Anda di halaman 1dari 159

TAHUN TERBIT:

2019

KOMUNIKASI EFEKTIF

DISUSUN OLEH :

TIM DOSEN

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN


1
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM
VISI DAN MISI INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA

A. Visi
Menjadi Institut Kesehatan yang unggul menghasilkan tenaga kesehatan yang
professional dan kompetitif pada tahun 2034

B. Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan yang professional untuk mengembangkan
pendidikan yang berorientasi pasar, baik lokal maupun nasional dan menghasilkan SDM
yang mempunyai kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal di bidang kesehatan
yang mampu bersaing ditingkat lokal dan nasional
2. Menyelenggarakan penelitian yang menghasilkan produk penelitian sesuai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang meliputi penelitian dasar, terapan, dan kebijakan
khususnya dibidang kesehatan.
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat
4. Menyelenggarakan kerjasama dengan instansi pendidikan, pelayanan kesehatan di tingkat
lokal, nasional dan global

2
VISI DAN MISI PRODI

A. Visi
Menjadi program studi kebidanan yang menghasilkan bidan professional, kompetitif, mandiri
dan unggul dalam pelayanan kebidanan komplementer ditingkat nasional pada tahun 2034.

B. Misi
1. Melaksanakan sistem pendidikan dan pengajaran ilmu kebidanan yang berkualitas
berorientasi pada pengembangan keunggulan pelayanan kebidanan komplementer.
2. Melaksanakan penelitian dalam pengembangan ilmu kebidanan secara berkelanjutan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat secara berkelanjutan berdasarkan evidenc-based dan
peka budaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan.
4. Memperluas kerjasama dalam pengembangan kesehatan masyarakat baik nasional maupun
internasional.

3
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Assalamualaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh

Kami bersyukur kepada Allah SWT atas selesainya pembuatan modul “Komunikasi Efektif” bagi
mahasiswa program studi Sarjana Kebidanan dan Pendiidikan Profesi Bidan, Shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada nabi Muhammad SAW.

Modul ini, merupakan pegangan bagi mahasiswa program studi Sarjana Kebidanan dan
Pendiidikan Profesi Bidan semester II Institut Kesehatan Mitra Bunda, yang merasa spesifik berisi
tentang ilmu Kebidanan yang membahas tentang Komunikasi Efektif

Buku ini dibuat berdasarkan referensi dari berbagai sumber, walaupun tidak lepas dari
kekurangan, kedepannya diperlukan kajian-kajian secara mendalam untuk melengkapi isi buku ini
agar lebih mudah dipahami dan membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya modul ini.

4
BAB I
KONSEP TEORI KOMUNIKASI NON VERBAL, TULISAN, VERBAL DAN
KOMUNIKASI INTERPROFESSIONAL DAN APLIKASINYA PADA PELAYANAN
KEBIDANAN DALAM BERBAGAI SITUASI

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB I ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
a. Komunikasi non verbal
b. Komunikasi lewat tulisan
c. Komunkasi verbal
d. Komunikasi interprofessional
e. Aplikasinya pada pelayanan kebidanan dalam berbagai situasi

2. Entry Behaviour
Memahami konsep teori komunikasi non verbal, tulisan, verbal dan komunikasi
interprofessional dan aplikasinya pada pelayanan kebidanan dalam berbagai situasi

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB I akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari Isi BAB I


Teori komunikasi non verbal, tulisan, verbal dan komunikasi interprofessional dan
aplikasinya pada pelayanan kebidanan dalam berbagai situasi

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu diklarifikasikan atau
memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

5
B. Penyajian Materi
1. Komunikasi Non Verbal
a) Pengertian
Komunikasi nonverbal adalah proses yang dijalani oleh seseorang individu
atau lebih pada saat menyampaikan isyarat-isyarat nonverbal yang memiliki
potensi untuk merangsang makna dalam pikiran individu atau individu-individu
lain. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa
komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis walau tidak terdapat kesepakatan
tentang proses nonverbal ini, kebanyakan ahli setuju bahwa hal-hal berikut mesti
dimasukkan seperti isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, postur, gerakan
tubuh, sentuhan, pakaian, artefak, diam, ruang, waktu dan suara.
Komunikasi nonverbal juga dapat diartikan sebagai penciptaan dan pertukaran
pesan dengan tidak menggunakan kata-kata, komunikasi ini menggunakan
gerakan tubuh, sikap tubuh, intonasi nada (tinggi-rendahnya nada), kontak mata,
ekspresi muka, kedekatan jarak, dan sentuhan-sentuhan. Dapat juga dikatakan
bahwa komunikasi nonverbal adalah semua kejadian di sekeliling situasi
komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau
dituliskan dan meliputi semua stimulus nonverbal yang dalam setting komunikatif
digeneralisasikan oleh individu dan lingkungan individu yang memakainya.
Tanda-tanda komunikasi nonverbal belum dapat diidentifikasi seluruhnya,
tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa cara duduk, berjalan, berpakaian,
semuanya itu menyampaikan informasi pada orang lain. Tiap-tiap gerakan yang
dibuat dapat menyatakan asal seseorang, sikap, kesehatan, bahkan keadaan
psikologis. Misalnya, gerakan-gerakan seperti mengerutkan alis, menggigit bibir,
menunjuk dengan jari, tangan di pinggang, dan melipat tangan bersilang di dada.

b) Fungsi Komunikasi Non verbal


Komunikasi nonverbal dapat menjalankan sejumlah komunikasi penting. Periset
nonverbal mengidentifikasi enam fungsi utama komunikasi nonverbal sebagai
berikut:
1) Untuk mengulangi perilaku verbal, misalnya menganggukkan kepala ketika
mengatakan “ya”

6
2) Untuk menekankan atau melengkapi, komunikasi nonverbal digunakan untuk
menonjolkan atau menekankan beberapa bagian dari pesan verbal. Misalnya
saja tersenyum untuk menekankan suatu hal tertentu
3) Untuk menggantikan, misalnya mengatakan “oke” dengan tangan tanpa
berkata apa-apa yang dapat digantikan dengan menganggukkan kepala untuk
mengatakan “ya” atau menggelengkan kepala untuk mengatakan “tidak.”
4) Untuk meregulasi perilaku verbal, contohnya mengerutkan bibir,
mencondongkan badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk
menunjukkan bahwa anda ingin mengatakan sesuatu
5) Untuk menunjukkan kontradiksi, pesan verbal dapat bertentangan dengan
gerakan nonverbal. Sebagai contoh, anda dapat menyilangkan jari anda atau
mengedipkan mata untuk menunjukkan bahwa yang anda katakan adalah tidak
benar

c) Klasifikasi pesan Nonverbal


1) Kinesik atau Gerak Tubuh
Bidang yang menelaah bahasa tubuh adalah kinesika ( kinesics), suatu istilah
yang diciptakan seorang perintis studi bahasa nonverbal, Ray L. Birdwhistell.
Setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata),
tangan, kepala, kaki dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan
sebagai isyarat simbolik. Karena dalam hidup, semua anggota badan
senantiasa bergerak.
(a) Isyarat Tangan
Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas berlainan dari budaya ke
budaya. Meskipun dibeberapa Negara, telunjuk digunakan untuk
menunjukkan sesuatu, hal itu tidak sopan di Indonesia. Tentu saja ada
pengecualian, misalnya orang Batak dan orang Amerika, biasa menunjuk
dengan telunjuk tanpa bermaksud kasar pada orang yang dihadapinya.
Begitu juga orang Betawi, yang tidak jarang menunjuk dengan memajukan
mulut, sambil berucap “ke sono-no!”, beberapa suku Afrika yang
menunjuk dengan mencibirkan bibir bawah menganggap cara menunjuk
Amerika sebagai kasar

7
(b) Gerakan Kepala
Dibeberapa Negara, anggukan kepala malah berarti “tidak” seperti di
Bulgaria, sementara isyarat “ya”di Negara itu adalah mengelengkan
kepala. Orang inggris, seperti orang Indonesia, menganggukan kepala
bahwa mereka mendengar dan menyetujui
(c) Postur Tubuh dan Posisi Kaki
Postur tubuh sering bersifat simbolik, seseorang cenderung mengapresiasi
berlebihan orang bertubuh tinggi dan seimbang. Banyak orang berusaha
mati-matian untuk mencapai postur tubuh yang ideal dengan mengontrol
makanan, berolahraga, mengonsumsi jamu atau obat, dan bahkan bedah
plastik. Bahkan cara duduk, berdiri dan berbaring dapat
mengomunikasikan serangkaian makna yang terbatas namun menarik.
Menjamurnya pusat pusat kebugaran diberbagai kota di Negara
menunjukan kecenderungan tersebut. Status seseorang juga dapat terlihat
lewat cara ia meletakan tangannya ketika berdiri dan berbicara dengan
orang lain.
(d) Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata
Kontak mata punya dua fungsi dalam komunikasi antar pribadi. Pertama,
fungsi pengatur untuk memberi tahu orang lain apakah anda akan
melakukan hubungan dengan orang tersebut atau menghindarinya. Kedua
fungsi ekpresif, yaitu memberi tahu orang lain bagaimana perasaan anda
terhadapnya. Tangan dan lengan adalah transmisi utama dari bahasa tubuh,
namun gerakan dari kaki dan kepala juga penting. Mereka terkoordinasi
secara dekat dengan cara berbicara dengan komunikasi verbal. Kode-kode
bahasa tubuh bisa mengindikasikan bangkitnya emosi secara umum atau
kondisi emosional yang spesifik
2) Sentuhan (Haptiks)
Studi tentang sentuh – menyentuh di sebut haptika (haptics), seperti foto,
adalah suatu prilaku nonverbal yang multi makna, dapat menggantikan seribu
kata. Menurut Heslin terdapat lima kategori sentuhan yang merupakan sesuatu
rentang dari yang sangat impresional hingga yang sangat personal. Kategori-
kategosi tersebut adalah :
(a) Fungsional-professional. Disini sentuhan bersifat “dingin” dan berorentasi
bisnis, misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian

8
(b) Sosial-sopan. Prilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh
pengharapan, aturan dan praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabat
tangan.
(c) Persahabatan-kehangatan. Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang
menandakan afeksi atau hubungan yang akrab, misalkan dua orang yang
saling merangkul setelah mereka lama berpisah
(d) Cinta. Kategori ini merujuk kepada sentuhan yang menyatakan
ketertarikan emosional
3) Paralinguistik atau Suara
Parabahasa atau vokalia (vokalis), merujuk aspek-aspek suara selain ucapan
yang dapat dipahami misalnya kecepatan berbicara berupa tinggi atau rendah,
intensitas (volume), suara, intonasi, dialek, suara terputus putus, suara yang
getar, suitan, siulan, tawa, tangisan, gerutuan, gumaman, desahan, dan
sebagainya. Setiap karakteristik suara ini mengkomunitaskan emosi dan
pikiran seseorang. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang
berhubungan dengan cara mengucapkan pesan verbal, satu pesan yang sama
dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda
Mehrabian dan Ferris menyebutkan bahwa parabahasa adalah hal terpenting
kedua setelah ekspresi wajah dalam menyampaikan perasaan atau emosi.
Menurut formula mereka, parabahasa punya andil 38% dari keseluruhan
impak pesan. Oleh karena ekspresi wajah punya andil 55% dari keseluruhan
impak pesan, dan lebih dari 90% isi emosionalnya ditentukan secara
nonverbal.
4) Penampilan fisik
Bagaimana cara seseorang berpakaian, warna, model pakaian, menyisir
rambut, merupakan unsur-unsur tampilan yang menunjukkan sebuah pesan.
Simbol nonverbal seperti ini erat kaitannya dengan penilaian budaya. Setiap
orang punya persepsi mengenai penampakan fisik seseorang, baik itu
busananya (model, kualitas bahan, warna) dan juga ornament lain yang
dipakai seperti kacamata, sepatu, tas, jam tangan, kalung, gelang, cicin,
anting-anting, dan sebagainya. Seringkali orang juga memberi makna tertentu
pada karakteristik fisik orang yang bersangkutan, seperti bentuk wajah, warna
kulit, model rambut, dan sebagainya.
5) Progsemik atau Penggunaan Ruangan Personal dan Sosial

9
Setiap budaya punya cara khas dalam mengkonseptualisasi ruang, baik dalam
rumah, di luar rumah maupun dalam hubungan dengan orang lain. Edward T.
Hall adalah antropolog yang menciptakan istilah progsemics (proksemika)
sebagai bidang studi yang menelaah persepsi manusia atas ruang (pribadi dan
sosial), cara manusia menggunakan ruang dan pengaruh ruang terhadap
komunikasi. Ada empat jarak yang biasanya digunakan yaitu jarak. akrab (50
cm) pembicaraan untuk dua sahabat dekat, jarak pribadi (50-125 cm) yang
terjadi secara sepintas atau kebetulan, jarak sosial (125 cm- 4 m) untuk urusan
bisnis dan jarak umum (lebih dari 4 m) mengenai apa saja.
6) Konsep Waktu
Waktu menentukan hubungan antara manusia, pola hidup manusia pada waktu
dipengaruhi oleh budaya. Waktu berhubungan erat dengan perasaan manusia.
Kronemika (cronemics) adalah studi dan interpretansi atas waktu sebagai
pesan bagaimana kita mempersiapkan dan memperlakukan. Waktu sebagai
simbolik menunjukan sebagai jati diri, siapa diri kita dan kesadaran akan
lingkungan
7) Warna
Sering seseorang mengunakan warna untuk menunjukan suasana emosional,
cita, rasa, afiliasi politik dan bahkan mungkin meyakinkan agama. Dalam tiap
budaya terdapat konvensi tidak tertulis mengenai warna pakaian yang layak
dipakai ataupun tidak. Seperti halnya kaum wanita umumnya lebih bebas
memilih warna pakaian dari pada pria. Hingga derajat tertentu antara warna
tampaknya ada hubungan antara warna yang digunakan dengan kondisi
fisiologi dan psikologis manusia.
Menurut Johson, perilaku nonverbal memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
(a) Merupakan kebiasaan yang bersifat otomatis dan jarang disadari
(b) Berfungsi mengungkapkan perasaan yang sebenarnya, kendatipun dengan
kata-kata seseorang berusaha menyembunyikannya.
(c) Sarana utama untuk mengungkapkan emosi
(d) Memiliki makna yang berlainan pada berbagai lingkungan budaya yang
berbeda.
(e) Memiliki makna yang berbeda dari satu orang kepada orang lain, atau pada
orang yang sama namun berlainan waktu

10
2. Komunikasi lewat tulisan
Keterampilan komunikasi tulisan (written communication skill) merupakan
kemampuan seseorang membuat pesan-pesan secara tertulis dalam berbagai macam
bentuk, seperti memo, surat, proposal, dan laporan. Kelebihan keterampilan
komunikasi tulisan ialah penulis memiliki kesempatan untuk merencanakan dan
mengendalikan pesan-pesan yang dibuat (Djoko Purwanto, 2006: 78).
Keterampilan komunikasi lisan dan tulisan memiliki perbedaan, baik dalam media
maupun cara penyampaian. Berikut tabel perbedaan komunikasi lisan dan tulisan

Tabel 1. Tabel Komunikasi Lisan dan Tulisan

Komunikasi Lisan Komunikasi Tulisan


a. Umpan balik (feedback) dapat a. Tidak memerlukan umpan balik
disampaikan secara langsung dari (feedback) segera
audien. b. Pesan sangat rinci, kompleks, dan
b. Pesan elative sederhana dan memerlukan perencanaan yang
mudah diterima. hati-hati
c. Tidak memerlukan catatan c. Memerlukan catatan permanen
permanen d. Dapat mencapai audien yang luas.
d. Dapat mengumpulkan audien e. Memperkecil kesalahan dalam
lebih mudah dan ekonomis penyampaian pesan.
e. Interaksi dapat dilakukan secara
langsung
Media Komunikasi Lisan Media Komunikasi Tulisan
a. Percakapan secara langsung, a. Surat-surat, memo, laporan,
pidato, pertemuan-pertemuan proposal,
b. Telepon dan surat suara (voice b. Surat reguler dan khusus
mail). c. Faksimile
c. Telekonferensi dan konferensi
video

11
3. Komunikasi verbal
a) Pengertian
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik itu
secara lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal paling banyak dipakai dalam
hubungan antar manusia, untuk mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran,
gagasan, fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan
dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.
b) Unsur dalam komunikasi Verbal
(1) Kata
Kata merupakan lambang terkecil dari bahasa. Kata merupakan lambang yang
mewakili sesuatu hal, baik itu orang, barang, kejadian, atau keadaan. Makna
kata tidak ada pada pikiran orang. Tidak ada hubungan langsung antara kata
dan hal. Yang berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran orang.
Komunikasi verbal merupakan sebuah bentuk komunikasi yang diantarai
(mediated form of communication). Seringkali kita mencoba membuat
kesimpulan terhadap makna apa yang diterapkan pada suatu pilihan kata. kata
yang kita gunakan adalah abstraksi yang telah disepakati maknanya, sehingga
komunikasi verbal bersifat intensional dan harus 'dibagi' (shared) di antara
orang-orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut.
(2) Bahasa
Bahasa adalah suatu sistem lambang yang memungkinkan orang berbagi
makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah
bahasa lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa memiliki tiga
fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif.
Fungsi itu digunakan untuk mempelajari dunia sekitarnya, membina hubungan
yang baik antar sesame dan menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan
manusia. Ada tiga teori yang membicarakan sehingga orang bisa memiliki
kemampuan berbahasa, diantarnya:
(a) Operant Conditioning Theory yang dikembangkan oleh seorang ahli
psikologi behavioristik yang bernama B. F. Skinner (1957). Teori ini
menekankan adanya unsur rangsangan (stimulus) serta tanggapan
(response) atau lebih dikenal dengan istilah S-R. Teori ini menyatakan jika
satu organism dirangsang oleh stimuli dari luar, orang cenderung akan

12
memberi reaksi. Anak-anak mengetahui bahasa karena ia diajar oleh orang
tuanya atau meniru apa yang diucapkan oleh orang lain
(b) Cognitive Theory yang dikembangkan oleh Noam Chomsky, yang
menyatakan bahwa kemampuan berbahasa yang ada pada manusia adalah
pembawaan biologis yang dibawa dari lahir
(c) Mediating Theory atau teori penengah, yang dikembangkan oleh Charles
Osgood. Teori ini menyatakan bahwa manusia dalam mengembangkan
kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap rangsangan
(stimuli) yang diterima dari luar, tetapi juga dipengaruhi oleh proses
internal yang terjadi dalam dirinya
Bahasa juga miliki karakteristik sebagai berikut:
(a) Pengalihan (displacement). Bahasa memiliki karakteristik yang namanya
pengalihan, dimana kita dapat berbicara mengenai hal-hal yang jauh dari
kita, baik dari segi tempat maupun waktu, berbicara tentang masa lalu atau
masa depan, berbicara tentang hal-hal yang tidak pernah kita lihat seperti
kuda terbang, makhluk planet lain.
(b) Pelenyapan. Suara saat kita bicara bisa hilang atau lenyap dengan cepat.
Suara harus diterima dengan segera setelah itu dikirimkan atau kita tidak
akan pernah menerimanya.
(c) Kebebasan makna. Isyarat bahasa memiliki kebebasan makna. Suatu kata
memiliki arti atau makna yang mereka gambarkan karena kitalah yang
secara bebas yang menentukan arti atau maknanya.
(d) Transmisi budaya. Bahasa dipancarkan secara budaya. Seorang anak yang
dibesarkan dalam lingkungan keluarga berbahasa Inggris akan menguasai
bahasa Inggris
c) Jenis Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi verbal ada beberapa macam, yaitu:
(1) Berbicara dan menulis
Berbicara adalah komunikasi verbal vocal, sedangkan menulis adalah
komunikasi verbal non vocal. Presentasi dalam rapat adalah contoh dari
komunikasi verbal vocal. Surat menyurat adalah contoh dari komunikasi
verbal non vocal.

13
(2) Mendengarkan dan membaca
Mendengar dan mendengarkan adalah dua hal yang berbeda. Mendengar
mengandung arti hanya mengambil getaran bunyi, sedangkan mendengarkan
adalah mengambil makna dari apa yang didengar. Mendengarkan melibatkan
unsur mendengar, memperhatikan, memahami dan mengingat. Membaca
adalah satu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis.
d) Karakteristik Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) Jelas dan Ringkas
Berlangsung sederhana, pendek dan langsung. Bila kata-kata yang digunakan
sedikit, maka terjadinya kerancuan juga masin sedikit. Berbicara secara lambat
dan pengucapan yang jelas akan membuat kata tersebut makin mudah
dipahami.
(2) Perbendaharaan kata
Penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh seseorang akan
meningkatkan keberhasilan komunikasi. Komunikasi tidak akan berhasil jika
pengirim pesan tidak mampu menterjemahkan kata dan uacapan
(3) Arti konotatif dan denotative
Makna konotatif adalah pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu
kata, sedangkan arti denotative adalah memberikan pengertian yang sama
terhadap kata yang digunakan.
(4) Intonasi
Seorang komunikator mampu mempengaruhi arti pesan melalui nada suara
yang dikirimkan. Emosi sangat berperan dalam nada suara ini.
(5) Kecepatan berbicara
Keberhasilan komunikasi dipengaruhi juga oleh kecepatan dan tempo bicara
yang tepat. Kesan menyembunyikan sesuatu dapat timbul bila dalam
pmbicaraan ada pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan.
(6) Humor
Humor dapat memningkatkan keberhasilan dalam memberikan dukungan
emosi terhadap lawan bicara. Tertawa membantu mengurangi ketegangan
pendengar sehingga meningkatkan keberhasilan untuk mendapat dukungan.

14
4. Komunikasi interprofessional
a) Pengertian
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung dalam
situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun
pada kerumunan orang. Menurut R Wayne Pace komunikasi interpersonal adalah
komunikasi yang membutuhkan pelaku atau personal lebih dari satu orang atau
Proses komunikasi yang berlangsung antara 2 orang atau lebih secara tatap muka.
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara komunikator dengan
seorang komunikan.Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya
merubah sikap pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis, berupa
percakapan serta arus balik bersifat langsung.Komunikator mengetahui tanggapan
komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan.Komunikator
mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau
tidak. Jika tidak, ia dapat meyakinkan komunikan ketika itu juga karena ia dapat
memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.
Dean Barnlund menjabarkan komunikasi interpersonal sebagai orang-orang
pada pertemuan tatap muka dalam situasi sosial informal yang melakukan
interaksi terfokus lewat pertukaran isyarat verbal dan nonverbal yang saling
berbalasan.6 John Stewart dan Gary D’Angelo melihat esensi komunikasi
interpersonal berpusat pada kualitas komunikasi antarpartisipan. Partisipan
berhubungan satu sama lain lebih sebagai person (unik, mampu memilih,
mempunyai perasaan, bermanfaat, dan merefleksikan diri sendiri) dari pada
sebagai objek atau benda (dapat dipertukarkan, terukur, secara otomatis merespon
rancangan dan kurang kesadaran diri)
Jadi komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran pesan antara
seseorang dengan paling sedikit seorang lainnya, secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap peserta menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik
secara verbal atau nonverbal sehingga menghasilkan umpan balik seketika itu
juga. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi
interpersonal berperan penting sampai kapanpun, selama manusia masih
mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia
merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media
massa seperti surat kabar, televisi dan teknologi komuniasi lainnya membuat
manusia merasa terasing

15
b) Jenis-Jenis Komunikasi Interpersonal
Secara teoritis komunikasi interpersonal diklasifikasikan menjadi dua jenis
menurut sifatnya:
1) Komunikasi Diadik
Komunikasi diadik adalah komunikasi interpersonal yang berlangsung anttara
dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan
dan yang satu lagi komunikan yakni yang menerima pesan, oleh karena
perilaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi secara
intens.Komunikator memusatkan perhatiannya hanya kepada diri komunikan
seorang itu.
2) Komunikasi Triadik
Komunikasi triadik adalah komunikasi interpersonal yang pelakunya terdiri
dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila
dibandingkan dengan komunikasi diadik, komunikasi diadik lebih efektif,
Karena komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan,
sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya, juga
umpan balik yang berlangsung, kedua factor yang sangat berpengaruh
terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.

c) Karakteristik Komunikasi Interpersonal


Menurut Evert M. Rogers dalam Depari (1988) ada beberapa ciri komunikasi yang
menggunakan saluran antarpribadi adalah:
1) Arus pesan yang cenderung dua arah
2) Konteks komunikasinya tatap muka
3) Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi
4) Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas (terutama “selective exposure”)
yang tinggi
5) Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat
6) Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap

Menurut Agus M. Hardjana ada tujuh karakteristik yang menunjukkan bahwa


suatu komunikasi antara dua individu merupakan komunikasi interpersonal. Tujuh
karakteristik komunikasi antar pribadi itu adalah:

16
1) Melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non verbal
Komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk verbal atau nonverbal,
seperti komunikasi pada umumnya yang selalu mencakup dua unsur pokok,
yakni isi pesan dan bagaimana isi itu dikatakan atau dilakukan, baik secara
verbal maupun nonverbal.
2) Melibatkan perilaku spontan, kebiasaan dan sadar
Perilaku Spontan merupakan perilaku yang dilakukan karena desakan emosi
dan tanpa sensor serta revisi secara kognitif.Artinya perilaku itu terjadi begitu
saja.Perkataan spontan dengan nada misalnya ‘hai’ untuk verbal, dan gerakan-
gerakan reflek tangan pada nonverbal.Perilaku Kebiasaan adalah perilaku
yang kita pelajari dari kebiasaan.Perilaku itu khas, dilakukan pada situasi
tertentu, dan dimengerti orang.Contoh verbal mengucapkan selamat dating
pada teman yang baru datang dan berjabatan tangan jika berjumpa teman
sebagai contoh nonverbal.Perilaku Sadar yakni perilaku yang dipilih karena
dianggap sesuai dengan situasi yang ada. Perilaku itu dipikirkan dan dirancang
sebelumnya, dan disesuaikan dengan orang yang akan dihadapi, urusan yang
harus diselesaikan dan situasi serta kondisi yang ada
3) Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berproses pengembangan
Komunikasi interpersonal berbeda-beda tergantung dari tingkat hubungan
pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi, pesan yang dikomunikasikan dan
cara pesan dikomunikasikan. Komunikasi berkembang berawal dari saling
pengenalan yang dalam kemudian berkembang menjadi mendalam dan
semakin mendalam, namun tak menutup kemungkinan untuk putus dan saling
melupakan.
4) Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi, dan koherensi
(pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya).
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka yang
kemungkinan feedback nya besar sekali, yang kemudian dapat langsung
ditanggapi oleh penerima pesan. Dengan demikian diantara pengirim dan
penerima pesan terjadi interaksi antar satu sama lain
5) Komunikasi interpersonal berjalan menurut peraturan tertentu.
Peraturan itu ada yang bersifat intrinsik dan ada yang bersifat
ekstrinsik.Peraturan intrinsik adalah peraturan yang dikembangkan oleh

17
masyarakat untuk mengatur cara orang harus berkomunikasi satu sama lain.
Karena peraturan ini dibuat oleh masyarakat, maka peraturan ini bersifat khas
untuk masing-masing masyarakat, budaya dan bangsa.Peraturan ekstrinsik
adalah peraturan yang ditetapkan oleh situasi atau masyarakat.Peraturan
ekstrinsik oleh situasi misalnya perbedaan nada bicara ketika menghadiri
pemakaman berbeda dengan ketika pesta.Peraturan ekstrinsik oleh masyarakat
missal, berkunjung kerumah teman tidak melebihi jam 9 malam.
6) Komunikasi interpersonal adalah kegiatan aktif
Komunikasi interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim kepada
penerima atau sebaliknya, melainkan komunikasi timbale balik antara
pengirim dan penerima pesan
7) Komunikasi interpersonal saling mengubah.
Melalui interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang terlibatkomunikasi
dapat saling member inspirasi, semangat dan dorongan untuk mengubah
pemikiran, perasaan dan sikap yang sesuai dengan topic yang dibahas
bersama.

d) Tujuan Komunikasi Interpersonal


Komunikasi interpersonal dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun
tujuan dilakukannya komunikasi komunikasi interpersonal adalah:
1) Untuk menyampaikan informasi
2) Untuk berbagi pengalaman
3) Untuk mengembangkan simpati
4) Untuk melakukan kerja sama
5) Untuk mengembangkan motivasi
6) Untuk mengungkapkan isi hati, ide
7) Untuk memahami orang lain, dan lain sebagainya.

e) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal


Jalaludin Rakhmat meyakini bahwa komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh
persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan
interpersonal

18
1) Persepsi Interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan
informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap
stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan
verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan
berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi
yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan
komunikasi.
2) Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri
yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: a. Yakin akan kemampuan
mengatasi masalah; b. Merasa setara dengan orang lain; c. Menerima pujian
tanpa rasa malu; d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai
perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh
masyarakat; e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup
mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan
berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan
dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
(a) Setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep
dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang
yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat
catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh,
sehingga memperoleh nilai akademis yang baik
(b) Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan
komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain
meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri,
konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan
pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-
pengalaman dan gagasan baru
(c) Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai
communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi
disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan
percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.

19
(d) Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena
konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri
(terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi 39 pesan (persepsi
selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri
juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).
3) Atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya
tarik seseorang. Komunikasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal
dalam hal:
(a) Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang
lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga
makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita
juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara
positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat
karakteristiknya secara negatif.
(b) Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila
pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi
komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki
kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul
dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang,
resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari
komunikasi.
4) Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang
dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan
derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat
persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif
komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi

f) Kecakapan-kecakapan yang Dibutuhkan dalam Komunikasi Interpersonal


Ada dua jenis kecakapan yang harus dimiliki seseorang agar dirinya mampu
melakukan komunikasi interpersonal dengan baik dan berhasil, yaitu kecakapan
kognitif dan kecakapan behavioral.
1) Kecakapan Kognitif

20
Kecakapan kognitif merupakan kecakapan pada tingkat pemahaman mengenai
bagaimana cara mencapai tujuan personal dan relasional dalam
berkomunikasi. Menurut Hardjana (2007), kecakapan kognitif meliputi:
(a) Empati (empathy): kecakapan untuk memahami pengertian dan perasaan
orang lain tanpa meinggalkan pandangannya sendiri.
(b) Perspektif social (social perspective): kecakapan melihat kemungkinan-
kemungkinan perilaku yang berkomunikasi dengan dirinya.
(c) Kepekaan (sensitivity) terhadap peraturan atau standar yang berlaku dalam
komunikasi interpersonal.
(d) Pengetahuan akan situasi pada waktu komunikasi sedang dilakukan.
(e) Memonitor diri (self-monitoring): kecakapan memonitor diri sendiri untuk
menjaga ketepatan perilaku dan jeli dalam memperhatikan pengungkapan
pihak yang berkomunikasi dengannya.
2) Kecakapan Behavioral
Kecakapan behavioral merupakan kecakapan berkomunikasi pada tingkat
tindakan, yang berfungsi dalam mengarahkan pelaku komunikasi untuk
mencapai tujuan, baik personal maupun relasional. Kecakapan behavioral
menurut Hardjana (2007) terdiri dari
(a) Keterlibatan interaktif (interactive involment). Keterlibatan interaktif
menentukan tingkat keikutsertaan dalam proses komunikasi. Kecakapan
ini meliputi : 1) sikap tanggap (responsiveness), 2). Sikap perseptif
(perceptiveness) dan 3) sikap penuh perhatian (attentiveness).
(b) Manajemen interaksi (interaction management): kecakapan yang berfungsi
untuk membantu dalam mengambil tindakan-tindakan yang berguna demi
tercapainya tujuan komunikasi.
(c) Keluwesan perilaku (behavioral flexibility) : kecakapan yang berfungsi
menentukan tindakan yang diambil demi tercapainya tujuan komunikasi.
(d) Mendengarkan (listening): kecapakan yang berfungsi untuk bias
mendengarkan dan menyelami perasaan pihak lain. Dengan kecakapan
mendengarkan seseorang dapat menjadi teman berbicara yang baik.
(e) Gaya sosial (social style): kecakapan yang mengarahkan pelaku
komunikasi pada perilaku yang baik dan menarik sehingga menyenangkan
pihak lain.

21
(f) Kecamasan komunikasi (communication anxiety): kecakapan yang dapat
dipakai untuk mengatasi rasa takut, cemas, malu, gugup, dst. ketika
berhadapan dengan lawan bicara.

5. Aplikasi komunikasi dalam pelayanan kebidanan dalam berbagai situasi


Fokus utama dalam komunikasi kebidanan adalah bagaimana menerapkan komunikasi
terapeutik dengan cermat tetapi juga tidak memakan waktu banyak. Berikut ini adalah
beberapa macam uraian komunikasi efektif yang bisa kita perhatikan contohnya
sehingga bisa memudahkan aplikasi yang ada selama praktek kebidanan
1. Penggunaan Bahasa yang Sederhana
Penggunaan bahasa yang sederhana dan tidak bertele-tele merupakan contoh
komunikasi efektif yang bisa digunakan pada praktik kebidanan. Seorang bidan
hendaknya bisa langsung menuju poin apa yang ingin ditanyakan atau ingin
disampaikan kepada pasien tanpa harus banyak bertele-tele. Sebagai contoh,
hindari menggunakan pernyataan yang diulang seperti, ”Ini kehamilan yang
keberapa ibu? Anak yang keberapa ibu?”. Dua pertanyaan tersebut sebenarnya
sama.
2. Menggunakan Pertanyaan Terbuka
Pertanyaan terbuka memberikan kesempatan pada bidan untuk sekali bertanya,
tetapi mampu mendapatkan jawaban yang lebih banyak. Bidan bisa melakukan ini
dalam rangka untuk mempercepat proses pengkajian pada pasien. Untuk
menggunakan pertanyaan terbuka, kalimat pertanyaan bisa lebih diperbanyak
menggunakan kata “bagaimana”.
3. Memberikan Kesempatan Pasien untuk Berbicara
Memberikan kesempatan pasien untuk berbicara sebenarnya hampir sama dengan
bagaimana kita bisa menjadi pendengar aktif. Ini ditunjukkan dengan sikap tidak
menyela pembicaraan selama klien menyampaikan informasi kepada bidan.
Biarkan pasien mengungkapkan apa saja yang menjadi keluhannya sehingga kita
cukup mendengarkan saja terlebih dahulu.
4. Memberikan Umpan Balik pada Pasien
Setelah klien berbicara banyak mengenai kondisinya, tugas selanjutnya adalah
memberikan umpan balik pada pasien. Ini adalah contoh komunikasi efektif dalam
kebidanan yang kadang kurang diperhatikan. Umpan balik atau respon penting

22
supaya pasien juga merasa nyaman dan diperhatikan setelah berkomunikasi
dengan bidan
5. Instruksi yang Tepat dan Jelas
Strategi komunikasi efektif selanjutnya adalah tentang pemberian instruksi yang
tepat dan juga jelas. Ini bukan berarti seberapa keras volume suara bidan harus
digunakan tetapi lebih kepada bagaimana bidan bisa menjelaskan dengan baik
pada klien. Entah itu pada saat masa ante natal care atau pada saat proses
persalinan, pemberian instruksi yang jelas bisa membuat klien paham mengenai
apa yang harus ia lakukan.
6. Tidak Terlalu Banyak Bahasa Medis
Penggunaan bahasa medis yang asing dan kurang familiar tentu saja patut
dihindari saat berhadapan dengan klien. Sah-sah saja jika bidan menggunakan
istilah medis dengan rekan sejawat. Namun ini tidak berlaku saat berhadapan
dengan klien. Pastikan klien memahami apa yang kita sampaikan sehingga
informasi bisa diterima dengan baik.
7. Memperhatikan Respon Non Verbal
Kepekaan terhadap respon non verbal juga merupakan modal penting seorang
bidan untuk bisa memberikan asuhan kebidanan yang baik. Respon non verbal
biasanya ditunjukkan dalam bahasa tubuh pasien, seperti misalnya gerakan
menggeleng kepala, pandangan yang tidak fokus atau kaki yang sering bergerak-
gerak. Semuanya menunjukkan respon kurang begitu nyaman sehingga bidan bisa
menanyakan apa yang dirasakan klien terlebih dahulu
8. Melakukan Evaluasi Komunikasi
Evaluasi komunikasi penting dilakukan untuk melakukan validasi, apakah
informasi yang sudah disampaikan diterima dengan baik atau tidak. Bila perlu,
minta klien untuk menjelaskan ulang secara singkat.

C. Rangkuman Materi
Komunikasi nonverbal adalah proses yang dijalani oleh seseorang individu
atau lebih pada saat menyampaikan isyarat-isyarat nonverbal yang memiliki potensi
untuk merangsang makna dalam pikiran individu atau individu-individu lain.
Keterampilan komunikasi tulisan (written communication skill) merupakan
kemampuan seseorang membuat pesan-pesan secara tertulis dalam berbagai macam
bentuk, seperti memo, surat, proposal, dan laporan. Kelebihan keterampilan

23
komunikasi tulisan ialah penulis memiliki kesempatan untuk merencanakan dan
mengendalikan pesan-pesan yang dibuat (Djoko Purwanto, 2006: 78). Keterampilan
komunikasi lisan dan tulisan memiliki perbedaan, baik dalam media maupun cara
penyampaian.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik itu
secara lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal paling banyak dipakai dalam
hubungan antar manusia, untuk mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan,
fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan
pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar. Komunikasi interpersonal adalah
komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih,
baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang. Menurut R Wayne Pace
komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang membutuhkan pelaku atau personal
lebih dari satu orang atau Proses komunikasi yang berlangsung antara 2 orang atau
lebih secara tatap muka.
Aplikasi komunikasi dalam pelayanan kebidanan dalam berbagai situasi
Penggunaan Bahasa yang Sederhana, Menggunakan Pertanyaan Terbuka,
Memberikan Kesempatan Pasien untuk Berbicara, Memberikan Umpan Balik pada
Pasien, Instruksi yang Tepat dan Jelas, Tidak Terlalu Banyak Bahasa Medis,
Memperhatikan Respon Non Verbal, Melakukan Evaluasi Komunikasi

D. Evaluasi
1. Jelaskan kaitan komunikasi non verbal dengan asuhan dalam kebidanan!
2. Jelaskan kaitan komunikasi lewat tulisan dengan asuhan dalam kebidanan!
3. Jelaskan kaitan komunikasi verbal dengan asuhan dalam kebidanan!
4. Jelaskan kaitan komunikasi interpersonal dengan asuhan dalam kebidanan!
5. Jelaskan kaitan Aplikasinya pada pelayanan kebidanan dalam berbagai situasi!

E. Daftar Pustaka
1. Dalami (20012). Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta:
Trans Info Media.
2. Lestari, A. (2010). Buku Saku Kominikasi Dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan.
Jakarta: Trans Info Media.
3. MNH. (2002) Pelatihan Keterampilan komunikasi Interpersonal/konseling. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

24
4. Priyanto, A. (2009). Komunikasi dan Konseling: Aplikasi dalam Sarana Pelayanan
kesehatan untuk Bidan dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika
5. Tyastuti, S., Kusmiyati, Y., & Handayani, S. (2010). Komunikasi dan Konseling
dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
6. Uripmi. (2003). Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.
7. Wulandari. (2009). Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Jogjakarta:
Nuha Medika.
8. Yulifah & Yuswanto, Y. (2009). Komunikasi dan Konseling Dalam Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika

25
BAB II
INFORMED CONSENT

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB II ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
a. Defenisi informed consent
b. Formulir informed consent
c. Bentuk informed consent
d. Landasan hukum informed consent

2. Entry Behaviour
Memahami konsep informed consent pada pelayanan kebidanan

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB II akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi
selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari isi BAB II


Mempelajari informed consent dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa
dalam menguasai konsep dan menganalisis informed consent

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus
dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu
diklarifikasikan atau memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-
hal yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

26
B. Penyajian Materi
1. Definisi informed consent
Informed Consent teridiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti
informasi atau keterangan dan “consent” yang berarti persetujuan atau memberi izin.
jadi pengertian Informed Consent adalah suatu persetujuan yang diberikan setelah
mendapat informasi. Dengan demikian Informed Consent dapat di definisikan sebagai
pernyataan pasien atau yang sah mewakilinya yang isinya berupa persetujuan atas
rencana tindakan kedokteran yang diajukan oleh dokter setelah menerima informasi
yang cukup untuk dapat membuat persetujuan atau penolakan. Persetujuan tindakan
yang akan dilakukan oleh Dokter harus dilakukan tanpa adanya unsur pemaksaan.
Istilah Bahasa Indonesia Informed Consent diterjemahkan sebagai persetujuan
tindakan medik yang terdiri dari dua suku kata Bahasa Inggris yaitu Inform yang
bermakna Informasi dan consent berarti persetujuan. Sehingga secara umum Informed
Consent dapat diartikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh seorang pasien
kepada dokter atas suatu tindakan medik yang akan dilakukan, setelah mendapatkan
informasi yang jelas akan tindakan tersebut.

2. Fungsi dan Tujuan Informed Consent


Fungsi dari Informed Consent adalah
a. Promosi dari hak otonomi perorangan
b. Proteksi dari pasien dan subyek
c. Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan
d. Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk mengadakan
introspeksi terhadap diri sendiri
e. Promosi dari keputusan-keputusan rasional
f. Keterlibatan masyarakat (dalam memajukan prinsip otonomi sebagai suatu nilai
social dan mengadakan pengawasan dalam penyelidikan biomedik

Informed Consent itu sendiri menurut jenis tindakan / tujuannya dibagi tiga, yaitu:

a. Yang bertujuan untuk penelitian (pasien diminta untuk menjadi subyek


Penelitian
b. Yang bertujuan untuk mencari diagnosis.
c. Yang bertujuan untuk terapi.

27
Tujuan dari Informed Consent menurut J. Guwandi adalah :
a. Melindungi pasien terhadap segala tindakan medis yang dilakukan tanpa
sepengetahuan pasien
b. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap akibat yang tidak
terduga dan bersifat negatif, misalnya terhadap risk of treatment yang tak
mungkin dihindarkan walaupun dokter sudah mengusahakan semaksimal
mungkin dan bertindak dengan sangat hati-hati dan teliti.

3. Bentuk Informed Consent


Ada 2 bentuk Persetujuan Tindakan Medis, yaitu
a. Implied Consent (dianggap diberikan)
Umumnya implied consent diberikan dalam keadaan normal, artinya dokter dapat
menangkap persetujuan tindakan medis tersebut dari isyarat yang
diberikan/dilakukan pasien. Demikian pula pada kasus emergency sedangkan
dokter memerlukan tindakan segera sementara pasien dalam keadaan tidak bisa
memberikan persetujuan dan keluarganya tidak ada ditempat, maka dokter dapat
melakukan tindakan medik terbaik menurut dokter.
b. Expressed Consent (dinyatakan)
Dapat dinyatakan secara lisan maupun tertulis. Dalam tindakan medis yang
bersifat invasive dan mengandung resiko, dokter sebaiknya mendapatkan
persetujuan secara tertulis, atau yang secara umum dikenal di rumah sakit sebagai
surat izin operasi.

Persetujuan tertulis dalam suatu tindakan medis dibutuhkan saat:


a. Bila tindakan terapeutik bersifat kompleks atau menyangkut resiko atau efek samping
yang bermakna.
b. Bila tindakan kedokteran tersebut bukan dalam rangka terapi.
c. Bila tindakan kedokteran tersebut memiliki dampak yang bermakna bagi kedudukan
kepegawaian atau kehidupan pribadi dan sosial pasien.
d. Bila tindakan yang dilakukan adalah bagian dari suatu penelitian.

4. Landasan Hukum informed consent


Persetujuan tindakan Kedokteran telah diatur dalam Pasal 45 Undang – undang no. 29
tahun 2004 tentang praktek Kedokteran. Sebagaimana dinyatakan setiap tindakan

28
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi
terhadap pasien harus mendapat persetujuan. Persetujuan sebagaimana dimaksud
diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap, sekurang-kurangnya
mencakup : diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis yang
dilakukan, alternatif tindakan lain dan risikonya,risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. Persetujuan tersebut dapat
diberikan baik secara tertulis maupun lisan. Disebutkan didalamnya bahwa setiap
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus
diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.290/Menkes/Per/III/ 2008 tentang persetujuan
tindakan Kedokteran dinyatakan dalam pasal 1, 2, dan 3 yaitu:

Pasal 1
1. Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
2. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak
kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya
3. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan
kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik
atau rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.
4. Tindakan Invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh pasien.
5. Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan medis yang
berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau
kecacatan.
6. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
7. Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut peraturan
perundang-undangan atau telah/pernah menikah, tidak terganggu kesadaran
fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran
29
perkembangan (retardasi) mental dan tidak mengalami penyakit mental sehingga
mampu membuatkeputusan secara bebas.
Pasal 2
1. Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus
mendapat persetujuan.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan secara tertulis
maupun lisan
3. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran
dilakukan.

Pasal 3

1. Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh


persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan.
2. Tindakan kedokteran yang tidak termasuk dalam ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dengan persetujuan lisan.
3. Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam bentuk
pernyataan yang tertuang dalam formulir khusus yang dibuat untuk itu.
4. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan dalam bentuk
ucapan setuju atau bentuk gerakan menganggukkan kepala yang dapat diartikan
sebagai ucapan setuju
5. Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dianggap meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan tertulis

Peraturan Informed Consent apabila dijalankan dengan baik antara Dokter dan
pasien akan sama-sama terlindungi secara Hukum. Tetapi apabila terdapat
perbuatan diluar peraturan yang sudah dibuat tentu dianggap melanggar Hukum.
Dalam pelanggaran Informed Consent telah diatur dalam pasal 19 Permenkes
No. 290 Tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran, dinyatakan
terhadap dokter yang melakukan tindakan tanpa Informed Consent dapat
dikenakan sanksi berupa teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan
pencabutan Surat Ijin Praktik.

30
Informed Consent di Indonesia juga di atur dalam peraturan berikut:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang


Kesehatan
2. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI).
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang
Persetujuan Tindakan Medis.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1419/Men.Kes/Per/X/2005 tentang
Penyelanggaraan Praktik Kedokteran.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.
6. Surat Keputusan PB IDI No 319/PB/A4/88.

C. Rangkuman Materi
Informed Consent teridiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti
informasi atau keterangan dan “consent” yang berarti persetujuan atau memberi izin.
jadi pengertian Informed Consent adalah suatu persetujuan yang diberikan setelah
mendapat informasi. Dengan demikian Informed Consent dapat di definisikan sebagai
pernyataan pasien atau yang sah mewakilinya yang isinya berupa persetujuan atas
rencana tindakan kedokteran yang diajukan oleh dokter setelah menerima informasi
yang cukup untuk dapat membuat persetujuan atau penolakan.
Persetujuan tindakan yang akan dilakukan oleh Dokter harus dilakukan tanpa
adanya unsur pemaksaan. Fungsi dan Tujuan Informed Consent: Promosi dari hak
otonomi perorangan, proteksi dari pasien dan subyek , mencegah terjadinya penipuan
atau paksaan, menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk mengadakan
introspeksi terhadap diri sendiri, promosi dari keputusan-keputusan rasional ,
keterlibatan masyarakat (dalam memajukan prinsip otonomi sebagai suatu nilai social
dan mengadakan pengawasan dalam penyelidikan biomedik.
Tujuan dari Informed Consent menurut J. Guwandi adalah : Implied Consent
(dianggap diberikan), Expressed Consent (dinyatakan). Persetujuan tindakan
Kedokteran telah diatur dalam Pasal 45 Undang – undang no. 29 tahun 2004 tentang
praktek Kedokteran. Sebagaimana dinyatakan setiap tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien
harus mendapat persetujuan

31
D. Evaluasi
1. Jelaskan kaitan informed consent dalam pelayanan kebidanan!
2. Jelaskan bentuk informed consent !
3. Jelaskan landasan hukum informed consent !

E. Daftar Pustaka
Guwandi,J. 301Tanya-Jawab: Informed Consent dan Informed Refusal. Edisi 3.
(Jakarta : Fakultas kedokteran UI, 2003)
Ameln,Fred, 1991, Informed Consent Pada Perjanjian Medis Dokter/Dokter Gigi
Beberapa Aaspek Juridis dan etis,Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Jakarta.
Amir, Amri dan M. Jusuf Hanafiah, 1999, Etika Kedokteran dan Hukum Keshatan
Edisi 3, EGC, Jakarta.
Guwandi, J, 2007, Dokter, Pasien, dan Hukum, Cetakan ke-2, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Komalawati, Veronica, 2002, Peran Informed Consent Dalam Transaksi Terapeutik
(Persetujuan Dalam Hubungan Dokter dan Pasien), PT Citra Aditya Bakti,
Bandung.

32
BAB III
REFLEKTIF, KRITIKAL REFLEKTIF, REFLEKTIF TERHADAP KASUS YANG
TELAH DAN SEDANG TERJADI (REFLECTION INAND ON ACTION)

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB III ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
a. Konsep Reflektif
b. Kritikal reflektif
c. Reflektif terhadap kasus yang telah dan sedang terjadi (reflection inand on
action)

2. Entry Behaviour
Memahami konsep Reflektif dalam pelayanan kebidanan

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB III akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi
selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari isi BAB III


Mempelajari informed consent dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa
dalam menguasai reflektif, kritikal reflektif dalam pelayanan kebidanan

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu diklarifikasikan
atau memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

33
B. Penyajian Materi
1. Konsep Reflektif
a. Definisi
Salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir reflektif. Lauren
Resnick mendefinisikan berfikir tingkat tinggi sebagai berikut:
1) Berfikir tingkat tinggi bersifat non-algoritmik. Artinya, urutan tindakan itu
tidak dapat sepenuhnya ditetapkan terlebih dahulu
2) Berpikir tingkat tinggi cenderung kompleks. Urutan atau langkah-langkah
keseluruhan itu tidak dapat “dilihat” hanya dari satu sisi pandangan tertentu.
3) Berpikir tingkat tinggi sering menghasilkan multisolusi, setiap solusi memiliki
kekurangan dan kelebihan
4) Berpikir tingkat tinggi melibatkan pertimbangan yang seksama dan
interpretasi.
5) Berpikir tingkat tinggi melibatkan penerapan multikriteria, sehingga kadang-
kadang terjadi konflik kriteria yang satu dengan yang lain
6) Berpikir tingkat tinggi sering melibatkan ketidakpastian. Tidak semua hal
yang berhubungan dengan tugas yang sedang ditangani dapat dipahami
sepenuhnya.
7) Berpikir tingkat tinggi melibatkan pengaturan diri dalam proses berpikir.
Seorang individu tidak dapat dipandang berpikir tingkat tinggi apabila ada
orang lain yang membantu di setiap tahap.
8) Berpikir tingkat tinggi melibatkan penggalian makna, dan penemuan pola
dalam ketidakberaturan.
9) Berpikir tingkat tinggi merupakan upaya sekuat tenaga dan kerja keras.
Berpikir tingkat tinggi melibatkan kerja mental besar-besaran yang diperlukan
dalam elaborasi dan pemberian pertimbangan

John Dewey mengemukakan suatu bagian dari metode penelitiannya


yang dikenal dengan berpikir reflektif (reflective thinking). Dewey
berpendapat bahwa pendidikan merupakan proses sosial dimana anggota
masyarakat yang belum matang (terutama anak-anak) diajak ikut berpartisipasi
dalam masyarakat. Sedangkan tujuan dari pendidikan adalah memberikan
kontribusi dalam perkembangan pribadi dan sosial seseorang melalui
pengalaman dan pemecahan masalah yang berlangsung secara reflektif

34
Menurut Dewey, definisi mengenai berpikir reflektif adalah: “active,
persistent, and careful consideration of any belief or supposed from of
knowledge in the light of the grounds that support it and the conclusion to
which it tends”. Jadi, berpikir reflektif adalah aktif, terus menerus, gigih, dan
mempertimbangkan dengan seksama tentang segala sesuatu yang dipercaya
kebenarannya atau format tentang pengetahuan dengan alasan yang
mendukungnya dan menuju pada suatu kesimpulan. Sezer menyatakan bahwa
berpikir reflektif merupakan kesadaran tentang apa yang diketahui dan apa
yang dibutuhkan.
Dalam hal ini diperlukan untuk menjembatani kesenjangan situasi
belajar. Sedangkan menurut Gurol definisi dari berpikir reflektif adalah proses
terarah dan tepat dimana individu menganalisis, mengevaluasi, memotivasi,
mendapatkan makna mendalam, menggunakan strategi pembelajaran yang
tepat. Dewey juga mengemukakan bahwa berpikir reflektif adalah suatu proses
mental tertentu yang memfokuskan dan mengendalikan pola pikiran. Dia juga
menjelaskan bahwa dalam hal proses yang dilakukan tidak hanya berupa
urutan dari gagasan-gagasan, tetapi suatu proses sedemikian sehingga masing-
masing ide mengacu pada ide terdahulu untuk menentukan langkah
berikutnya. Dengan demikian, semua langkah yang berurutan saling terhubung
dan saling mendukung satu sama lain, untuk menuju suatu perubahan yang
berkelanjutan yang bersifat umum35 . Berpikir reflektif sebagai mata rantai
pemikiran intelektual, melalui penyelidikan untuk menyimpulkan.
Pendapat lain menurut King dan Kitcher mengenai berpikir reflektif
adalah mengenai pemahaman dan mempromosikan pertumbuhan intelektual
serta berpikir kritis pada remaja dan orang dewasa. Model ini dilandasi oleh
teori John Dewey mengenai konsep berpikir reflektif dan isu-isu epistimologis
dihasilkan dari upaya menyelesaikan masalah terstruktur.
b. Karakteristik Berpikir Reflektif
Boody, Hamilton dan Schon menjelaskan tentang karakteristik dari dari
berpikir reflektif sebagai berikut:
1) Refleksi sebagai analisis retrospektif atau mengingat kembali (kemampuan
untuk menilai diri sendiri). Dimana pendekatan ini siswa maupun guru
merefleksikan pemikirannya untuk menggabungkan dari pengalaman

35
sebelumnya dan bagaimana dari pengalaman tersebut berpengaruh dalam
prakteknya
2) Refleksi sebagai proses pemecahan masalah (kesadaran tentang bagaimana
seseorang belajar). Diperlukannya mengambil langkahlangkah untuk
menganalisis dan menjelaskan masalah sebelum mengambil tindakan.
3) Refleksi kritis pada diri (mengembangkan perbaikan diri secara terus
menerus). Refleksi kritis dapat dianggap sebagai proses analisis,
mempertimbangkan kembali dan mempertanyakan pengalaman dalam
konteks yang luas dari suatu permasalahan
4) Refleksi pada keyakinan dan keberhasilan diri. Keyakinan lebih efektif
dibandingkan dengan pengetahuan dalam mempengaruhi seseorang pada
saat menyelesaikan tugas maupun masalah. Selain itu, keberhasilan
merupakan peran yang sangat penting dalam menentukan praktik dari
kemampuan berpikir reflektif

Dalam prakteknya reflektif memang mempunyai makna yang majemuk,


masing-masing berbicara tentang hal-hal yang berbeda, dengan tujuan
yang berbeda, dan memakai sumber yang berbeda. Adler melihat ada tiga
perspektif mengenai refleksi, yakni :
1) Inkuiri reflektif, yang difokuskan kepada pilihan guru dalam strategi
mengajar, konten/materi pembelajaran, dan tujuan. Berdasarkan
penjabaran ini kemudian Cruikshank mengembangkan model
pembelajaran reflektif. Dengan tujuan melatih para guru dan calon guru
untuk berefleksi, dia mengembangkan model “content free lesson” dan
meminta kepada mereka untuk mengasesmen mengenai efektif atau
tidaknya model tersebut. Dia juga meminta para guru untuk merefleksi
hasil/produk dan tujuan pembelajaran, apakah tercapai atau tidak.
Berdasarkan pengalaman ini, Cruikshank mengambil kesimpulan bahwa
pembelajaran reflektif adalah kesempatan untuk mengaplikasikan teori dan
prinsip mengajar dan belajar yang dikembangkan melalui inkuiri ilmiah
dalam situasi nyata.
2) Schon memilih refleksi dalam tindakan. Dia melihat bahwa praktisi di
lapangan (kelas/sekolah) yang bersikap reflektif, dapat melakukan
kegiatan mengajar sambil berpikir. Sehingga dengan demikian ia dapat

36
segera merespons situasi-situasi yang kurang meyakinkan, unik, bahkan
situasi konflik.
3) Zeichner dan Liston memahami tiga tahap refleksi, yaitu tahap teknis di
mana guru mengaplikasikan ilmunya untuk mencapai tujuan pembelajaran,
tahap kedua guru perlu merefleksi mengenai pilihan-pilihan yang ia
lakukan waktu mengajar. Ketiga, refleksi yang berkaitan dengan isu-isu
etika dan moral.

Proses berpikir reflektif tidak tergantung pada pengetahuan siswa


semata, tapi proses bagaimana memanfaatkan pengetahuan yang telah
dimilikinya untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Jika siswa dapat
menemukan cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehingga
dapat mencapai tujuannya maka siswa tersebut telah melakukan proses
berpikir reflektif. Pada dasarnya berpikir reflektif merupakan sebuah
kemampuan siswa dalam menyeleksi pengetahuan yang telah dimiliki dan
tersimpan dalam memorinya untuk menyelesaikan setiap masalah yang
dihadapi untuk mencapai tujuan-tujuannya. Menurut John Dewey proses
berpikir reflektif yang dilakukan oleh individu akan mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Individu merasakan problem
2) Individu melokalisasi dan membatasi pemahaman terhadap masalahnya.
3) Individu menemukan hubungan-hubungan masalahnya dan merumuskan
hipotesis pemecahan atas dasar pengetahuan yang telah dimilikinya.
4) Individu mengevaluasi hipotesis yang ditentukan, apakah akan menerima
atau menolaknya.
5) Individu menerapkan cara pemecahan masalah yang sudah ditentukan dan
dipilih, kemudian hasilnya apakah ia menerima atau menolak hasil
kesimpulannya

Individu dengan tipe introversion ini menemukan tenaga dari


dalam bentuk ide-ide, konsep dan abstraksi. Mereka membutuhkan
sosialisasi dan juga membutuhkan kesendirian. Mereka merupakan
konsentrator dan pemikir reflektif yang baik. Individen dengan ciri-ciri
introvert antara lain menarik diri dari lingkungan, pemalu, suka bergaul,

37
lebih senang berangan-angan, menutup diri, dan kurang bergaul. Individu
dengan model reflective learner, dalam proses belajar lebih memilih
memikirkan atau merenungi terlebih dahulu materi pelajarannya serta
lebih menyukai belajar sendirian.
Sezer dan Gurol menyatakan bahwa berpikir reflektif sangat
penting bagi siswa dan guru. Namun hal ini sangat berbeda dengan fakta
di lapangan, bahwa dalam pembelajaran matematika berpikir reflektif
kurang mendapat perhatian guru. Terkadang guru hanya memperhatikan
hasil akhir dari penyelesaian masalah yang dikerjakan siswa, tanpa
memperhatikan bagaimana siswa menyelesaikan masalah. Jika jawaban
siswa berbeda dengan kunci jawaban, biasanya guru langsung
menyalahkan jawaban siswa tersebut tanpa menelusuri mengapa siswa
menjawab demikian. Mezirow mengemukakan empat tahap berpikir
reflektif prespektif teoritis yaitu tindakan kebiasaan, pemahaman, refleksi
dan kritis. Tindakan kebiasaan adalah kegiatan otomatis yang dilakukan
dengan pikiran. Pemahaman adalah belajar dan membaca tanpa terkait
dengan situasi lain. Refleksi menyangkut pertimbangan aktif, gigih dan
hati-hati dari setiap asumsi atau keyakinan didasarkan pada keadaan
seseorang. Refleksi kritis dianggap sebagai tingkat yang lebih tinggi dari
pemikiran reflektif yang menyebabkan seseorang menjadi lebih sadar
bagaimana melihat suatu masalah, cara merasakan suatu masalah,
bertindak dan penyelesaian suatu masalah.
Dewey mengemukakan bahwa komponen berpikir reflektif
adalah kebingungan (perplexity) dan penyelidikan (inquiry). Kebingungan
adalah ketidakpastian tentang sesuatu yang sulit untuk dipahami,
kemudian menantang pikiran dan sinyal perubahan dalam pikiran dan
keyakinan. Penyelidikan adalah mencari informasi yang mengarah pikiran
terarah. Dengan membiarkan kebingungan dan penyelidikan terjadi pada
saat yang sama, perubahan perilaku seseorang dapat terlihat, demikian
juga sebaliknya. Berpikir reflektif sangat mempengaruhi perilaku baik
atau buruk, percaya diri atau tidaknya seseorang. Dengan demikian guru
harus mengetahui berpikir reflektif agar disesuaikan dengan pembelajaran.
Hatton dan Smith mengemukakan bahwa berpikir reflektif merupakan

38
suatu cara dalam mengubah perilaku seseorang, dan ini merupakan cara
untuk mengatasi masalah praktis

2. Kritikal Reflektif
a. Definisi
Kritikal Reflektif merupakan kemampuan sesorang dalam berfikir,
merefleksikan hal-hal yang telah terjadi secara kritis. Orang-orang yang
memiliki kemampuan berpikir kritis tidak hanya mengenal sebuah jawaban.
Mereka akan mencoba mengembangkan. kemungkinan-kemungkinan jawaban
lain berdasarkan analisis dan informasi yang telah didapat dari suatu
permasalahan. Berpikir kritis berarti melakukan proses penalaran terhadap
suatu masalah sampai pada tahap kompleks tentang “mengapa” dan
“bagaimana” proses pemecahannya.
b. Tujuan Kritikal Reflektif
Menurut Sapriya (2011: 87), tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu
pendapat atau ide, termasuk di dalamnya melakukan pertimbangan atau
pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan. Pertimbangan-
pertimbangan tersebut biasanya didukung oleh kriteria yang dapat
dipertanggungjawabkan. Kemampuan berpikir kritis dapat mendorong siswa
memunculkan ide-ide atau pemikiran baru mengenai permasalahan tentang
dunia. Siswa akan dilatih bagaimana menyeleksi berbagai pendapat, sehingga
dapat membedakan mana pendapat yang relevan dan tidak relevan, mana
pendapat yang benar dan tidak benar. Mengembangkan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat membantu siswa membuat kesimpulan dengan
mempertimbangkan data dan fakta yang terjadi di lapangan.
c. Mengembangkan Kemampuan Kritikal reflektif
Jensen (2011: 199) dalam bukunya yang berjudul “pemelajaran berbasis otak”,
berpendapat bahwa pemikiran intelejen tidak hanya dapat diajarkan,
melainkan juga merupakan bagian fundamental dari paket keterampilan
esensial yang diperlukan bagi kesuksesan dalam dunia. Fokus primer pada
kreativitas, keterampilan hidup, dan pemecahan masalah membuat pengajaran
tentang pemikiran menjadi sangat berarti dan produktif bagi mahasiswa.

39
d. Ciri-ciri Kritikal Reflektif
Kemampuan Kritikal Reflektif merupakan salah satu kemampuan yang sangat
diperlukan dalam pemecahan masalah. Terdapat ciri-ciri tertentu yang dapat
diamati untuk mengetahui bagaiamana tingkat kemampuan berpikir kritis
seseorang

3. Reflektif terhadap kasus yang telah dan sedang terjadi


Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu proses pemecahan masalah dalam
kasus kebidanan yang dilakukan secara sistematis. Sebagai seorang profesi bidan
harus memanfaatkan kompetensinya, sumber daya pikirnya untuk berpikir kritis
agar menegakkan suatu diagnosa kebidanan yang tepat sehingga tercapai
pengambilan keputusan dan menghasilkan asuhan yang bermutu. Kajian ini
bertujuan untuk menganalisis salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang
profesi bidan yaitu berpikir kritis.
Metode berfikir kritis :
a. Debate : Metode yang digunakan untuk mencari, membantu dan merupakan
keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses
terjadi perdebatan atau argumentasi. Contoh : debat antara bidan A dan bidan
B mengenai aborsi
b. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam
proses mengambil keputusan. Contoh : berdebat dalam hati
c. Group Discusion : Sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah.
Contoh : diskusi para bidan mengenai kesehatan reproduksi remaja indonesia
d. Persuasi : Komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan,
sikap dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alasan, arugem, atau bujukan.
Contoh : Iklan yang mengajak masyarakat untuk mengikuti program KB
e. Propaganda : Komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang sengaja
dipersiapkan untuk mempengaruhi masa pendengar.
f. Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi
untuk memaksakan suatu kehendak. Contoh : Bidan yang menjual produk susu
untuk BBL
g. Kombinasi beberapa metode : merupakan metode berfikir kritis dengan
menggabungkan beberapa metode lainnya. Contohnya : Propaganda dan
Coercion

40
C. Rangkuman Materi
Salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir reflektif.
berpikir reflektif adalah proses terarah dan tepat dimana individu menganalisis,
mengevaluasi, memotivasi, mendapatkan makna mendalam, menggunakan strategi
pembelajaran yang tepat. Dewey juga mengemukakan bahwa berpikir reflektif adalah
suatu proses mental tertentu yang memfokuskan dan mengendalikan pola pikiran. Dia
juga menjelaskan bahwa dalam hal proses yang dilakukan tidak hanya berupa urutan
dari gagasan-gagasan, tetapi suatu proses sedemikian sehingga masing-masing ide
mengacu pada ide terdahulu untuk menentukan langkah berikutnya.
Kritikal Reflektif merupakan kemampuan sesorang dalam berfikir,
merefleksikan hal-hal yang telah terjadi secara kritis. Orang-orang yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tidak hanya mengenal sebuah jawaban. Mereka akan
mencoba mengembangkan. kemungkinan-kemungkinan jawaban lain berdasarkan
analisis dan informasi yang telah didapat dari suatu permasalahan. Berpikir kritis
berarti melakukan proses penalaran terhadap suatu masalah sampai pada tahap
kompleks tentang “mengapa” dan “bagaimana” proses pemecahannya.
Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu proses pemecahan masalah
dalam kasus kebidanan yang dilakukan secara sistematis. Sebagai seorang profesi
bidan harus memanfaatkan kompetensinya, sumber daya pikirnya untuk berpikir kritis
agar menegakkan suatu diagnosa kebidanan yang tepat sehingga tercapai pengambilan
keputusan dan menghasilkan asuhan yang bermutu. Kajian ini bertujuan untuk
menganalisis salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang profesi bidan yaitu
berpikir kritis.

D. Evaluasi
1. Jelaskan kaitan dalam pelayanan kebidanan!
2. Jelaskan bentuk Kritikal Reflektif dalam pelayanan kebidanan !
3. Jelaskan terhadap kasus reflektif yang telah dan sedang terjadi (reflection inand on
action) !

41
E. Daftar Pustaka
Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga
Jensen, Eric. 2011. Pembelajaran Berbasis-Otak. Paradigma Pengajaran Baru.
Jakarta: PT Indeks
Frederick, Ricci. “Encouraging Critical Thinking in Distance Learning: Ensuring
Challenging Intellectual Programs”. Information Age Publishing. Vol. 10. No.
2. 2013.
Hossoubah.(2007).Develoving Creative and Critical Thinking Skills (terjemahan).
Bandung: Yayasan Nuansa Cendia.
Lunenburg, Fred C. "Critical thinking and constructivism techniques for improving
student achievement." National Forum of Teacher Education Journal. Vol. 21.
No. 3. 2011.
Paul, Richard and Linda Elder. 2005. The Miniature Guide to Critical Thinking
”CONCEPTS & TOOLS”. The Foundation of Critical Thinking: California
Snyder, Liza G & Snyder, Mark J. 2008. “Teaching Critical Thinking and Problem
Solving Skills”. The Delta Pi Epsilon Journal, L, 2,90-99

42
BAB IV
SIKLUS REFLEKTIF MENURUT KOLB’S DAN GIBBS, ANALISIS KRITIS
TERHADAP KAJIAN (CRITICAL INCIDENT ANALYSIS)

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB IV ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
a. Siklus reflektif menurut kolb’s dan gibbs
b. Analisis kritis terhadap kajian (critical incident analysis)
c. Konseling berpusat pada individu (person- centred counelling)
d. Model bantuan menurut Herons

2. Entry Behaviour
Menguasai konsep dan menganalisis Siklus reflektif menurut kolb’s dan gibbs,
analisis kritis terhadap kajian (critical incident analysis), konseling berpusat pada
individu (person- centred counelling), model bantuan menurut Herons

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB IV akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi
selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari isi BAB IV


Mempelajari siklus reflektif menurut Kolb’s dan Gibs dapat meningkatkan
pengetahuan mahasiswa dalam menguasai siklus reflektif, Analisis kritis terhadap
kajian, Konseling berpusat pada individu dan Model bantuan menurut Herons

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu diklarifikasikan
atau memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

43
B. Penyajian Materi
1. Siklus reflektif menurut kolb’s dan gibbs
a. Pengertian
Refleksi diri merupakan suatu proses untuk melihat kembali pengalaman
seseorang yang telah dijalani untuk bisa mengambil lessons learned bagi diri
sendiri kemudian melakukan penyusunan sebuah rencana tindakan “action plan”
untuk mengurangi kesenjangan atau gap yang masih ada antara harapan dan
kenyataan. Refleksi diri adalah suatu cara untuk belajar dari berbagai pengalaman
yang telah kita rasakan, berinteraksi dan bekerja sama dengan profesi kesehatan
lain, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan bekerja sama “teamwork”
dalam sebuah tim pelayanan kesehatan. Pembelajaran reflektif didefinisikan
sebagai pembelajaran yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
berpikir secara reflektif terhadap fenomena dari setiap bidang yang dikaji, mencari
akar hubungan untuk memproyeksikan masa depan yang nyata dan secara rasional
(Gibss, 2010 dalam Aryani dkk, 2015). Dalam menyusun rencana untuk
merefleksikan diri, mahasiswa perlu berusaha mencari bukti eksternal seperti
umpan balik dari teman atau pembimbing, maupun referensi yang sesuai untuk
mendukung keakuratan untuk identifikasi lessons learned/learning issues. Selain
itu mahasiswa juga perlu menghubungkan pengalaman yang sedang direfleksikan
ini dengan pengalaman lain yang relevan. Untuk pandangan tentang “Reflective
Learning” ini ada beberapa pakar yang mempunyai pandangan masing-masing
namun tetap mengarah pada tujuan yang sama yaitu sebagai berikut :
1) Menurut Jarvis (1998) dalam Khodijah (2011) Pembelajaran Refleksi
adalah salah satu tipe pembelajaran yang melibatkan proses kritis dari
pembelajar terhadap situasi di mana belajar itu terjadi.
2) Gagnon dan Collay (2001) dalam Khodijah (2011) memaknai bahwa
refleksi sebagai tindakan menggambarkan sendiri tentang apa yang telah
dirasakan, dilihat, dan diketahui, bagaimana membentuk pemahaman baru,
menambah pemahaman baru, atau meningkatkan pengetahuan dalam
belajar, serta apa yang akan dilakukan atau dipikirkan selanjutnya.
3) Margot Brown dkk (1997) menyatakan bahwa refleksi merupakan
bagian sentral yang berperan dalam pentransformasian dan
pengintegrasian pengalaman-pengalaman dan pemahaman baru dengan
pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki. Proses refleksi

44
mengungkapkan apa yang sebenarnya dipikirkan dan dipelajari oleh
siswa, bukan mengungkapkan apa bahan yang diajarkan pada mereka.

b. Peran & Tujuan Refleksi dalam Belajar


Merefleksi berarti bercermin, maksudnya adalah bercermin pada pengalaman
belajar yang baru saja dilakukan seseorang maupun kelompok. Menurut
Budimansyah (2002) dalam bukunya model pembelajaran dan penilaian berbasis
portofolio mengatakan bahwa Kegiatan belajar seringkali memberikan banyak
pengalaman bagi siswa. Dengan melakukan refleksi, seseorang diajak untuk
melakukan evaluasi tentang apa dan bagaimana mereka telah belajar, apa yang
mungkin akan mereka lakukan seandainya mereka menghadapi situasi belajar
berikutnya. Dengan demikian kegiatan refleksi merupakan suatu cara untuk
belajar, yaitu belajar untuk menghindari kesalahan di masa yang akan datang dan
untuk meningkatkan kinerja yang lebih baik lagi. Dengan refleksi, seseorang
dapat berpikir tentang apa yang sedang dipelajari, apa yang sudah dilakukan
pada masa lalu, dan bagaimana merespon terhadap kejadian atau peristiwa yang
akan ditemui yang akan datang. John Dewey dalam tulisannya yang berjudul Why
Reflective Thinking Mustbe An Educational Aim seperti yang dikutip oleh
Gagnon dan Collay, mengemukakan ada tiga tujuan refleksi, yaitu:
1) Menimbulkan kesadaran
2) Persiapan dan invensi sistematis
3) Pemerkayaan pemaknaan

c. Model Refleksi graham Gibss


Gibbs, dengan nama Lengkapnya Graham Gibbs adalah seorang ahli yang
bergerak dibidang pendidikan di Universitas Oxford. Model gibbs ini merupakan
pengembangan dari siklus Kolb yang dibuat pada tahun 1984. Siklus Kolb ini
meliputi tahap pengalam kongkrit, pengamatan reflektif, konseptualisasi abstrak,
dan perencanaan percobaan secara aktif.Gibbs menilai bahwa model yang dibuat
oleh Kolb ini terlalu sempit dan kurang maju, sehingga Gibbs melakukan
pengajuan suatu siklus dimana siklus tersebut dapat mengmbangkan siklus yang
dimiliki oleh Kolb. Namun antara siklus Gibbs dan Kolb ini memiliki kesamaan
yang terletak dalam hal yakni pengalaman refleksi dan perencanaan. Aplikasi

45
siklus Gibbs ini lebih banyak digunakan dalam setting industri kesehatan
(Antasari, 2012).

Keterangan siklus Gibbs:

Description Menggambarkan apa yang terjadi secara


akurat & detail
Feelings Menggambarkan apa yang dirasakan dan
dipirkan
Evaluation Menilai hak-hak baik dan hal buruk dari
pengalaman tersebut
Description Menggambarkan pendapat mengenai situasi
tsb, secara kritis melihat hub.antar bagian
dlm suatu peristiwa dan mencari maknanya
Conclusion Menegaskan hal yg seharusnya dilakukan
maupun tidak
Action Plan Rencana yang akan dilakuakan selanjutnya.

Bagi Gibbs, enam tahap tersebut menyatu dalam sebuah refleksi diri yang
membantu manusia untuk memaknai diri demi perkembangan hidupnya. Refleksi
bertolak dari kesadaran akan realitas dan bagaimana pikiran serta perasaan berperan
dalam memaknai realitas tersebut. Analisis terhadap peristiwa dan pengalaman hidup
sangat penting agar orang bisa menemukan nilai-nilai hidup dan menentukan langkah-
langkah kongkrit di masa depan untuk mewujudkan nilai tersebut. Dalam Santoso
(2015) dibawah ini memaparkan terkait pertanyaan-pertanyaan yang biasanya terdapat
dalam siklus Gibbs yaitu :

1) Description
Pada langkah ini kita diarahkan untuk mendeskripsikan apa yang terjadi.
Berikan gambaran yang jelas dan rinci mengenai situasi yang terjadi
lengkap dengan data yang relevan.

46
2) Feelings
Pada langkah ini menggambarkan apa yang kita pikirkan dan rasakan
sebelum, selama, dan setelah situasi terjadi serta gambarkan apa reaksi kita
dalam situasi ini.
3) Evaluation
Pada tahap ini memberikan penilaian positif dan negatifpada situasi yang
terjadi kepada seseorang. Memberi gambaran tentang sesuatu yang berjalan
baik dan sesuatu yang tidak berjalan dengan baik serta bagaimana situasi
tersebut berakhir. Fokuslah pada sesuatu yang paling penting dan relevan
yang bisa mewakili keadaan.
4) Analysis ( menganalisis apa yang menyebabkan situasi tersebut)
Tahap ini bersifat menganalisis. Menjelaskan mengapa ada yang berjalan
dengan baik atau yang tidak dan apa akibatnya. Memaparkan kontribusi kita
dalam situasi itu dan mengapa seperti itu. Pada tahap ini kita dapat
membandingkan situasi ini dengan teori yang ada.
5) Conclusion (apa yang seharusnya sudah kita lakukan)
Pada bagian ini memberikan penjalasan rinci tentang pelajaran apa yang kita
peroleh dari situasi yang ada. Menjelaskan juga jika ada sesuatu yang bisa
kita ubah untuk memperbaiki keadaan.
6) Action Plan ( jika situasi tersebut terjadi lagi, maka apa yang akan kita
lakukan)
Pada siklus terkahir ini berisi tentang penjelasan apa yang perlu kita lakukan
untuk menghadapi situasi yang sama dikemudian hari dan untuk
memperbaiki situasi itu.

2. Analisis Kritis Terhadap Kajian (Critical Incident Analysis)


a. Pengertian
Strategi critical incident (pengalaman penting) suatu strategi mengingat dan
mendiskripsikan pengalaman masa lalu yang menarik dan berhubungan serta
berkaitan dengan pokok bahasan yang akan disampaikan. Strategi Critical
Incident (Pengalaman penting) adalah di ilhami dari problem-problem masalah
yang dijumpai dalam proses pembelajaran, kemudian para praktisi pendidikan
mulai menggagas guna mengatasi masalah yang ada, maka di rumuskanlah

47
strategi pembelajaran aktif, ‘’pembelajaran aktif itu sendiri berasal dari kata
active dan Learning yang artinya pembelajaran.
b. Tujuan Strategi Critical Incident (Pengalaman Penting)
Setiap Strategi pasti mempunyai tujuan masing-masing, adapun tujuan
dari Strategi Critical Incident (Pengalaman Penting) ialah usaha untuk
melibatkan peserta didik aktif sejak dimulainya pembelajaran dengan meminta
peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman yang mereka miliki terkait
pada materi atau masalah yang hendak dikaji. Hal ini juga serupa dengan apa
yang di tulis Ahmad Sabri dalam bukunya strategi belajar mengajar dan micro
teaching bahwa ‘’strategi ini mempunnyai tujuan untuk melihat siswaa sejak
awal dengan melihat pengalaman mereka.
Kontek Strategi Critical Incident (Pengalaman Penting) harapan banyak
dan begitu besar untuk menjadikan proses belajar lebih bermakna dengan
usaha mengkonstruksi kembali pengalaman-pengalaman yang ada pada benak
siswa dikaitkan dengan kontek materi yang diterima pada saat proses
pembelajaran, dengan ini memori ingatan siswa dituntut aktif mendeskripsikan
sejumlah pengalaman-pengalaman penting guna memecahkan masalah yang
dihadapi.
c. Langkah-langkah Penerapan Strategi Critical Incident (Pengalaman
Penting)
Strategi Critical Incident (Pengalaman Penting) dalam penerapannya
mempunyai langkah-langkah atau prosedur-prosedur yang harus dijalani,
Hisyam Zaini menyebutkan prosedur/langkah-langkah dalam aplikasi Strategi
Critical Incident antara lain :
1) Dosen menyampaikan kepada mahasiswa topic atau materi yang akan
dipelajari dalam pertemuan.
2) Dosen meminta kepada peserta didik untuk mengingat-ingat pengalaman
mereka yang tidak terlupakan yang sesuai dan berhubungan dengan materi
yang akan disampaikan.
3) Dosen memberikan kesempatan beberapa menit kepada mahasiswa untuk
berfikir tentang pengalaman mereka.
4) Dosen meminta peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman mereka
yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan pada setiap
pertemuan.

48
5) Guru menyampaikan materi dengan mengaitkan pengalaman- pengalaman
yang telah diungkapkan oleh peserta didik.
6) Setelah kegiatan selesai guru menyimpulkan Pelajaran

Item-item prosedur pelaksana Strategi Critical Incident dilihat strategi ini


cukup sederhana tetapi meyakinkan bahwa prosesnya mampu mengaktifkan
mahasiswa, karena faktor utama dalam proses pembelajaran adalah mereka,
jadi setiap mahasiswa mempunyai kesempatan yang sama untuk
mendeskripsikan pengalaman penting terkait pada materi ajar, sedangkan
mahasiswa lainnya mencermati, memahami dan mengoreksi hal-hal yang
dianggap tidak sesuai dengan hakekat kajian materi yang sedang dibahas.
d. Kelebihan Dan Kekurangan Strategi Critical Incident (Pengalaman
Penting)
Setiap metode ataupun strategi pasti mempunyai hal-hal tertentu yang
menjadikan ciri khas sehingga ada kelebihan-kelebihannya dan sekaligus juga
pasti tak luput dari apa yang dinamakan kekurangan masing-masing, karena
pada dasarnya semuanya adalah merupakan formulasi ciptaan manusia dalam
upaya memperbaiki hal yang ada, tapi hakikatnya tidak ada karya manusia
yang mencapai predikat sempurna, begitu pula strategi Critical Incident
(Pengalaman Penting) juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Strategi Critical Incident mempunyai kelebihan dan kekurangan antara
lain : strategi ini sangat cocok jika diterapkan untuk materi-materi yang
bersifat praktis seperti materi Kisah Para Nabi dan Kisah Para Sahabat, tetapi
strategi ini kadang kala sedikit susah bila diterapkan pada materi yang bersifat
Teoritis.’’Disebabkan hakikatnya guna mengungkapkan kejadian yang pernah
dialami, tetapi tidak menuntut kemungkinann formulasi Strategi Critical
Incident bisa diaplikasikan pada materi yang sifatnya Teoritis.

3. Konseling berpusat pada individu (person- centred counelling)


Pendekatan Person Centered merupakan pendekatan yang dikembangkan oleh
Carl Rogers. Pendektan ini didasarkan pada suatu konsep dari psikologi
humanistik. Teori ini awalnya dikembangkan dan diusulkan oleh Rogers sebagai
reaksi terhadap apa yang dianggapnya keterbatasan sekaligus pemaksaan
psikoanalisis. Pendekatan Rogerian menitikberatkan pada kemampuan dan

49
tanggung jawab klien untuk mengenali cara pengidentifikasian dan cara
menghadapi realitas secara lebih akurat. Semakin baik klien mengenali dirinya,
semakin besar kemampuan mereka mengidentifikasi perilaku yang paling tepat
untuk dirinya. Rogers menekankan pentingnya konselor untuk bersikap hangat,
tidak berpura-pura, empatik dan memberikan perhatian.
Prinsip-prinsip Konseling
a. Konseling berpusat pada person difokuskan pada tanggungjawab dan
kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara
lebih sempurna
b. Menenkankan pada dunia fenomenal klien, dengan jalan berempati dan
perhatian terutama pada persepsi klien dan persepsinya terhadap dunia.
c. Konseling ini dapat diterapkan pada individu yang dalam kategori normal
maupun yang mengalami derajat penyompangan psikologis yang lebih berat
d. Konseling merupakan salah satu contoh hubungan pribadi yang konstruktif
e. Konselor perlu menunjukkan sikap-sikap tertentu untuk menciptakan hubungan
terapeutik yang efektif kepada klien

Fully functioning person adalah sebagai berikut :

a. Dia akan terbuka terhadap pengalamannya dan keluar dari kebiasaan untuk
defensif, karena itu seluruh pengalamannya akan dapat didasari sebagai
sebuah kenyataan
b. Seluruh yang disimbiolisasi atau yang dinyatakan secara verbal maupun dalam
tindakan adalah akurat yang sebenarnya yang sebagaimana pengalaman itu
terjadi
c. Struktur selfnya akan kongruensi dengan pengalamannya
d. Struktur selfnya akan mampu berubah secara fleksibel sejalan dengan
pengalaman baru
e. Pengalaman selfnya akan dijadikan sebagai pusat evaluasi

Kondisi konseling dan peran konselor


Kondisi yang perlu diciptakan adalah sebagai berikut:
a. Konselor dan klien berada dalam hubungan psikologis
b. Klien adalah orang yang mengalami kecemasan, penderitaan dan
ketidakseimbangan

50
c. Konselor adalah benar-benar dirinya sejati dalam berhubungan dengan klien
d. Konselor merasa atau menunjukkan uncconditional positive regard untuk klien
e. Konselor menunjukkan adanya rasa empati dan memahami tentang kerangka
acuan klien dan memberitahukan pemahamannya kepada klien.
f. Klien menyadari (setidaknya pada tingkat minimal) usaha konselor yang
menunjukkan sikap empatik berkomunikasi dan unconditioning positive regard
kepada klien.

4. Model Bantuan Menurut Herons


Model Heron memiliki dua kategori dasar atau gaya - "otoritatif" dan "fasilitatif".
Mereka dua kategori rincian lebih lanjut ke dalam enam kategori total untuk
menjelaskan bagaimana orang intervensi ketika membantu.

a. Memberikan saran dan bimbingan


b. Beritahu orang lain bagaimana
Bersifat menentukan mereka harus berperilaku
c. Katakan kepada mereka apa yang
harus dilakukan
a. Memberi Anda melihat dan
mengalami
b. Jelaskan latar belakang dan
Informatif prinsip-prinsip
Otoriter c. Membantu orang lain
mendapatkan pemahaman yang
lebih baik
a. Menantang pemikiran orang lain
b. Memutar ulang persis apa yang
telah dikatakan atau dilakukan
c. Beritahu mereka apa yang Anda
Menghadapi pikirkan adalah menahan mereka
kembali
d. Membantu mereka menghindari
membuat kesalahan yang sama
lagi
Fasilitatif a. Membantu orang lain
mengungkapkan perasaan mereka
Obat pencahar atau ketakutan
b. Berempati dengan mereka
a. Ajukan pertanyaan untuk
mendorong pemikiran segar
Katalis b. Mendorong orang lain untuk
menghasilkan pilihan baru dan
solusi
c. Mendengarkan dan meringkas,

51
dan mendengarkan lagi
a. Beritahu orang lain Anda
menghargai mereka (kontribusi
mereka, niat baik atau prestasi)
Mendukung b. Pujilah mereka
c. Menunjukkan bahwa mereka
memiliki dukungan dan komitmen

C. Rangkuman Materi
Refleksi diri merupakan suatu proses untuk melihat kembali pengalaman
seseorang yang telah dijalani untuk bisa mengambil lessons learned bagi diri sendiri
kemudian melakukan penyusunan sebuah rencana tindakan “action plan” untuk
mengurangi kesenjangan atau gap yang masih ada antara harapan dan kenyataan.
Refleksi diri adalah suatu cara untuk belajar dari berbagai pengalaman yang telah kita
rasakan, berinteraksi dan bekerja sama dengan profesi kesehatan lain, dengan tujuan
untuk meningkatkan kemampuan bekerja sama “teamwork” dalam sebuah tim
pelayanan kesehatan. Merefleksi berarti bercermin, maksudnya adalah bercermin pada
pengalaman belajar yang baru saja dilakukan seseorang maupun kelompok. Menurut
Budimansyah (2002) dalam bukunya model pembelajaran dan penilaian berbasis
portofolio mengatakan bahwa Kegiatan belajar seringkali memberikan banyak
pengalaman bagi siswa. Dengan melakukan refleksi, seseorang diajak untuk
melakukan evaluasi tentang apa dan bagaimana mereka telah belajar, apa yang
mungkin akan mereka lakukan seandainya mereka menghadapi situasi belajar
berikutnya.
Gibbs, dengan nama Lengkapnya Graham Gibbs adalah seorang ahli yang
bergerak dibidang pendidikan di Universitas Oxford. Model gibbs ini merupakan
pengembangan dari siklus Kolb yang dibuat pada tahun 1984. Siklus Kolb ini
meliputi tahap pengalam kongkrit, pengamatan reflektif, konseptualisasi abstrak, dan
perencanaan percobaan secara aktif. Strategi critical incident (pengalaman penting)
suatu strategi mengingat dan mendiskripsikan pengalaman masa lalu yang menarik
dan berhubungan serta berkaitan dengan pokok bahasan yang akan disampaikan.
Strategi Critical Incident (Pengalaman penting) adalah di ilhami dari problem-
problem masalah yang dijumpai dalam proses pembelajaran, kemudian para praktisi
pendidikan mulai menggagas guna mengatasi masalah yang ada, maka di
rumuskanlah strategi pembelajaran aktif, ‘’pembelajaran aktif itu sendiri berasal dari
kata active dan Learning yang artinya pembelajaran.

52
D. Evaluasi
1. Jelaskan Siklus reflektif menurut kolb’s dan gibbs dalam pelayanan kebidanan!
2. Jelaskan analisis kritis terhadap kajian (critical incident analysis) dalam pelayanan
kebidanan !
3. Jelaskan konseling berpusat pada individu (person- centred counelling) !
4. Jelaskan model bantuan menurut Herons

E. Daftar Pustaka
Istarani.2011. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta
Yerigan. 2008. Getting Active in The Classroom. Journal of College Teaching &
Learning, 5(6) : 20-24
Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga
Jensen, Eric. 2011. Pembelajaran Berbasis-Otak. Paradigma Pengajaran Baru.
Jakarta: PT Indeks
Frederick, Ricci. “Encouraging Critical Thinking in Distance Learning: Ensuring
Challenging Intellectual Programs”. Information Age Publishing. Vol. 10. No.
2. 2013.
Hossoubah.(2007).Develoving Creative and Critical Thinking Skills (terjemahan).
Bandung: Yayasan Nuansa Cendia.
Lunenburg, Fred C. "Critical thinking and constructivism techniques for improving
student achievement." National Forum of Teacher Education Journal. Vol. 21.
No. 3. 2011.
Paul, Richard and Linda Elder. 2005. The Miniature Guide to Critical Thinking
”CONCEPTS & TOOLS”. The Foundation of Critical Thinking: California
Snyder, Liza G & Snyder, Mark J. 2008. “Teaching Critical Thinking and Problem
Solving Skills”. The Delta Pi Epsilon Journal, L, 2,90-99

53
BAB V
PEMBERIAN INFORMASI VS KONSELING, EMPATI DAN
SENTUHAN

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB V ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
a. Informasi
b. Konseling
c. Empati
d. Sentuhan

2. Entry Behaviour
Menguasai konsep dan menganalisis Pemberian informasi vs konseling, Empati
dan sentuhan

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB V akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi
selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari isi BAB V


Mempelajari Pemberian informasi vs konseling, empati dan sentuhan dapat
meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam menguasai Pemberian informasi vs
konseling, Empati dan sentuhan

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu diklarifikasikan
atau memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

54
B. Penyajian Materi
1. Informasi
a. Pengertian
Tidak mudah untuk mendefinisikan konsep informasi karena istilah
yang satu ini mempunyai bermacam aspek, ciri, dan manfaat yang satu dengan
yang lainnya terkadang sangat berbeda. Informasi merupakan data yang
berasal dari fakta yang tercatat dan selanjutnya dilakukan pengolahan (proses)
menjadi bentuk yang berguna atau bermanfaat bagi pemakainya. Informasi
adalah hasil dari kegiatan pengolahan data yang memberikan bentuk yang
lebih berarti dari suatu kejadian. Kemudian pengertian lain dari informasi
adalah data berupa catatan historis yang dicatat dan diarsipkan tanpa maksud
dan segera diambil kembali untuk pengambilan keputusan. Data yang telah
diletakkan dalam konteks yang lebih berarti dan berguna yang
dikomunikasikan kepada penerima untuk digunakan di dalam pembuatan
keputusan.

b. Manfaat Informasi
Informasi itu sangat beragam, baik dalam jenis, tingkatan maupun bentuknya.
Manfaat informasi bagi setiap orang berbeda-beda. Adapun manfaat dari
informasi menurut Sutanta (2003: 11) adalah :
1) Menambah pengetahuan
Adanya informasi akan menambah pengetahuan bagi penerima yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan yang mendukung proses
pengambilan keputusan.
2) Mengurangi ketidakpastian pemakai informasi
Informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan terjadi
dapat diketahui sebelumnya, sehingga kemungkinan menghindari keraguan
pada saat pengambilan keputusan.
3) Mengurangi resiko kegagalan
Adanya informasi akan mengurangi resiko kegagalan karena apa yang akan
terjadi dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya
kegagalan akan dapat dikurangi dengan pengambilan keputusan yang tepat
4) Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan

55
Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan akan menghasilkan
keputusan yang lebih terarah.
5) Memberikan standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran, dan keputusan untuk
menentukan pencapaian, sasaran dan tujuan.

c. Sumber-sumber informasi
Sumber informasi berperan penting bagi seseorang dalam menentukan
sikap atau keputusan bertindak. Sumber informasi itu ada di mana-mana, di
pasarpasar, sekolah, rumah, lembaga-lembaga suatu organisasi komersial,
buku-buku, majalah, surat kabar, perpustakaan dan tempat-tempat lainnya.
Intinya dimana suatu benda atau peristiwa berada, di sana bisa tercipta
informasi yang kemudian direkam dan disimpan melalui media cetak ataupun
media elektronik. Perpustakaan merupakan tempat yang menyediakan sumber-
sumber informasi mulai dari informasi tercetak, seperti buku, majalah, novel,
jurnal dan lain-lain sampai informasi yang berbentuk digital seperti internet.
Internet memberikan kemudahan dalam mencari informasi karena
memberikan fasilitas mesin pencari (search engine) dengan akses tanpa batas.
Kekayaan akan informasi yang sekarang tersedia di internet telah lebih
mencapai harapan dan bahkan imajinasi dari para penemu sistem yang
pertama. Dengan menggunakan internet kita dapat mengakses sumber-sumber
informasi tanpa batas dan sedang berkembang secara cepat sekali.

d. Kebutuhan Informasi
Kebutuhan informasi setiap orang berbeda-beda. Tidak ada seorang pun yang
tidak membutuhkan informasi, apapun jenis pekerjaannya. Pelajar, mahasiswa,
guru, dosen, semua memerlukan informasi guna mendukung pekerjaannya
sehari-hari. Setiap orang membutuhkan informasi yang akurat, relevan, cepat
dan mudah didapat. Kebutuhan diartikan sebagai sesuatu yang harus dimiliki
oleh seseorang yang harus dipenuhi

e. Jenis Kebutuhan Informasi


1) Kebutuhan informasi yang objektif, yaitu kebutuhan yang seharusnya ada
kalau seseorang mau mencapai tujuannya dengan sukses. Kebutuhan

56
informasi obyektif ini menentukan ruang lingkup informasi potensial
obyektif
2) Kebutuhan informasi subyektif, yaitu kebutuhan informasi yang disadari
seseorang sebagai persyaratan untuk suksesnya pencapaian tujuan.
Kebutuhan jenis ini menentukan ruang lingkup informasi potensial
subyektif. Namun yang sering menjadi permasalahan adalah kebutuhan
informasi yang disadari pun kerapkali tidak selalu mudah untuk
merumuskannya.
3) Kebutuhan informasi yang terpenuhi, yaitu kebutuhan informasi yang
disadari seseorang dan terpenuhi kebutuhannya.
Ada banyak jenis kebutuhan informasi, seperti Katz yang dikutip oleh
Yusup (2009: 205), antara lain adalah :
1) Kebutuhan kognitif. Ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat
informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang akan lingkungannya.
Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan
menguasai lingkungannya. Di samping itu, kebutuhan ini juga dapat
memberi kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang
2) Kebutuhan afektif. Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estesis, hal
yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional. Dalam
hal ini, berbagai media sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan
hiburan. Misalnya, orang membeli radio, televisi, dan menonton film, tidak
lain karena mencari hiburan
3) Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs). Ini dikaitkan
dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu.
Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga
diri
4) Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs). Kebutuhan ini
dikaitkan dengan penguatan hubungan keluarga, teman, dan orang lain di
dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau
berkelompok dengan orang lain
5) Kebutuhan berkhayal (escapist needs). Ini dikaitkan dengan
kebutuhankebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan
hasrat mencari hiburan dan pengalihan

57
f. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi
1) Kebutuhan (needs)
Seseorang akan mencari informasi jika ia merasa membutuhkan suatu
informasi. Disini ia dapat mencari informasi dengan cara bertanya kepada
teman, kepada dosen, membaca buku, menonton televisi, atau
mendengarkan radio.
2) Manfaat (uses)
Seseorang membutuhkan informasi jika ia merasa informasi yang ingin
dicarinya akan memberikan manfaat bagi dirinya ataupun orang lain.
3) Faktor Eksternal (external factors)
Informasi dibutuhkan karena adanya faktor dari luar, dorongan dari
seseorang sehingga ia merasa berkewajiban untuk mencari informasi
tersebut.
4) Faktor Internal (internal factors)
Informasi dibutuhkan karena adanya kesadaran dari dalam diri terhadap
informasi tersebut
g. Karakteristik Kebutuhan Informasi
1) Determine the information needs of each category of users (Menentukan
kebutuhan informasi dari tiap kategori pengguna)
2) Access how far the existing system is able to meet the needs of user
(Menilai seberapa jauh sistem yang ada mampu memenuhi kebutuhan
pengguna)
3) Identify what information sources are to be possessed by the system
(Mengidentifikasi sumber-sumber informasi apa yang harus dimiliki oleh
sistem)
4) Determine how the information sources are to be analysed and recorded
(Menentukan bagaimana sumber-sumber informasi harus dianalisis dan
dicatat)
5) Determine the hardware and software requirements, nature and format of
the database(s), approach to database design (centralized or distributed),
networking requirements, standards, protocols, etc (Menentukan
persyaratan perangkat keras dan perangkat lunak, sifat dan format
database, pendekatan desain database (tersentralisasi atau terdistribusi),

58
jaringan persyaratan, standar, protokol dan lain-lain menentukan pola
komunikasi, user interface)
6) Determine the output format(s) required, requirement for repackaging of
information, etc (Menentukan format output yang diperlukan, persyaratan
untuk pengemasan ulang informasi)
7) Determine the marketing strategies-information products, distribution,
pricing, etc (Menentukan strategi pemasaran-pemasaran produk,
distribusi, dan harga)
8) Determine the level of staff training, user orientation/training
(Menentukan tingkat pelatihan staf, orientasi pengguna/pelatihan)

2. Konseling
a. Definisi Konseling
American Counseling Association mendefinisikan konseling sebagai hubungan
profesional yang memberdayakan keberagaman individu, keluarga, dan
kelompok untuk mencapai kesehatan mental, kesehatan, pendidikan, dan
tujuan karir
b. Tujuan Konseling
Ada beberapa tujuan konseling diantaranya:
1) Membantu seorang individu mengembangkan diri secara optimal sesuai
dengan tahap perkembangan, tuntutan positif lingkungannya dan
predisposisi yang dimilikinya seperti kemampuan dasar dan bakatnya,
dalam berbagai latar belakang yang ada seperti keluarga, pendidikan, atau
status ekonomi
2) Membuat seseorang mengenali dirinya sendiri dengan memberi informasi
kepada individu tentang dirinya, potensinya, kemungkinankemungkinan
yang memadai bagi potensinya dan bagaimana memanfaatkan pengetahuan
sebaik-baiknya
3) Memberi kebebasan kepada individu untuk membuat keputusan sendiri
serta memilih jalurnya sendiri yang dapat megarahkannya
4) Dalam menjalani hidup menjadikan individu lebih efektif, efisien dan
sistematis dalam memilih alternatif pemecahan masalah

59
5) Konseling membantu individu untuk mengahapus / menghilangkan tingkah
laku maladaptif (masalah) menjadi tingkah laku baru yaitu tingkah laku
adaptif yang diinginkan klien
c. Asas-asas Konseling
Adapun beberapa asas-asas bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah :
1) Asas kerahasiaan
Bimbingan konseling adalah melayani individu-individu yang bermasalah,
namun banyak orang yang tidak mau memberitahukan masalah yang
mereka hadapi selain diri mereka sendiri. Oleh karena itu, sudah sepatutnya
sebagai konselor menjaga kerahasiaan individu tersebut, hal itu juga
termasuk dalam asas kerahasiaan yang merupakan kunci dalam bimbingan
konselin
2) Asas kesukarelaan
Ketika kerahasiaan telah dijaga oleh konselor, dalam asas kesukarelaan ini
diharapkan klien yang mengalami masalah secara sukarela membawa
konselor kepada masalah yang ia hadapi
3) Asas Keterbukaan
Dalam pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan yang efisien dimana
berlangsung dalam situasi keterbukaan, bukan hanya dalam sikap
penerimaan saran melainkan juga bersedia membuka diri untuk penyuluhan
tersebut baik dari pihak konselor maupun klien
4) Asas Keinginan
Masalah klien yang ditanggulangi dalam upaya bimbingan konseling
merupakana masalah-masalah yang dirasakan oleh klien saat ini, bukan
masalah yang lampau atau masalah yang akan datang. Pencegahan dapat
dilakukan untuk menghindari kemungkinan buruk dimasa yang akan dating
5) Asas Kegiatan
Sebagai sasaran layanan diharapkan klien dapat berpartisipasi aktif dalam
melakukan layanan bimbingan konseling. Usaha lain dilakukan oleh
konselor dimana konselor harus mendorong dan memotivasi klien untuk
dapat aktif dalam bimbingan konseling yang dilakuka
6) Asas Kemandirian
Dalam asas kemandirian ini tertuju pada tujuan dan sasaran dari bimbingan
dan konseling dimana klien diharapkan menjadi individu yang mandiri

60
dengan ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Dalam hal ini,
konselor mampu mengarahkan klien kearah kemandiria
7) Asas Kekinian
Bimbingan dan konseling yang dilakukan adalah membahas tentang
permasalahan klien pada masa yang sekarang dialaminya
8) Asas Keterpaduan
Dalam asas ini dibutuhkan kerjasama antara konselor dan klien dimana
satu sama lain saling menunjang, harmonis, dan saling terpadukan

d. Prinsip-Prinsip Konseling
1) Prinsip-prinsip berkenan dengan sasaran pelayanan
Bimbingan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan atau
yang menjadi orientasi pokok pelayanannya, memperhatikan sepenuhnya
tahap-tahap dan aspek perkembangan, tanpa memandang umur, jenis
kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi melayani semua
individu, serta berurusan dengan sikap dan tingkah laku yang komplek dan
unik.
2) Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu
Perhatian utama yang menjadi faktor timbulnya masalah dalam pelayanan
bimbingan konseling diantaranya kesenjangan sosial, ekonomi dan budaya.
Berurusan dengan pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik
klien terhadap penyesuaian diri di rumah, sekolah, kontak sosial, dan
pekerjaan
3) Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan
Bimbing konseling merupakan bagian integral dari pendidikan dan
pengembangan, sehingga bimbingan harus disesuaikan dan dipadukan
dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik. Program
bimbingan dan konseling harus fleksibel, sesuai dengan kebutuhan
individu, masyarakat, dan kondisi lembaga. Program bimbingan dan
konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah
sampai yang tertinggi.

61
e. Keterampilan Konseling
Seorang konselor harus mempunyi berbagai keterampilan dasar konseling sebagai
fasilitator penyelenggaraan konseling agar mencapai tujuan konseling yang efektif.
Keterampilan konseling meliputi :
1) Keterampilan attending : usaha konselor untuk membangun kondisi awal, mulai
dari upaya menunjukkan sikap empati, menghargai, dan mengetahui apa yang
dibutuhkan klien
2) Keterampilan mengundang pembicaraan yang terbuka : membantu memulai
wawancara serta menguraikan masalah
3) Keterampilan parafrase : mengungkapkan kembali esensi atau inti dari ungkapan
konseling
4) Keterampilan refleksi perasaan : merespon keadaan perasaan klien terhadap
situasi yang sedang dihadapi
5) Keterampilan konfrontasi : untuk pemberian tanggapan terhadap pengungkapan
kontradiksi dari klien.

3. Empati
Empati merupakan Keterampilan konfrontasi : untuk pemberian tanggapan
terhadap pengungkapan kontradiksi dari klien. Keterampilan konfrontasi : untuk
pemberian tanggapan terhadap pengungkapan kontradiksi dari klien. Keterampilan
konfrontasi : untuk pemberian tanggapan terhadap pengungkapan kontradiksi dari
klien.

4. Sentuhan
Sentuhan, istilah ini menunjuk pada suatu bentuk kontak fisik yang
dilakukan seseorang pada orang lain. Dimensi berupa sentuhan memainkan peran
yang penting dalam interaksi kita dengan dunia luar. Ebisch et al (2008)
menjelaskan bahwa sentuhan dapat diartikan sebagai ekspresi keterhubungan atau
relasi kita dengan orang lain. Biasanya sentuhan ini digunakan sebagai wujud
komunikasi non verbal dan didalamnya terdapat muatan kasih saying.
Elusan lembut, pelukan, merangkul, merupakan bentuk-bentuk
sentuhan fisik yang kerap dilakukan pada orang yang kita sayangi. Semua
perilaku ini menunjukkan besarnya perhatian dan kasih sayang kita pada orang
lain. Namun demikian, kita tidak lantas melakukan tindakan serupa pada orang

62
yang kurang begitu dekat secara emosional. Penelitian Hunter dan Struve (1998)
mengenai kontak fisik, mendapatkan hasil bahwa untuk masyarakat Jepang,
mereka akan sering sekali melakukan kontak fisik ketika berada di ruang publik,
namun pada saat berada di rumah mereka mempunyai aturan tersendiri mengenai
dengan siapa, seberapa sering dan sejauh mana kontak fisik itu dilakukan. Hal ini
membuktikan bahwa setiap individu memiliki aturan mengenai relasi dan kontak
fisik; dipengaruhi oleh budaya dan latar belakang sosial, norma yang berlaku,
serta pengalaman pribadi individu tersebut.
Secara fisiologis, persepsi terhadap sentuhan yang dirasakan oleh
seseorang sangat mempengaruhi respon fisiologis individu tersebut. Ketika
individu merasakan kontak fisik atau sentuhan pada situasi yang tidak nyaman,
ambigu, menakutkan maka akan meningkatkan detak jantung, tekanan darah dan
koaktivasi sistem simpatetik serta sebaliknya. (Wilhem et al,2001).
Dalam praktek konseling maupun psikoterapi, penggunaan sentuhan kerap
digunakan oleh konselor atau terapis pada klien. Hal ini dilakukan misalnya saja
ketika klien terlihat sedih atau menangis sehingga melalui sentuhan tersebut klien
akan merasa dikuatkan karena adanya wujud empati konselor atau terapis atas
masalah yang tengah dihadapinya. Sentuhan yang dimaksud disini adalah kontak
fisik non-seksual antara konselor atau terapis dengan klien, misalnya saja
menyentuh pundak, lengan, atau sekedar mengelus tangan klien. Leijjsen (2006)
mengemukakan bagian tubuh yang merupakan acceptable part dalam proses
psikoterapi adalah bagian tangan, daerah pundak, dan punggung belakang.
Strozier, et al (2003) menjelaskan bahwa sentuhan merupakan bentuk kasih
sayang dan kehadiran terapis bagi klien.
Sentuhan fisik dalam praktek konseling dan psikoterapi sangat tergantung
pada orientasi teori yang digunakan oleh konselor atau terapis (Strozier et al.,
2003). Bagi konselor maupun terapis yang berorientasi pada model humanistik
cenderung menggunakan teknik sentuhan dalam prakteknya. Lain halnya dengan
terapis yang menggunakan pendekatan psikodinamika, behavioristik, dan
rasional-kognitif, mereka cenderung tidak menggunakan banyak teknik sentuhan
dalam praktek konseling atau terapinya.
Beberapa tipe kontak fisik yang dapat terjadi antara terapis dan klien
selama proses terapi, yaitu :

63
1) Attentional-affectional touch ; terapis tidak intensif melakukan kontak dengan
klien. Sentuhan tangan, berjabat tangan, merupakan salah satu bentuk untuk
memberikan rasa nyaman dan percaya pada terapis.
2) Emotional-expressive touch ; sentuhan ini diberikan pada saat rapport telah
terjalin dengan baik, karena terapis akan intensif melakukan kontak fisik
dengan kliennya. Sentuhan yang diberikan salah satunya bertujuan untuk
memberikan dukungan dan proteksi pada klien.
3) Cathartic touch : merupakan kontak fisik yang memfasilitasi munculnya
pengekspresian dan eksplorasi emosi secara mendalam dari klien. Area ini
merupakan area spesifik, dimana kontak fisik yang dilakukan oleh terapis
berhubungan dengan bagian tubuh yang menjadi trigger bagi klien, dan
membuka memori dan emosi tertentu sehingga memunculkan katarsis emosi.

Sentuhan yang dilakukan dipercaya membuat klien merasa nyaman, bahwa


terapis ada untuk mereka, menunjukkan bentuk empati atas permasalahan yang
dialami klien, untuk menguatkan, dan membantu klien melepaskan emosi-emosi
yang ditekan, serta sebagai salah bentuk afeksi terhadap klien. Sentuhan juga
merupakan bentuk komunikasi penerimaan dan dapat membantu kesembuhan
klien (Strozier et al., 2003).

C. Rangkuman Materi
Informasi merupakan data yang berasal dari fakta yang tercatat dan
selanjutnya dilakukan pengolahan (proses) menjadi bentuk yang berguna atau
bermanfaat bagi pemakainya. Informasi adalah hasil dari kegiatan pengolahan data
yang memberikan bentuk yang lebih berarti dari suatu kejadian.
Sumber informasi berperan penting bagi seseorang dalam menentukan sikap
atau keputusan bertindak. Sumber informasi itu ada di mana-mana, di pasarpasar,
sekolah, rumah, lembaga-lembaga suatu organisasi komersial, buku-buku, majalah,
surat kabar, perpustakaan dan tempat-tempat lainnya. Intinya dimana suatu benda atau
peristiwa berada, di sana bisa tercipta informasi yang kemudian direkam dan disimpan
melalui media cetak ataupun media elektronik. Perpustakaan merupakan tempat yang
menyediakan sumber-sumber informasi mulai dari informasi tercetak, seperti buku,
majalah, novel, jurnal dan lain-lain sampai informasi yang berbentuk digital seperti
internet.

64
Kebutuhan informasi setiap orang berbeda-beda. Tidak ada seorang pun yang
tidak membutuhkan informasi, apapun jenis pekerjaannya. Pelajar, mahasiswa, guru,
dosen, semua memerlukan informasi guna mendukung pekerjaannya sehari-hari.
Setiap orang membutuhkan informasi yang akurat, relevan, cepat dan mudah didapat.
Kebutuhan diartikan sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh seseorang yang harus
dipenuhi
Konseling sebagai hubungan profesional yang memberdayakan keberagaman
individu, keluarga, dan kelompok untuk mencapai kesehatan mental, kesehatan,
pendidikan, dan tujuan karir. Empati merupakan Keterampilan konfrontasi : untuk
pemberian tanggapan terhadap pengungkapan kontradiksi dari klien. Keterampilan
konfrontasi : untuk pemberian tanggapan terhadap pengungkapan kontradiksi dari
klien. Keterampilan konfrontasi : untuk pemberian tanggapan terhadap pengungkapan
kontradiksi dari klien.
Penggunaan sentuhan kerap digunakan oleh konselor atau terapis pada klien.
Hal ini dilakukan misalnya saja ketika klien terlihat sedih atau menangis sehingga
melalui sentuhan tersebut klien akan merasa dikuatkan karena adanya wujud empati
konselor atau terapis atas masalah yang tengah dihadapinya

D. Evaluasi
1. Jelaskan analisis informasi dalam pelayanan kebidanan
2. Jelaskan analisis konseling dalam pelayanan kebidanan !
3. Jelaskan analisis empati dan sentuhan dalam memberikan pelayanan kebidanan!

E. Daftar Pustaka
Dess, N.K. (2000). Studies Give New Meaning to Hand-on Healing. Psychology
Today, March/April.
Ebisch, S.J.H., Pemicci, M.G., Ferretti, A., Gratta, C.D., Romani, G.L., & Gallesse.
(2008). The Sense of Touch : Embodied Simulation in a Visuotactile
Mirroring Mechanism for Observed Animate or Inanimate Touch. Journal of
Cognitive Neuroscience,20, 1611 – 1623.
Fox, Su. 2008. Relating to Clients : The Therapeutic Relationship for Complementray
Therapists. London/Philadelphia : Jessica Kingsley Publishers
Hunter, M., & Struve, J. 1998. The Ethical Use of Touch in Psychotherapy. Thousand
Oaks/London/New Delhi : Sage.

65
BAB VI
HUBUNGAN IBU-BIDAN DAN PENTINGNYA HUBUNGAN
TERAPEUTIK YANG BERMAKNA

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB VI ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
a. Hubungan Ibu-Bidan
b. Pentingnya Hubungan Terapeutik yang bermakna

2. Entry Behaviour
Menguasai konsep dan menganalisis hubungan ibu-bidan dan pentingnya
hubungan terapeutik yang bermakna

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB VI akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi
selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari isi BAB VI


Mempelajari hubungan ibu-bidan dan pentingnya hubungan terapeutik yang
bermakna dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam menguasai
hubungan ibu-bidan dan pentingnya hubungan terapeutik yang bermakna

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu diklarifikasikan
atau memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

66
B. Penyajian Materi
1. Hubungan Ibu hamil dan Bidan
Ibu hamil adalah orang yang sedang dalam proses pembuahan untuk
melanjutkan keturunan. Di dalam tubuh seorang wanita hamil terdapat janin yang
tumbuh di dalam rahim. Kehamilan merupakan masa kehidupan yang
penting.Seorang ibu hamil harus mempersiapkan diri sebaik- baiknya agar tidak
menimbulkan permasalahan pada kesehatan ibu, bayi, dan saat proses kelahiran.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu adalah keadaan gizi
(Waryana,2010).Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara
Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister,
sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik
kebidana.
Hubungan ibu hamil dan bidan sangat diperlukan selama masa kehamilan . Ibu
hamil memerlukan seorang bidan untuk memberikan edukasi dan konseling selama
masa kehamilannya agar dapat menjalankan kehamilannya dengan lancar.

2. Pentingnya hubungan terapeutik yang bermakna


a. Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk
tujuan terapi. Seorang bidan dapat membantu ibu hamil mengatasi masalah
yang dihadapinya melalui komunikasi. Komunikasi terapeutik adalah modalitas
dasar intervensi utama yang terdiri atas teknik verbal dan nonverbal yang
digunakan untuk membentuk hubungan antara bidan dan ibu hamil dalam
pemenuhan kebutuhan.
b. Tujuan Hubungan terapeutik
1) Membantu pasien untuk memperjelaskan dan mengurangi beban perasaan
dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang
ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan
2) Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya
3) Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal
peningkatan derajat kesehatan

67
4) Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga
kesehatan) secara professional dan proporsional dalam rangka membantu
menyelesaikan masalah klien.

c. Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik


Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan bidan dalam membentuk
hubungan terapeutik:
1) Memperhatikan semua komunikasi verbal dan nonverbal pasien.
2) Mendengarkan dan menghadirkan diri, baik secara fisik maupun emosional.
3) Menyadari perasaan dan peka terhadap situasi pasien
4) Membentuk hubungan interpersonal untuk memfasilitasi penyelesaian
masalah dan perubahan perilaku yang diperlukan untuk fungsi adaptif
pasien.

C. Rangkuman Materi
Ibu hamil adalah orang yang sedang dalam proses pembuahan untuk
melanjutkan keturunan. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara
Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister,
sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidana.
Hubungan ibu hamil dan bidan sangat diperlukan selama masa kehamilan . Ibu
hamil memerlukan seorang bidan untuk memberikan edukasi dan konseling selama
masa kehamilannya agar dapat menjalankan kehamilannya dengan lancar.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang
untuk tujuan terapi. Seorang bidan dapat membantu ibu hamil mengatasi masalah
yang dihadapinya melalui komunikasi. Komunikasi terapeutik adalah modalitas dasar
intervensi utama yang terdiri atas teknik verbal dan nonverbal yang digunakan untuk
membentuk hubungan antara bidan dan ibu hamil dalam pemenuhan kebutuhan.

D. Evaluasi
1. Jelaskan analisis hubungan ibu dan bidan dalam pelayanan kebidanan
2. Analisis Pentingnya hubungan terapeutik yang bermakna antara ibu hamil dan
bidan

68
E. Daftar Pustaka
Abraham Wahyu Nugroho. (2009). Komunikasi interpersonal antara bidan dan
pasien.
Arlene H Spinner-gelfars. (2013). Using simulation to promote effective
communication with a diverse student population. Teaching and Learning in
Nursing, 8(3), 96–101. https://doi.org/10.1016/j.teln.2013.01.004
Cristina.L.I. Untung, S. & T. (2003). komuniaksi kebidanan. jakarta: EGC.
Hermawan. (2009). Persepsi Pasien tentang Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Bidan dalam Asuhan Kebidanan pada pasien di Unit Gawat Darurat RS.
Mardi Rahayu Kudus, 1–11
Ibrahim N. Bolla, S.Kp., M. (2013). Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Bidan dengan tingkat kepuasan Pasien di ruang Rawat Inap Melati RSUD
Subang, 8(1), 64–70.

69
BAB VII
TEKNIK KOMUNIKASI DAN PATIEN SAFETY

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB VII ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
a. Tekhnik Komunikasi
b. Pasien Safety

2. Entry Behaviour
Menguasai konsep dan menganalisis teknik komunikasi dan pasien safety

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB VII akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi
selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari isi BAB VII


Mempelajari Teknik Komunikasi dan pasien safety dapat meningkatkan
pengetahuan mahasiswa dalam menguasai bagaimana cara berkomunikasi yang
baik dan benar serta menerapkan pasien safety dalam pelayanan kebidanan

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu diklarifikasikan
atau memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

70
B. Penyajian Materi
1. Tehnik Komunikasi
a. Pengertian
Teknik berbicara efektif adalah berbicara secara menarik dan jelas sehingga
dapat dimengerti dan mencapai tujuan yang diharapkan di dalam komunikasi.
Teknik berbicara di dalam berkomunikasi harus menyesuaikan diri antara
komunikator dan komunikan kepada pesan (message) yang dipercakapkan.
Teknik komunikasi digunakan supaya komunikasi antar manusia terjalin
secara efektif. Pengertian teknik adalah suatu cara yang digunakan untuk
melakukan sesuatu hal. Sedangkan pengertian komunikasi adalah penyampaian
informasi dari komunikator ke komunikan melalui media tertentu. Maka
pengertian teknik komunikasi adalah suatu cara yang digunakan dalam
menyampaikan informasi dari komunikator ke komunikan dengan media tertentu.
Dengan adanya teknik ini diharapkan setiap orang dapat secara efektif melakukan
komunikasi satu sama lain dan secara tepat menggunakannya.

b. Beberapa teknik dalam Komunikasi


1) Ucapan yang jelas dan idenya tidak ada makna ganda, utuh.
2) Berbicara dengan tegas, tidak berbelit-belit
3) Memahami betul siapa yang diajak bicara, hadapkan wajah dan badan,
pahami pikiran lawan bicara
4) Menyampaikan tidak berbelit-belit, tulus dan terbuka
5) Sampaikan informasi dengan bahasa penerima informa
6) Menyampaikan dengan kemampuan dan kadar akal penerima informasi
7) Sampaikan informasi dengan global dan tujuannya baru detailnya
8) Berikan contoh nyata, lebih baik jadikan anda sebagai model langsung
9) Sampaikan informasi dengan lembut
10) Kendalikan noise dan carilah umpan balik untuk meyakinkan informasi
anda diterima. Contoh dengan bertanya atau menyuruh mengulanginya

71
c. Teknik Pendekatan Komunikasi
Untuk melakukan hubungan manusia biasanya digunakan pula teknik
pendekatan yaitu pendekatan emosional (emotional approach) dan pendekatan
sosial budaya (sosiocultur approach);
1) Pendekatan emosional.
Dalam hubungan ini komunikator mempertaruhkan kepercayaan
komunikan terhadap fakta pesan yang disampaikan, maka teknik ini
berujung pay off atau reward, yaitu bujukan atau rayuan dengan cara
“mengiming-imingi” komunikan dengan hal yang menguntungkan atau
menjanjikan harapan. Pada umumnya emotional approach ini
menggunakan konseling sebagai senjata yang ampuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung, hal ini bertujuan agar pesan bisa secara langsung
menyentuh perasaan komunikan
2) Pendekatan sosial budaya
Salah satu tujuan komunikasi adalah tersampaikannya pesan dari
komunikator kepada komunikan. Maka dianjurkan bagi komunikator
terlebih dahulu memahami perilaku sosial serta budaya masyarakat
setempat yang akan menjadi komunikan. Hal ini bertujuan agar
komunikan, lebih memahami serta tidak merasa tersinggung oleh pesan
yang disampaikan oleh komunikator, selain hal tersebut masyarakat yang
menjadi komunikan tidak dapat terlepas dari budaya
3) Teknik Mendengar Aktif
Mendengarkan merupakan suatu kegiatan memperhatikan dengan sebaik-
baiknya dengan menggunakan indera pendengaran, sehinggga memahami
maksud secara tepat dari pihak komunikator. Untuk mendengarkan dengan
baik diperlukan konsentrasi yang tinggi dari pikiran agar dapat menangkap
dan menginterpretasi berita atau pesan yang dikirim komunikan. Proses
mendengarkan secara aktif dan efektif tidak hanya menggunakan indera
pendengaran, tetapi perpaduan antara indera pendengaran dengan pikiran

2. Pasien Safety
a. Pengertian
Pasien Safety adalah suatu sistem yang diterapkan untuk mencegah terjadinya
cedera akibat bidanan medis dan kesalahan pengobatan melalui suatu sistem

72
assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan faktor risiko, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insident serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Dep Kes RI,
2006). Keselamatan pasien merupakan suatu sistem untuk mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (TKPRS
RSUP Sanglah Denpasar, 2011).

b. Tujuan Pasien Safety


1) Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit
2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3) Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan (KTD)
4) Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
KTD Dalam upaya pencapaian tujuan keselamatan pasien ini, setiap rumah
sakit wajib melaksanakan sistem keselamatan pasien melalui upaya- upaya
sebagai berikut:
a) Akselerasi program infeksion control prevention (ICP)
b) Penerapan standar keselamatan pasien dan pelaksanaan 7 langkah
menuju keselamatan pasien rumah sakit. Dan di evaluasi melalui
akreditasi rumah sakit
c) Peningkatan keselamatan penggunaan darah (blood safety).
d) Dievaluasi melalui akreditasi rumah sakit.
e) Peningkatan keselamatan pasien di kamar operasi cegah terjadinya
wrong person, wrong site, wrong prosedure (Draft SPM RS:100%
tidak terjadi kesalahan orang, tempat, dan prosedur di kamar
operasi)
f) Peningkatan keselamatan pasien dari kesalahan obat.
g) Pelaksanaan pelaporan insiden di rumah sakit dan ke komite
keselamatan rumah sakit.

c. Manfaat Pasien Safety


1) Adanya kecenderungan “Green Product” produk yang aman di bidang
industri lain seperti halnya menjadi persyaratan dalam berbagai proses

73
transaksi, sehingga suatu produk menjadi semakin laris dan dicari
masyarakat.
2) Rumah Sakit yang menerapkan keselamatan pasien akan lebih
mendominasi pasar jasa bagi Perusahaan-perusahaan dan Asuransi-
asuransi dan menggunakan Rumah Sakit tersebut sebagai provider
kesehatan karyawan/klien mereka, dan kemudian di ikuti oleh masyarakat
untuk mencari Rumah Sakit yang aman
3) Kegiatan Rumah Sakit akan lebih memukuskan diri dalam kawasan
keselamatan pasien.

d. Indikator Keselamatan Pasien


Berdasarkan laporan IOM tahun 1999 tentang masalah keselamatan
pasien yang menghebohkan dunia kesehatan mendorong banyak pihak
berupaya melakukan hal untuk memperbaiki kualitas pelayanan terutama yang
berhubungan dengan keselamatan pasien. Para peneliti dalam bidang
kebidanan berusaha mengembangkan indikator mutu pelayanan kebidanan
yang potensial bersifat sensitif terhadap kepegawaian. Needleman, et al.
(2006) melakukan penelitian mengenai staffing dan adverse outcomes. Pada
penelitian tersebut dilakukan analisis regresi untuk mengetahui hubungan
variabel-variabelnya dan ditemukan adanya hubungan antara (1) lama tinggal/
lengths-of-stay , infeksi saluran kemih, pneumonia yang diperoleh di rumah
sakit, perdarahan saluran pencernaan atas, renjatan, atau henti jantung pada
pasien-pasien penyakit dalam, dan (2) failure to rescue , yang didefinisikan
sebagai kematian pasien yang disebabkan oleh salah satu komplikasi yang
mengancam kehidupan yaitu pneumonia, renjatan atau henti jantung,
perdarahan saluran pencernaan atas, sepsis atau thrombosis vena dalam pada
pasien-pasien bedah.
Indikator mutu layanan kebidanan yang sensitif terhadap staffing pada
saat ini secara terus menerus dikembangkan. Banyak lembaga yang berupaya
membuat indikator mutu, namun banyak dari indikator tersebut kurang
mencerminkan pengaruh pelayanan kebidanan terhadap keselamatan pasien,
karena hanya dianggap sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan (ANA,
1995; Institute of Medicine , 1999, 2001, 2005; Joint Commision, 2007 dalam
Montalvo, 2007). Mulai tahun 2007, WHO Collaborating Center For Patient

74
Safety berupaya menetapkan Sembilan Solusi keselamatan pasien untuk
mempermudah pendeteksian terjadinya masalah pada keselamatan pasien di
Rumah Sakit, yaitu : (1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-
alike, sound-alike medication names). (2) Pastikan Identifikasi pasien, (3)
Komunikasi secara benar saat serah terima pasien, (4) Pastikan tindakan yang
benar pada sisi tubuh yang benar, (5) Kendalikan cairan elektrolit pekat, (6)
Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan, (7) Hindari salah
cateter dan salah sambung gelamng, (8) Gunakan alat injeksi sekali pakai, dan
(9) Tingkatkan kebersihan tangan unuk pencegahan infeksi nosokomial
(WHO, 2007 dalam Tim KP-RS RSUP Sanglah Denpasar, 2011).

e. Sasaran Keselamatan Pasien


1) Sasaran I : Mengidentifikasi Pasien dengan Tepat
2) Sasaran II: Meningkatkan Komunikasi yang Efektif
3) Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat yang Membutuhkan Perhatian
4) Sasaran IV: Mengurangi Risiko Salah Lokasi, Salah Pasien dan Tindakan
Operasi
5) Sasaran V: Mengurangi Risiko Infeksi
6) Sasaran VI: Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

f. Standar Pasien Safety


1) Standar I. Ketentuan tentang hak pasien
2) Standar II. Mendidik pasien dan keluarga.
3) Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan. Rumah
sakit menjamin kesinambungan pelayanan kesehatan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
4) Standar IV. Rumah sakit mesti mendesain proses baru atau memperbaiki
proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
5) Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien.
6) Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.

75
7) Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.

C. Rangkuman Materi
Teknik komunikasi digunakan supaya komunikasi antar manusia terjalin
secara efektif. Pengertian teknik adalah suatu cara yang digunakan untuk melakukan
sesuatu hal. Sedangkan pengertian komunikasi adalah penyampaian informasi dari
komunikator ke komunikan melalui media tertentu. Maka pengertian teknik
komunikasi adalah suatu cara yang digunakan dalam menyampaikan informasi dari
komunikator ke komunikan dengan media tertentu. Dengan adanya teknik ini
diharapkan setiap orang dapat secara efektif melakukan komunikasi satu sama lain
dan secara tepat menggunakannya.
Pasien Safety adalah suatu sistem yang diterapkan untuk mencegah terjadinya
cedera akibat bidanan medis dan kesalahan pengobatan melalui suatu sistem
assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan faktor risiko, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insident serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko (Dep Kes RI, 2006). Keselamatan pasien
merupakan suatu sistem untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011).
Patient Safety berupaya menetapkan Sembilan Solusi keselamatan pasien
untuk mempermudah pendeteksian terjadinya masalah pada keselamatan pasien di
Rumah Sakit, yaitu : (1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike,
sound-alike medication names). (2) Pastikan Identifikasi pasien, (3) Komunikasi
secara benar saat serah terima pasien, (4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi
tubuh yang benar, (5) Kendalikan cairan elektrolit pekat, (6) Pastikan akurasi
pemberian obat pada pengalihan pelayanan, (7) Hindari salah cateter dan salah
sambung gelamng, (8) Gunakan alat injeksi sekali pakai, dan (9) Tingkatkan
kebersihan tangan unuk pencegahan infeksi nosokomial

76
D. Evaluasi
1. Jelaskan dan analisis teknik Komunikasi dalam pelayanan kebidanan
2. Jelaskan dan analisis pasien safety dalam pelayanan kebidanan

E. Daftar Pustaka
A W, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu
Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik dalaam Praktik Kebidanan.
Bandung: PT Refika Aditama.
Effendy, Onong Uchyana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Apsden, P., Corrigan, J.M., Wolcot, J., Erickson, S.M.(Ed). Committee on Data
Standards for Patient Safety, Board on Health Care Service. 2004. Patient
Safety: Achieving a New Standard For Care. Washington DC: The National
Academy Press.
Ballard, K.A. 2003. Patient safety. A shared responsibility. Online Journal of Issues in
Nursing. Vol. 8 No.3.
Cahyono, B. 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktik
Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

77
BAB VIII
KONSEP PSIKOSOSIAL YANG RELEVAN SEBAGAI BENTUK KASIH
SAYANG DAN EMPATI SERTA APLIKASINYA

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB VII ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
Konsep Psikososial yang relevan sebagai bentuk kasih sayang dan empati serta
aplikasinya

2. Entry Behaviour
Menguasai konsep dan menganalisis Konsep Psikososial yang relevan sebagai
bentuk kasih sayang dan empati serta aplikasinya

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB VIII akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi
selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari isi BAB VIII


Mempelajari Konsep Psikososial yang relevan sebagai bentuk kasih sayang dan
empati serta aplikasinya dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam
menguasai Konsep Psikososial yang relevan sebagai bentuk kasih sayang dan
empati serta aplikasinya

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu diklarifikasikan
atau memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

78
B. Penyajian Materi
1. Psikososial
Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup
aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk pada hubungan
yang dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan
memengaruhi satu sama lain. Psikososial sendiri berasal dari kata psiko dan sosial.
Kata psiko mengacu pada aspek psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan
perilaku) sedangkan sosial mengacu pada hubungan eksternal individu dengan
orang-orang di sekitarnya (Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI)
Banyak teori mengenai perkembangan psikososial, yang paling banyak dianut
adalah teori psikosisal dari Erik Erikson. Teori psikososial dari Erik Erikson
meliputi delapan tahap yang saling berurutan sepanjang hidup. Hasil dari tiap
tahap tergantung dari hasil tahapan sebelumnya, dan hasil yang sukses dari tiap
krisis ego adalah hal yang penting bagi individu untuk dapat tumbuh secara
optimal. Ego harus mengembangkan sesuai dengan kesanggupan yang berbeda-
beda untuk mengatasi tiap tuntutan penyesuaian dari lingkungan masyarakat.
Berikut adalah delapan tahapan perkembangan psikososial menurut Erik Erikson :
a. Tahap I : Trust versus Mistrust (0-1 tahun)
Dalam tahap ini, bayi berusaha keras untuk mendapatkan pengasuhan dan
kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan anaknya, sang anak
akan mengembangkan kemampuan untuk dapat mempercayai dan
mengembangkan asa (hope). Jika krisis ego ini tidak pernah terselesaikan,
individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam membentuk rasa
percaya dengan orang lain sepanjang hidupnya, selalu meyakinkan dirinya
bahwa orang lain berusaha mengambil keuntungan dari dirinya. Sehingga
akan memuncukan rasa percaya atau tidak terhadap lingkungan nya

b. Tahap II: Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun)


Dalam tahap ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas
tubuhnya. Orang tua seharusnya menuntun anaknya, mengajarkannya
untuk mengontrol keinginan atau impulsimpulsnya, namun tidak dengan
perlakuan yang kasar. Mereka melatih kehendak mereka, tepatnya
otonomi. Agar anak bisa belajar menyesuaikan diri dengan aturan-aturan

79
sosial tanpa banyak kehilangan pemahaman awal mereka mengenai
otonomi, inilah resolusi yang diharapkan.

c. Tahap III : Initiative versus Guilt (3-6 tahun)


Pada periode inilah anak belajar bagaimana merencanakan dan
melaksanakan tindakannya. Resolusi yang tidak berhasil dari tahapan ini
akan membuat sang anak takut mengambil inisiatif atau membuat
keputusan karena takut berbuat salah. Anak memiliki rasa percaya diri
yang rendah dan tidak mau mengembangkan harapan-harapan ketika ia
dewasa. Bila anak berhasil melewati masa ini dengan baik, maka
keterampilan ego yang diperoleh adalah memiliki tujuan dalam hidupnya.
Sehingga anak akan mudah dalam memilih keputuasan dalam bertindak,
yang tidak menyalahi aturan ataupun melenceng dari norma-norma yang
sudah di tanamkan.

d. Tahap IV: Industry versus Inferiority (6-12 tahun)


Pada saat ini, anak-anak belajar untuk memperoleh kesenangan dan
kepuasan dari menyelesaikan tugas khususnya tugas-tugas akademik.
Penyelesaian yang sukses pada tahapan ini akan menciptakan anak yang
dapat memecahkan masalah dan bangga akan prestasi yang diperoleh.
Ketrampilan ego yang diperoleh adalah kompetensi. Disisi lain, anak yang
tidak mampu untuk menemukan solusi positif dan tidak mampu mencapai
apa yang diraih teman-teman sebaya nya

e. Tahap V : Identity versus Role Confusion (12-18 tahun)


Pada tahap ini, terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis
seperti orang dewasa sehingga tampak adanya kontraindikasi bahwa di lain
pihak ia dianggap dewasa tetapi di sisi lain ia dianggap belum dewasa.
Tahap ini merupakan masa stansarisasi diri yaitu anak mencari identitas
dalam bidang seksual, umur dan kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber
perlindungan dan nilai utama mulai menurun. Adapun peran kelompok
atau teman sebaya sangat tinggi dalam pembentukan identitas diri anak.

80
f. Tahap VI : Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda)
Dalam tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi dengan
orang lain secara lebih mendalam. Ketidakmampuan untuk membentuk
ikatan sosial yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Bila individu
berhasil mengatasi krisis ini, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah
cinta.

g. Tahap VII : Generativity versus Stagnation (masa dewasa menengah)


Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai balasan
dari apa yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga melakukan sesuatu
yang dapat memastikan kelangsungan generasi penerus di masa depan.
Ketidakmampuan untuk memiliki pandangan generatif akan menciptakan
perasaan bahwa hidup ini tidak berharga dan membosankan. Bila individu
berhasil mengatasi krisis pada masa ini maka ketrampilan ego yang
dimiliki adalah perhatian.

h. Tahap VIII : Ego Integrity versus Despair (masa dewasa akhir)


Pada tahap usia lanjut ini, mereka juga dapat mengingat kembali masa lalu
dan melihat makna, ketentraman dan integritas. Refleksi ke masa lalu itu
terasa menyenangkan dan pencarian saat ini adalah untuk
mengintegrasikan tujuan hidup yang telah dikejar selama bertahun-tahun.
Kegagalan dalam melewati tahapan ini akan menyebabkan munculnya rasa
putus asa.

2. Konsep psikososial yang relevan sebagai bentuk kasih sayang dan empati
serta aplikasinya
Kebutuhan psikososial meliputi kebutuhan akan kasih sayang, rasa aman,
harga diri, rasa memiliki. Kebutuhan kasih sayang merupakan cerminan arti
kebutuhan asih yang dapat memberikan kehidupan dan ketentraman secara
psikologis. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan terbagi menjadi perlindungan
fisik (meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh seperti penyakit,
kecelakaan) dan perlindungan psikologis (perlindungan atas ancaman dari
pengalaman yang baru dan asing). Kebutuhan harga diri maupun perasaan
dihargai oleh orang lain terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan

81
serta meraih prestasi, rasa percaya diri dan pengakuan dari orang lain ( Ardhiyanti,
dkk 2014)
Faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan psikososial sebagai bentuk
kasih sayang dan empati:
a. Mekanisme koping
Koping merupakan suatu faktor penyeimbang yang dapat membantu individu
beradaptasi dengan kondisi yang menekan yang dapat menimbulkan depresi.
Mekanisme koping adalah cara yang digunakan indiviu untuk menyelesaikan
masalah dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang diterima.
Mekanisme koping antar individu berbeda satu sama lain, hal ini tergantung
dari temperamen, persepsi, kognitif, dan latar belakang budaya.( Nursalam
2011)

b. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial baik dari keluarga atau masyarakat sangat penting
dalam mendukung pemenuhan kebutuhan psikososial klien kanker. Dukungan
psikososial merupakan terapi yang bertujuan untuk memulihkan kembali
kemampuan adaptasi agar yang bersangkutan dapat kembali berfungsi secara
wajar dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sosial.

c. Peran petugas kesehatan


Peran bidan sebagai pemberi asuhan kebidanan memiliki fungsi dan
kemampuan untuk meningkatkan kualitas bidanan pada pasien kanker stadium
lanjut yang menjalani kemoterapi. Pemberian informasi tentang efek
kemoterapi dan penanganannya dapat meminimalkan cemas, stress dan
depresi pada pasien dan keluarga. Bidan adalah salah satu sumber daya yang
di rumah sakit yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk dapat
membantu pasien mengembalikan atau mencapai keseimbangan dalam
menghadapi lingkungan yang baru. Karena harapan yang diinginkan keluarga
dan pasien adalah bidan mempunyai kualitas hubungan individu yang baik.
Namun pada kenyataannya, bidan dinilai belum menerapkan caring dalam
proses kebidanan. Menurut pasien bidan cenderung melakukan tugas rutin saja
seperti memasang infus, mengukur tanda vital dan kontrol harian, sehingga
perhatian yang diberikan bidan masih kurang ( Wahyuni, 2015)

82
C. Rangkuman Materi
Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup
aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk pada hubungan yang
dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan memengaruhi
satu sama lain. delapan tahapan perkembangan psikososial antara lain : Trust versus
Mistrust (0-1 tahun), Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun), Initiative versus
Guilt (3-6 tahun), Industry versus Inferiority (6-12 tahun), Identity versus Role
Confusion (12-18 tahun), Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda), Generativity
versus Stagnation (masa dewasa menengah), Ego Integrity versus Despair (masa
dewasa akhir)
Kebutuhan psikososial meliputi kebutuhan akan kasih sayang, rasa aman,
harga diri, rasa memiliki. Kebutuhan kasih sayang merupakan cerminan arti
kebutuhan asih yang dapat memberikan kehidupan dan ketentraman secara psikologis.
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan terbagi menjadi perlindungan fisik (meliputi
perlindungan atas ancaman terhadap tubuh seperti penyakit, kecelakaan) dan
perlindungan psikologis (perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan
asing)

D. Evaluasi
Jelaskan dan analisis konsep psikososial yang relevan sebagai bentuk kasih sayang
dan empati serta aplikasinya

E. Daftar Pustaka
Fitria, Nita. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta :
Salemba Medika.
Widodo, Arif. 2004. Proses Kebidanan dan Terapi Modalitas Kebidanan Mental
Psikiatri. Surakarta : UMS
Nanda, 2012. Diagnosa Kebidanan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Buku
Kedokteran : EGC.

83
BAB IX
ETIKA, TEKNIK DAN MEDIA KOMUNIKASI

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB IX ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
Konsep etika, teknik dan media komunikasi

2. Entry Behaviour
Menguasai konsep dan menganalisis etika, teknik dan media komunikasi

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB IX akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi
selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari isi BAB IX


Mempelajari Konsep etika, teknik dan media komunikasi dapat meningkatkan
pengetahuan mahasiswa dalam menguasai etika, teknik dan media komunikasi

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu diklarifikasikan
atau memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

B. Penyajian Materi
1. Etika Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan
a. Pengertian
Etika berasal dari Bahasa Yunani dari kata Ethos yang berarti
kebiasaan atau tingkah laku. Dalam Bahasa Inggris disebut Ethis yang

84
mempunyai pengertian tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, yakni
tindakan yang tepat, yang harus dilaksanakan oleh manusia sesuai dengan
moral pada umumnya (IBI,2006).
Etika dalam sejarah Yunani adalah tentang apa yang sebenarnya baik/
dikehendaki oleh manusia dan apa yang buruk yang harus dihindari. Segala
hal yang secara sadar dipilih atau tidak dipilih untuk mencapai tujuan
tersembunyi baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain (Aristotelian).Etika
sebagai kajian tentang sesuatu yang dapat dijadikan rujukan (reference) bagi
seseorang atau sekelompok orang untuk bertindak, serta dijadikan sebagai
ukuran perilaku (performance index) dan sistem kontrol (Martin, 1993).Etika
membahas baik-buruk dan benar tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia,
serta sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika tidak
mempersoalkan siapa manusia, tetapi bagaimana seharusnya manusia berbuat
(Sokrates, 470-399 SM).

b. Jenis – Jenis Etika


1) Etika Deskriptif, yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingkah
laku manusia ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-hal mana yang
boleh dilakukan sesuai dengan norma etis yang dianut oleh masyarakat.
2) Etika Normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik-buruk tindakan
manusia, yang biasanya dikelompokkan menjadi:
a) Etika umum, yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan
kondisi manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan
berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.
b) Etika khusus, terdiri dari:
(1) Etika sosial, menekankan tanggung jawab sosial dan hubungan
antar sesama manusia dalam aktivitasnya,
(2) Etika individu, lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban
manusia sebagai pribadi,
(3) Etika terapan, adalah etika yang diterapkan pada profesi
(Sujiyatini,2011).

85
c. Etika Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah bagian yang tidak bisa dilepaskan dari pelayanan
kesehatan secara umum. Pelayanan kebidanan tergantung kepada sikap dan
kondisi sosial ekonomi masyarakat dimana bidan bekerja. Indikator kemajuan
sosial ekonomi dalam pelayanan kebidanan adalah:
1) Perbaikan status gizi ibu dan bayi
2) Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan
3) Menurunnya angka kematian ibu melahirkan
4) Menurunnya angka kematian neonatal
5) Cakupan penanganan resiko tinggi
6) Meningkatnya cakupan pemeriksaan antenatal

Dengan meningkatnya kondisi sosial ekonomi masyarakat akan


mempengaruhi pemanfaatan pertolongan persalinan dengan pilihan utama
bidan sebagai penolong persalinan. Bidan sebagai pemberi pelayanan
kebidanan dan keluarga berencana serta pelayanan kesehatan pada masyarakat
luas harus mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan dan tuntutan
masyarakat terhadap pelayanan kebidanan. Di samping itu keadilan dalam
memberikan pelayanan juga merupakan aspek pokok dalam pelayanan bidan
di Indonesia. Pelayanan yang adil bagi masyarakat diawali dengan pemenuhan
kebutuhan yang sesuai bagi klien, keberadaan sumber daya kebidanan yang
selalu siap untuk melayani dan diimbangi dengan penelitian untuk
meningkatkan atau mengembangkan pelayanan serta akses yang mudah ke
tempat pelayanan. Pelayanan kebidanan diberikan secara komprehenshif
dengan memperhatikan aspek bio, psiko, sosio, kultural yang sesuai dengan
harapan dan kebutuhan masyarakat dengan tujuan untuk kehidupan dan
kelangsungan pelayanan. Untuk dapat memenuhi tuntutan ini maka diperlukan
provider yang memiliki ciri sebagai berikut:
1) Semangat untuk melayani
2) Simpati
3) Empati
4) Tulus ikhlas
5) Memberikan kepuasan

86
Disamping itu bidan juga harus memperhatikan rasa aman, kenyamanan,
privacy, alami dan tepat. Agar dapat memberikan pelayanan yang baik maka
bidan harus memiliki metode pelayanan yang sistematis, terarah, terukur yang
disebut dengan manajemen kebidanan yang diawali dengan mengumpulkan
data atau pengkajian, interpretasi data, identifikasi masalah potensial atau
antisipasi tindakan segera baik secara mandiri, kolaborasi atau rujukan,
selanjutnya membuat rencana tindakan, melaksanakan tindakan serta evaluasi
yang berkesinambungan terhadap keberhasilan pelayanan yang telah
diberikan.
Manajemen kebidanan merupakan hal yang memiliki keterkaitan, oleh sebab
itu seluruh rangkaian kegiatan harus terdokumentasi dengan baik sebagai
aspek legal dan informasi dalam asuhan kebidanan. Dokumentasi yang telah
dibuat juga memiki kegunaan sebagai berikut:
1) Sebagai data atau fakta yang dapat dipakai untuk mendukung ilmu
pengetahuan
2) Merupakan alat untuk membuat keputusan, perencanaan dan sebagai
kontrol terhadap suatu masalah
3) Sebagai sarana penyimpanan berkas agar tetap aman dan terpelihara
dengan baik.
Dokumentasi bersifat tertutup dsan terbuka. Tertutup apabila didalamnya
terdapat rahasia yang tidak boleh diperlihatkan, diungkapkan dan
disebarluaskan kepada masyarakat. Bersifat terbuka artinya dokumentasi
selalu berinteraksi dengan lingkungan untuk menerima dan menyimpan
informasi. Format dokumentasi kebidanan telah dirancang sesuai dengan jenis
pelayanan yang diberikan oleh bidan disemua tempat pelayana kebidanan baik
rumah sakit, puskesmas maupun bidan praktik swasta.

d. Pelaksanaan Etika dalam Pelayanan Kebidanan


Pelayanan kebidanan di suatu institusi memiliki norma dan budaya
yang unik. Setiap institusi pelayanan memiliki norma sendiri dalam
memberikan pelayanan yang terdiri dari beberapa praktisi atau profesi
kesehatan. Walaupun demikian subjek pelayanan hanya satu, yaitu manusia
dan individu. Sehingga setiap individu harus jelas batas wewenangnya. Area
kewenangan bidan tertuang dalam Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002

87
tentang registrasi dan praktik bidan. Mengenai kejelasan peran bidan diatur
dalam standar praktik kebidanan dan standar pelayanan kebidanan.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai
tempat, dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi
pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari
berbagai dimensi. Hal tersebut membutuhkan bidan yang mampu menyatu
dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam memberikan
pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi, skrening antenatal,
pelayanan intrapartum, bidanan intensif pada neonatal, dan pengakhiran
kehamilan. Mempersiapkan ibu untuk pilihannya meliputi persalinan dirumah,
kelahiran seksio sesaria dan sebagainya.
Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang
profesional dan akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan.
Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik
berdasarkan evidense based. Sehingga disini berbagai dimensi etik dan
bagaimana pendekatan tentang etika merupakan hal yang penting untuk digali
dan dipahami (Heni Puji,2008).

2. Teknik Komunikasi Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan


Komunikasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan
manusia dalam mempertahankan kehidupannya. Kehidupan manusia tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan komunikasi, karena manusia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain untuk mempertahankan hidupnya. Jalinan hubungan
antar manusia tercipta melalui komunikasi, baik itu komunikasi verbal yang
biasanya berhubungan dengan bahasa maupun nonverbal yang biasanya
berhubungan dengan simbol, gambar, atau media komunikasi lainnya. Selain
untuk mempertahankan hidupnya, komunikasi juga berperan penting dalam
memelihara hubungan dan memperoleh kebahagiaan hidup.
Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin
communicatio dan bersumber dari kata communi yang berarti sama. Sama di sini
adalah sama makna. Bila melihat seseorang yang terlibat dalam komunikasi, maka
akan ditemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang terjadi:
a. Penciptaan pesan atau lebih tepatnya penciptaan pertunjukan (display)
b. Penafsiran pesan atau penafsiran pertunjukan

88
Komunikasi yang disampaikan oleh seorang komunikator kepada komunikan
harus berjalan dengan efektif. Dengan demikian, maka diharapkan komunikasi
yang terjadi tersebut harus memiliki kesamaan makna antara keduanya sehingga
terjadi umpan balik (feedback). Di samping itu, media yang tepat juga sangat
mempengaruhi efektif atau tidaknya komunikasi yang terjadi. Tingkat
keberhasilan pencapaian tujuan komunikasi dapat dinilai dari sejauh mana saling
pengertian atau kesepakatan yang tercapai oleh pihak-pihak dalam melakukan
komunikasi. Keberhasilan komunikasi juga dapat dilihat dari baik tidaknya
hubungan di antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi.
Menurut Effendy, istilah teknik berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata
technikos yang berarti keterampilan atau kecakapan. Berdasarkan keterampilan
berkomunikasi yang dilakukan komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan
menjadi:
a. Komunikasi informatif (informative communication)
b. Komunikasi persuasif (persuasive communication)
c. Komunikasi pervasif (pervasive communication);
d. Komunikasi koersif (coersive communication);
e. Komunikasi instruktif (instructive communication);
f. Hubungan manusiawi (human relations)

Sebagian pakar komunikasi sebagaimana dijelaskan Andri Hasan membagi teknik


komunikasi kepada komunikasi informatif, komunikasi persuasif, komunikasi
instruktif dan hubungan manusiawi.17 Penjelasan masing-masing adalah sebagai
berikut:
a. Komunikasi informative
suatu pesan disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang sehingga
mereka dapat mengetahuinya. Teknik ini dapat berdampak kognitif karena
komunikan dapat mengetahui sesuatu sesuai dengan apa yang disampaikan.
Seperti halnya dalam penyampaian berita dalam media cetak maupun
elektronik, pada teknik informatif ini berlaku komunikasi satu arah, pesannya
bersifat umum, medianya menimbulkan keserempakan, serta komunikannya
heterogen. Namun demikian teknik informatif dapat berlaku pada seseorang,
seperti halnya kajian ilmu yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa.

89
b. Komunikasi persuasive
komunikasi yang bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
komunikan. Komunikasi persuasif lebih menekankan pada sisi psikologis
komunikan dengan cara yang halus, luwes, membujuk dan mengandung sifat-
sifat manusiawi sehingga mengakibatkan kesadaran dan kerelaan yang
disertai perasaan senang pada diri komunikan. Agar komunikasi persuasif
mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang
matang dengan menggunakan komponen-komponen ilmu komunikasi yaitu
komunikator, pesan, media, dan komunikan. Sehingga dapat terciptanya
fikiran, perasaan, dan hasil pengindraannya terorganisasi secara mantap dan
terpadu. Biasanya teknik ini tergetnya adalah afektif, artinya komunikan
bukan hanya sekedar tahu, tapi tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan
tertentu.

c. Komunikasi instruktif
disebut juga komunikasi koersif karena samasama dalam bentuk perintah,
ancaman, sanksi yang bersifat paksaan. Orang-orang yang terkena imbas
komunikasi instruktif akan melakukan sesuatu karena keadaan terpaksa.
Biasanya teknik komunikasi seperti ini bersifat fear arousing (menakutnakuti
atau menggambarkan resiko yang buruk). Serta tidak luput dari sifat
redherring, yaitu interes atau muatan kepentingan untuk meraih kemenangan
dalam suatu konflik, perdebatan dengan menepis argumentasi yang lemah
kemudian menjadikan untuk menyerang lawan.

d. Hubungan manusiawi atau yang sering diterjemahkan dengan human


relations, yaitu komunikasi yang dilakukan dengan mempertimbangkan nilai-
nilai kemanusiaan. Hubungan tersebut tidak hanya dalam berkomunikasi,
namun dalam pelaksanaannya juga terkandung nilai-nilai kemanusiaan serta
unsur-unsur kejiwaan yang amat mendalam. Seperti halnya mengubah sifat,
pendapat atau perilaku seseorang. Komunikasi ini termasuk juga ke dalam
komunikasi interpersonal, karena komunikasinya berlangsung antara dua
orang atau lebih dan bersifat dialogis. Untuk melakukan hubungan manusia

90
biasanya digunakan beberapa teknik pendekatan yaitu pendekatan emosional
(emotional approach) dan pendekatan sosial budaya (socio-cultural approach).
Teknik komunikasi diatas memilki beberapa tujuan atau fungsi sebagaimana
dijelaskan Effendy, yaitu untuk menginformasikan (to inform), mendidik (to
educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence)
Dari semua teknik komunikasi, maka teknik komunikasi yang dapat
memberikan pengaruh cukup kuat terhadap komunikan adalah teknik
komunikasi persuasif, yaitu suatu teknik yang dapat mempengaruhi manusia
dengan jalan memanfaatkan/menggunakan data atau fakta psikologis dan
sosiologis dari komunikan yang hendak dipengaruhi. Komunikasi persuasif
sangat ideal dilakukan untuk mempengaruhi dan merubah perilaku seseorang
tanpa menggunakan kekerasan atau paksaan (coersif). Dalam hal ini seorang
komunikator harus mempunyai keterampilan persuasif berupa kecerdasan
dalam memahami kondisi psikologis dan sosiologis dari komunikan.

3. Penggunaan media komunikasi dalam pemberian pelayanan kebidanan


Media komunikasi adalah semua sarana yang dipergunakan untuk
memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan atau menyebarkan dan
menyampaikan informasi. Media komunikasi sangat berperan dalam kehidupan
masyarakat. Proses pengiriman informasi di zaman modern ini sangat canggih.
Teknologi telekomunikasi paling dicari untuk menyampaikan atau mengirimkan
informasi ataupun berita karena teknologi telekomunikasi semakin berkembang,
semakin cepat, tepat, akurat, mudah, murah, efektif dan efisien. Berbagi informasi
antar Benua dan Negara di belahan dunia manapun semakin mudah.
Jenis-jenis media komunikasi dalam pemberian pelayanan kebidanan :
a. Berdasarkan Fungsinya
1) Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah media komunikasi yang berguna untuk
menghasilkan informasi contohnya: Komputer pengolah kata (Word
Processor)
2) Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi adalah media komunikasi yang kegunaaanya untuk
memproduksi ulang dan menggandakan informasi contohnya: Audio tapes
recorder dan Video tapes

91
3) Fungsi Penyampaian Informasi
Fungsi Penyampaian informasi adalah media komunikasi yang digunakan
untuk komunikasi yang dipergunakan untuk menyebarluaskan dan
menyampaikan pesan kepada komunikan yang menjadi sasaran contohnya:
Telepon, Faximile, dan lain-lain
b. Berdasarkan Bentuknya
1) Media Cetak
Media cetak adalah segala barang cetak yang dapat dipergunakan
sebagai sarana penyampaian pesan contohnya: surat kabar, brosur,
bulletin, dan lain-lain.
2) Media Visual atau media pandang
Media visual adalah penerimaan pesan yang tersampaikan
menggunakan indra penglihatan contohnya: televisi, foto, dan lain-lain
3) Media Audio
Media Audio adalah penerimaan pesan yang tersampaikan dengan
menggunakan indra pendengaran contohnya: radio, tape recorder, dan
lain-lain.
4) Media Audio Visual
Media audio visual adalah media komunikasi yang dapat dilihat
sekaligus didengar jadi untuk mengakses informasi yang disampaikan,
digunakan indra penglihatan dan pendengaran sekaligus contohnya :
televisi dan film.
c. Berdasarkan jangkauan penyebaran informasi
1) Media Komunikasi Eksternal
Ialah media komunikasi yang dipergunakan untuk menjalin hubungan
dan menyampaikan informasi dengan pihak-pihak luar. Media
komunikasi eksternal yang sering digunakan antara lain:
2) Media Komunikasi Internal
Media komunikasi internal adalah semua sarana penyampaian dan
penerimaan informasi dikalangan public internal dan biasanya bersifat
non komersial. Penerima maupun pengirim informasi adalah orang-
orang public internal. Media yang digunakan secara internal antara lain
seperti :
a) Telephone

92
b) Surat
c) Papan pengumuman
d) House jurnal (Majalah Bulanan)
e) Printed Material (Media komunikasi dan Publikasi berupa barang
cetakan)
f) Media Pertemuan dan pembicaraan

d. Fungsi Media Komunikasi


1) Efektifitas: media komunikasi sebagai sarana untuk mempermudah
dalam penyampaian informasi
2) Efesiensi: media komunikasi sebagai sarana untuk mempercepat dalam
penyampaian informasi
3) Konkrit: media komunikasi sebagai sarana untuk membantu
mempercepat isi pesan yang mempunyai sifat abstrak
4) Motivatif: media komunikasi sebagai sarana agar lebih semangat
melakukan komunikasi

C. Rangkuman Materi
Etika dalam sejarah Yunani adalah tentang apa yang sebenarnya baik/
dikehendaki oleh manusia dan apa yang buruk yang harus dihindari. Segala hal yang
secara sadar dipilih atau tidak dipilih untuk mencapai tujuan tersembunyi baik untuk
dirinya sendiri maupun orang lain (Aristotelian).Etika sebagai kajian tentang sesuatu
yang dapat dijadikan rujukan (reference) bagi seseorang atau sekelompok orang untuk
bertindak, serta dijadikan sebagai ukuran perilaku (performance index) dan sistem
kontrol (Martin, 1993).Etika membahas baik-buruk dan benar tidaknya tingkah laku
dan tindakan manusia, serta sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban manusia.
Pelayanan kebidanan di suatu institusi memiliki norma dan budaya yang unik.
Setiap institusi pelayanan memiliki norma sendiri dalam memberikan pelayanan yang
terdiri dari beberapa praktisi atau profesi kesehatan. Etika dalam pelayanan kebidanan
merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana sering terjadi karena kurang
pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan kebidanan
adalah proses dari berbagai dimensi. Hal tersebut membutuhkan bidan yang mampu
menyatu dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam memberikan
pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi, skrening antenatal, pelayanan

93
intrapartum, bidanan intensif pada neonatal, dan pengakhiran kehamilan.
Mempersiapkan ibu untuk pilihannya meliputi persalinan dirumah, kelahiran seksio
sesaria dan sebagainya.
Media komunikasi adalah semua sarana yang dipergunakan untuk
memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan atau menyebarkan dan menyampaikan
informasi. Media komunikasi sangat berperan dalam kehidupan masyarakat. Proses
pengiriman informasi di zaman modern ini sangat canggih. Teknologi telekomunikasi
paling dicari untuk menyampaikan atau mengirimkan informasi ataupun berita karena
teknologi telekomunikasi semakin berkembang, semakin cepat, tepat, akurat, mudah,
murah, efektif dan efisien

D. Evaluasi
1. Jelaskan dan analisis Etika dalam memberikan pelayanan kebidanan
2. Jelaskan dan analisis Teknik komunikasi dalam memberikan pelayanan kebidanan
3. Jelaskan dan analisis Penggunaan media komunikasi dalampemberian pelayanan
kebidanan

E. Daftar Pustaka
Arimbi, Diah, 2014, Etikolegal Kebidanan, Yogyakarta: Pustaka Rihama
Haryani, Reni, 2013, Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan, Jakarta: Trans Info
Media.
Marmi, 2014, Etika Profesi Bidan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Asrini, Kamaludin, R. & Ekowati, W. (2006). Gambaran praktik komunikasi
terapeutik dan komunikasi sosial bidan dalam pemberian pelayanan
kebidanan. Jurnal Kebidanan Soedirman. Vol. 1, No. 2, November 2006
Darmaiyanti, M. (2008). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Kebidanan. Bandung:
Refika Aditama.
DeVito, J.A. (2007) . The Interpersonal Communication Book.edisi 11. Pearson
Educations, Inc.

94
BAB X
TEKNOLOGI INFORMASI DAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB X ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
Teknik Informasi dan Sistem Informasi Kesehatan

2. Entry Behaviour
Menguasai konsep dan menganalisis Teknik Informasi dan Sistem Informasi
Kesehatan

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB X akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi
selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari isi BAB X


Mempelajari Teknik Informasi dan Sistem Informasi Kesehatan dapat
meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam menguasai Teknik Informasi dan
Sistem Informasi Kesehatan

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu diklarifikasikan
atau memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

95
B. Penyajian Materi
1. Teknologi Informasi
a. Pengertian Teknologi Informasi
Perkembangan peradaban manusia diiringi dengan perkembangan cara
penyampaian informasi yang selanjutnya dikenal dengan istilah (Teknologi
Informasi). Pada awalnya Teknologi Informasi dikembangkan manusia pada
masa pra sejarah dan berfungsi sebagai sistem untuk pengenalan bentuk-
bentuk yang mereka kenal, mereka menggambarkan informasi yang mereka
dapatkan pada dinding-dinding gua, tentang berburu dan binatang buruannya.
Sampai saat ini teknologi informasi terus terus berkembang tetapi
penyampaian dan bentuknya sudah lebih modern.
Menurut Bambang Warsita (2008:135) teknologi informasi adalah
sarana dan prasarana (hardware, software, useware) sistem dan metode untuk
memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan,
mengorganisasikan, dan menggunakan data secara bermakna. Hal yang sama
juga di ungkapkan oleh Lantip dan Rianto (2011:4) teknologi informasi
diartikan sebagai ilmu pengetahuan dalam bidang informasi yang berbasis
komputer dan perkembanganya sangat pesat. Hamzah B. Uno dan Nina
Lamatenggo (2011:57) juga mengemukakan teknologi informasi adalah suatu
teknologi yang digunakan untuk mengolah data. Pengolahan itu termasuk
memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam
berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi
yang relevan, akurat, dan tepat waktu.
Menurut McKeown dalam Suyanto (2005:10) teknologi informasi
merujuk pada seluruh bentuk teknologi yang digunakan untuk menciptakan,
menyimpan, mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala bentuknya.
Teori yang lain juga diungkapkan oleh Williams dalam Suyanto (2005:10)
teknologi informasi merupakan sebuah bentuk umum yang menggambarkan
setiap teknologi yang membantu menghasilkan, memanipulasi, menyimpan,
mengkomunikasikan, dan atau menyampaikan informasi. Teori pendukung
yang lain menurut Behan dan Holme dalam Munir (2009:31) teknologi
informasi dan komunikasi adalah segala sesuatu yang mendukung untuk me-
record, menyimpan, memproses, mendapat lagi, memancar/mengantarkan dan
menerima informasi

96
b. Manfaat Teknologi Informasi
Menurut Abdulhak (2005:413) terdapat klasifikasi pemanfaatan ICT ke dalam
tiga jenis, yaitu : pertama, ICT sebagai media (alat bantu) pendidikan yaitu
hanya sebagai pelengkap untuk memperjelas uraianuraian yang disampaikan.
Kedua, ICT sebagai sumber yakni sebagai sumber informasi dan mencari
informasi. Ketiga, ICT sebagai sistem pembelajaran.
Menurut Bambang Warsita (2008:150-151), secara umum ada tiga
pemanfaatan teknologi informasi atau instruksional komputer dan internet
untuk pendidikan dan pembelajaran, adalah : Pertama, Learning about
computers and the internet, yaitu Komputer dapat dijadikan sebagai objek
pembelajaran, misalnya ilmu computer (computer science). Kedua, Learning
with computers and the internet, yaitu teknologi informasi memfasilitasi
pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah. Misalnya
Pustekkom, Depdiknas mengembangkan progam CD multimedia interaktif
untuk mata pelajaran.
Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Heinich dalam Bambang Warsita
(2008:137-144), TI merupakan segala bentuk penggunaan atau pemanfaatan
komputer dan internet untuk pembelajaran. Bentuk penggunaan/pemanfaatan
teknologi informasi yakni :1) Tutorial, merupakan progam yang dalam
penyampaian materinya dilakukan secara tutorial, yakni suatu konsep yang
disajikan dengan teks, gambar baik diam atau bergerak, dan grafik; 2) Praktik
dan dan latihan (drill and practice), yaitu untuk melatih peserta didik sehingga
memiliki kemahiran dalam suatu keterampilan atau memperkuat penguasaa
suatu konsep. Progam ini biasanya menyediakan serangkaian soal atau
pertanyaan; 3) Simulasi (simulation), yaitu format ini bertujuan untuk
mensimulasikan tentang suatu kejadian yang sudah terjadi maupun yang
belum dan biasanya berhubungan dengan suatu resiko, seperti pesawat akan
jatuh atau menabrak, terjadinya malapetaka dan sebagainya; 4) Percobaan atau
eksperimen, format ini mirip dengan format stimulasi, namun lebih ditujukan
pada kegiatan-kegiatan eksperimen, seperti kegiatan praktikum. Dari berbagai
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat TI adalah sebagai berikut :
1) TI sebagai sumber yakni TI dapat dimanfaatkan untuk sumber informasi
dan untuk mencari informasi yang akan dibutuhkan

97
2) TI sebagai media, sebagai alat bantu yang memfasilitasi penyampaian
suatu informasi agar dapat diterima dan dimengerti dengan mudah
3) TI sebagai pengembang keterampilan pembelajaran, pengembangan
keterampilan-keterampilan berbasis teknologi informasi dengan aplikasi-
aplikasi dalam kurikulum

c. Dampak Positif dan Negatif Teknologi Informasi


1) Dampak Positif:
a) Internet sebagai media komunikasi, merupakan fungsi internet yang
paling banyak digunakan dimana setiap pengguna internet dapat
berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia.
b) Media pertukaran data, dengan menggunakan email, newsgroup, ftp
dan www (world wide web / jaringan situs-situs web) para pengguna
internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat
dan murah.
c) Media untuk mencari informasi atau data, perkembangan internet yang
pesat, menjadikan www sebagai salah satu sumber informasi yang
penting dan akurat.
d) Kemudahan memperoleh informasi yang ada di internet sehingga
manusia tahu apa saja yang terjadi.
e) Bisa digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan,
kebudayaan, dan lain-lain
f) Kemudahan bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan
sehingga tidak perlu pergi menuju ke tempat penawaran/penjualan.
2) Dampak Negatif: Dampak Negatif:
a) Pornografi
b) Violence and Gore
c) Penipuan Penipuan
d) Carding
e) Perjudian Perjudian

98
2. Sistem Informasi Kesehatan
a. Pengertian Sistem Informasi Kesehatan
Sistem merupakan Kumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi
secara bersama-sama (terintegrasi) mencapai tujuan tertentu. Informasi
merupakan Data yang telah ditransformasi sehingga mempunyai makna yang
relevan dan bermanfaat bagi penerimanya.
Sistem Informasi merupakan Interaksi elemen-elemen yang saling
terintegrasi untuk menghasilkan informasi yang dapat membantu penggunanya
dalam aktifitas pengmbilan keputusan. Sistem informasi kesehatan mampu
mendukung terciptanya kondisi sehat bagi setiap orang sehingga dapat hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.
sistem informasi kesehatan yang terintegrasi sangat diperlukan baik di
dalam sektor kesehatan (antar program dan antar jenjang), dan di luar sektor
kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan
jaringan informasi di pusat. Sistem informasi yang ada saat ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
1) Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum
terintegrasi. Sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh
diperlukan waktu yang cukup lama
2) Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di
berbagai jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa memadai.
3) Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk
mengelola dan mengembangkan sistem informasi
4) Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan
data/informasi.
5) Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem informasi,
sehingga seringkali timbul keengganan bagi petugas untuk memasuki atau
dipromosikan menjadi pengelola sistem informasi.

b. Konsep-konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan


Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan
maupun ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan
pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar

99
yang harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun
sistem informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain:
1) Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan
teknologi komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi
komputer dalam implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi
Berbasis Komputer (Computer Based Information System). Pada
pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem informasi
adalah sistem informasi yang berbasis computer.
2) Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh
dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari
bahwa pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.
3) Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup system
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah
menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki
umur layak guna

c. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas


sistem informasi itu sendiri
Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang tinggi,
jika dibandingkan dengan sistem informasi yang terfragmentasi. Usaha untuk
melakukan integrasi sistem yang ada didalam suatu organisasi menjadi satu
sistem yang utuh merupakan usaha yang berat dengan biaya yang cukup besar
dan harus dilakukan secara berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang
ada dalam sistem informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat
mendapatkan sistem informasi yang terpadu.
Sistem informasi, pada dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus
berjalan secara selaras, yaitu aspek manual dan aspek yang terotomatisasi
(aspek komputer). Pengembangan sistem informasi yang berhasil apabila
dilakukan dengan mengembangkan kedua aspek tersebut. Sering kali
pengembang sistem informasi hanya memfokuskan diri pada pengembangan
aspek komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya. Hal ini di
akibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari pada

100
aspek komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan
pengembangan sistem informasi adalah dukungan perilaku dari para pengguna
sistem informasi tersebut, dimana para pengguna sangat terkait dengan sistem
dan prosedur dari sistem informasi pada aspek manualnya.

d. Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan pada Sistem Informasi Rumah


Sakit
Sistem informasi rumah sakit tidak dapat lepas kaitannya dengan sistem
informasi kesehatan karena sistem ini merupakan aplikasi dari sistem
informasi kesehatan itu sendiri. Untuk itu, perlu kita mengetahui sedikit
tentang sistem informasi rumah sakit yang ada di Indonesia, mulai dari
rancang bangun (desain) sistem informasi rumah sakit hingga
pengembangannya.
1) Rancang Bangun (desain) Sistem Informasi Rumah Sakit
Rancang Bangun Rumah Sakit (SIRS), sangat bergantung kepada jenis
dari rumah sakit tersebut. Rumah sakit di Indonesia, berdasarkan
kepemilikannya dibagi menjadi 2, sebagai berikut:
a) Rumah Sakit Pemerintah, yang dikelola oleh:
(1) Departemen Kesehatan
(2) Departemen Dalam Negeri
(3) TNI
(4) BUMN
Sifat rumah sakit ini adalah tidak mencari keuntungan (non profit)
Rumah Sakit Swasta, yang dimiliki dan dikelola oleh sebuah yayasan, baik
yang sifatnya tidak mencari keuntungan (non profit) maupun yang memang
mencari keuntungan (profit)

e. Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit


Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah bertumpu
dalam 2 hal penting yaitu “kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS” dan
“sasaran pengembangan SIRS” tersebut. Adapun kriteria dan kebijakan yang
umumnya dipergunakan dalam penyusunan spesifikasi SIRS adalah sebagai
berikut:

101
1) SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan
Nasional dalam memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat
waktu.
2) SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus
informasi dalam jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu
3) SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses
perencanaan maupun pengambilan keputusan operasional pada berbagai
tingkatan.
4) SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna dan hasil-
guna terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit
yang telah ada maupun yang sedang dikembangkan.
5) SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptasi
terhadap perubahan dan perkembangan dimasa datang.
6) Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu
dengan biaya investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan
hasil dan manfaat yang berarti (rate of return) dalam waktu yang relatif
singkat.
7) SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini
mungkin
8) Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan
masing-masing subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.
9) SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas,
bahkan bagi petugas yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer
(user friendly).
10) SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin
perubahan, karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia,
untuk melakukan adaptasi dengan sistem yang baru.
11) Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang
kuat terhadap pengembangan SIRS.

102
f. Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Melalui hasil pengembangan sistem informasi diatas, maka diharapkan dapat
menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1) Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan
standar yang ditentukan oleh pemerintah daerah.
2) Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan
bersifat interoperable dengan jaringan lain.
3) Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan
mendorong pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam
kluster unit pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai
komponen sistem di masa depan.
4) Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan
kemampuan dalam teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel
universal di dalam Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien
sebagai bagian dari jaringan sistem informasi pemerintah daerah
5) Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan,
mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi
yang menyimpan direktori materi teknologi informasi yang komprehensif.
6) Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari,
menanalisis, memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara
elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders
7) Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website
dan access point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat
dimanfaatkan secara luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka
memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat
dicapai sebaik-baiknya
8) Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan
pengembangan manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen,
penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian
dan pengembangan karir.
9) Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit
organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang
berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan
dan kedokteran.

103
10) Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan
organisasi, untuk mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan
kompetitif.
11) Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.

g. Ruang Lingkup Sistem Informasi Kesehatan


Ruang lingkup Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan, mencakup pengelolaan
informasi dalam lingkup manajemen pasien (front office management).
Lingkup ini antara lain sebagai berikut:
1) Registrasi Pasien, yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan
pengidentifikasian maupun pembuatan statistik dari pasien masuk sampai
keluar. Modul ini meliputi pendaftaran pasien baru/lama, pendaftaran
rawat inap/jalan, dan info kamar rawat inap.
2) Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit
dalam, bedah, anak, obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata,
gigi dan mulut, kardiologi, radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum,
UGD, dan lain-lain sesuai kebutuhan. Modul ini juga mencatat diagnosa
dan tindakan terhadap pasien agar tersimpan di dalam laporan rekam
medis pasien
3) Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien,
konsultasi dokter, hubungan dengan poliklinik/penunjang medis.
4) Penunjang Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan
seperti: ECG, EEG, USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy, dan
lain-lain.
5) Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk
rawat jalan, rawat inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi,
rehab medik), baik secara langsung maupun melalui jaminan dari pihak
ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga mencatat transaksi harian pasien
(laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang, manajemen deposit dan
lain-lain.
6) Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan
transaksi obat-obatan.

104
C. Rangkuman Materi
Teknologi informasi adalah sarana dan prasarana (hardware, software,
useware) sistem dan metode untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah,
menafsirkan, menyimpan, mengorganisasikan, dan menggunakan data secara
bermakna. Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Lantip dan Rianto (2011:4)
teknologi informasi diartikan sebagai ilmu pengetahuan dalam bidang informasi yang
berbasis komputer dan perkembanganya sangat pesaT.
sistem informasi kesehatan yang terintegrasi sangat diperlukan baik di dalam
sektor kesehatan (antar program dan antar jenjang), dan di luar sektor kesehatan, yaitu
dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan jaringan informasi di pusaT.
Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun
ketidakkompakan antar badan kesehatan.
Sistem informasi rumah sakit tidak dapat lepas kaitannya dengan sistem
informasi kesehatan karena sistem ini merupakan aplikasi dari sistem informasi
kesehatan itu sendiri. Untuk itu, perlu kita mengetahui sedikit tentang sistem
informasi rumah sakit yang ada di Indonesia, mulai dari rancang bangun (desain)
sistem informasi rumah sakit hingga pengembangannya.

D. Evaluasi
1. Jelaskan dan analisis teknologi informasi dalam pelayanan kebidanan
2. Jelaskan dan analisis Sistem informasi kesehatan

E. Daftar Pustaka
Bahan kuliah Kapita Selekta (2006) D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Browsing Internet menggunakan situs www.google.com dengan kata kunci “sistem
informasi kesehatan”, “menejemen informasi kesehatan”, “sistem informasi”,
“sistem informasi rumah sakit”, “menejemen informasi”, “data dan informasi
kesehatan”, dll
Al Fatta H. 2007. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi
Offset.
Hatta GR.2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan.
Jakarta: Universitas Indonesia.

105
BAB XI
KOMUNIKASI PERSUASIVE (TERMASUK ARGUMENTASI) DAN
KOMUNIKASI INTERPROFESSIONALISME

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB XI ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
Komunikasi persuasif dan komunikasi interprofesionalisme

2. Entry Behaviour
Menguasai konsep dan menganalisis Komunikasi persuasif dan komunikasi
interprofesionalisme

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB XI akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi
selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari isi BAB XI


Mempelajari Komunikasi persuasif dan komunikasi interprofesionalisme dapat
meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam menguasai Komunikasi persuasif
dan komunikasi interprofesionalisme

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu diklarifikasikan
atau memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

106
B. Penyajian Materi
1. Komunikasi Persuasif
a. Pengertian
Komunikasi persuasif adalah pertama Proses komunikasi yang
bertujuan mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang lain agar
menyesuaikan pendapat dan keinginan komunikator. Kedua, Proses
Komunikasi yang mengajak dan membujuk orang lain dengan tujuan
mengubah sikap,keyakinan dan pendapat sesuai keinginan komunikator tanpa
adanya unsur paksaan.
Menurut olson dan Zanna Persuasi di definisikan sebagai perubahan
sikap akibat paparan informasi dari orang lain.Persuasi adalah kegiatan
psikologis dalam usaha mempengaruhi sikap,sifat,pendapat dan perilaku
seseorang atau orang banyak, mempengaruhi sikap,sifat, pendapat dan
perilaku dapat di lakukan dengan beberapa cara mulai
terror,boikot,pemerasan,penyuapan dan sebagainya dapat juga memaksa orang
lain bersikap atau berprilaku seperti yang di harapkan. Namun persuasi tidak
melakukan cara demikian untuk mencapai tujuan yang di harapkannya,
melainkan menggunakan cara komunikasi (pernyataan antar manusia) yang
berdasar pada argumentasi dan alasan-alasan Psikologis.

b. Tujuan Komunikasi Persuasif


Tujuan komunikasi pesuasif adalah perubahan sikap. Sikap pada dasarnya
adalah tendensi kita terhadap sesuatu. Sikap adalah rasa suka atau tidak suka
kita atas sesuatu. Menurut Murphy dan newcomb sikap pada dasarnya adalah
suatu cara pandang terhadap sesuatu. Sedangkan menurut Allport sikap adalah
kesiapan mental dan system saraf yang di organisasikan melalui pengalaman,
menimbulkan pengaruh langsung atau dinamis pada respon-respon seseorang
terhadap semua objek dan situasi terkait. Sedangkan menurut
kresch,Crutchfield dan ballachey sikap adalah sebuah system evaluasi positif
atau negative yang awet, perasaan-perasaan emosional dan tendensi tindakan
pro atau kontra terhadap sebuah objek social.

107
c. Unsur-Unsur Komunikasi persuasive
Ada 6 unsur-unsur komunikasi persuasif yang harus dipahami dan berkaitan
dengan yang lainnya.
1) Pengirim pesan atau Persuader
Sumber atau persuader adalah orang dari suatu sekelompok orang yang
menyampaikan pesan dengan tujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat
dan perilaku orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Dalam
komunikais persuasive eksistensi persuader benar-benar di pertaruhkan.
Oleh karena itu ia harus memiliki etos yang tinggi. Etos adalah nilai diri
seseorang yang merupakan paduan dan aspek kognisi, efeksi dan konasi.

2) Penerima pesan atau Persuadee


Persuadee adalah orang yang menjadi tujuan pesan itu tersampaikan di
saluran oleh persuader baik secara verbal maupun nonverbal. Persuadee
sebelum melakukan perubahan dirinya, sebenarnya melakukan suatu
aktivitas yang fundamental, aktivitas yang sifatnya intern, di dalam diri
yakni belajar. Belajar biasanya tidak hanya merupakan suatu proses sesaat.
Setiap persuadee menerima stimulus, menafsirkan, memberikan respons,
mengamati akibat respons,menafsirkan kembali, memberikan respons
baru, menafsirkan seterusnya. Hal ini di lakukan terus menerus sehingga
persuade mendapat kebiasaan memberikan respon dalam suatu cara
tertentu terhadap suatu stimulus tertentu terhadap suatu stimulus tertentu.
Ada lima factor yang mempengaruhi perkembangan kekuatan
kebiasaan yakni Pertama, sering terjadi pengulangan respons yang
mendapatkan ganjaran. Kedua, isolasi hubungan stimulus-respons. Ketiga,
jumlah ganjaran. Ke empat, waktu antara respons dan ganjaran. Kelima,
usaha yang di kehendaki untuk melakukan respons. Persuadee tidak akan
memberikan respons kecuali jika ia mengaharap bahwa responsnya akan
menguntungkan

3) Pesan
Isi pesan persuasif juga perlu di perhatikan karena isi pesan persuasif harus
berusaha untuk mengkondisikan, menguatkan, atau membuat pengubahan
tanggapan sasaran. Wilbur Schramm menampilkan apa yang di sebut ‘’the

108
condition of success in communication, yakni kondisi yang harus di
penuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan
yang kita khendaki. Kondisi tersebut dapat di rumuskan sebagai berikut
yang Pertama, Pesan harus di rancang dan di sampaikan sedemikian rupa
sehingga dapat menarik perhatian komunikan. Kedua, pesan harus
menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama
antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
Ketiga, Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunkan dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Ke
empat, Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan
tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunkan berada pada saat
ia di gerakkan untuk memberikan tanggapan yang di khendak.

4) Saluran
Saluran merupakan perantara di antara orang-orang yang berkomunikasi,
bentuk saluran tergantung dengan jenis komunikasi yang di lakukan.
Saluran komunikasi adalah media yang di gunakan untuk membawa pesan.
Hal ini berarti bahwa saluran merupakan jalan atau alat untuk perjalanan
pesan antara komunikator (sumber atau pengirim) dengan komunikan
(penerima). Saluran memiliki tujuh dimensi yang memungkinkan untuk
mengevaluasi efektifitas saluran yang berbeda. Dimensi-dimensi tersebut
adalah kredibilitas saluran, umpan balik saluran, keterlibatan saluran,
tersedianya saluran, daya tahan salurannya, kekuatan multiguna, dan
komplementer saluran. Komunikasi tatap muka berlangsung manakala
persuader dan persuade saling berhadapan muka, dan di antara mereka
dapat saling melihat. Komunikasi tatap muka di sebut pula komunikasi
langsung (direct communication).
Saluran atau media ialah atau sarana yang digunakan oleh para
komunikator dalam menyampaikan pesan-pesannya. Misalnya media cetak
yaitu surat kabar, tabloid, majalah,buku. Media eletronika misalnay film,
radio, televise, video, computer, internet. Media format kecil, misalnya
leaflet,brosur, selebaran,stiker, buletin. Media luar ruang misalnya out
door media, misalnya baliho, spanduk, reklame, electronic board, bendera,
jumbai, pin, logo,topi, rompi, kaos oblong. Saluran komunikasi kelompok

109
misalnya organisasi profesi, ikatan alumni organisasi social keagamaan,
karang taruna, kelompok pengajian. Saluran Komunikasi public misalnya
pameran, balai desa, aula, alun-alun, pasar, swalayan. Saluran komunikasi
social misalnya pesta perkawinan, acara sunatan, arisan, pertunjukan
wayang, pesta perkawinan

5) Umpan balik
Umpan balik Balasan dari prilaku yang di perbuat, umpan balik bisa dalam
bentuk eksternal dan internal. Umpan balik internal adalah reaksi
persuader atas pesan yang di sampaikan sedangkan umpan balik eksternal
adalah reaksi penerima atas pesan yang di sampaikan

6) Efek Komunikasi Persuasif


Efek komunikasi persuasif adalah perubahan yang terjadi pada diri
persuade sebagai akibat dan diterimanya pesan melalui proses komunikasi,
efek yang terjadi dapat berbentuk perubahan sikap, pendapat dan tingkah
laku.

d. Prinsip-prinsip komunikasi Persuasif


Menurut Littlejohn dan Jabusch mengungkapkan bahwa keberhasilan
komunikator dalammmengukuhkan atau mengubah sikap atau kepercayaan
dan dalam mengajak pendengar untuk berbuat sesuatu akan bergantung pada
pemanfaatan prinsip-prinsip persuasive. Empat prinsip utama terdiri dari ;
1) Prinsip Pemaparan Selektif (Selective Exposure Principle)
Prinsip ini menerangkan bahwa hukum pemaparan selektif. Hukum ini
setidaknya memiliki dua bagian. Pertama, pendengar akan secara aktif
mencari informasi yang mendukung opini, kepercayaan, nilai, keputusan
dan perilaku mereka. Kedua, pendengar akan secara aktif menghindari
informasi yang bertentangan dengan opini, kepercayaan, sikap, nilai dan
perilaku mereka yang sekarang.
Prinsip pemaparan selektif ini mempunyai implikasi penting terhadap
pembicaraan persuasif komunikator. jika Komunikator ingin menyakinkan
khalayak yang menganut sikap yang berbeda dengan sikap anda sendiri.
Sadarilah bahwa pemaparan selektif akan terjadi dan berlangsung secara

110
induktif. Misalnya katakanlah komunikator sedang membicarakan
perlunya mengurangi pembiayaan untuk program atletik universitas, Jika
komunikan sependapat dengan komunikator dan juga ingin mengurangi
pembiayaan untuk program itu, Komunikator dapat mulai dengan tesisnya.
Jika komunikan sangat mendukung program yang ada sekarang,maka
komunikator dapat mulai dengan menunjukkan buktibukti pendukung dan
tidak mengemukakan tesis komunikator sampai akhir pembicaraan.
2) Prinsip Partisipasi Khalayak
Persuasi akan paling berhasil bila komunikan berpartisipasi aktif dalam
presentasi Komunikator, misalnya dalam mengulang atau mengikhtisarkan
apa yang di sampaikan. Agitator yang berhasil mengumpulkan massa
sering kali mengajak massanya menyanyikan slogan-slogan, mengulangi
semobyan dan sebagainya. Implikasinya sederhana, persuasi adalah proses
transaksional, proses ini melibatkan baik pembicara maupun pendengar.
Komunikator akan lebih berhasil jika komunikator dapat mengajak
komunikan berpartisipasi aktif dalam proses komunikasi.
3) Prinsip Inokulasi
Prinsip ini menjelaskan tentang menghadapi sasaran persuasi yang
terinokulasi, atau sasaran yang telah mengetahui posisi persuader dan telah
menyiapkan berupa argument untuk menentangnya. Sehingga pada posisi
ini, seorang persuader perlu melakukan persiapan seperti mempersiapkan
argument dan lain-lain dalam proses komunikasi yang akan di lakukan.
Persis seperti menyuntikkan sejumlah kecil kuman ke dalam tubuh yang
akan membuat tubuh mampu membangun sistem kekebalan, menyajikan
kontra-argumen dan kemudian menjelaskan kelemahannya akan
memungkinkan khalayak mengebalkan diri mereka sendiri terhadap
kemungkinan serangan atas nilai dan kepercayaan mereka. misalnya
adalah komunikator sedang menyakinkan sekelompok remaja untuk tidak
mulai merokok, komunikator tahu bahwa mereka akan menghadapi rekan-
rekan atau iklan yang mengajak mereka untuk mulai merokok.
Komunikator dapat membuka kontra argument seperti ini ‘’tentu saja ,
iklan-iklan akan mengatakan bahwa merokok itu hebat dan modern. Dalam
semua iklan rokok, tokoh-tokohnya selalu berpakaian bagus dan sedang
menghadiri pesta yang menyenangkan. Tetapi cobala amatilah lebih dekat,

111
cobalah cium bau pakaian dan napas mereka, cobalah lihat paru mereka,
cobalah lihat tingkat harapan hidup mereka
4) Prinsip Besaran Perubahan
Prinisp ini mengatakan bahwa semakin besar dan semakin penting
perubahan yang di inginkan oleh persuader, maka semakin besar
tantangan dan tugas untuk mencapai tujuan persuasi. karena Makin besar
dan makin penting perubahan yang ingin dihasilkan atas diri khalayak,
makin sukar tugasnya. Manusia berubah secara berangsur. Persuasi,
karenanya, paling efektif bila diarahkan untuk melakukan perubahan kecil
dan dilakukan untuk periode waktu yang cukup lama

e. Proses Komunikasi Persuasif


Persuasi adalah bentuk penanaman pengaruh yang bisa berwujud apa
pun,mulai dari keyakinan,sikap,maksud, dan motivasi. Persuasi adalah bagian
tidak terpisahkan dari proses komunikasi individu, seorang pengirim pesan
(sender) berusaha untuk memberikan dan memperbesar pengaruh pesan yang
di sampaikan kepada penerima pesan (receiver). Persuasi adalah sebuah proses
yang bertujuan untuk mengubah sikap atau perilaku individu baik secara
personal maupun kelompok terhadap satu buah isu,tema, peristiwa atau objek
yang lainnya baik bersifat abstrak seperti ide atau sesuatu yang actual seperti
produk yang di gunakan. Usaha ini di lakukan baik dengan melalui jalur
verbal atau nonverbal dengan cara mengonversi informasi,perasaan,atau
alasan atau kombinasi semuanya ke dalam bentuk lain yang dapat di terima
oleh si penerima pesan.

f. Hambatan Komunikasi Persuasif


Ada tiga faktor yang dapat menghambat berjalannya komunikasi persuasif
diantaranya adalah Pertama, Faktor Motivasi, sudah dikemukakan bagaimana
motivasi seseorang atau sesuatu kelomopok dapat mempengaruhi opini.
Kepentingan seseorang akan mendorong orang itu untuk berbuat dan bersikap
sesuai dengan kebutuhannya. Kedua, Faktor Prejudice atau Prasangka. Bila
seseorang sudah dihinggapi dan perasaan Prejudice terhadap sesuatu,
misalnya golongan, suku, ras, dan sebagaiannya orang itu dalam penilaiannya
terhadap hal tersebut tidak akan objektif lagi. Ketiga, Faktor Semantic adalah
112
kata-kata yang mempunyai arti tidak sama dengan komunikator dan
komunikan atau ejean yang berbeda, tapi bunyinya hampir sema, dapat
menimbulkan salah pengertian dan sangat mengganggu. Ke empat, Noise
Factor yaitu gangguan yang disebabkan oleh suara. Ini dapat terjadi dengan
disengaja dan tidak disengaja.

2. Komunikasi Interprofessionalisme
Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan informasi antar
individu yang dapat didefinisikan dalam berbagai cara, tergantung pada apa
konteks itu sedang diterapkan. Komunikasi adalah dasar untuk berbagi
pengetahuan dan pengalaman dalam berperilaku sosial. Bahasa adalah bentuk
komunikasi khusus untuk manusia. Bentuk komunikasi manusia yang umum
adalah bahasa isyarat, perkataan, tulisan, gerakan, dan siaran. Komunikasi bisa
bersifat interaktif, transaktif, verbal, atau nonverbal dan bervariasi dalam berbagai
bentuk dan gaya. Komunikasi internal dalam diri sendiri bersifat intrapersonal,
sedangkan komunikasi antara 2 individu bersifat interpersonal (Gilbert, Yan, &
Hoffman, 2010).
Komunikasi interpersonal terdiri dari 3 faktor utama yaitu pemberi pesan,
penerima pesan, dan pesan itu sendiri. Meskipun terlihat sederhana, komunikasi
interpersonal bergantung dari bagaimana penyampaian pesan dan bagaimana
pesan itu ditangkap berdampak pada komunikasi kedua pihak. Komunikasi
norverbal seperti gestur badan, ekspresi muka, penampilan, dan warna suara juga
sangat berpengaruh pada komunikasi interpersonal (Knapp & Daly, 2002)
Komunikasi interpersonal yang melibatkan banyak profesi dan disiplin ilmu
yang berbeda disebut komunikasi interprofesional. Komunikasi interprofesional di
dunia kesehatan salah satunya terjadi antara dokter dan bidan (Haddad, 1991;
Warelow, 1996). Komunikasi interprofesional yang baik akan meningkatkan
kualitas pelayanan, mengurangi terjadinya medical errors, dan dapat menciptakan
kolaborasi interprofesional (Alvarez & Coiera, 2006; Griffie, Nelson-Marten, &
Muchka, 2004).
Komunikasi interprofesional yang efektif terdiri dari: Kejelasan dan ketepatan
pesan yang dapat diverifikasi, kolaborasi dalam memecahkan masalah, Sikap
tenang dan mendukung dibawah tekanan, memelihara rasa saling menghormati,
dan memahami tentang peran unik masing-masing. Sedangkan komunikasi tidak

113
efektif jika sesama tenaga kesehatan saling merendahkan, bergantung pada sistem
elektronik, dan hambatan budaya dan linguistik (bahasa) (Robinson, Gorman,
Slimmer, & Yudkowsky, 2010; Sheehan, Robertson, & Ormond, 2007).
Kolaborasi interprofessional / Interprofessional Collaboration (IPC) dalam
kedokteran adalah sebuah proses di mana kelompok profesional yang berbeda
berkolaborasi dalam merawat pasien. World Health Organization (WHO)
Framework for Action on Interprofessional Education and Collaborative Practice
menyebutkan manfaat penerapan program ini, diantaranya peningkatan
penggunaan sumber daya spesialis, bidanan pasien yang lebih baik dan keamanan,
dan outcome yang lebih baik untuk pasien dengan penyakit kronis. Selain itu IPE
juga dapat mengurangi komplikasi, lama rawat di rumah sakit, dan mengurangi
tingkat kesalahan klinis dan tingkat kematian (Gilbert et al., 2010; Minamizono et
al., 2013).
Interprofessional Collaboration adalah proses interpersonal yang kompleks
antar dokter-bidan. Pada beberapa literatur tentang sikap dokter dan bidan
terhadap kolaborasi, didapatkan bahwa studi banyak dilakukan di Negara barat
terutama daerah Amerika. Tetapi karena perbedaan kultur dan pandangan sosial,
hasil penelitian yang diperoleh dari sebuah daerah belum tentu dapat
diimplementasikan sepenuhnya pada daerah/negara yang lain. Pandangan yang
sama dalam menyikapi kolaborasi ini dapat menjadi dasar agar dokter dan bidan
mengerti apa saja tantangan yang dihadapi dalam bekerja bersama dan mencari
solusi untuk meningkatkan hubungan kerja (Tang et al., 2013).

C. Rangkuman Materi
Komunikasi persuasif adalah pertama Proses komunikasi yang bertujuan
mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang lain agar menyesuaikan pendapat dan
keinginan komunikator. Kedua, Proses Komunikasi yang mengajak dan membujuk
orang lain dengan tujuan mengubah sikap,keyakinan dan pendapat sesuai keinginan
komunikator tanpa adanya unsur paksaan.
Tujuan komunikasi pesuasif adalah perubahan sikap. Sikap pada dasarnya
adalah tendensi kita terhadap sesuatu. Sikap adalah rasa suka atau tidak suka kita atas
sesuatu. Menurut Murphy dan newcomb sikap pada dasarnya adalah suatu cara
pandang terhadap sesuatu. Sedangkan menurut Allport sikap adalah kesiapan mental
dan system saraf yang di organisasikan melalui pengalaman, menimbulkan pengaruh

114
langsung atau dinamis pada respon-respon seseorang terhadap semua objek dan
situasi terkait. Sedangkan menurut kresch,Crutchfield dan ballachey sikap adalah
sebuah system evaluasi positif atau negative yang awet, perasaan-perasaan emosional
dan tendensi tindakan pro atau kontra terhadap sebuah objek social.
Komunikasi interpersonal terdiri dari 3 faktor utama yaitu pemberi pesan,
penerima pesan, dan pesan itu sendiri. Meskipun terlihat sederhana, komunikasi
interpersonal bergantung dari bagaimana penyampaian pesan dan bagaimana pesan itu
ditangkap berdampak pada komunikasi kedua pihak. Komunikasi norverbal seperti
gestur badan, ekspresi muka, penampilan, dan warna suara juga sangat berpengaruh
pada komunikasi interpersonal (Knapp & Daly, 2002)

D. Evaluasi
1. Jelaskan dan analisis Komunikasi persuasive (termasuk argumentasi)
2. Jelaskan dan analisis komunikasi interprofessionalisme

E. Daftar Pustaka
Efendi, Muhammad. 2013. Komunikasi Persuasif Satuan Polisi Pamong Praja Dalam
Penerbitan Pedangang Kaki Lima Di Kota Pekanbaru. Skripsi: univarsitas
Riau
Fitria, Gina. 2012. Strategi Komunikasi Persuasif Dalam Mengimbangi Jaringan
Usaha Pada PT. Melia Nature Indonesia Di Supexteam Pekanbaru. Skripsi
Universitas Riau.
Forsyth, Patrick. 1998. Komunikasi Persuasif Yang Berhasil. Jakarta: Area
Jones, S., Kovac, R, & Groom F . M. (2009), Introduction to Comunication
Technologies : A Guide for Non Engineers Bocaraton, FL:CRC Press.

115
BAB XII
TANTANGAN KOMUNIKASI DALAM PEMECAHAN
ISU DAN BERITA

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB XII ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
Tantangan komunikasi dalam pemecahan isu dan berita

2. Entry Behaviour
Menguasai konsep dan menganalisis tantangan komunikasi dalam pemecahan isu
dan berita

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB XII akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi
selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari isi BAB XII


Mempelajari tantangan komunikasi dalam pemecahan isu dan berita dapat
meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam menguasai tantangan komunikasi
dalam pemecahan isu dan berita

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu diklarifikasikan
atau memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

116
B. Penyajian Materi
Tantangan Komunikasi di Tengah Keragaman Budaya Dunia
Etnosentrisme
Dalam berkomunikasi, kita cenderung untuk menghakimi nilai, adat istiadat atau
aspek-aspek budaya lain menggunakan kelompok kita sendiri dan adat istiadat kita
sendiri sebagai standar bagi semua penilaian. Disadari atau tidak, kita sering
mengganggap kelompok kita sendiri, negeri kita sendiri, budaya kita sendiri,
sebagai yang terbaik, yang paling bermoral, dsb. Etnosentrisme sulit dihilangkan,
karena ia bersumber pada psikologi manusia [memperoleh dan memelihara
penghargaan diri]. Dan ini merupakan keinginan yang sangat manusiawi dari tiap
orang yang berlatar budaya yang berbeda. Adanya perbedaan budaya dimasing-
masing kelompok, masyarakat dan negara, juga turut mempengaruhi efektifitas
komunikasi antarbudaya. Adapun kunci keberhasilan dalam hubungan komunikasi
bisnis juga dapat dipengaruhi oleh hal-hal seperti :
1. Social values
contohnya orang Amerika dikenal dengan etos kerja keras, sukses dapat
diukur dari sisi materi, berorientasi pada tujuan dan efesiensi. Sementara untuk
Indonesia dengan tingkat pengangguran usia kerja yang tinggi, menciptakan
lapangan pekerjaan jauh lebih penting daripada bekerja secara efisien
2. Roles and Status
contohnya, dibanyak negara wanita masih belum [tidak] memainkan peranan
yang menonjol dalam bisnis, pemerintahan bahkan dalam praktek
kesehariannya masih ada batasan-batasan. Hal ini dikarenakan adanya sistem
nilai, kepercayaan, dan pengaruh kuat agama.
Konsep status juga berbeda. Seorang eksekutif Amerika menunjukkan tanda-
tanda statusnya dengan menunjuk kepada nilai materialistik. Big boss biasanya
mempunyai ruang kantor besar, karpet yang bagus, sofa yang mahal, asesori-
asesori yang mahal, dll. Mempunyai kantor pribadi lebih terhormat di
Amerika, daripada sebuah meja kerja pribadi di ruang terbuka. Ini disebutnya
Spatial Arrangements. Dalam budaya lain, dikomunikasikan dalam cara yang
berbeda, misalnya seorang eksekutif Perancis akan lebih terhormat apabila
duduk di tengah dalam area yang terbuka.

117
3. Concept of Time
Perbedaan persepsi terhadap waktu adalah faktor lainnya yang bisa
menyebabkan misunderstandings . Para ekekutif Amerika dan Jerman melihat
waktu sebagai sesuatu yang harus diencanakan dan dipergunakan secara
efisien, berfokus hanya pada tugas pekerjaan tiap periode yang sudah
terjadwal. Waktu adalah terbatas, jadi mereka mencoba langsung mendapatkan
sesuatu [informasi, pendapat, masukan, pengarahan, dll] secepat mungkin
ketika berkomunikasi. Disisi lain, para eksekutif Amerika Latin dan Asia
melihat waktu sebagai sesuatu yang fleksibel. Karena dalam budaya mereka,
membangun sebuah dasar/fondasi hubungan bisnis adalah jauh lebih penting
daripada batas waktu pertemuan untuk tugas tertentu
4. Concept of Personal Space
Seperti halnya waktu, ruang/ jarak dalam berkomunikasi seringkali
menyebabkan pengertian yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Dalam
Budaya Barat dalam berkomunikasi biasanya mereka berdiri 5 feet selama
percakapan bisnis. Jarak ini bagi orang Jerman dan Jepang, adalah dekat
namun tidak nyaman . Tetapi bagi orang Arab dan Amerika Latin, jarak ini
jauh dan tidak nyaman. Budaya Barat cenderung bereaksi negatif [tanpa
pemberitahuan kenapa], ketika seorang Arab bergerak mendekat selama
percakapan. Dan orang Arab mungkin bereaksi negatif [tanpa pemberitahuan
kenapa] ketika seorang Amerika/ Kanada bersikap mundur agak menjauh
selama percakapan.

Komunikasi non verbal lainnya:


1. Body language, contoh mengatakan "NO". Bagi orang Amerika dan
Kanada, mengatakan "NO" dengan menunjukkan geleng-geleng kepala
[shake their heads and forth] . Orang Bulgaria menunjukan dengan kepala
naik turun [nod up and down]. Orang Jepang dengan menggerak-gerakan
tangan kanan. Orang Sisilia [Italia] dengan mengangkat dagunya.
2. Eye Contact, Contohnya orang Amerika Utara melihat eye contact sebagai
tanda kejujuran. Orang yang berkomunikasi dengan orang lain tidak
memandang mata lawan bicara dipandang tidak jujur. Anak-anak orang
Puerto Rico diajarkan untuk tidak memandang mata orang dewasa karena
tidak sopan. Orang Jepang mengajarkan anak-anak mereka agar melihat

118
orang yang jauh lebih tua hanya sebatas leher. Di Korea memandang
lawan bicara terus menerus diartikan sebagai tanda perbuatan kasar. Di
negara Arab, antara pria dan wanita tidak dianjurkan untuk saling menatap
satu sama lain, karena bisa diartikan melanggar Hukum agama Islam, atau
memandang orang yang bukan muhrimnya.
3. Smiling, pepatah Cino kuno mengatakan, “orang tanpa senyum tidak boleh
membuka toko". Senyum adalah bahasa universal, yang bisa menutupi rasa
malu, kesedihan/ duka, emosi, bahkan rasa marah seseorang.
4. Gestures, mempunyai makna berbeda ditiap negara. Di Bulgaria, orang
yang menganggukanggukan kepala bisa berarti mengatakan "no" dan
menggeleng-gelengkan kepala mereka yang bisa berarti berkata "iya".
5. Personal Space, adalah jarak yang diinginkan seseorang [wanita/pria]
ketika berkomunikasi atau pertukaran yang bukan dalam kondisi intim.
Hasil observasi dan experimen terbatas menyimpulkan bahwa, kebanyakan
orang Amerika Utara, Eropa Utara dan Asia menginginkan ruang pribadi
yang lebih besar dibandingkan dengan orang Amerika Latin, Perancis,
Italia dan Arab.
6. Touch, hasil studi di US menunjukkan bahwa sentuhan diintepretasikan
sebagai menunjukkan "kekuatan" atau bisa diartikan membantu atau
menolong. Orang yang jauh lebih kuat, menyentuh orang yang kurang
kuat.
7. Time. Masalah perbedaan waktu merupakan hal yang lumrah di belahan
bumi manapu. Tetapi yang jauh lebih penting adalah adanya perbedaan
sudut pandang terhadap waktu dan sikap terhadap waktu.

C. Rangkuman Materi
Dalam berkomunikasi, kita cenderung untuk menghakimi nilai, adat istiadat
atau aspek-aspek budaya lain menggunakan kelompok kita sendiri dan adat
istiadat kita sendiri sebagai standar bagi semua penilaian. Disadari atau tidak,
kita sering mengganggap kelompok kita sendiri, negeri kita sendiri, budaya
kita sendiri, sebagai yang terbaik, yang paling bermoral, dsb. Etnosentrisme
sulit dihilangkan, karena ia bersumber pada psikologi manusia (memperoleh
dan memelihara penghargaan diri). kunci keberhasilan dalam hubungan

119
komunikasi bisnis juga dapat dipengaruhi oleh Social values, Roles and Status,
Concept of Time, Concept of Personal Space,

D. Evaluasi
Jelaskan dan analisis Tantangan komunikasi dalam pemecahan isu dan berita

E. Daftar Pustaka
Locker, O. Kitty., Business and Administrative Communication, Mc. Graw Hill - The
Ohio State University, USA,
Bovee, Courland L., Business Communication Today, Prentice Hall International,
Inc. New Jersey
Mulyana, Deddy., Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya Bandung,
Juni 2000

120
BAB XIII
KONSELING DALAM ASUHAN KEBIDANAN

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB XIII ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
Konseling Dalam Asuhan Kebidanan

2. Entry Behaviour
Menguasai konsep dan menganalisis Konseling Dalam Asuhan Kebidanan

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB XIII akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi
selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari isi BAB XIII


Mempelajari tantangan komunikasi dalam pemecahan isu dan berita dapat
meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam menguasai tantangan komunikasi
dalam pemecahan isu dan berita

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu diklarifikasikan
atau memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

121
B. Penyajian Materi
1. Konseling dalam Asuhan Kebidanan
a. Pengertian
Konseling merupakan suatu proses yang mempunyai orientasi pada belajar,
dilakukan dalam lingkungan sosial dari seseorang kepada orang lain (konselor
kepada konseli), dengan memberikan bantuan dengan metode yang
disesuaikan dengan masalah yang dihadapi klien, agar klien dapat memahami
dirinya dan menggunakan pengertiannya atas tujuan yang ditetapkan bersama
dalam proses konseling secara wajar dan dihayati, sehingga konseli dapat
menjadi anggota masyarakat yang lebih produktif dan bahagia (Gustad dalam
Yulifah & Yuswanto, 2009)

b. Ciri-ciri Konseling
Ketika kita membahas konseling, kita harus mengenal dulu ciri-cirinya agar
lebih mudah memahaminya. Berikut ini adalah ciri-ciri konseling.
1) Interaksi antara dua orang (misalnya antara bidan dengan klien)
2) Konseli datang dan mempunyai masalah
3) Konseli datang atas kemauan sendiri atau saran orang lain untuk
menyelesaikan masalahnya
4) Konselor adalah seorang yang terlatih (profesional) dalam bidang
konseling.
5) Tujuan konseling adalah menolong dan memberikan bantuan kepada
konseli agar ia mengerti dan menerima keadaannya serta dapat
menemukan jalan keluar dengan menggunakan potensi yang ada pada
dirinya.
6) Proses konseling menitikberatkan kepada masalah yang jelas, nyata dan
dalam kesadaran diri (Yulifah &Yuswanto, 2009).

c. Unsur Kegiatan dalam Konseling


Dalam melaksanakan kegiatan konseling, ada empat kegiatan yang harus
dilaksanakan agar konseling dapat berjalan dengan baik dan efektif.
1) Pembinaan hubungan baik (rapport)
2) Penggalian informasi
3) Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan perencanaan

122
4) Menindaklanjuti pertemuan
Salah satu cara yang dilakukan dalam konseling untuk menggali informasi
dari klien adalah dengan wawancara. Wawancara sebagai alat pengumpul data
digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat,
aspirasi, harapan, persepsi, keinginan atau keyakinan dari individu atau
responden.
Wawancara merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam konseling.
Perbedaan wawancara dan kuesioner adalah pada wawancara pertanyaan yang
diajukan dan jawaban yang diberikan dilakukan secara lisan. Bila pertanyaan
yang diajukan dan dijawab secara tertulis, maka disebut kuesioner. Kelebihan
dari wawancara adalah sebagai berikut.
1) Pertanyaan bisa lebih bebas dan mendalam
2) Hubungan dapat dibina lebih baik sehingga respon lebih bebas
menggunakan pendapatnya.
3) Dapat direkam dan lebih lengkap.
4) Sifat data primer
5) Dapat mengklarifikasi data yang tidak jelas
6) Banyak digunakan dalam penelitian sosial dan pendidikan.

Wawancara dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:


1) Wawancara terstruktur, yaitu wawanacara yang jawabannya telah
dipersiapkan (ada alternatif jawaban). Keuntungannya adalah mudah
diolah dan dianalisis
2) Wawancara tidak terstruktur (bebas), yaitu wawancara yang jawabannya
tidak dipersiapkan (klien bebas menjawab). Keuntungannya adalah
informasi yang didapat lebih padat dan lengkap. Kelemahannya adalah
jawaban responden sulit dianalisis karena jawabannya beraneka ragam
sehingga perlu pengkatagorian

Beberapa tips wawancara yang efektif adalah sebagai berikut.


1) Jangan memotong pembicaraan
2) Berikan perhatian
3) Jangan bersifat evaluatif
4) Tenggang rasa atau bijaksana (Tyastuti dkk, 2008)

123
d. Hal-hal yang Sebaiknya Dilakukan dan Tidak Dilakukan Konselor
Dalam konseling, seorang konselor harus memperhatikan beberapa hal, salah
satunya adalah tentang apa yang sebaiknya dilakukan dan yang sebaiknya
tidak dilakukan untuk menghindari terjadinya hambatan dalam konseling.
1) Hal-hal yang harus dilakukan konselor
a) Ramah, terbuka, dan simpatik
b) Mampu mengontrol perasaan, khususnya yang bersifat negatif
c) Menyampaikan informasi yang tidak bias kepada klien
d) Mampu mendapatkan respon balik ( feedback) dari klien
e) Mampu berkomunikasi dengan sejawat dan melakukan upaya-upaya
untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi profesional
f) Mampu menerima ide-ide dan pendapat klien tanpa menghakimi
g) Mampu membangun empati kepada klien
h) Mampu menemukan solusi yang baik
i) Mampu meningkatkan keterampilan melakukan konseling
2) Hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan konselor:
a) Memaksakan pendapat kepada klien
b) Menyampaikan informasi yang tidak dibutuhkan dan diharapkan klien
c) Menggunakan kata-kata dan istilah-istilah yang sulit dimengerti
d) Menyela, meremehkan dan mengkritik klien
e) Mengomentari atau memberikan saran kepada klien yang masalahnya
belum dipahami benar, atau menyetujui pendapat klien yang dibuat
secara terburu-buru
f) Memaksakan klien menjawab pertanyaan
g) Menghakimi (Depkes RI, 2011).

2. Keterampilan Observasi
a. Tingkah Laku Verbal dan Nonverbal
1) Tingkah laku verbal
Tingkah laku verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata,
entah lisan maupun tertulis. Melalui kata-kata, perasaan, emosi, pemikiran,
gagasan dll bisa diungkapkan. Dalam komunikasi verbal ini bahasa
memegang peranan penting. Bahasa verbal merupakan saranan utama
untuk menyatakan perasaan, pikiran dan maksud kita. Sampai saat ini

124
belum diketahui secara pasti bagaimana bahasa bisa muncul dimuka bumi
ini. Menurut Larry L. Barker bahasa memiliki 3 fungsi yaitu penamaan,
interaksi, dan transmisi informasi (Mulyana,2007).
Komunikasi verbal menyangkut beberapa aspek, yakni vocabulary
(pembendaharaan kata-kata), racing (kecepatan), intonasi suara, humor,
singkat dan jelas, serta timing (waktu yang tepat).
a) Vocabulary (pembendaharaan kata-kata)
Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-
kata yang tidak dimengerti. Olah kata menjadi penting dalam
berkomunikasi verbal ini. Pergaulan, wawasan, dan banyak membaca
sangat membantu seseorang dalam memperbanyak vocabulary tersebut
b) Racing (kecepatan)
Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat
diatur dengan baik. Kecepatan dalam berkomunikasi yang baik adalah
tidak terlalu lambat. Kesempurnaan organ bicara terutama mulut dan
gigi- geligi merupakan hal yang sangat penting dan mempengaruhi
kecepatan seseorang dalam berbicara.
c) Intonasi
Intonasi atau penekanan suara pada saat berkomunikasi akan
mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi
lain artinya bila diucapkan dengan intonasi yang berbeda. Intonasi
suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam
berkomunikasi. Ras, suku, dan tempat kelahiran atau domisili
seseorang akan sangat berpengaruh terhadap intonasi seseorang saat
seseorang tersebut berkomunikasi.
d) Humor
Komunikasi yang datar dan kurang berdaya humor menimbulkan kesan
kaku pada seseorang saat berkomunikasi. Komunikasi yang diselingi
humor dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Para ahli
memberikan catatan bahwa humor dapat merupakan terapi karena
dapat menimbulkan tawa bagi pendengarnya. Dengan tertawa dapat
membantu menghilangkan stres dan nyeri.

125
e) Singkat dan jelas
Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas.
Sebaiknya pembicaraan langsung pada pokok permasalahanya
sehingga lebih mudah dimengerti. Pembicaraan yang bertele-tele dan
tak langsung ke pokok permasalahan sering menimbulkan perasaan
jenuh dan kadang tidak menarik.
f) Timing (waktu yang tepat)
Waktu dan kondisi atau hal yang kritis perlu diperhatikan karena
komunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi.
Meminta kesediaan atau waktu yang khusus dapat menimbulkan
kenyamanan dalam berkomunikasi dibandingkan dengan melakukan
komunikasi di tengah kesibukan dan saat waktunya istirahat/tidur.
Ciri-ciri tingkah laku verbal adalah sebagai berikut.
(1) Pertukaran komunikasi terjadi secara interakaktif, mendengarkan
lawan bicara atau sebaliknya.
(2) Kontak mata sangat membantu kelancaran komunikasi
(3) Pengamatan bahasa dan gaya bicara
(4) Berlangsung dua arah atau timbal balik
(5) Pemahaman dan penyerapan informasi, berlangsung secara relative
cepat dan baik

2) Tingkah laku non verbal


Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam
bentuk non verbal atau tanpa kata-kata. Secara otomatis dalam kehidupan
sehari-hari komunikasi non verbal selalu dipakai. Komunikasi non verbal
ini dianggap lebih jujur mengungkapkan apa yang mau diungkapkan
karena lebih bersifat spontan. Komunikasi non verbal memberikan arti
pada komunikasi verbal. Dengan kata lain komunikasi verbal dan non
verbal merupakan kegiatan yang saling melengkapi dan selalu dilakukan
secara bersamaan. Komunikasi non verbal dapat berbentuk bahasa tubuh,
tanda, tindakan/perbuatan, obyek, dan warna.
a) Bahasa Tubuh
b) Tanda

126
c) Tindakan/perbuatan
d) Objek
e) Warna

Fungsi Komunikasi Non verbal


Komunikasi non verbal dapat berfungsi untuk:
a) Melengkapi komunikasi verbal.
b) Menekankan komunikasi verbal
c) Membesar-besarkan komunikasi non verbal
d) Melawan komunikasi verbal
e) Meniadakan komunikasi non verbal

Kekurangan tingkah laku non verbal


a) Melalui observasi dari gerak-gerik, ekspresi, gerak tubuh, dan isyarat
b) Sulit untuk meyelami maksud dan perasaan klien
c) Sering terjadi salah persepsi
d) Komunikasi terganggu apabila kedua belah pihak tidak mengupayakan
komunikasi verbal.

3) Pengamatan dan penafsiran


Pengamatan yang dilaksanakan saat terjadinya komunikasi meliputi bentuk
verbal maupun nonverbal dimana faktor subjektifitas tidak boleh terjadi di
sini, keseluruhan pengamatan harus objektif sesuai dengan keadaan pasien.
Penafsiran adalah merupakan analisis yang disimpulkan oleh.
komunikan/konselor berdasarkan hasil observasi dari komunikasi verbal
dan nonverbal yang merupakan kumpulan data-data untuk dirumuskan
dalam suatu kesimpulan masalah. Hasil penafsiran ini dalam konseling
harus di informasikan kembali kepada komunikan untuk mencocokan
kesamaan agar tidak terjadi kesalahpahaman dan pemecahan masalah baru
dikembangkan dan klien yang berhak untuk menetapkan pilihan jalan
keluar terbaik.

127
3. Membantu klien dalam pengambilan keputusan
a. Strategi membantu klien dalam mengambil keputusan:
1) Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya dan memberi
kesempatan klien untuk melihat lagi beberapa alternatife pilihannya, agar
tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.
2) Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan, dengan
melihat kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau
konsekuensi negatife.
3) Membantu klien mengefaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan pilihan,
bantu klien mencermati pilihannya
4) Membantu klien menyusun rencana kerja, untuk menyelesaikan
masalahnya.

b. Teori Pengambilan Keputusan


1) Penilaian situasi (Situational Approach): untuk menghadapi pertanyaan
“apa yang terjadi?
2) Analisis persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebab-akibat
3) Analisis keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola berpikir
mengambil pilihan.
4) Analisis persoalan potensial (Potential Problem Analysis): didasarkan pada
perhatian peristiwa masa depan, yang mungkin yang dapat terjadi.

c. Inti Pengambilan Keputusan


Berarti memilih alternatif, alternatif yg terbaik (the best alternative).
Pengambilan keputusan terletak dalam perumusan berbagai alternatif tindakan
sesuai dengan yang sedang dalam perhatian & dalam pemilihan alternatif yang
tepat. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan setelah evaluasi/ penilaian
mengenai efektifitasnya dlm mencapai tujuan yang dikehendaki pengambil
keputusan.

d. Lingkungan Situasi Keputusan


Lingkungan eksternal meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, alam
dan pembatasan-pembatasan suatu negara berupa “quota”. Sedangkan
lingkungan internal meliputi mutu rendah, kurangnya promosi, pelayanan

128
konsumen tidak memuaskan dan sales/ agen tidak bergairah.Pengambilan
keputusan yang baik harus mempertimbangkan kondisi, kehendak dan
konsekuensinya.

e. Langkah dalam pengambilan keputusan yang baik


1) Identifikasi kondisi yang dihadapi oleh klien.
2) Susunlah daftar kehendak atau pilihan keputusan.
3) Untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya (positif dan negatif).

f. Hal-hal yang perlu ditekankan kepada klien dalam pengambilan


keputusan
1) Hati-hati dan bersikap bijaksana dalam pengambilan keputusan karena
berkaitan dengan masalah kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Pengambilan keputusan dibuat setelah klien diberi informasi secukupnya
untuk menimbang pilihan sesuai dengan situasinya.
2) Bantu klien dalam pengambilan keputusan dengan memberikan saran yang
sesuai dengan riwayat kesehatannya, keinginan pribadi dan situasi
3) Keputusan merupakan hak dan menjadi tanggung jawab klien.
4) Konseling bukan proses informasi, melainkan informasi setelah konselor
memperoleh data atau informasi tentang keadaan dan kebutuhan klien dan
informasi yang diberikan sesuai dengan kondisi klien dan kebutuhannya.

g. Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan


1) Fisik
Pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan fisik, (tidak berat dan
tidak memforsir tenaga). Menghindari tingkah laku yang menimbulkan
ketidaksenangan dan memilih tingkah laku yang menimbulkan
kesenangan.
2) Emosional
Setiap orang memiliki tingkat emosional yang berbeda. Jika pengambilan
keputusan terjadi pada perempuan sebuah keputusan sudah akan berbeda
dengan keputusan yang akan diambil seorang laki-laki. Seorang
perempuaan memiliki Sikap subjektivitas akan mempengaruhi keputusan
yang diambil.

129
3) Rasional
Biasa didasarkan pada pengetahuan (orang terpelajar dan intelektual).
Orang mendapat informasi, memahami situasi dan berbagai
konsekuensinya
4) Praktikal
Didasarkan kepada keterampilan individu dan kemampuan
melaksanakannya (untuk menilai potensi diri dan kepercayaan diri).
5) Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan social. Hubungan antara satu orang
dan orang lain mempengaruhi tindakan individu.
6) Struktural
Didasarkan pada lingkup social, ekonomi dan politik. Lingkungan bias
mendukung maupun mengkritik.

h. Tipe-tipe pengambilan keputusan


1) Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa-apa karena
ketidaksanggupan atau merasa tidak sanggup
2) Pengambilan keputusan intuitif, sifatnya segera, langsung diputuskan,
karena
keputusan tersebut dirasakan paling tepat
3) Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena segera dilaksanakan.
4) Pengambilan keputusan yang reaktif. Sering kali dilakukan dalam situasi
marah dan tergesa-gesa.
5) Pengambilan keputusan yang ditangguhkan, dialihkan pada orang lain
yang
bertanggung jawab
6) Pengambilan keputusan secara berhati-hati, dipikirkan baik-baik,
mempertimbangkan berbagai pilihan.

C. Rangkuman Materi
Konseling merupakan suatu proses yang mempunyai orientasi pada belajar,
dilakukan dalam lingkungan sosial dari seseorang kepada orang lain (konselor kepada
konseli), dengan memberikan bantuan dengan metode yang disesuaikan dengan
masalah yang dihadapi klien, agar klien dapat memahami dirinya dan menggunakan

130
pengertiannya atas tujuan yang ditetapkan bersama dalam proses konseling secara
wajar dan dihayati, sehingga konseli dapat menjadi anggota masyarakat yang lebih
produktif dan bahagia
Observasi yang dilaksanakan saat terjadinya komunikasi meliputi bentuk
verbal maupun nonverbal dimana faktor subjektifitas tidak boleh terjadi di sini,
keseluruhan pengamatan harus objektif sesuai dengan keadaan pasien. Penafsiran
adalah merupakan analisis yang disimpulkan oleh. komunikan/konselor berdasarkan
hasil observasi dari komunikasi verbal dan nonverbal yang merupakan kumpulan
data-data untuk dirumuskan dalam suatu kesimpulan masalah. Hasil penafsiran ini
dalam konseling harus di informasikan kembali kepada komunikan untuk
mencocokan kesamaan agar tidak terjadi kesalahpahaman dan pemecahan masalah
baru dikembangkan dan klien yang berhak untuk menetapkan pilihan jalan keluar
terbaik.
Strategi membantu klien dalam mengambil keputusan: Membantu klien
meninjau kemungkinan pilihannya dan memberi kesempatan klien untuk melihat lagi
beberapa alternatife pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.
Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan, dengan melihat
kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekuensi
negatife. Membantu klien mengefaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan pilihan,
bantu klien mencermati pilihannya dan membantu klien menyusun rencana kerja,
untuk menyelesaikan masalahnya.

D. Evaluasi
1. Jelaskan dan analisis Konseling dalam asuhan kebidanan
2. Jelaskan dan analisis Keterampilan observasi
3. Jelaskan dan analisis Membantu klien dalam pengambilan keputusan

E. Daftar Pustaka
Gunarsa,S.D. 2007. BAB IV: Karakteristik Konseling. Dalam Buku “Konseling dan
Psikoterapi.” Jakarta: Gunung Mulia. Hal. 23-24.
Gladding,S.T. 2012. BAB VI : Proses dan Teori Konseling. Dalam buku “Konseling:
Profesi yang Menyeluruh”, Edisi 6. Jakarta: Indeks. Hal. 148-160.
Jumi, A.K. 2013. BAB II : Konseling. Dalam Buku “Esensial Konseling: Pendekatan
Trait and Factor Client Centred”. Yogyakarta: Garudhawanca. Hal. 9-17.

131
BAB XIV
MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI DAN MEMBERI DUKUNGAN
DAN HUBUNGAN TERAPEUTIS DALAM BERKOMUNIKASI

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB XIV ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
Membangun kepercayaan diri dan memberi dukungan dan hubungan terapeutis
dalam berkomunikasi

2. Entry Behaviour
Menguasai konsep dan menganalisis Membangun kepercayaan diri dan memberi
dukungan dan hubungan terapeutis dalam berkomunikasi

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB XIV akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi
selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari isi BAB XIV


Mempelajari Membangun kepercayaan diri dan memberi dukungan dan hubungan
terapeutis dalam berkomunikasi dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa
dalam Membangun kepercayaan diri dan memberi dukungan dan hubungan
terapeutis dalam berkomunikasi

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu diklarifikasikan
atau memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

132
B. Penyajian Materi
Membangun kepercayaan diri dan memberi dukungan kepada pasien
khususnya ibu hamil, bersalin, dan nifas memerlukan hubungan terapeutis dalam
berkomunikasi, agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pasien tanpa
memberikan efek negatif.

1. Komunikasi Terapeutik
Hubungan terapeutik antara bidan klien adalah hubungan kerja sama yang
ditandai dengan tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman ketika
membina hubungan intim yang terapeutik (Stuart dan Sunden, 1987: 103),
sedangkan Indrawati (2003) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi interpersonal dengan fokus adanya saling pengertian antar bidan
dengan pasien. Komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara bidan
dan pasien sehingga dapat dikategorikan dalam komunikasi pribadi antara bidan
dan pasien, bidan membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003)

2. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Berdasarkan definisi komunikasi terapeutik, berikut ini tujuan dari komunikasi
terapeutik.
a. Membantu mengatasi masalah klien untuk mengurangi beban perasaan dan
pikiran
b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk klien/pasien.
c. Memperbaiki pengalaman emosional klien.
d. Mencapai tingkat kesembuhan yang diharapkan.
Kualitas asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh
kualitas hubungan bidan-klien. Apabila bidan tidak memperhatikan hal ini,
hubungan bidan-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak
terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa.

3. Kegunaan Komunikasi Terapeutik


a. Merupakan sarana terbina hubungan yang baik antara pasien dan tenaga
kesehatan

133
b. Mengetahui perubahan perilaku yang terjadi pada individu atau pasien.
c. Mengetahui keberhasilan tindakan kesehatan yang telah dilakukan.
d. Sebagai tolok ukur kepuasan pasien.
e. Sebagai tolok ukur komplain tindakan dan rehabilitasi.

4. Komunikasi sebagai Elemen Terapi


Apakah Anda mengetahui bahwa komunikasi yang kita lakukan sebagai bidan
dapat memberikan efek terapi (efek penyembuhan) bagi klien? Komunikasi
sebagai elemen terapi mempunyai makna bahwa komunikasi yang dilakukan oleh
bidan adalah mempunyai tujuan terapi atau memberikan efek penyembuhan buat
klien. Komunikasi adalah salah satu alat yang paling esensial bagi bidan. Dengan
komunikasi (verbal ataupun nonverbal), bidan dapat memberikan kesembuhan
buat klien. Senyum bidan, kesabaran, kelembutan, kata-kata yang tegas dan
menyejukkan atau kata-kata yang disampaikan dengan jelas dapat mempengaruhi
perilaku klien untuk berbuat lebih baik dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatannya

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik


a. Spesifikasi tujuan komunikasi
Komunikasi akan berhasil jika tujuan telah direncanakan dengan jelas.
Misalnya, tujuan komunikasi adalah mengubah perilaku klien, maka
komunikasi diarahkan untuk mengubah perilaku dari yang malaadaptif ke
adaptif.
b. Lingkungan nyaman
Maksud lingkungan nyaman adalah lingkungan yang kondusif untuk
terjalinnya hubungan dan komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat.
Lingkungan yang tenang/tidak gaduh atau lingkungan yang sejuk/tidak panas
adalah lingkungan yang nyaman untuk berkomunikasi. Lingkungan yang
dapat melindungi privasi akan memungkinkan komunikan dan komunikator
saling terbuka dan bebas untuk mencapai tujuan
c. Privasi (terpeliharanya privasi kedua belah pihak)
Kemampuan komunikator dan komunikan untuk menyimpan privasi
masingmasing lawan bicara serta dapat menumbuhkan hubungan saling
percaya yang menjadi kunci efektivitas komunikasi.

134
d. Percaya diri
Kepercayaan diri masing-masing komunikator dan komunikan dalam
komunikasi dapat menstimulasi keberanian untuk menyampaikan pendapat
sehingga komunikasi efektif.
e. Berfokus kepada klien
Komunikasi terapeutik dapat mencapai tujuan jika komunikasi diarahkan dan
berfokus pada apa yang dibutuhkan klien. Segala upaya yang dilakukan bidan
adalah memenuhi kebutuhan klien.
f. Stimulus yang optima
Stimulus yang optimal adalah penggunaan dan pemilihan komunikasi yang
tepat sebagai stimulus untuk tercapainya komunikasi terapeutik.
g. Mempertahankan jarak personal
Jarak komunikasi yang nyaman untuk terjalinnya komunikasi yang efektif
harus diperhatikan bidan. Jarak untuk terjalinnya komunikasi terapeutik adalah
satu lengan (± 40 cm). Jarak komunikasi ini berbeda-beda tergantung pada
keyakinan (agama), budaya, dan strata sosial

C. Rangkuman Materi
Hubungan terapeutik antara bidan klien adalah hubungan kerja sama yang ditandai
dengan tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman ketika membina
hubungan intim yang terapeutik (Stuart dan Sunden, 1987: 103), sedangkan Indrawati
(2003) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal dengan fokus
adanya saling pengertian antar bidan dengan pasien. Komunikasi ini adalah adanya
saling membutuhkan antara bidan dan pasien sehingga dapat dikategorikan dalam
komunikasi pribadi antara bidan dan pasien, bidan membantu dan pasien menerima
bantuan

135
D. Evaluasi
Jelaskan dan analisis bagaimana Membangun kepercayaan diri dan memberi
dukungan dalam pelayanan kebidanan.

E. Daftar Isi
Dalami. (2009). Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Jakarta : CV
Trans Info Media.
Lukman, H. (2012). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Bidan terhadap Kepuasan
Pasien bersalin, 2 (1), 1-106.
Rita, I. (2009). Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Tyastuti, A. (2010). Komunikasi dan Konseling dalam Pelayanan Kebidanan.
Yogyakarta: Fitramaya.

136
BAB XV
KONSEP KOMUNIKASI EFEKTIF, KETERAMPILAN KOMUNIKASI
EFEKTIF, INDIKATOR KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB XV ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
Konsep komunikasi efektif, keterampilan komunikasi efektif, indikator
keterampilan berkomunikasi

2. Entry Behaviour
Menguasai konsep dan menganalisis Konsep komunikasi efektif, keterampilan
komunikasi efektif, indikator keterampilan berkomunikasi

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB XV akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi
selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari isi BAB XV


Mempelajari Konsep komunikasi efektif, keterampilan komunikasi efektif,
indikator keterampilan berkomunikasi dapat meningkatkan pengetahuan
mahasiswa mengenai Konsep komunikasi efektif, keterampilan komunikasi
efektif, indikator keterampilan berkomunikasi

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu diklarifikasikan
atau memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

137
B. Penyajian Materi
1. Komunikasi Efektif
a. Pengertian
Komunikasi efektif adalah pertukaran informasi, ide, perasaan yang
menghasilkan perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan baik
antara pemberi pesan dan penerima pesan. Pengkuran efektifitas dari suatu
proses komunikasi dapat dilihat dari tercapainya tujuan si pengirim pesan.20
Pesan yang tersampaikan dengan benar dan tepat sesuai keinginan sang
komunikator, menunjukkan bahwa komunikasi dapat berjalan secara efektif.
Komunikasi efektif adalah saling bertukar informasi, ide, perasaan dan sikap
anatara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai harapan dan dapat
mengahsilkan perubahan sikap pada orang yang terlibat komunikasi.
Agar komunikasi bisa berlangsung efektif, perlu diperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Menurut Scoot M Cultip dan Allen dalam bukunya
Effective Public Relations, faktor-faktor tersebut disebut dengan The Seven
Communication, yaitu:
1) Credibility
2) Context
3) Content
4) Clarity
5) Continuity and consistency
6) Capability of Audience
7) Channels of Distribution

b. Teknik Penyampaian Pesan Efektif


Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.
Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili
perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi.24 Pesan mempunyai tiga
komponen: makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna,
dan bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata atau
bahasa, yang dapat mempresentasikan objek, gagasan, perasaan, baik
ucapan maupun tulisan. Kata-kata memungkinkan untuk berbagi pikiran
dengan orang lain, Yang terpenting dalam komunikasi ialah bagaimana

138
caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator dapat
menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan.
Banyak cara untuk menyampaikan pesan yaitu dengan tatap muka atau
melalui media komunikasi. Agar komunikasi dapat efektif, maka cara
penyampaian pesan atau informasi perlu dirancang secara cermat sesuai
dengan karakteristik komunikan maupun keadaan di lingkungan sosial yang
bersangkutan. Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa keberhasilan
komunikasi sebagian ditentukan oleh kekuatan pesan. Dengan pesan,
seseorang dapat mengendalikan sikap dan perilaku komunikan. Agar proses
komunikasi terlaksana secara efektif. Bagi seorang komunikator, suatu
pesan yang akan dikomunikasikan sudah jelas isinya, tetapi yang perlu
dijadikan pemikiran adalah pengelolaan pesannya. Pesan harus ditata sesuai
dengan diri komunikan yang akan dijadikan sasaran. Dalam hubungan ini
komunikator harus terlebih dahulu melakukan komunikasi dengan diri
sendiri, berdialog dengan diri sendiri, bertanya pada diri sendiri, bertanya
pada diri sendiri untuk dijawab oleh diri sendiri. Apabila komunikan yang
akan dijadikan sasaran sudah jelas, dan media yang diperlukan juga telah
ditetapkan, maka barulah menata pesan.
Pesan satu sisi (one sided) ataukah dua sisi (two sided). Hal ini berkaitan
dengan cara mengorganisasikan pesan. Organisasi pesan satu sisi, ialah
suatu cara berkomunikasi dimana komunikator hanya menyampaikan pesan-
pesan yang mendukung tujuan komunikasi saja. Sedangkan pesan dua sisi,
berarti selain pesan yang bersifat mendukung, disampaikan pula counter
argument, sehingga komunikan diharapkan menganalisis sendiri atas pesan
tersebut. Apakah dalam menyampaikan pesan itu diorganisasikan secara
satu sisi atau dua sisi, tentulah harus disesuaikan dengan karakteristik.

2. Keterampilan Komunikasi Efektif


Keterampilan komunikasi seperti jurnalistik (menulis) dan public speaking
(berbicara di depan umum) banyak dibutuhkan dalam bidang pekerjaan, bahkan
menjadi karir tersendiri. Keterampilan komunikasi juga dibutuhkan dalam
pengembangan usaha, pengembangan dan pemberdayaan diri. Komunikasi
dalam bentuk yang paling sederhana ialah transmisi pesan dari suatu sumber
kepada penerima. Selama 60 tahun, pandangan tentang komunikasi ini telah

139
diidentifikasikan melalui tulisan ilmuwan politik Harold Lasswell (1948).1 Ia
mengatakan bahwa cara yang paling nyaman untuk menggambarkan
komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini:
a. Siapa?
b. Berkata apa?
c. Melalui saluran apa?
d. Kepada Siapa?
e. Dengan efek apa?

Keterampilan komunikasi adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan


atau mengirim pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan.
Untuk itu, agar mampu melakukan komunikasi yang baik, maka seseorang
harus memiliki ide dan penuh daya kreativitas yang tentunya dapat
dikembangkan melalui berbagai latihan dengan berbagai macam cara, salah
satunya membiasakan diri dengan berdiskusi.

3. Indikator Keterampilan Komunikasi


a. Kemampuan menjawab pertanyaan
b. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol atau table
c. Kemampuan kerja sama dalam kelompok

C. Rangkuman Materi
Komunikasi efektif adalah pertukaran informasi, ide, perasaan yang
menghasilkan perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan baik antara
pemberi pesan dan penerima pesan. Pengkuran efektifitas dari suatu proses
komunikasi dapat dilihat dari tercapainya tujuan si pengirim pesan.20 Pesan yang
tersampaikan dengan benar dan tepat sesuai keinginan sang komunikator,
menunjukkan bahwa komunikasi dapat berjalan secara efektif. Komunikasi efektif
adalah saling bertukar informasi, ide, perasaan dan sikap anatara dua orang atau
kelompok yang hasilnya sesuai harapan dan dapat mengahsilkan perubahan sikap
pada orang yang terlibat komunikasi.
Keterampilan komunikasi seperti jurnalistik (menulis) dan public speaking
(berbicara di depan umum) banyak dibutuhkan dalam bidang pekerjaan, bahkan
menjadi karir tersendiri. Keterampilan komunikasi juga dibutuhkan dalam

140
pengembangan usaha, pengembangan dan pemberdayaan diri. Komunikasi dalam
bentuk yang paling sederhana ialah transmisi pesan dari suatu sumber kepada
penerima.
Indikator Keterampilan Komunikasi Kemampuan menjawab pertanyaan,
Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol atau table, Kemampuan kerja sama
dalam kelompok

D. Evaluasi
1. Jelaskan dan analisis konsep komunikasi efektif dalam pelayanan kebidanan
2. Jelaskan dan analisis keterampilan komunikasi efektif
3. Jelaskan dan analisis indikator keterampilan berkomunikasi

E. Daftar Pustaka
Nasir, A., Muhith, A., Sajidin, M., dan Mubarak, W. I. 2009. Komunikasi dalam
Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
Nurjanah, (2001). Hubungan Terapeutik Perawat dan Klien Kualitas Pribadi
Sebagai Sarana, Bagian Penerbitan Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.
Tyastuti, A. (2010). Komunikasi dan Konseling dalam Pelayanan Kebidanan.
Yogyakarta: Fitramaya.

141
BAB XVI
MEDIA KOMUNIKASI (TRADITIONAL VERSUS MODERN), SOCIAL
MEDIA DAN KERAHASIAAN

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB XVI ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
Media komunikasi (Traditional versus modern), social media dan kerahasiaan

2. Entry Behaviour
Menguasai konsep dan menganalisis Media komunikasi (Traditional versus
modern), social media dan kerahasiaan

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB XVI akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi
selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari isi BAB XVI


Mempelajari Media komunikasi (Traditional versus modern), social media dan
kerahasiaan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai Media
komunikasi (Traditional versus modern), social media dan kerahasiaan

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu diklarifikasikan
atau memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

142
B. Penyajian Materi
1. Media Komunikasi ( Tradisional VS Modern)
Media dapat diartikan sebagai: (1) alat, dan (2) alat atau sarana
komunikasi seperti majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Selain itu
media juga dapat diartikan sebagai sarana komunikasi dalam bentuk cetak
maupun audio visual, termasuk tekhnologi perangkat kerasnya. Jadi saat
berkomunikasi membutuhkan sebuah media yang artinya bahwa ketika
melakukan komunikasi dengan orang lain harus menggunakan alat atau sebuah
sarana agar informasi atau maksud dari pemikiran yang ingin kita sampaikan
dapat ditangkap oleh mitra tutur dengan baik.
Dengan kata lain media komunikasi adalah semua sarana yang
dipergunakan untuk memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan atau
menyebarkan dan menyampaikan informasi.Media komunikasi sangat berperan
dalam kehidupan masyarakat. Proses pengiriman informasi di zaman modern ini
sangat canggih. Teknologi telekomunikasi paling dicari untuk menyampaikan
atau mengirimkan informasi ataupun berita karena teknologi telekomunikasi
semakin berkembang, semakin cepat, tepat, akurat, mudah, murah, efektif dan
efisien. Berbagi informasi antar Benua dan Negara di belahan dunia manapun
semakin mudah.
Media atau saluran, yaitu perangkat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari komunikator. Ini yang sering disebut sebagai media
komunikasi, yaitu: dapat berwujud media komunikasi cetak dan non cetak,
dapat verbal dan non verbal (Walgito, 2003: 75). Oleh karena itu, manusia
sering menggunakan media untuk memudahkan pemahaman tentang isi pesan
dalam komunikasi. Media tradisional, seperti: buku, majalah, radio, televisi
(bahkan dalam media baru), keberadaan pengguna tidak hanya pasif menerima
informasi tetapi juga aktif dalam memproduksi informasi (untuk menyampaikan
isi pesan berbagai media kepada orang lain). Pengguna juga tidak hanya
menerima satu informasi sesuai dengan apa yang diproduksi oleh institusi media
yang terkadang juga memuat informasi yang tidak sesuai dengan keinginan
pengguna, tetapi pengguna bisa memilah informasi apa saja yang diinginkan
dan dari sumber yang jumlahnya bisa dikatakan tak terbatas.
Perubahan besar-besaran yang ditempa oleh revolusi industri telah secara
tidak merata mengubah dunia berkembang telah merepresentasikan prasyarat

143
penting bagi pembentukan populasi yang hidup dalam kondisi berjejal-jejalan,
sementara pada saat yang sama itu juga dihubungkan oleh kerangka negara-
negara. Skala peningkatan populasi di dalam negara modern digabungkan
dengan migrasi orang dari wilayah pinggiran ke kota-kota telah menciptakan
kepadatan metropolitan yang kondusif bagi pematangan atas apa yang disebut
massa society (masyarakat massa). Dalam periode keruntuhan masyarakat
tradisional yang ditandai dengan intensitas tinggi integrasi oleh agama,
fragmentasi lewat urbanisasi atas kebijakan-kebijakan yang terbingkai secara
nasional, pemisahan individu dari alat-alat produksi feodal, dan penciptaan
tenaga kerja sebagai komoditas, secara kolektif memunculkan berbagai
perspektif masifikasi atas masyarakat yang beragam dari kerangka massa/elite
hingga kerangka liberal-pluralis (Holmes, 2012: 44). Kondisi tersebut akan
memberikan peluang bagi manusia untuk cepat beradaptasi dengan perubahan
yang benar-benar memberikan manfaat kebaikan bagi dirinya dan lingkungan.
Manusia hidup di dunia yang terfragmetasi di mana terdapat akses yang
lebih luas terhadap ide-ide baru, tren dan perkembangan dari seluruh penjuru
dunia, sementara di sisi lain teknologi telah mengarahkan keseimbangan
kekuatan dari pemilik media kepada audiens dan konsumen. Saluran baru
komunikasi seperti internet dan televisi digital memberikan makna bahwa
audiens tidak lagi berada di tangan pembuat program televisi. Audiens saat ini
dapat memilih kapan mendengarkan radio atau menonton televisi, dan
memberikan efek atas jadwal program TV, dengan menghilangkan gagasan
tradisional mengenai satu saluran. Situs jejaring sosial, blog dan kemampuan
mengunduh program TV ke dalam komputer telah menguatkan posisi audiens
(Butterick, 2013: 27). Hal tersebut menunjukkan kecerdasan manusia dalam
memanfaatkan berbagai media komunikasi.
Komunikasi selalu terjadi dalam keadaan spesifik, ketika berinteraksi
dengan orang lain, akan ada informasi yang diberikan kepada orang lain (begitu
juga sebaliknya). Yang diperhatikan tidak hanya yang dibicarakan, namun juga
informasi non verbal yang ditunjukkan. Misalnya: sikap atau gerak-geriknya
selama bicara, ekspresi wajah, orientasi tubuh, nada bicara, jarak, kontak mata
dan lain-lain. Semua hal tersebut tergolong dalam komunikasi non verbal, yaitu
sebuah bentuk komunikasi yang dapat melengkapi informasi non verbal yang
ditunjukkan oleh orang ketika berkomunikasi.

144
Komunikasi elektronik, yaitu: e-mail, jejaring sosial, blog secara
fundamental telah mengubah dan membuka potensi komunikasi langsung
dengan target audiens. Sebagaimana dipercayai oleh beberapa orang, terlalu dini
mengatakan apakah surat kabar dan majalah tradisional akan digantikan oleh
versi online. Peningkatan jumlah masyarakat (umumnya para pembaca muda)
yang berbalik menggunakan media online dan bukan media cetak sebagai
pilihan media berita, menjadikan media online beroperasi sepanjang 24 jam
sehari. Yang menjadikan media online juga diperbarui secara reguler dan
tergantung pada aliran informasi yang kontinu (Butterick, 2013: 172). Namun,
setiap manusia memiliki kebebasan untuk menggunakan media komunikasi,
sehingga media tradisional maupun media modern memiliki audiens masing-
masing. Bahkan sekelompok budaya dengan identitas sosial dapat disatukan
oleh media komunikasi yang disukai dengan kesepakatan simbol-simbol.
Media modern memberikan kesempatan berkomunikasi pada setiap
individu untuk mengenali individu lainnya menggunakan teks dan bukan pada
karakteristik non verbal seperti ras, gender, bentuk wajah, warna kulit, dan
pakaian yang dikenakan seperti dalam komunikasi tatap muka (Rulli, 2014:
148). Kondisi tersebut yang membawa perubahan individu dalam
berkomunikasi di lingkungan sosial, karena komunikasi yang terjalin tidak
secara langsung sehingga memungkinkan adanya ketidakaslian kepribadian atau
menampilkan sesuai dengan kelompok sosial. Namun perlu dipahami bahwa
kelompok sosial dalam dunia nyata dan dunia maya pun memiliki berbagai
aturan untuk dapat menjadi bagian “identitas sosial”.
Tuntutan zaman dan iptek yang semakin berkembang merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan masyarakat mengalami perubahan sikap yang
cepat dan cross culture yang sangat mudah. Meskipun teknologi diciptakan oleh
manusia untuk membantu memudahkan pekerjaan dan interaksi manusia
(memberikan manfaat), namun di sisi lain juga terdapat berbagai kelemahan
ketika manusia tidak pandai dalam memilih penggunaan iptek yang efektif dan
efisien serta sesuai dengan norma. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah
mampu membawa perubahan yang sangat besar dan luar biasa bagi tatanan
kehidupan manusia, mulai dari cara berpikir, bersikap dan bertingkah laku
(Puteh, 2006: 131), diantaranya adalah pemanfaatan teknologi komunikasi
dalam siber. Berdasar konteks budaya siber, tesis Goffman ini dikembangkan

145
oleh Andrew Wood DAN Matthew Smith (2005:52-57) yang juga membahas
bagaimana identitas (individu dan sosial) itu berlaku di internet dengan
komunitas yang tidak berinteraksi secara langsung namun memiliki motif yang
hampir sama yang memunculkan kelompok sosial meskipun juga akan rawan
menimbulkan konflik sosial.

2. Sosial Media dan Kerahasiaan


Pengertian
Sosial media atau media sosial Menurut Andreas Kaplan dan Michael
Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi
berbasis internet yang dibangun diatas dasar ideologi dan teknologi Web
2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content.
Web 2.0 menjadi platform dasar media sosial.
Media sosial ada dalam ada dalam berbagai bentuk yang berbeda, termasuk
social network, forum internet, weblogs, social blogs, micro blogging,
wikis, podcasts, gambar, video, rating, dan bookmark sosial. Menurut
Kaplan dan Haenlein ada enam jenis media sosial: proyek kolaborasi
(misalnya, wikipedia), blog dan microblogs (misalnya, twitter), komunitas
konten (misalnya, youtube), situs jaringan sosial (misalnya facebook,
instagram), virtual game (misalnya world of warcraft), dan virtual social
(misalnya, second life).
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa
dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog,
jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan Wiki
merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh
masyarakat di seluruh dunia.

1) Fungsi Sosial Media


a) social media adalah media yang didesain untuk memperluas interaksi
sosial manusia menggunakan internet dan teknologi web.
b) Social media berhasil mentransformasi praktik komunikasi searah
media siaran dari satu institusi media ke banyak audience (“one to
many”) menjadi praktik komunikasi dialogis antar banyak audienc
(“many to many”).

146
c) Social media mendukung demokratisasi pengetahuan dan informasi.
Mentransformasi manusia dari pengguna isi pesan menjadi pembuat
pesan itu sendiri.

Selanjutnya McQuail berpendapat bahwa fungsi utama media bagi


masyaraka adalah:
a) Informasi : Inovasi, adaptasi, dan kemajuan.
b) Korelasi:
(1) Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa
dan informasi.
(2) Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan.
(3) Mengkoordinasi beberapa kegiatan
(4) Membentuk kesepakatan
c) Kesinambungan
(1) Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan
kebudayaan. khusus (subculture) serta perkembangan budaya
baru
(2) Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai.
d) Hiburan
(1) Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana
relaksasi.
(2) Meredakan ketegangan social
e) Mobilisasi : Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang
politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan, dan kadang
kala juga dalam bidang agama.

C. Rangkuman Materi
Media dapat diartikan sebagai: (1) alat, dan (2) alat atau sarana komunikasi
seperti majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Selain itu media juga
dapat diartikan sebagai sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio
visual, termasuk tekhnologi perangkat kerasnya. Jadi saat berkomunikasi
membutuhkan sebuah media yang artinya bahwa ketika melakukan komunikasi
dengan orang lain harus menggunakan alat atau sebuah sarana agar informasi atau

147
maksud dari pemikiran yang ingin kita sampaikan dapat ditangkap oleh mitra tutur
dengan baik.
Media sosial ada dalam ada dalam berbagai bentuk yang berbeda, termasuk
social network, forum internet, weblogs, social blogs, micro blogging, wikis,
podcasts, gambar, video, rating, dan bookmark sosial. Menurut Kaplan dan
Haenlein ada enam jenis media sosial: proyek kolaborasi (misalnya, wikipedia),
blog dan microblogs (misalnya, twitter), komunitas konten (misalnya, youtube),
situs jaringan sosial (misalnya facebook, instagram), virtual game (misalnya world
of warcraft), dan virtual social (misalnya, second life).

D. Evaluasi
1. Jelaskan dan analisis Media komunikasi (traditional versus modern)
2. Jelaskan dan analisis Social media dan kerahasiaan

E. Daftar Pustaka
Alyusi, S. D. (2016). Media Sosial: Interaksi, Identifikasi, dan Modal Sosial.
Jakarta: Kencana.
Ardianto, E. (2009). Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Baran, S. J. (2012). Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya.
Jakarta: Erlangga.
Dr. Rulli Nasrullah, M. (2017). Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan
Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

148
BAB XVII
EVALUASI KOMUNIKASI DAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB XVII ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
Evaluasi Komunikasi dan Psikologi Komunikasi

2. Entry Behaviour
Menguasai konsep dan menganalisis Evaluasi Komunikasi dan Psikologi
Komunikasi

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB XVII akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi
selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari isi BAB XVII


Mempelajari Evaluasi Komunikasi dan Psikologi Komunikasi dapat
meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai Evaluasi Komunikasi dan
Psikologi Komunikasi

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu diklarifikasikan
atau memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

149
B. Penyajian Materi
1. Evaluasi Komunikasi
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak
akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan,
pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam
bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris
yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran.
Sedangkan menurut pengertian istilah “evaluasi merupakan kegiatan
yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggu nakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh
kesimpulan”.39 Tahap penyusunan indikator kinerja untuk menilai kemajuan
program, hasil-hasil program, dan dampak program. Oleh karena itu, perlu
dilakukan evaluasi mulai dari evaluasi proses atau evaluasi formatif (on going
evaluation), evaluasi hasil atau evaluasi sumatif (evaluation of result), dan
evaluasi dampak pro (evaluation of impact).
Komunikasi merupakan kebutuhan dasar hidup manusia. Melalui
komunikasi sese- orang dapat menetapkan sebuah keputusan, mengemukakan
permasalahan, memecah- kan masalah, memberikan informasi, mele- paskan
ketegangan, memberikan pengetahuan, dan menanamkan keyakinan. Pada
umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang
dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggu- nakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya
tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut
komunikasi dengan bahasa nonverbal (Wikipedia, 2008). Melalui komunikasi,
sikap dan perasaan sese- orang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh
pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang
disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh komunikan. Sebuah komunikasi bukan
hanya sekedar pertukaran kata. Setiap perilaku memiliki potensi komu- nikasi:
tersenyum, merapikan rambut atau pakaian ketika ada orang lain, menatap,
mengangguk, mengerutkan kening, menutup hidung ketika ada orang merokok
di dekat dan berbagai contoh perilaku lainnya. Komunikasi merupakan
perwujudan dari ekspresi manusia tentang apa yang dipikir- kan dan

150
dirasakannya baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Mulyana (2004)
menjelaskan bahwa ada dua prinsip dasar yang harus dipatuhi oleh para peserta
komunikasi yaitu (1) peserta komunikasi seyogyanya menggunakan lambang-
lam- bang verbal dan nonverbal yang mereka kenal dan pahami untuk
menyampaikan maksud atau makna pesan komunikasinya, dan dalam keadaan
normal mereka mesti menafsirkan setiap lambang dengan cara yang hampir
sama pula; (2) dalam konteks komunikasi atasan-bawahan, atasan lebih
berkewajiban untuk menyesuaikan diri dengan gaya komunikasi bawahan
daripada sebaliknya. Jika Anda seorang berpendi- dikan berbicara dengan
tukang becak atau tukang sayur, Andalah yang harus mengubah gaya
komunikasi Anda dan mencoba memahami gaya komunikasi mereka, bukan
justru meminta mereka untuk menyesuaikan diri dengan gaya komunikasi Anda.
Apabila kedua prinsip tersebut tidak terpenuhi, baik salah satu ataupun
keduanya, maka komunikasi akan terhambat.

2. Psikologi Komunikasi
a. Pengertian
Komunikasi sebagai ilmu yang multidisiplin mempunyai banyak pengertian
dan makna sesuai dengan latar belakang bidang ilmu yang memberi
pengertian. Sehingga komunikasi dapat diartikan dalam perspektif sosiologi,
psikologi, psikologi sosial, antropologi, politik, dan sebagainya. Dalam
konsep ilmu Komunikasi, keterkaitan psikologi memang tidak bisa
ditinggalkan. Bahkan para Bapak Komunikasi tiga diantaranya adalah pakar
psikologi, Kurt Lewin, Paul Lazarzfeld dan Carl I Hovland. Meskipun
demikian, komunikasi bukanlah subdisiplin psikologi. Komunikasi sebagai
sebuah ilmu tersendiri memang menembus banyak disiplin ilmu.
Psikologi komunikasi mempunyai batasan makna yang sangat luas, meliputi
segala penyampaian energi, gelombang suara, tanda diantara tempat, sistem
atau organisme. Kata komunikasi sendiri dipergunakan sebagai proses,
sebagai pesan, sebagai pengaruh atau secara khusus sebagai pesan pasien
dalam psikoterapi. Jadi psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha
menguraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan
behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah internal mediation of

151
stimuli sebagai akibat berlangsungnya komunikasi (Fisher) Sementara
peristiwa behavioral adalah apa yang nampak ketika orang berkomunikasi.
b. Lingkup Psikologi Komunikasi
Psikologi komunikasi berkaitan dengan bagaimana mencapai komunikasi
yang efektif dalam interaksi manusia. Untuk itu maka memahami manusia
memang menjadi kemutlakan jika kita ingin berhasil/efektif dalam
berkomunikasi dengan manusia lain. Menurut Fisher dalam bukunya
Jalaludin Rahmat pendekatan psikologi komunikasi memiliki empat ciri-ciri,
yaitu:
1) Penerimaan Stimuli Secara Inderawi (Sensory Reception of Stimuly).
Pada proses ini komunikasi diawali atau bermula ketika panca indra kita
diterpa oleh stimuli, panca indra tersebut yakni mata, hidung, telinga,
kulit, dan mulut. Stimuli bisa berbentuk orang, pesan, suara, warna, dan
sebagainya; pokoknya segala hal yang mempengaruhi kita
2) Proses yang Mengantarai Stimuli dan Respons (Internal Mediation
Of Stimuli).
Pada ciri pendekatan ini, stimuli yang ditangkap oleh alat indera,
kemudian diolah dalam otak. Kita hanya mengambil kesimpulan tentang
proses yang terjadi pada otak dari respons yang tampak. Melalui tanda-
tanda yang diketahui, seperti tersenyum, tepuk tangan, dan meloncat-
loncat, yang memiliki arti sedang gembira
3) Prediksi Respons (Prediction of Response)
Pada pendekatan ciri ini, Respons yang terjadi pada masa lalu dapat dapat
dilihat serta dapat diramal responya untuk masala mendatang. Kuncinya,
harus mengetahui sejarah respons terdahulu, sebelum meramalkan respons
individu saat ini
4) Peneguhan Response (Reinforcement of Response)
Pada pendekatan ciri ini timbul perhatian pada gudang memori (memori
storage) dan set (penghubung masa lalu dan masa sekarang). Salah satu
unsur sejarah respons ialah peneguhan. Peneguhan adalah respons
lingkungan (atau orang lain pada respons organisme yang asli). Berger
dan Lambert menyebutnya feedback (umpan balik), tetapi Fisher tetap
menyebutnya Peneguhan

152
Menurut George A. Miller, psikologi komunikasi adalah ilmu yang
berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental
dan perilaku komunikasi individu. Peristiwa mental adalah proses yang
mengantarai stimuli dan respons (internal mediation of stimuli) yang
berlangsung sebagai akibat belangsungnya komunikasi.

3. Tujuan Psikologi Komunikasi Secara Umum


Psikologi meneliti kesadaran dan pengalaman manusia. Hal tersebut
diarahkan pada pusat perhatian perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan
proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku manusia itu. Psikologi
pada perilaku individu komunikan. Ketika akan melakukan komunikasi, tak bisa
dipungkiri membutuhkan pihak lain sebagai pendengar atau komunikan untuk
merespon pesan yang disampaikan.
Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respon yang terjadi pada
masa lalu dapat meramalkan respon yang terjadi pada masa yang akan datang.
George A. Miller membuat definisi psikologi yang mencakup semuanya:
Psychology is the science that attempts to describe, predict, and control mental
and behavioral event. Dengan demikian, psikologi komunikasi adalah imu yang
berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan persistiwa mental dan
behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah ”internal meditation of
stimuli”, sebagai akibat berlangsungya komunikasi. Komunikasi adalah
peristiwa sosial, peristiwa yang terjadi ketika manusa berinteraksi dengan
manusia yang lain. Peristiwa sosial secara psikologis membawa kita pada
psikologi sosial. Pendekatan psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi
komunikasi.
Konsep ini menunjukkan bahwa psikologi komunikasi sangat berperan
dalam perubahan perilaku manusia, terutama saat manusia berkomunikasi
dengan manusia lain, baik yang sifatnya interpersonal, kelompok, maupun
massa. Ketika seseorang memahami dan mengerti psikologi komunikasi, saat
komunikasi berlangsung antara komunikator dan komunikan, orang mampu
melihat dan menganalisis gerak dan tingkah kedua komponen tersebut, yang
berbicara dan yang mendengar. Dengan menganalisis pandangan ini, maka
peran ilmu psikologi komunikasi dalam perkembangan masyarakat dan
pengetahuan cukup besar.

153
C. Rangkuman Materi
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan
diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan
serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia,
akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang
berarti penilaian atau penaksiran.
Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respon yang terjadi pada masa
lalu dapat meramalkan respon yang terjadi pada masa yang akan datang. George A.
Miller membuat definisi psikologi yang mencakup semuanya: Psychology is the
science that attempts to describe, predict, and control mental and behavioral event.
Dengan demikian, psikologi komunikasi adalah imu yang berusaha menguraikan,
meramalkan, dan mengendalikan persistiwa mental dan behavioral dalam
komunikasi. Peristiwa mental adalah ”internal meditation of stimuli”, sebagai akibat
berlangsungya komunikasi. Komunikasi adalah peristiwa sosial, peristiwa yang
terjadi ketika manusa berinteraksi dengan manusia yang lain. Peristiwa sosial secara
psikologis membawa kita pada psikologi sosial. Pendekatan psikologi sosial adalah
juga pendekatan psikologi komunikasi.

D. Evaluasi
Jelaskan dan Analisis Evaluasi Komunikasi dan psikologi komunikasi

E. Daftar Pustaka
Firdaus, H. P. E. (2016). Analysis Of Mathematical Communication Skills Students
In Mathematics Education At Study Course Junior High School Mathematics.
International Conference on Education (IECO) Proceeding 2016, 1, 344-351
Mukarom, Z., & Rusdiana, A. (2017). Komunikasi dan Teknologi Informasi
Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Rusman. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Supriadie, D., & Darmawan, D. (2012). Komunikasi Pembelajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

154
BAB XVIII
TANTANGAN DAN HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI

A. Pendahuluan
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari BAB XVIII ini diharapkan mahasiswa mampu memahami:
Tantangan dan hambatan dalam komunikasi

2. Entry Behaviour
Menguasai konsep dan menganalisis tantangan dan hambatan komunikasi

3. Keterkaitan dengan Materi lain


Memahami BAB XVIII akan memudahkan mahasiswa mempelajari materi
selanjutnya.

4. Pentingnya Mempelajari isi BAB XVIII


Mempelajari Evaluasi Komunikasi dan Psikologi Komunikasi dapat
meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai Tantangan dan hambatan dalam
komunikasi

5. Petunjuk Mempelajari Isi BAB


a. Bacalah tujuan mempelajari isi BAB ini dan kemampuan yang harus dicapai
b. Baca dan pahami setiap isi BAB
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu diklarifikasikan
atau memerlukan pemahaman lebih lanjut
d. Buatlah ringkasan tiap sub BAB agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan

155
B. Penyajian Materi
1. Tantangan Komunikasi
Kehadiran teknologi dalam berkomunikasi telah memberikan perubahan bagi
siapapun yang menggunakan teknologi untuk saling berinteraksi, mereka dapat
terhubung dalam waktu bersamaan tanpa mengkhawatirkan batas geografis dan
keterlibatan fisik, bahkan teknologi telah mewakili kehadiran dalam
berkomunikasi. Adanya perubahan tentang komunikasi pada era media
konvensional.
Di era konvensional komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok,
komunikasi dalam organisasi berlangsung secara tatap muka dan secara
langsung, dimana komunikasi dilakukan dengan berhadapan fisik, pada waktu
dan tempat yang telah ditentukan sehingga hal tersebut memerlukan banyak
waktu dan biaya, sebagai contoh perlunya biaya transportasi untuk menuju
tempat pertemuan dan juga komunikasi tidak dapat dilakukan dimana saja
sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan organisasi dalam
mencapai tujuan. Ada dua tantangan saat ini yang dihadapi para pemimpin
menggunakan media sosial dan mengembangkan keterampilan untuk
berkomunikasi dalam krisis.
a. Kepemimpinan melalui Media Sosial
Semua orang tahu tentang media sosial, terutama Facebook dan Twitter
yang telah mengubah cara orang menjalani kehidupan sosial mereka. Media
sosial mengacu pada berbagai aplikasi berbasis Internet, termasuk jejaring
sosial, wiki, blog, dan sebagainya, yang memungkinkan pembuatan dan
pembagian konten yang dibuat pengguna. Orang menuntut hubungan pribadi
yang lebih dekat dengan para pemimpin dan komunikasi yang lebih terbuka
dan jujur. Media sosial secara langsung mendukung kecenderungan
keterbukaan, transparansi dan memberi para pemimpin cara baru untuk
menghubungkan dan membangun hubungan dengan karyawan di seluruh
organisasi maupun seluruh dunia. Ketika orang merasa bahwa mereka
termasuk dalam komunitas dengan orang lain, nilai keterikatan mereka
terhadap organisasi meningkat. Pemimpin harus menyadari bahwa di dunia
sekarang ini, terutama bagi para pegawainya bahwa "komunitas" sering
dibangun melalui media sosial. Salah satu contoh kemajuan teknologi

156
komunikasi menyebabkan manusia dapat berkomunikasi dengan masyarakat
luas seolah tak dibatasi oleh batasan apapun.

b. Menjadi Krisis-Siap
Komunikasi adalah bagian penting dari pekerjaan seorang pemimpin, namun
tidak lama lagi, hal itu lebih penting daripada pada saat terjadi perubahan,
ketidakpastian, atau krisis yang cepat. Semua orang mendengar tentang
krisis besar yang mempengaruhi organisasi. Agar siap untuk berkomunikasi
dalam krisis, para pemimpin dapat mengembangkan keterampilan:

2. Komponen Hambatan komunikasi


Menurut Fajar (2009), terdapat beberapa hambatan dalam komunikasi , yaitu:
a. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan
belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh
perasaan atau situasi emosional sehingga mempengaruhi motivasi, yaitu
mendorong seseorang untuk bertindak sesuai keinginan, kebutuhan atau
kepentingan.
b. Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa
yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu,
simbol yang digunakan antara si pengirim dengan si penerima tidak sama
atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
c. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaaan media
komunikasi, misalnya gangguan suara radio sehingga tidak dapat
mendengarkan pesan dengan jelas
d. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi
oleh si penerima.
e. Hambatan dari penerima pesan. Misalnya kurangnya perhatian pada saat
menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan
tidak mencari informasi lebih lanjut.

3. Faktor Penghambat Komunikasi


Wursanto (2005) meringkas hambatan komunikasi terdiri dari tiga macam,
yaitu:

157
a. Hambatan yang bersifat teknis
Hambatan yang bersifat teknis adalah hambatan yang disebabkan oleh
berbagai faktor, seperti :
1) Kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses
komunikasi
2) Penguasaan teknik dan metode berkomunikasi yang tidak sesuai
3) Kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya proses komunikasi
yang dibagi menjadi kondisi fisik manusia, kondisi fisik yang
berhubungan dengan waktu atau situasi/ keadaan, dan kondisi peralatan
b. Hambatan semantik
Hambatan yang disebabkan kesalahan dalam menafsirkan, kesalahan dalam
memberikan pengertian terhadap bahasa (kata-kata, kalimat, kode-kode)
yang dipergunakan dalam proses komunikasi.
c. Hambatan perilaku
Hambatan perilaku disebut juga hambatan kemanusiaan. Hambatan yang
disebabkan berbagai bentuk sikap atau perilaku, baik dari komunikator
maupun komunikan. Hambatan perilaku tampak dalam berbagai bentuk,
seperti :
1) Pandangan yang sifatnya apriori
2) Prasangka yang didasarkan pada emosi
3) Suasana otoriter
4) Ketidakmauan untuk berubah
5) Sifat yang egosentris

C. Rangkuman Materi
Komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi dalam
organisasi berlangsung secara tatap muka dan secara langsung, dimana komunikasi
dilakukan dengan berhadapan fisik, pada waktu dan tempat yang telah ditentukan
sehingga hal tersebut memerlukan banyak waktu dan biaya, sebagai contoh
perlunya biaya transportasi untuk menuju tempat pertemuan dan juga komunikasi
tidak dapat dilakukan dimana saja sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi
perkembangan organisasi dalam mencapai tujuan. Ada dua tantangan saat ini yang
dihadapi para pemimpin menggunakan media sosial dan mengembangkan
keterampilan untuk berkomunikasi dalam krisis. Terdapat beberapa hambatan

158
dalam komunikasi , yaitu: Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang
akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi
oleh perasaan atau situasi emosional sehingga mempengaruhi motivasi, yaitu
mendorong seseorang untuk bertindak sesuai keinginan, kebutuhan atau
kepentingan. Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena
bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu,
simbol yang digunakan antara si pengirim dengan si penerima tidak sama atau
bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.

D. Evaluasi
Jelaskan dan analisis tantangan dan hambatan dalam komunikasi

E. Daftar Pustaka
Ardianto Elvinaro, dan Komala lukiati. 2005. Komuniksi Massa., Bandung
Simbiosa Rekatama Media
DeVito, Joseph. 1997. Komunikasi antarmanusia. Jakarta: Professional Books.
Liliweri, Alo. 2003. Makna budaya dalam komunikasi antarbudaya. Yogyakarta:
LKiS
Liliweri, Alo. 2004. Dasar-dasar komunikasi antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

159

Anda mungkin juga menyukai