Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
1
2
Berdasarkan survei awal pada bulan Juli 2017, diketahui bahwa penulisan
nama disesuaikan dengan identitas pasien dan diberikan satu nomor rekam medis.
Akan tetapi masih terdapat kejadian mengenai duplikasi nomor rekam medis pada
dokumen rekam medis. Duplikasi yang terjadi bukan hanya satu pasien dengan
dua nomor rekam medis tetapi ada juga satu pasien memiliki dua nomor rekam
medis untuk pasien rawat jalan, seperti table 1.1.
Tabel 1.1 Data Nomor Rekam Medis Pasien Rawat Jalan Pada Bulan Juli 2017
yang Terduplikasi
Data duplikasi nomor rekam medis pasien rawat jalan di peroleh dan di
sajikan pada tabel 1.1 menyebutkan bahwa dari 401 kunjungan rawat jalan selama
sebulan pelayanan di bulan Juni 2017, didapatkan 14 nomor rekam medis yang
mengalami duplikasi sehingga didapatkan tingkat duplikasi nomor rekam medis
mencapai 3.5%.
Data pasien rawat inap berjumlah 11 berkas pada bulan Juli 2017 dan
seluruh berkas tersebut mengalami duplikasi karena setiap pasien yang datang
4
akan diberikan nomor baru (berkas baru). Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa sistem penomoran yang digunakan di Puskesmas Gladak Pakem tidak
terlaksana dengan baik untuk pasien rawat jalan, sedangkan sistem penomoran
yang dilakukan rawat inap adalah setiap pasien datang untuk berobat akan
mendapatkan nomor baru, sehingga satu pasien dapat memperoleh lebih dari satu
nomor rekam medis (berkas), sehingga membuat semua nomor akan mengalami
duplikasi dan ditunjang tidak adanya SPO (Standart Procedur Operational)
tentang pemberian nomor rekam medis. Hal ini mengakibatkan terjadinya
duplikasi nomor rekam medis.
Duplikasi nomor rekam medis pada Puskesmas Gladak Pakem
menimbulkan beberapa dampak diantaranya infomasi pelayanan yang diberikan
kepada pasien tidak berkesinambungan dan terjadi penumpukan berkas rekam
medis yang menyebabkan keadaan rak filling tidak cukup untuk menampung
berkas rekam medis lainnya. Berdasarkan hasil observasi di bagian pendaftaran
rawat jalan dan rawat inap terjadinya duplikasi karena perilaku petugas dalam
menginputkan nama kedalam sim-tronik yang tidak sesuai dengan KTP dan
kurang teliti dalam mencari nomor rekam medis pasien dan tidak adanya SPO
(Standart Procedur Operational) sebagai pedoman bagi petugas rekam medis
rawat jalan dan rawat inap untuk sistem penomoran. Oleh sebab itu peran petugas
di bagian pendaftaran rawat inap dan rawat jalan berpengaruh dalam terjadinya
duplikasi pada nomor rekam medis rawat inap dan rawat jalan. Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rokaiyah dan Setijah (2015) bahwa
sikap petugas yang kurang teliti menjadi salah satu penyebab duplikasi nomor
rekam medis.
Menurut penelitian (Irlianti & Dwiyanti,2014) menyatakan bahwa
Antecedent dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan dan sikap. Behavior dapat
dilihat dari reaksi atau tindakan terhadap adanya “Antecedent” atau pemicu
terjadinya perilkau. Concequences dapat di bagi menjadi dua yaitu Reward dan
Punishment.
Perilaku petugas menjadi salah satu menyebab terjadinya duplikasi
penomoran rekam medis. Menurut Notoatmodjo (2014) menyatakan bahwa
5
perilaku merupakan suatu proses dan sekaligus hasil interaksi antara: Antecedent
(pemicu yang menyebabkan seseorang berperilaku) meliputi pengetahuan dan
sikap, Behavior (reaksi atau tindakan terhadap adanya “Antecedent” atau pemicu
tersebut yang berasal dari lingkungan) berupa pembuatan SPO, Concequences
(kejadian selanjutnya yang mengikuti perilaku atau tindakan tersebut) seperti
Punisman. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk
menganalisis sistem penomoran pendaftaran pasien rawat jalan dan rawat inap di
Puskesmas Gladak Pakem Jember tahun 2017.