Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SEKOLAH (SIM) DI MASA

PANDEMI

Disusun Oleh:

Danny Septana Wahidi, S,Si NIM : 413810319111

Gozali NIM : 413810319119

Saepulloh NIM : 413810318050

Cece Saripudin NIM : 413810319118

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

PROGRAM PASCA SARJANA

BANDUNG

2021
A. LATAR BELAKANG MASALAH

Era revolusi industri 4.0 akan berdampak pada peran pendidikan khususnya peran
pendidiknya. Jika peran pendidik masih mempertahankan sebagai penyampai pengetahuan,
maka mereka akan kehilangan peran seiring dengan perkembangan teknologi dan
perubahan metode pembelajarannya. Kondisi tersebut harus diatasi dengan menambah
kompetensi pendidik yang mendukung pengetahuan untuk eksplorasi dan penciptaan melalui
pembelajaran mandiri.
Sistem Informasi Manajemen Sekolah adalah sebuah sistem informasi untuk
kebutuhan manajemen lembaga pendidikan dalam hal ini adalah sekolah, yaitu TK, SD,
SMP, dan SMA. SIM sekolah dikembangkan secara terpadu dimulai dari proses operasional
pendaftaran siswa baru, proses akademik, pengelolaan keuangan, sampai operasional siswa
menjadi alumni.
SIM sekolah merupakan proses operasional sekolah. SIM sekolah juga dirancang
sesuai dengan standar tertentu, sehingga segala kebutuhan pelaporan dari sekolah ke
Dinas Penddiikan Daerah maupun untuk kebutuhan Kemdikbud dapat dilakukan dengan
mudah. Dengan adanya SIM sekolah manajemen pendidikan menjadi lebih mudah dan
terkontrol dan sangat tepat dalam era industri 4.0 ini.
Dalam menghadapi globalisasi, terlebih pada masa pandemi covid 19 yang
mengharuskan pembelajaran jarak jauh, sistem informasi semakin dibutuhkan oleh lembaga
pendidikan, khususnya dalam meningkatkan kelancaran aliran informasi dalam lembaga
pendidikan, kontrol kualitas, dan menciptakan aliansi atau kerja sama dengan pihak lain
yang dapat meningkatkan nilai lembaga pendidikan tersebut.

B. TEORI

Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0 untuk menggambarkan berbagai cara


mengintegritaskan teknologi cyber baik secara fisik maupun non fisik dalam pembelajaran.
Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0 adalah fenomena yang merespons kebutuhan revolusi
industri dengan penyesuaian kurikulum baru sesuai situasi saat ini.

Internet Of Things (IOT)


Perkembangan dan penggunaan teknologi telah membawa perubahan yang besar pada
dunia pendidikan. Revolusi digital telah menghasilkan implementasi internet di dalam sistem
sekolah dengan e-learning. IoT menambahkan dimensi lain pada fenomena ini yang nantinya
akan mengubah cara proses kegaitan belajar mengajar dengan memberikan pengalaman
pendidikan yang lebih efisien dan mendalam. Data yang didapat dari IoT tersebut bisa
membantu dalam pelacakan sumber daya untuk membuat rencana siswa yang lebih baik.

IoT dapat digunakan secara efektif di lingkungan sekolah menengah dan universitas, di
mana para siswa sudah beralih dari buku teks kertas ke e-book. Dengan sistem IoT maka akan
membantu mendeteksi keberadaan siswa di dalam kelas, meniadakan kebutuhan untuk
mengambil kehadiran secara manual, sehingga bisa lebih menghemat waktu.

Beberapa penerapan IoT dalam bidang pendidikan di bawah ini bisa dilakukan guna
meningkatkan kualitas bagi siswa, guru dan sekolah itu sendiri.

Pembelajaran Interaktif

Saat ini proses belajar tidak hanya terbatas pada pembelajaran dengan kombinasi gambar dan
teks tetapi bisa lebih dari itu. Banyak buku teks yang telah digabungkan ke situs berbasis web
yang menggabungkan silabus, video, animasi tambahan, penilaian, dan materi lainnya untuk
membantu proses pembelajaran. Hal itu akan memberikan perspektif yang lebih luas kepada
siswa dalam memperoleh pengetahuan tentang hal-hal baru dengan pemahaman dan interaksi
yang lebih baik. 

Keamanan

Dalam setiap lembaga pendidikan pasti akan banyak siswa yang kemudian terbagi-bagi lagi
dalam sebuah kelas. Dengan banyaknya siswa tersebut tentu akan sangat sulit memantau
mereka satu persatu. Selain itu, siswa di lembaga pendidikan lebih rentan terhadap risiko dan
membutuhkan keamanan yang cerdas jika dibandingkan dengan populasi di tempat lain. IoT
dapat membantu dalam meningkatkan keamanan sekolah, perguruan tinggi, dan pusat
pembelajaran lainnya. Dengan bantuan teknologi seperti penentuan posisi 3D, siswa dapat
dipantau 24/7 dan kehadiran mereka dapat dilaporkan pada titik waktu tertentu. Pilihan tombol
akan adanya marabahaya juga disediakan oleh teknologi ini dengan adanya peringatan alarm
jika diperlukan dan dapat menghentikan terjadinya insiden tak terduga.
Aplikasi Pendidikan

Aplikasi pendidikan yang memanfaatkan IoT dapat dianggap sebagai alat kreatif yang kuat dan
mengubah cara kegiatan belajar mengajar. Aplikasi ini juga memungkinkan para guru dan siswa
untuk membuat buku teks grafik 3D yang menampilkan video dan memberikan kemampuan
untuk membuat catatan. Aplikasi pendidikan tersebut menyediakan banyak fitur yang
menawarkan pembelajaran yang menarik dalam proses belajar mengajar.

Meningkatkan Efisiensi

Di beberapa sekolah dan perguruan tinggi, banyak waktu yang dihabiskan untuk kegiatan yang
menyita waktu dan akhirnya melenceng dari tujuan utama dari lembaga pendidikan itu sendiri.
Misalnya dengan mengecek kehadiran siswa yang harus dilakukan beberapa kali dalam sehari.
Selain itu, data ini harus dikirim ke kantor pusat untuk tujuan yang berbeda-beda. Adanya IoT
akan membantu sistem yang tidak efisien ini. Dengan bantuan perangkat IoT, data ini dapat
dikumpulkan dan dikirim ke server kantor pusat secara otomatis. Ini memungkinkan para guru
dan siswa untuk lebih berkonsentrasi pada proses kegiatan belajar mengajar yang merupakan
fungsi inti dari setiap lembaga pendidikan.

Aplikasi IoT dalam pendidikan tidak terbatas dan sudah mulai diterapkan oleh
beberapa smart school saat ini. Dalam jangka panjang, memanfaatkan data yang dikumpulkan
oleh perangkat IoT dapat membantu meningkatkan keamanan dan memelihara lingkungan
belajar bagi siswa. Meskipun perangkat IoT membutuhkan investasi modal awal yang tinggi, di
masa depan manfaat yang di dapat akan jauh lebih besar daripada kekurangannya. Hal ini tidak
hanya akan membuat proses pembelajaran menjadi lebih baik tetapi juga bisa mengurangi
biaya operasional. 

Sutanta (2003) menyebutkan bahwa suatu sistem itu sendiri harus mempunyai elemen sebagai
berikut :

1. Mempunyai komponen (components). Komponen ini merupakan segala sesuatu yang


menjadi bagian penyusun sistem yang bersifat abstrak maupun nyata. Komponen sistem biasa
juga disebut subsistem yang dapat berupa orang, benda, hal, atau kejadian yang terlibat dalam
sistem. 2. Mempunyai batas (boundary). Batasan ini digunakan untuk membedakan suatu
sistem dengan sistem lainnya dan juga memberikan batasan tinjauan terhadap sistem.
3. Mempunyai lingkungan (environtment). Lingkungan sistem adalah segala sesuatu yang
berada di luar sistem yang dapat menguntungkan maupun merugikan. Lingkungan yang
menguntungkan akan tetap dijaga untuk keberlangsungan sistem sedangkan yang merugikan
akan diupayakan untuk memberikan efek sekecil mungkin atau bahkan dihilangkan.

4. Mempunyai penghubung/ antar muka (interface) antar komponen. Penghubung/ antar muka
merupakan sarana yang memungkinkan setiap komponen sistem dapat saling berinteraksi dan
berkomunikasi dalam menjalankan masing- masing fungsinya.

5. Mempunyai masukan (input). Masukan ini merupakan segala sesuatu yang perlu dimasukan
ke dalam sistem sebagai bahan yang akan diolah untuk menghasilkan keluaran yang berguna.
6. Mempunyai pengolahan (processing). Pengolahan merupakan komponen sistem yang
berperan utama untuk mengolah masukan menjadi keluaran yang berguna.

7. Mempunyai keluaran (output). Keluaran ini berupa berbagai macam bentuk yang dihasilkan
oleh komponen pengolahan.

8. Mempunyai sasaran (objectives) dan tujuan (goals). Sasaran sistem adalah apa yang ingin
dicapai oleh sistem untuk jangka waktu yang relatif pendek. Sedangkan tujuan merupakan hasil
akhir atau kondisi akhir yang ingin dicapai sistem untuk jangka waktu yang panjang.

9. Mempunyai kendali (control). Bagian kendali mempunyai peran utama untuk menjaga proses
dalam sistem agar dapat berlangsung secara normal sesuai dengan batasan yang ditetapkan
sebelumnya.

10. Mempunyai umpan balik (feedback). Umpan balik diperlukan oleh bagian kendali (control)
sistem untuk mengecek terjadinya penyimpangan proses dalam sistem dan mengembalikannya
ke dalam kondisi normal.

Menurut Zeithaml & Bitner (2004), yang menjadi indikator kepuasan konsumen
pendidikan adalah:

1. Tangibles (yang terukur/ berwujud) Secara bahasa tangibles adalah segala atribut
yang mudah dideteksi oleh indera. Dalam hal ini sesuatu yang berwujud yang dapat
mempengaruhi siswa adalah sesuatu yang bersifat fisik di sekolah diantaranya keberesihan,
kerapihan, dan kenyamanan sekolah juga kelengkapan dan kesiapan alatalat yang digunakan
untuk proses pembelajaran.

2. Realiability (keandalan) Keandalan (reliability) yaitu kemampuan


guru/dosen/karyawan/pengurus untuk memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan,
terpercaya, akurat dan konsisten. Dalam hal ini dituntut profesionalisme guru/ dosen/ karyawan/
pengurus sekolah dalam menjalankan tugasnya.

3. Responsiveness (kemampuan reaksi/ daya tanggap) Responsiveness adalah


kemauan dari dosen/karyawan dan pemilik lembaga untuk membantu pelanggan (sekolah) dan
memberikan jasa dengan cepat dan bermakna serta kesediaan mendengar dan mengatasi
keluhn yang diajukan konsumen.

4. Competence (kompeten) Competence (kompeten) adalah kemampuan individu untuk


melaksanakan tugasnya dengan benar. Dalam hal ini, siswa di sekolah mendapatkan
pelayanan atau pengajaran dari karyawan atau guru yang kompeten dalam bidangnya.

5. Courtesy (kehormatan) Courtesy (kehormatan) adalah sikap yang ditunjukan sekolah


dalam melayani siswanya. Dalam hal ini sekolah benar- benar memposisikan siswa sebagai
pelanggan yang akan mempengaruhi nilai sekolah itu sendiri.

6. Credibility (kredibilitas) Credibility (kredibilitas) mengacu pada komponen objektif atau


subjektif dari kepercayaan terhadap pesan yang dibawa. Dalam hal ini siswa mendapatkan
kebutuhan yang dapat dipercaya dari sekolahnya.

7. Security (keamanan) Security (keamanan) adalah perasaan aman dan nyaman siswa
terhadap pelayanan yang didapatkannya.

8. Access (akses) Access (akses) dalam hal ini ditunjukan dengan kemudahan siswa
dalam mendapatkan pelayanan guna memenuhi kebutuhannya selama proses pembelajaran di
sekolah.

9. Communication (mampu berkomunikasi) Communication disini ditunjukan oleh


kemampuan penyedia layanan pendidikan (sekolah) dalam berkomunikasi dengan
pelanggannya (siswa), sehingga siswa tidak merasa kesulitan untuk mendapatkan segala
kebutuhannya dalam proses pembelajaran di sekolah.
10. Understanding the customer (mengerti pelanggan) Understanding the customer
merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh penyedia layanan jasa, yaitu
mengerti akan kebutuhan pelanggannya. Dengan kemampuan penyedia jasa akan hal ini, maka
pemenuhan kebutuhan pelanggan (siswa) akan lebih mudah untuk dilaksanakan.

C. PEMBAHASAN

Mewabahnya virus Covid-19 diseluruh dunia, sempat menjadi faktor penghambat dalam
semua lini kehidupan manusia, tak terkecuali didalam pendidikan itu sendiri. Lembaga
pendidikan terpaksa harus melaksanakan pembelajaran menggunakan E-Learning
(pembelajaran berbasis elektronik). Disinilah peran teknologi tidak lagi bisa disepelehkan.
Dampaknya adalah, lembaga pendidikan berlomba-lomba untuk mengembangkan sarana
pembelajaran berbasis internet dan elektronik demi keberlangsungan proses belajar mengajar.

Perbedaan yang terlihat jelas adalah pada manajemen kurikulum/ pembelajaran.


Perubahan dari pertemuan tatap muka didalam kelas, kepada pertemuan menggunakan media
elektronik tidak bisa dianggap sepeleh. Jika salah mengambil langkah, bisa-bisa pembelajaran
tidak bisa berjalan dengan baik. Salah satu sarana SIM pendidikan di masa pandemi ini adalah
E-Learning. Didalam E-Learning, terdapat interaksi antara guru dan murid, seperti pembelajaran
pada umumnya. Namun, yang sedikit berbeda adalah, semua hal yang berkaitan dengan
pembelajaran harus diunggah ke sistem Elearning, seperti daftar hadir, tugas harian, materi
pembelajaran, dan penilaian harian. Sehingga, lembaga pendidikan membutuhkan SIM
pendidikan yang cukup tangguh untuk meng-cover semua kebutuhan pendidik dan peserta didik
saat proses belajar mengajar.

5 kriteria SIM sekolah :

• Penerapan teknologi informasi dan komunikasi harus menyediakan kemudahan dalam


akses sumber daya pembelajaran pada sumber belajar;
• Penerapan teknologi informasi dan komunikasi harus menghadirkan kesamaan kondisi
pembelajaran virtual dengan lingkungan belajar yang tradisional (kelas tatap muka);

• Penerapan teknologi informasi dan komunikasi harus menghadirkan sistem


pembelajaran yang efektif dengan memanfaatkan dan menggunakan learning
mangement system (LMS);

• penerapan teknologi informasi dan komunikasi harus memfasilitasi semua pengguna


tanpa terbatas pada pengalaman menggunakan teknologi tersebut;

• penerapan teknologi informasi dan komunikasi harus mampu menjadi media interaksi
antara pengajar dan pembelajar,

• Literasi teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran jarak jauh di masa
pandemi secara tidak langsung menjadi faktor penentu. Kemampuan mengoperasikan
teknologi informasi dan komunikasi baik oleh pendidik maupun peserta didik bisa
menentukan berhasil atau tidaknya sebuah pembelajaran. Hal ini sangat berdampak
bagi pendidik maupun peserta didik. Dampaknya bagi peserta didik adalah peserta didik
akan lebih mudah dalam mengakses materi pembelajaran, mengunggah tugas harian,
atau bahkan sekdar mengisi kehadiran. Sedangkan dampak literasi TIK bagi pendidik
adalah mempermudah dalam menyampaikan materi pembelajaran, mempermudah
dalam mengawasi dan mengontrol peserta didik saat pembelajaran berlangsung, dan
mempermudah untuk menerima hasil tugas harian peserta didik.
D. Simpulan

1. Sistem informasi manajemen pendidikan yaitu kumpulan komponen yang sama-sama


bergerak untuk menyimpan, mengolah, dan membagikan informasi pendidikan, yang
pada nantinya digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam sebuah
lembaga pendidikan.

2. Teknologi informasi dan komunikasi merupakan kumpulan instrumen yang meliputi


perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam kegiatan yang terkait
dengan pemrosesan, manipulasi, pengolahan, dan transfer atau pemindahan informasi
antar media.

3. Teknologi informasi dan komunikasi berperan sebagai wadah ataupun sarana dalam
pembelajaran jarak jauh

4. Sistem informasi manajemen berperan sebagai inti untuk menyampaikan informasi


terkait pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh, literasi teknologi
informasi dan komunikasi menjadi penentu karena ini terkait dengan kemampuan
pendidik dan peserta didik untuk mengoperasikan baik perangkat keras maupun
perangkat lunak TIK.

5. Sebelum melakukan pembelajaran jarak jauh, lembaga pendidikan harus


memperhatikan beberapa hal yaitu, kesiapan sarana prasarana, kondisi dan letak
geografis pendidik dan peserta didik, serta literasi teknologi informasi dan komunikasi
E. KEPUSTAKAAN

Saifan Shodiq 2021 JURNAL EDUKASI 2021, 8 (1): 17-19

https://pgsd.ums.ac.id/

Sutanta (2003) dalam https://media.neliti.com/media/publications/76634-ID-sistem-informasi-


manajemen-sekolah-dan-b.pdf

Anda mungkin juga menyukai