Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS ISU

INSTANSI

Nama Peserta : Irma Estri Herminia, S.Pd.

Nama Instansi : SD Negeri Terumbu

Nama Tutor : Endarto, S.Pd.

Angkatan : IV

Kelompok :4
1. Menentukan Isu Instansi

Berdasarkan isu yang telah saya amati selama pelaksanaan tugas mengajar di SD
Negeri Terumbu Kecamatan Kasemen Kota Serang, saya akan menganalisis isu dengan
teknik APKL yaitu Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Layak. Analisis APKL
merupakan alat bantu untuk menganalisis ketepatan dan kualitas isu dengan
memperhatikan tingkat aktual, problematik, kekhalayakan dan layak dari isu-isu yang
ditemukan di lingkungan unit kerja.

a. Aktual (A), yaitu isu tersebut masih dibicarakan atau belum terselesaikan hingga
masa sekarang;

b. Problematik (P), yaitu isu yang menyimpang dari harapan standar ketentuan yang
menimbulkan kegelisahan yang perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya.

c. Kekhalayakan (K), yaitu isu yang diangkat secara langsung menyangkut hajat hidup
orang banyak dan bukan hanya untuk kepentingan seseorang atau sekelompok kecil
orang.

d. Layak (L), yaittu isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis, dan dapat dibahas
sesuai dengan tugas, hak, wewenang, dan tanggung jawab hingga akhirnya diangkat
menjadi isu yang prioritas.
Teknik analisis isu APKL ini menetapkan rentang penilaian (1-5) dengan
ketentuan nilai 1 berarti sangat kecil, nilai 2 berarti kecil,nilai 3 berarti sedang, nilai 4
berarti besar, dan nilai 5 berarti sangat besar.

Tabel Teknik APKL


No. Isu A P K L Total Rangking
Nilai
1.
Kurangnya pembiasaan/ literasi pada siswa
5 4 5 5 19 II
2.
Kurang baiknya perilaku belajar siswa
2 3 1 2 8 III
3. Rendahnya minat belajar siswa 5 5 5 5 20 I

Isu- isu yang saya amati ketika dalam lingkungan pekerjaan diantaranya:
kurangnya pembiasaan atau literasi pada siswa, kurang baiknya perilaku belajar siswa,
serta isu rendahnya minat belajar siswa.. Berdasarkan hasil analisis APKL dari ketiga isu
tersebut, isu yang memenuhi syarat dan paling dominan yang harus segera dicari
solusinya yaitu “Rendahnya Minat Belajar Siswa” dan “Kurangnya pembiasaan/literasi
pada siswa”. Apabila isu tersebut tidak segera ditindaklanjuti, maka akan terjadi dampak
negatif yaitu hasil belajar siswa yang menurun dan salah satu misi sekolah untuk
meningkatkan prestasi akademik dan non akademik tidak tercapai. Sedangkan isu
tentang “Kurang baiknya perilaku belajar siswa tidak memenuhi syarat karena tidak sesuai
asas aktual, kekhalayakan, dan layak. Karena tidak terkait dengan hidup banyak orang
misal siswa dengan guru.

Kemudian, dari hasil analisis mengggunakan APKL, dari 3 isu tersebut terdapat 2
isu yang terpilih. Untuk menentukan isu mana yang lebih dominan dan paling menjadi
prioritas, kedua isu ini kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis kriteria
Urgency (U), Seriousness (S), Growth (G) atau yang biasa disebut identifikasi USG.
Adapun pengertian dari identifikasi USG yaitu :
a. Urgency (U), yaitu seberapa mendesaknya masalah tersebut untuk diselesaikan
berkaitan dengan dimensi waktu.
b. Seriousness (S), yaitu mengacu pada penyelesaian masalah dikaitkan dengan
akibat, bisa menimbulkan masalah baru.
c. Growth (G), yaitu berkaitan dengan kemungkinan berkembang memburuk jika tidak
diselesaikan.
Dengan menetapkan rentang penilaian (1-5) dengan ketentuan nilai 1 berarti
sangat tidak mendesak/gawat dan dampak, nilai 2 berarti tidak mendesak/gawat dan
dampak, nilai 3 berarti cukup mendesak/gawat dan dampak, nilai 4 berarti
mendesak/gawat dan dampak, dan nilai 5 berarti sangat mendesak/gawat dan dampak.

Tabel Teknik USG


Total
No Isu U S G Rangking
Nilai

1 Kurangnya pembiasaan/ literasi pada siswa 3 2 3 8 II


2 Rendahnya minat belajar siswa 5 5 5 15 I

Berdasarkan hasil analisis menggunakan teknik USG, isu paling prioritas adalah
“Rendahnya minat belajar siswa”. Isu ini menjadi lebih prioritas dibandingkan “Kurangnya
pembiasaan/literasi pada siswa” karena rendahnya minat belajar lebih mendesak dalam
waktu dekat harus diatasi karena berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh
siswa.
2. Penyebab Isu
Minat belajar adalah kecenderungan individu untuk memiliki rasa senang tanpa
ada paksaan sehingga dapat menyebabkan perubahan pengetahuan, ketrampilan, dan
tingkah laku/sikap. Minat belajar itu sendiri merupakan faktor yang sangat penting dalam
keberhasilan belajar. Penyebab rendahnya minat belajar siswa tersebut saya identifikasi
menurut kategori-kategori dengan menggunakan pisau analisis Fishbone ( 5M+1E) yaitu
Method (Metode), Man(Manusia), Material (Material), Measurement (Pengukuran),
Machine (Mesin), dan Environment (Lingkungan).
Diagram di bawah merupakan diagram fishbone penyebab “Rendahnya minat
belajar siswa”.
Dari diagram di atas bisa kita lihat terdapat beberapa penyebab rendahnya minat
belajar siswa. Penyebabnya yaitu tidak ada penilaian terhadap sikap siswa, nilai siswa
yang rendah pada suatu mapel, tidak menggunakan media pembelajaran, alat peraga
kurang memadai, daya tangkap siswa yang berbeda, guru kurang persiapan ketika akan
mengajar, metode pembelajaran yang digunakan kurang menarik, kurangnya pemberian
rewards kepada siswa, lingkungan fisik (sekolah/ruang kelas) yang kurang memadai,
lingkungan sosial-emosional sekolah kurang kondusif, materi pelajaran sulit dipahami,
serta materi yang belum tuntas diajarkan. Dalam menentukan penyebab mana yang lebih
dominan dan menjadi prioritas dari kategori tersebut, saya menggunakan kembali analisis
kriteria Urgency (U), Seriousness (S), Growth (G) atau yang biasa disebut identifikasi
USG.
Dengan menetapkan rentang penilaian (1-5) dengan ketentuan nilai 1 berarti
sangat tidak mendesak/gawat dan dampak, nilai 2 berarti tidak mendesak/gawat dan
dampak, nilai 3 berarti cukup mendesak/gawat dan dampak, nilai 4 berarti
mendesak/gawat dan dampak, dan nilai 5 berarti sangat mendesak/gawat dan dampak

Tabel USG Penyebab Rendahnya Minat Belajar Siswa


Total
No Penyebab U S G Rangking
Nilai

1 Tidak ada penilaian terhadap sikap siswa 5 3 3 11 V


2 Nilai siswa yang rendah pada suatu mata pelajaran 2 2 3 7 IX
3 Tidak menggunakan media pembelajaran 5 5 5 15 I

4 Alat peraga kurang memadai 5 4 3 12 IV


5 Daya tangkap siswa berbeda 2 3 3 8 VIIII
6 Guru kurang persiapan ketika akan mengajar 1 2 3 6 X
7 Metode pembelajaran yang digunakan kurang menarik 5 4 5 14 II
8 Kurangnya pemberian rewards kepada siswa 5 3 5 13 III
9 Lingkungan fisik (sekolah/ruang kelas) yang kurang 3 2 4 9 VII
memadai
10 Lingkungan sosial-emosional sekolah kurang kondusif 1 2 2 5 XI
11 Materi pelajaran sulit dipahami 4 3 3 10 VI
12 Materi belum tuntas diajarkan 1 2 1 4 XII

Berdasarkan hasil analisis dalam menentukan penyebab yang paling dominan


menggunakan identifikasi USG, dibandingkan dengan penyebab yang lain penyebab
dari isu “Rendahnya minat belajar siswa” yaitu guru tidak menggunakan media
pembelajaran.
Khusus pada anak Sekolah Dasar, sebagai seorang guru kita harus dituntut untuk
lebih kreatif ketika memberikan pelajaran agar siswa tertarik dengan pelajaran yang kita
sampaikan. Yaitu dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik dan
bermakna bagi siswa sehingga siswa mudah dalam menerima materi yang
disampaikan. Selain itu, juga dapat membantu guru dalam menyampaikan materi
pelajaran. Apabila guru tidak menggunakan media pembelajaran, maka minat belajar
siswa dalam belajar akan rendah sehingga akan berdampak pula pada hasil belajarnya.
Beberapa media pembelajaran yang bisa digunakan untuk meningkatkan minat
belajar siswa yaitu:
1. media audio (seperti: bunyi-bunyian bisa dari radio, atau rekaman suara)
2. media visual (seperti: foto, potongan gambar, bagan, diagram, poster dll)
3. media audio visual (seperti: video yang ditampilkan pada layar proyektor,
televisi)
4. benda-benda yang dapat didemonstrasikan
----------------------------TERIMAKASIH.............................................

Anda mungkin juga menyukai