No Komponen Deskripsi
1. 5 Konsep dan deskripsinya 1. Fi‟il, Klasifikasinya, dan Ciri-cirinya
Dalam bahasa Arab, fi„il ( ِ Dz ǧ ْǠ )
memiliki arti perbuatan, pekerjaan, atau
kejadian. Sesuai dengan arti yang
dikandungnya, kata fi„il (verba)
menunjukkan sebuat peristiwa atau
perbuatan. Secara aksiomatis, sebuah
perbuatan atau peristiwa pasti membutuhkan
pelengkapnya, seperti pelaku, objek,
waktu/masa, situasi, dan sebagainya.
Sebagian ada yang inhern (terkandung) di
dalam kata fi„il (verba) tersebut, sebagian
lagi ada yang berupa kata lain yang
menyertainya. Karena itu, dalam struktur
kalimat bahasa Arab, kata fi„il (verba) tidak
pernah hadir dalam ruang kosong. Artinya,
apabila ada kata fi„il (verba), maka ada
fâ„il-nya (subjek dari verba) atau nâ‟ib al-
fâ„il (pengganti verba). Karena tuntutan
eksistensinya tersebut, kata fi„il (verba) pun
menerima konsep masa atau kala yang
inhern atau menyertainya.
Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa
kalimah fi„il ialah kata yang memiliki arti
sendiri (tidak bergantung dengan kata lain),
tidak seperti kata harf (partikel) yang
memiliki arti jika bersambung dengan kata
isim atau kata fi‟il. Selanjutnya, secara
umum, arti yang ditunjukkan kalimah fi„il
ialah perbuatan atau kejadian. Hal ini sesuai
dengan arti dari kata ْDzْǠ ْǧ (fi„l[un]),
yaitu perbuatan, pekerjaan, atau kejadian.
Apabila ditinjau dari kala/waktu yang
menyertai situasinya, kata fi„il dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu: fi„il mâdhi (ضƢǷ
DzǠǧ), fi„il mudhâri„ (رعƢǔǷ DzǠǧ), dan
fi„il amr
2. ada beberapa pola struktur jumlah fi‟liyyah
sebagai berikut.
a. Fi„il (verba/predikat) + Fâ„il (subjek),
apabila bentuk fi‟il-nya aktif dan tidak
butuh objek;
b. Fi„il (verba/predikat) + Na‟ib al-Fa„il
(pengganti subjek), apabila fi‟il- nya
pasif dan fâ‟il-nya tidak diketahui
(majhul);
c. Fi„il (verba/predikat) + Fâ„il (subjek) +
Maf„ûl bih (Objek), apabila fi‟il- nya
butuh keterangan objek;
d. Fi„il (verba/predikat) + Fâ„il (subjek) +
Harf Jarr + Isim Majrur (Jarr Majrûr),
apabila fi‟il-nya butuh harf jarr atau
keterangan tertentu;
e. Fi„il (verba/predikat) + Fâ„il (subjek) +
Harf Zharf + Isim Mazhrûf, apabila fi‟il-
nya butuh harf zharf atau keterangan
tertentu;
f. Fi„il (verba/predikat) + Fâ„il (subjek) +
Hâl (kondisi subjek), apabila fâ‟il-nya
butuh keterangan kondisional); 7. Fi„il
(verba/predikat) + Fâ„il (subjek) +
Maf‟ûl bih berupa Adad + Ma‟dud
(bilangan);
3. Macam-macam Fa‟il.
Fa‟il bisa berbentuk:
a. Isim Mu‟ra
b. Isim Mabni
c. Mashdar Muawwal
4. Kaidah/Ketentuan Fa‟il
a. Fa‟il selalu marfu‟ dan terletak setelah
fi‟il ma‟lum, baik secara langsung atau
tidak.
b. Apabila Fa‟il berbentuk mufrad,
mutsana, atau jama‟ maka fi‟ilnya tetap
mufrad
c. Fi‟il dan fa‟il harus sama dalam
mudzakkar atau muannatsnya.
d. Boleh tidak sama muannats dan
muadzakarnya antara fi‟il dan fa‟il
apabila: a.
• Fa‟ilnya muanats yang terpisah
dari fi‟ilnya.
• Fa‟ilnya berupa isim muanats
majazi. Dan
• Fa‟ilnya berupa jama‟ taksir.
e. Wajib mengtanitskan fi‟il apabila:
• Fa‟ilnya berupa isim zhahir
muanats haqiqi.
• Fa‟ilnya berupa isim dhamir
yang rujukannya ke muanats
haqiqi maupun majazi
f. Boleh fi‟il dibuang dari kalimat yang
mafhum
g. Fa‟il bisa terletak setelah mashdar, isim
fa‟il, atau isim shifat musyabahah yang
beramal seperti fi‟il.
5. unsur-unsur penunjang kalimat terdiri dari :
a. Maf‟ul bih
b. Maf‟ul mutlaq,
c. Maf‟ul liajlih
d. Maf‟ul ma‟ah
e. Maf’ul fiih
f. Hal
g. Tamyiz
h. tawabi
2. Evaluasi dan refleksi 1. Evaluasi : Materi dan Paparan yangf
disampaikan sangat baik dan sangat bermanfaat
untuk para mahasiswa sehingga dapat menjadi
acuan bahan ajar di sekolah.
2. Akan lebih efisien jika disampaikan dengan
memberikan beberapa contoh yang dapat
membuat mudah mahasiswa untuk menggali
struktur jumlah fi’liyah