki berbagai visi dalam belajar, dan achievement dalam
model-model pembelajaran yang efektif belajar. (Hanifah & Suhana, 2009:28).
untuk merangsang aktivitas dan motivasi Berdasarkan hasil observasi dan
belajar siswa salah satunya adalah model wawancara yang dilakukan pada hari selasa
pembelajaran kooperatif teknik make a tanggal 7 Maret 2017 di kelas XII IPS 3
match. Pembelajaran kooperatif SMA Negeri 1 Depok menunjukkan bahwa
(cooperative learning) merupakan bentuk hanya ada 3 siswa dari 22 siswa atau sebesar
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan 13,63% siswa yang mencatat materi yang
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil sedang diterangkan guru hal ini
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri menunjukkan kegigihan belajar siswa
dari empat sampai enam orang dengan rendah, terdapat 6 dari 22 siswa atau sebesar
struktur kelompok yang bersifat heterogen. 27,27% siswa yang benar-benar
(Rusman, 2011: 202). memperhatikan guru yang menerangkan
Ada beberapa variasi jenis model materi pelajaran akuntansi. Hal ini
dalam pembelajaran kooperatif salah menunjukkan bahwa loyalitas terhadap
58
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XVI, No. 1, Tahun 2018
Agnisa Widayati & Sukirno
57 – 66

belajar siswa masih rendah, terdapat 5 siswa mengajar akuntansi berlangsung dengan
dari 22 siswa atau sebesar 22,73% yang tidak mengenakan sepatu sekolah. Hal ini
selalu mempelajari mata pelajaran akuntansi menunjukkan bahwa nilai tambah
sebelum proses pembelajaran berlangsung. menumbuhkembangkan sikap disiplin dan
Hal ini menunjukkan bahwa konsistensi suasana belajar yang demokratis di kalangan
belajar siswa rendah, terdapat 11 siswa dari peserta didik kurang terpenuhi, terdapat 2
22 siswa atau sebesar 50% yang mengaku dari 22 siswa atau sebesar 0,09% yang
senang belajar mata pelajaran akuntansi. Hal responsif terhadap guru. Hal ini
ini menunjukkan bahwa sikap terhadap menunjukkan bahwa nilai tambah
belajar belajar siswa rendah, dan tidak menumbuhkembangkan sikap kooperatif di
terdapat siswa atau sebesar 0% yang kalangan peserta didik sehingga sekolah
mempelajari mata pelajaran akuntansi ketika menjadi hidup, sejalan, dan serasi dengan
memiliki waktu senggang. Hal ini kehidupan masyarakat di sekitarnya kurang
menunjukkan bahwa frekuensi belajar siswa terpenuhi, terdapat 7 dari 22 siswa atau
rendah. Sedikitnya persentase dalam aspek- sebesar 31,82% siswa yang mengerjakan
aspek yang diukur dalam motivasi pekerjaan rumahnya sendiri tanpa
menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa mencontek teman lainnya. Hal ini
yang masih rendah. membuktikan bahwa nilai tambah peserta
Aktivitas dalam belajar dapat didik memiliki kesadaran untuk belajar
memberikan nilai tambah (added value) sebagai wujud adanya motivasi internal
bagi peserta didik berupa hal-hal berikut. untuk belajar sejati belum terpenuhi.
Peserta didik memiliki kesadaran untuk sedikitnya nilai tambah bagi peserta didik
belajar sebagai wujud adanya motivasi yang didapatkan dari aktivitas belajar
internal untuk belajar sejati, peserta didik menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa
mencari pengalaman dan langsung rendah.
mengalami sendiri, peserta didik belajar Berdasarkan uraian di atas peneliti
dengan menurut minat dan kemampuannya, bermaksud melakukan penelitian tindakan
menumbuh kembangkan sikap disiplindan kelas dengan judul “Penerapan Model
suasana belajar yang demokratis di kalangan Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a
peserta didik, pembelajaran dilaksanakan match Berbantuan Media Kartu Soal dan
secara konkret sehingga dapat menumbuh Jawaban untuk Meningkatkan Motivasi dan
kembangkan pemahaman dan berpikir kritis Aktivitas Belajar Akuntansi Siswa Kelas
serta menghindarkan terjadinya verbalisme, XII IPS SMA Negeri 1 Depok Tahun
menumbuh kembangkan sikap kooperatif di Ajaran 2017/2018”
kalangan peserta didik sehingga sekolah
menjadi hidup, sejalan, dan serasi dengan
kehidupan masyarakat lainnya. (Hanifah & METODE PENELITIAN
Suhana, 2009:24). Jenis Penelitian
Berdasarkan dari hasil observasi Penelitian ini merupakan Penelitian
yang dilakukan pada hari selasa tanggal 7 Tindakan Kelas (Classroom Action
Maret 2017 di kelas XII IPS 3 SMA Negeri Research-CAR). Muslich (2011: 7)
1 Depok, terdapat 9 dari 22 siswa atau menyatakan bahwa penelitian tindakan
sebesar 40,91% yang makan ketika kegiatan merupakan penelitian yang bersifat
pembelajaran sedang berlangsung, 4 dari 22 partisiptif dan kolaboratif. Partisipatif yaitu
siswa atau sebesar 18,18% yang berjalan- penelitian tindakan dilakukan sendiri oleh
jalan ketika kegiatan pembelajaran sedang peneliti. Dalam hal ini peneliti memulai
berlangsung, dan 2 dari 22 siswa atau penelitian dari penentuan topik,
sebesar 0,9% yang tidak mematuhi tata merumuskan masalah, perencanaan,
tertib sekolah ketika kegiatan belajar pelaksanaan, menganalisis, dan melaporkan.
Penelitian bersifat kolaboratif karena dalam
59
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XVI, No. 1, Tahun 2018
Agnisa Widayati & Sukirno
57 – 66

pelaksanaan penelitian khususnya dengan tujuan pembelajaran, guru


pengamatan, diperlukan teman sejawat menyampaikan topik materi yang akan
untuk membantu merekap data yang terjadi dibahas. Kegiatan inti yang terdiri dari
di kelas. eksplorasi, elaborasi yang di dalamnya
dilaksanakan teknik make a match, dan
Waktu dan Tempat Penelitian kegiatan akhir.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Tahap Pengamatan dilaksanakan
Negeri 1 Depok, Jl. Babarsari, kelurahan pengamatan atas pelaksanaan kegiatan
Caturtunggal, Kecamatan Depok, tindakan. Instrumen pengamatan yang
Kabupaten Sleman, Yogyakarta 55281. digunakan adalah lembar observasi dan
Adapun pelaksanaan penelitian ini angket untuk menilai aktivitas belajar dan
dilakukan pada bulan September sampai motivasi belajar akuntansi siswa. Pengamat
Desember 2017. dalam penelitian ini adalah peneliti dibantu
oleh 3 orang pengamat.
Subjek Penelitian Tahap refleksi dilaksanankan ketika
Subjek pada penelitian ini yaitu siswa telah dilaksanakannya tahap pelaksanaan
kelas XII IPS SMA Negeri 1 Depok. Siswa tindakan. Evaluasi dilakukan oleh peneliti
yang menjadi subjek penelitian berjumlah untuk mengetahui bagaimana implementasi
22 siswa. tindakan yang telah dilaksanakan.
Kemudian dilaksanakan refleksi dan
Prosedur Penelitian perbaikan
Penelitian ini dilaksanakan minimal Setelah selesai dilaksanakan siklus I
sebanyak dua siklus yang meliputi maka selanjutnya dilaksanakan siklus II.
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan Pada tahap ini, kekurangan-kekurangan
refleksi pada setiap siklusnya. Namun, yang ada pada tahap I diperbaiki. Setelah
apabila hasil yang diperoleh belum dilakukan kegiatan refleksi pada siklus I,
mencapai indikator keberhasilan yang telah maka peneliti merancang Model
ditetapkan, maka penelitian ini akan Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a
dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Adapun match Berbantuan Media Kartu Soal dan
langkah-langkah yang dilakukan adalah Jawaban dengan lebih baik untuk
pada Siklus I tahap perencanaan tindakan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang
meliputi Menyusun Rencana Pelaksanaan ada.
Pembelajaran (RPP), merancang materi
pembelajaran tentang Jurnal Penyesuaian Data, Instrumen, dan Teknik
Perusahaan Dagang yang disesuaikan Pengumpulan
dengan keadaan dan kondisi siswa, a) Data
mempersiapkan lembar observasi dan Dalam penelitian ini untuk
angket, mempersiapkan pin nomor siswa, memperoleh data dan informasi yang
dan Mempersiapkan media pembelajaran sesuai, digunakan beberapa teknik
untuk permainan Make a Match berupa pengumpulan data yaitu Obesrvasi.
kartu soal dan jawaban. Dalam penelitian ini peneliti dengan
Tahap Pelaksanaan Tindakan meliputi dibantu observer melakukan observasi
Kegiatan awal yang terdiri dari Guru secara langsung di kelas XII IPS 3.
membuka pelajaran dengan memberikan Peneliti berkolaborasi dengan 3 orang
salam pada siswa dan berdo’a, guru dari jurusan pendidikan akuntansi
mengabsen peserta didik sekaligus sebagai pengamat. Instrumen yang
membagikan pin nomor absen kepada siswa digunakan untuk melakukan observasi
untuk ditempelkan pada punggung siswa, adalah lembar observasi. Selain
guru memberikan apersepsi dikaitkan Observasi teknik pengumpulan data
60
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XVI, No. 1, Tahun 2018
Agnisa Widayati & Sukirno
57 – 66

menggunakan Kuesioner. Peneliti HASIL PENELITIAN DAN PEMBA-


menggunakan angket berstruktur HASAN
dengan bentuk jawaban tertutup, yaitu Peningkatan skor Motivasi Belajar
angket yang setiap pertanyaannya sudah Siswa dapat dilihat dari peningkatan
tersedia berbagai alternatif jawaban persentase angket baik per indikator
(Arifin, 2012: 167). Angket ini ataupun skor rata-rata. Peningkatan skor
digunakan untuk mengetahui tingkat tertinggi berada pada indikator cepat bosan
motivasi belajar siswa. Instrumen pada tugas-tugas yang rutin yaitu sebesar
penelitiannya adalah angket. 22,73% sedangkan peningkatan skor
terendah berada pada indikator dapat
b) Teknik Analisis Data mempertahankan pendapatnya yaitu
Teknik analisis data yang sebesar 0,57% selain itu dari analisis data
digunakan dalam penelitian ini adalah dapat diketahui bahwa peningkatan skor
analisis data kuantitatif. Data kuantitatif motivasi belajar siswa dari siklus I ke
dari hasil observasi aktivitas belajar siklus II adalah 6,55%.
akuntansi nantinya akan dianalisis dan Berdasarkan data dari angket, dapat
dipersentase. Menghitung skor aktivitas diketahui bahwa adanya peningkatan skor
belajar pada setiap aspek yang diamati motivasi belajar pada masing-masing
dengan rumus: indikator maupun rata-rata dari siklus I ke
% skor aktivitas belajar = siklus II. Hal ini sesuai dengan penelitian
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ peningkatan persentase skor motivasi
x 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
masing-masing indikator pada angket
Data yang diperoleh berupa rating
sebagai berikut.
scale, yaitu data mentah berupa angka
1. Tekun menghadapi tugas
kemudian ditafsirkan ke dalam
Indikator tekun menghadapi tugas
pengertian kualitatif (Sugiyono, 2012:
berdasarkan angket mengalami
141).
peningkatan sebesar 3,79%. Hal ini
Kualifikasi hasil skor aktivitas
terbukti dengan siswa yang terlihat
belajar siswa pedoman observasi adalah
bersungguh-sumgguh ketika
sebagai berikut.
mengerjakan tugas-tugas yang
85,01 % - 100,00 % Sangat tinggi
diinstruksikan oleh guru. Ketika
70,01 % - 85,00 % Tinggi
diminta untuk mencari informasi dari
50,01 % - 70,00 % Sedang
berbagai sumber, siswa terlihat tidak
01,00 % - 50,00 % Rendah
menyerah untuk mendapatkan
(Sa’dun Akbar, 2013: 157) jawaban yang diminta
2. Ulet menghadapi kesulitan
Data dari angket yang diperoleh berupa Indikator ulet menghadapi
Skala Likert. kesulitan berdasarkan angket
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑒𝑡 mengalami peningkatan sebesar
% skor Motivasi = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙x 100%
6,82%. Hal ini terbukti dengan ketika
(Sugiyono,2012:137) siswa diminta mengerjakan soal pada
LKS siswa yang tidak memahami
Kualifikasi hasil skor angket motivasi materi langsung bertanya kepada guru
belajar siswa sebagai berikut. atau teman yang memahami materi
85,01 % - 100,00 % Sangat tinggi tersebut.
70,01 % - 85,00 % Tinggi 3. Menunjukkan minat dalam bermacam-
50,01 % - 70,00 % Sedang macam masalah
01,00 % - 50,00 % Rendah Hasil observasi siklus I
(Sa’dun Akbar, 2013: 157) menunjukkan skor 75% sedangkan
61
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XVI, No. 1, Tahun 2018
Agnisa Widayati & Sukirno
57 – 66

pada siklus II menunjukkan skor Pada indikator ini peningkatan skor


79,46%, berarti indikator tersebut angket dari siklus I ke siklus II yaitu
meningkat sebesar 4,46%. sebesar 2,65%. Peningkatan ini
Peningkatan ini terbukti dengan siswa ditunjukkan dengan ketika peneliti
yang langsung menanggapi guru yang berkeliling untuk mengamati siswa
meberikan tugas berupa mencari yang sedang mengerjakan LKS
materi di berbagai sumber dan terdapat beberapa siswa yang
mengerjakan LKS. Hal ini langsung mengganti jawabannya
menunjukkan siswa memiliki minat karena tidak sama dengan pekerjaan
untuk menyelesaikan masalah yang siswa lain.
diberikan 7. Senang mencari dan memecahkan
4. Lebih senang bekerja mandiri masalah soal-soal
Pada indikator ini terdapat Pada indikator ini peningkatan skor
peningkatan sebesar 1,14%. angket dari siklus I ke siklus II yaitu
Peningkatan indikator ini cenderung sebesar 10,23%. Peningkatan ini
kecil karena ada beberapa siswa ketika ditunjukkan dengan siswa yang
diminta mengerjakan LKS masih terlihat langsung mencari informasi
mengerjakan dengan cara berdiskusi dari berbagai sumber yang dimiliki
dengan teman sebangkunya dan antusias ketika guru memberikan
Cepat bosan pada tugas-tugas yang intruksi untuk mencari tahu beberapa
rutin poin-poin yang akan dipelajari pada
Pada siklus I indikator ini didapatkan saat itu.
bahwa skornya adalah 53,41%
sedangkan pada siklus II didapatkan Hasil penelitian ini sejalan dengan
skor sebesar 76,14% sehingga penelitian Ririn Andriyani (2015) yang
didapatkan persentase kenaikan skor berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
pada siklus I dan siklus II adalah Kooperatif Teknik Make a match untuk
22,73% ini merupakan kenaikan skor Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
indikator yang paling tinggi. Hal ini Belajar Akuntansi Siswa Kelas X AK
dibuktikan dengan siswa yang terlihat SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta
lebih antusias dan bersemangat serta Tahun Ajaran 2014/2015”. Hasil penelitian
menunjukkan minatnya ketika tersebut menunjukkan peningkatan
dilaksanakannya permainan make a motivasi belajar. Rata-rata skor motivasi
match dimana ini merupakan tugas berdasarkan hasil observasi meningkat
yang tidak biasa diberikan oleh guru. sebesar 14,04% dengan rata-rata siklus I
5. Dapat mempertahankan pendapatnya sebesar 64,88% dan siklus II sebesar
Indikator ini merupakan indikator 78,92%. Peningkatan skor motivasi
yang peningkatan skornya paling kecil berdasarkan hasil angket, yaitu sebesar
yaitu 0,57% hal ini dapat dilihat ketika 4,99% dengan rata-rata siklus I sebesar
guru dibantu peneliti mengkonfirmasi 72,48% dan siklus II sebesar 77,47%.
kecocokan kartu yang dipegang siswa Dengan demikian hasil penelitian ini dapat
dengan cara meminta siswa lain untuk memperkuat hasil penelitian sebelumnya.
menanggapi pada permainan make a Selain itu, menurut wina sanjaya (2013:
match, siswa terlihat sedikit ragu-ragu 249-250) salah satu keunggulan strategi
dan terpengaruh temannya untuk pembelajaran kooperatif adalah Interaksi
mempertahankan jawabannya dengan selama kooperatif berlangsung dapat
berbagai alasan yang rasional. meningkatkan motivasi dan memberikan
6. Tidak mudah melepaskan hal yang rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna
diyakini. untuk proses pendidikan jangka panjang.
62
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XVI, No. 1, Tahun 2018
Agnisa Widayati & Sukirno
57 – 66

Dengan demikian hasil penelitian ini mengerjakan LKS dan bermain make a
sesuai dengan pendapat ahli bahwa match
pembelajaran kooperatif dapat 2. Terlibat dalam pemecahan masalahnya
meningkatkan motivasi belajar siswa. Indikator Terlibat dalam pemecahan
Hasil penelitian ini menunjukkan masalahnya berdasarkan perhitungan
bahwa Penerapan Model Pembelajaran lembar observasi mengalami
Kooperatif Teknik Make a Match peningkatan sebesar 2,27%. Hal ini
Berbantuan Media Kartu Soal dan Jawaban terbukti dengan Siswa mampu
dapat meningkatkan Aktivitas Belajar memecahkan seluruh masalah yang
Siswa. Peningkata diketahui dari hasil diberikan guru kepadanya yaitu pada
observasi. Data yang diperoleh dari angket pembelajaran dengan metode make a
sebelum tindakan dan pada setiap akhir match siswa menjawab soalnya dan
siklus dianalisis untuk menemukan berusaha mencari pasangan dari soal
persentase setiap indikator maupun skor yang ia bawa tanpa putus asa.
rata-rata. Selanjutnya skor observasi 3. Mencatat materi yang disampaikan oleh
sebelum tindakan, siklus I dan siklus II guru.
dibandingkan untuk mengetahui persentase Hasil observasi siklus I menunjukkan
peningkatannya. skor 59,09% sedangkan pada siklus II
Peningkatan skor Aktivitas Belajar menunjukkan skor 80,68%, berarti
Siswa dapat dilihat dari peningkatan indikator tersebut meningkat sebesar
persentase angket baik per indikator 21,59%. Peningkatan ini terbukti
ataupun skor rata-rata. Peningkatan skor dengan Siswa berusaha mencatat
tertinggi berada pada indikator mencatat seluruh hal-hal penting sebanyak 3 poin
materi yang disampaikan guru yaitu penting yang disampaikan oleh guru
sebesar 21,59% sedangkan peningkatan yaitu mengenai pengertian jurnal
skor terendah berada pada indikator penyesuaian pada perusahaan dagang,
Bersemangat dan bergairah dalam pendekatan untuk mencatat jurnal
mengikuti proses pembelajaran akuntansi penyesuaian perusahaan dagang, dan
yaitu sebesar 1,13% selain itu dari analisis contoh soal mengenai jurnal
data dapat diketahui bahwa peningkatan penyesuaian perusahaan dagang
skor aktivitas belajar siswa dari siklus I ke 4. Bertanya kepada siswa lain atau kepada
siklus II adalah 10,55%. dapat diketahui guru apabila tidak memahami persoalan
bahwa adanya peningkatan skor aktivitas yang dihadapinya
belajar pada masing-masing indikator Pada indikator ini terdapat peningkatan
maupun rata-rata dari siklus I ke siklus II. sebesar 17,05%. Peningkatan indikator
peningkatan persentase skor aktivitas ini terlihat karena beberapa siswa
belajar masing-masing indikator pada bertanya kepada guru atau siswa lain
lembar observasi sebagai berikut. apabila tidak memahami persoalan yang
1. Turut serta dalam melaksanakan tugas dihadapinya
belajarnya 5. Berusaha mencari berbagai informasi
Indikator turut serta dalam yang diperlukan untuk memecahkan
melaksanakan tugas belajarnya masalah
berdasarkan perhitungan data lembar Pada siklus I indikator ini skornya
observasi mengalami peningkatan adalah 68,18% sedangkan pada siklus II
sebesar 10,24%. Hal ini terbukti dengan didapatkan skor sebesar 79,55%
siswa yang ikut mampu melaksanakan sehingga didapatkan persentase
tugas-tugas yang diberikan oleh guru kenaikan skor pada siklus I dan siklus II
selama pembelajaran yaitu mencari adalah 11,37% Hal ini dibuktikan
informasi dari berbagai sumber, dengan Siswa berusaha mencari
63
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XVI, No. 1, Tahun 2018
Agnisa Widayati & Sukirno
57 – 66

informasi dari berbagai sumber untuk kooperatif teknik Make a Match dapat
memecahkan masalah. meningkatkan aktivitas belajar siswa.
6. Kesempatan menggunakan atau
menerapkan apa yang telah SIMPULAN DAN SARAN
diperolehnya dalam menyelesaikan Simpulan
tugas atau persoalan yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian dan
Indikator dari siklus I ke siklus II pembahasan yang telah diuraikan pada bab
meningkat sebanyak 10,23% hal ini IV, dapat disimpulkan bahwa penerapan
dapat dilihat Siswa selalu menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make
kesempatan atau menerapkan sebanyak a Match Berbantuan Media Kartu Soal dan
3 poin penting materi yang telah Jawaban dapat meningkatkan Motivasi
diperolehnya dari guru dalam Belajar Siswa dan Aktivitas Belajar siswa.
menyelesaikan tugas atau persoalan Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya
yang dihadapinya. rata-rata skor motivasi belajar dan aktivitas
7. Bersemangat dan bergairah dalam belajar yang telah dihitung melalui angket
mengikuti proses pembelajaran dan lembar observasi dari pra siklus, siklus
akuntansi. I, dan siklus II sebagai berikut.
Pada indikator ini peningkatan skor Berdasarkan data yang telah diuraikan
lembar observasi dari siklus I ke siklus dalam pembahasan penelitian, terdapat
II yaitu sebesar 1,13%. Peningkatan ini peningkatan rata-rata skor motivasi belajar
ditunjukkan dengan Siswa mengikuti siswa melalui hasil angket. Hasil angket
seluruh rangkaian pembelajaran tanpa menunjukkan peningkatan presentase
mengeluh dan antusias. Motivasi Belajar Siswa dari pra siklus ke
siklus I sebesar 19,62% dan dari siklus I ke
Hasil penelitian ini sejalan dengan siklus II sebesar 6,55%. Peningkatan terjadi
penelitian oleh Nur Indahwati (2010) yang setelah diterapkannya Model Pembelajaran
berjudul “Penerapan pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match
kooperatif metode make-a-match untuk Berbantuan Media Kartu Soal dan Jawaban
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 1
siswa kelas XII IPS pada mata pelajaran Depok Tahun Ajaran 2017/2018 yang
akuntansi pokok bahasan Jurnal dilaksanakan dalam dua siklus selama dua
Penyesuaian di SMA Kertanegara Malang” kali pertemuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berdasarkan data yang telah diuraikan
metode Make a match dapat meningkatkan dalam pembahasan penelitian, terdapat
aktivitas belajar siswa. Pada siklus 1 peningkatan rata-rata skor Aktivitas Belajar
aktivitas belajar siswa dilihat dari proses siswa melalui hasil observasi. Hasil
pembelajaran mencapai 76,67% meningkat observasi menunjukkan peningkatan
pada siklus 2 mencapai 88,33%, sedangkan presentase Aktivitas Belajar Siswa dari pra
aktivitas siswa ditinjau dari aspek afektif siklus ke siklus I sebesar 17,69% dan dari
siswa pada siklus 1 mencapai 60,9% siklus I ke siklus II sebesar 10,55%.
meningkat pada siklus 2 mencapai 91,3%. Peningkatan terjadi setelah diterapkannya
Dengan demikian hasil penelitian ini dapat Model Pembelajaran Kooperatif Teknik
memperkuat hasil penelitian sebelumnya. Make a Match Berbantuan Media Kartu
Selain itu, Menurut Huda, (2015:253) Soal dan Jawaban pada Siswa Kelas XII IPS
kelebihan strategi Make a match adalah SMA Negeri 1 Depok Tahun Ajaran
Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, 2017/2018 yang dilaksanakan dalam dua
baik secara kognitif maupun fisik. Dengan siklus selama dua kali pertemuan.
demikian hasil penelitian ini sesuai dengan
pendapat ahli bahwa pembelajaran
64
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XVI, No. 1, Tahun 2018
Agnisa Widayati & Sukirno
57 – 66

Saran Admin. (2005). Peraturan Pemerintah


a. Bagi Guru Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Guru sebaiknya lebih sering Standar Nasional Pendidikan
menggunakan model pembelajaran Diakses melalui
yang bervariatif agar siswa tidak bosan, http://kesbangpol.kemendagri.go.id
salah satunya adalah Model /files_arsip/pp_no.32-2013_.pdf.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Pada tanggal 22 April 2016 pukul
Match, guru sebaiknya lebih sering 06.20 wib.
melatih siswa untuk mempertahankan
pendapatnya karena skor peningkatan Ema Dwi Ningrum. Upaya peningkatan
rata-rata dalam penelitian paling rendah, Keaktivan Belajar dalam
guru sebaiknya lebih sering pembelajaran Akuntansi melalui
menghimbau siswa untuk belajar pendekatan Make a match Siswa
dengan penuh semangat sehingga kelas XII IS SMA Negeri 3
suasana pembelajaran dalam kelas lebih Surakarta Tahun Ajaran
nyaman. 2009/2010.Skripsi. Surakarta:FKIP
b. Bagi Siswa Universitas Sebelas Maret
Dalam mengikuti kegiatan
Hanifah, N. & Suhana, C. (2009). Konsep
pembelajaran siswa harus lebih aktif
Strategi Pembelajaran. Bandung:
untuk bertanya dan mengungkapkan
PT Refika Aditama
pendapatnya, siswa sebaiknya lebih
semangat dalam mengikuti Prawira, P. A. (2013). Psikologi Pendidikan
pembelajaran agar tercipta suasana dalam Perspektif Baru.
belajar yang nyaman, siswa sebaiknya Yogyakarta: Ar-ruzz Media
lebih bisa untuk mempertahankan
pendapatnya ketika diskusi. Ririn Andriyani. (2015). Penerapan Model
c. Bagi Peneliti Lain Pembelajaran Kooperatif Teknik
Dengan adanya penelitian ini Make a match untuk Meningkatkan
diharapkan dapat digunakan sebagai Motivasi dan Prestasi Belajar
bahan kajian untuk melaksanakan Akuntansi Siswa Kelas X AK SMK
penelitian dalam bidang yang sama. Muhammadiyah 2 Yogyakarta
Selain itu, dapat menjadi bahan Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi.
pertimbangan dalam menerapkan Yogyakarta: FE Universitas Negeri
Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Yogyakarta
Make a Match Berbantuan Media Kartu
Soal dan Jawaban untuk Meningkatkan Rusman. (2010). Model-Model
Motivasi Belajar dan Aktivitas Belajar Pembelajaran Mengembangkan
Siswa. Profesionalisme Guru. Bandung:
PT Rajagrafindo Persada

DAFTAR PUSTAKA Sa’dun Akbar. (2013). Instrumen Perangkat


Admin. (2003). UU no. 20 tahun 2003 Pembelajaran. Bandung: PT
tentang Sistem Pendidikan Remaja Rosdakarya
Nasional. Diakses melalui
http://riau.kemenag.go.id/file/file/pr Sanjaya, W. (2013). Strategi Pembelajaran:
odukhukum/fcpt1328331919.pdf Berorientasi Standar Proses
Pada tanggal 22 April 2016. Pukul Pendidikan. Jakarta: Kencana
06.20 wib. Prenadamedia Group.

65
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XVI, No. 1, Tahun 2018
Agnisa Widayati & Sukirno
57 – 66

Suharsimi Arikunto,dkk. (2008). Penelitian


Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Suharsimi Arikunto. (2013). Prosedur
Penelitian. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.(137)

_________. (2010). Metode Penelitian


Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
_________ . (2010). Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.

66

Anda mungkin juga menyukai