Laporan Individu Elena Rizki Dwi Cahyani - 062113143011
Laporan Individu Elena Rizki Dwi Cahyani - 062113143011
Disusun oleh:
Kabupaten Gresik
3
BAB 2
PEMBAHASAN
Sapi perah adalah penyumbang produksi susu segar tertinggi dalam mendukung
kebutuhan susu nasional (Priyanto & Rahmayuni, 2020). Sapi perah yang dipelihara di
Indonesia pada umumnya adalah bangsa sapi Frisian Holstein (FH). Friesian Holstein
atau FH merupakan sapi perah berasal dari Belanda dengan prospek keunggulannya yang
baik terhadap produksi susu. Warna belang hitam putih, pada dahi terdapat warna putih
berbentuk segitiga. Pada bagian dada, perut bawah, kaki dan ekor berwarna putih. Tanduk
kecil-pendek, menjurus ke depan. Sifat bangsa sapi ini tenang, jinak sehingga mudah
dikuasai, namun tidak tahan panas tetapi mudah beradaptasi, lambat menjadi dewasa serta
dapat memproduksi susu 4500-5500 liter per satu masa laktasi. Berat badan FH, jantan
Taman ternak pendidikan FKH UNAIR memiliki sapi perah betina jenis Frisian Holstein
sejumlah 3 ekor dan diberi pengenal dengan 1, 2 dan 3. Pengamatan secara visual yang
dilakukan pada penampilan fisik sapi perah di Teaching Farm dengan menghitung Body
Scoring (BCS). BCS adalah metode pengukuran kritis terhadap keefektifan sistem pemberian
pakan pada sapi perah, bertujuan untuk mengetahui pencapaian standar kecukupan cadangan
lemak tubuh yang akan mempengaruhi dalam penampilan produksi susu, efisiensi reproduksi
4
dan herd longevity. Sapi dengan kondisi tubuh yang terlalu gemuk atau terlalu kurus akan
menyebabkan timbul problem metabolisme yang serius, rendahnya produksi susu, conception
BCS dari sapi 1 memiliki nilai 2,75 karena pada tulang hook terbentuk sudut dengan
sedikit membentuk huruf U dan tulang pin mengalami penonjolan, sapi 2 memiliki nilai 2,5
krena garis dari tulang hook ke thrul sampai pin membentuk sudut runcing dengan huruf V, sapi
3 2,75 karena pada tulang hook terbentuk sudut dengan sedikit membentuk huruf U dan tulang
Dalam pemeliharaan sapi perah beberapa hal yang perlu diperhatikan agar hasil yang di
kesehatan.
Kandang adalah bangunan yang dirancang untuk menjadi tempat tinggal untuk sapi, baik sapi
perah, pejantan ataupun sapi potong dalam proses pembibitan ataupun produksi susu. Lokasi kandang
di Indonesia telah dibuat standar tertentu yang dititik beratkan untuk peternakan rakyat yang telah
1. Tidak berdekatan dengan bangunan umum misalnya Masjid, Sekolah, Puskesmas dan
lain-lain.
5
3. Letak kandang, terpisah berada di belakang rumah tempat tinggal.
Lokasi kandang yang dipilih untuk sapi perah di Teaching Farm FKH UNAIR sudah
cukup ideal. Hal ini bisa dilihat dari lokasi kandang yang berada di tempat yang terpisah
dengan rumah tempat tinggal, terbuka sehingga sinar matahari yang masuk ke dalam kandang
cukup dan pergantian udara lancar.Selain itu pembuangan limbah juga baik, karena langsung
dimanfaatkan sebagai pupuk biologis. Sumber air yang selalu tersedia, namun yang menjadi
sedikit kekurangan adalah lokasi kandang yang masih dekat dengan pemukiman warga dapat
menjadi kekhawatiran tersendiri, oleh karena kebersihan kandang harus dapat dijaga setiap
waktu agar tidak menimbulkan bau yang dapat mengganggu kenyamanan warga setempat.
bangunan kandang, kemiringan lantai kandang, alas lantai kandang dan palung pakan minum
harus diperhatikan. Kandang harus memiliki kontruksi, bentuk yang dilengkapi dengan atap,
dinding, ventilasi, lantai, tempat pakan dan minum, selokan parit, tempat penampungan,
kotoran, feed alley, dan service alley (Firman, 2010). Lantai kandang sebaiknya dirancang
dengan kemiringan 2-5 derajat ke arah selokan agar mudah dibersihkan dan kandang selalu
dalam keadaan kering. Lantai harus kuat dan tahan terhadap tekanan, sehingga tidak mudah
rusak akibat tekanan berat badan sapi di atasnya. Permukaan lantai dibuat tidak licin atau
agak kasar sehingga sapi tidak mudah tergelincir (Sunarko et al., 2014).
Konstruksi kandang sapi perah Teaching Farm FKH UNAIR memiliki atap kandang
dengan menggunakan model gable dengan bahan atap kandang asbes. Kemiringan lantai
6
kandang dirasa sudah cukup baik, namun terdapat lubang dan beberapa alas karet rusak
ataupun sobek sehingga ketika kandang dibersihkan air dapat tergenang di dalam lubang
tersebut serta lantai kandang yang licin karena jarang dibersihkan. Tempat pakan dan minum
terbuat dari beton dengan bentuk persegi dan pada bagian bawah terdapat lubang
pembuangan. Tempat pakan dan minum masih memiliki sudut hal tersebut jika pembersihan
tidak bersih memungkinkan adanya mikroorganisme yang tumbuh, selain itu juga bisa
mengakibatkan adanya cedera berupa luka pada sapi jika tergesek pada bagian sudut tempat
pakan dan minum. Ada pula beberapa bagian tiang yang tidak menancap pada tanah sehingga
ambar 2.3 (kiri ke kanan) lantai, tempat makan dan tiang kandang (Dokumentasi pribadi,
2022)
Tipe kandang sapi perah di Teaching Farm FKH UNAIR menggunakan sistem kandang
terbuka tail to tail. Posisi sapi saling membelakangi satu sama lain sehingga bagian posterior
sapi perah tadi akan saling bertemu dengan sapi perah di deret yang lain. Keuntungan tipe
kandang tail to tail adalah memudahkan pemeriksaan vulva pada sapi selain tiu juga tipe
7
Gambar 2.4 Kandang tail to tail Sapi Perah di Teaching
2022)
8
2.1.2 Manajemen Pakan Sapi Perah
Pakan adalah kunci utama untuk seekor sapi laktasi menghasilkan susu dengan
produktivitas sesuai standar. Tanpa pemberian pakan sesuai kebutuhan, secara fisiologis tidak
mungkin tubuh sapi akan mampu memproduksi susu dengan jumlah dan kualitas yang
diharapkan (Priyanto & Rahmayuni, 2020). Pakan untuk sapi perah dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian, yaitu pakan hijauan dan pakan tambahan berupa konsentrat. Hijauan
yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala
atau rumput raja. Pemberian hijauan yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan serat
kasar sehingga pakan sulit dicerna. Pemberian hijauan sangat berpengaruh terhadap kadar
lemak, karena hijauan berperan dalam terbentuknya jumlah asam asetat (C2) di dalam rumen
yang diperlukan oleh sapi perah dalam pembentukan lemak susu. Pakan berupa rumput bagi
sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan
sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan pakan tambahan
sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar
sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum) (Laryska & Nurhajati, 2013).
Pemberian pakan konsentrat yang memiliki nilai nutrisi lebih tinggi dari pada hijauan,
pertumbuhan/ produksi. . Konsentrat adalah pakan yang dapat berfungsi sebagai sumber
protein atau sumber energi serta dapat juga mengandung zat pakan pelengkap (feed
supplement) atau pakan imbuhan (feed additive). konsentrat juga berfungsi untuk mencukupi
kebutuhan protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang tidak dapat dipenuhi oleh hijauan.
Pakan ampas tahu merupakan pakan penguat yang diberikan pada sapi perah. Ampas tahu
adalah salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan penyusun ransum. Sampai saat
ini ampas tahu cukup mudah didapat dengan harga murah, bahkan bisa didapat dengan cara
cuma-cuma. Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber
9
protein. Mengingat kandungan protein dan lemak pada ampas tahu yang cukup tinggi.
pemberian ampas tahu dapat digunakan sebagai alternatif pakan tambahan atau konsentrat,
selain pakan hijauan, guna meningkatkan produksi air susu dan pendapatan bagi peternak,
karena kandungan gizi pada ampas tahu masih sangat tinggi, harganya relatif murah, dan
mudah untuk didapat. Ampas tahu memiliki nilai nutrisi yang sangat baik dan digolongkan
sebagai bahan pakan sumber protein.Pemberian mineral pada pakan ternak penting untuk
tubuh dan produksi daging maupun susu dapat lebih banyak serta berkualitas.
Sapi perah di Teaching Farm FKH Unair diberikan pakan sebanyak dua kali sehari,
yaitu pada pagi hari pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB. Pemberian pakan
dilakukan sebelum proses pemerahan. Pakan yang diberikan yaitu berupa konsentrat, ampas
tahu, hijauan, dan mineral. Hijauan yang diberikan masing-masing sapi perah sebanyak 8
kg/sekali makan berupa silase. Pada sapi perah produksi susu tinggi pemberian konsentrat
sedangkan sapi perah dengan produksi susu rendah pemberian konsentrat sebanyak 8
kg/perhari/ekor berupa 7 kg ampas tahu, dan 1 kg konsentrat pellet. Mineral yang diberikan
kemudian diisi air dan diberi konsentrat comfeed susu A PT. Japfa Comfeed Indonesia,
ampas tahu, dan mineral. Pemberian pakan juga tidak lupa untuk ditimbang terlebih dahulu.
10
Gambar 2.5 Pemberian pakan pada sapi perah (Dokumentasi Pribadi, 2022).
Pemerahan merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengeluarkan air susu dari ambing.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan pemerahan yaitu kebersihan kandang, sapi
perah serta pemerah. Kandang dibersihkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pemerahan guna
mencegah kontaminasi lingkungan pada susu, sapi perah dimandikan terlebih dahulu untuk menjaga
kebersihan pada susu serta merangsang hormon okisotsin, tangan pemerah juga harus harus bersih
sebelum pemerahan. Bagian ambing dibersihkan dengan cermat, pada bagian puting diberikan
antiseptic. Teknik pemerahan dilakukan dengan dua cara stripping dan fullhand, hal tersebut tergantung
Metode Stripping atau pemerahan dengan dua jari dilakukan dengan memegang pangkal putting
susu antara ibu jari dan jari tengah. Kedua jari ditekankan serta sedikit ditarik kebawah sehingga susu
terpancar mengalir keluar. Teknik ini dilakukan bagi sapi-sapi yang memiliki putting pendek.
Sedangkan Full Hand atau tangan penuh dilakukan dengan memegang putting antara ibu jari dan
keempat jari diawali dari jari paling atas kemudian diikuti oleh jari lain yang ada dibawahnya. Teknik
ini dilakukan bagi sapi-sapi yang memiliki puting yang agak panjang. Pemerahan harus dilakukan
secara lembut dan teliti, cara pemerahan yang kurang tepat mengakibatkan rasa nyeri, putting
memanjang, putting lecet hingga memicu radang ambing (mastitis). Sebelum dilakukan pemerahan,
puting sapi diolesi dengan margarin untuk mempermudah proses pemerahan dan membuat sapi tidak
merasa perih atau sakit ketika diperah. Proses pemerahan diakhiri ketika ditekan puting tidak
mengeluarkan susu lagi. Setelah pemerahan selesai, puting dan ambing dibersikan dengan
Pemerahan susu di Teaching Farm FKH UNAIR dilakukan 2 kali sehari sesudah diberikan
pakan, yakni pada pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB dan sore hari pukul 17.00 WIB. Tahapan
pemerahan susu masih harus dilakukan evaluasi karena belum dapat dikatakan ideal. Hal ini dapat
dilihat dari wadah atau ember penampung yang digunakan berbahan plastik. Saat ini, wadah berbahan
11
plastik tidak lagi diperbolehkan sebagai wadah susu dikarenakan memperbesar kemungkinan
kontaminasi oleh mikroorganisme akibat wadah plastik yang sukar dibersihkan dan mudah rusak
karena benda tajam sehingga akan merusak kualitas susu dan mempercepat pembusukan susu. Selain
itu kurangnya sterilisasi dalam proses pemerahan. Tidak dilakukan pencelupan pada antiseptik sebelum
maupun setelah pemerahan sapi serta tidak dilakukan pencucian tangan dengan sabun sebelum
pemerahan dilakukan.
Sapi pejantan (Bull) merupakan sapi yang dipelihara guna diambil semennya untuk
kebutuhan inseminasi buatan. Sapi pejantan yang dipelihara untuk diambil semennya harus
memiliki libido dan kualitas semen yang baik. Di Teaching Farm FKH UNAIR terdapat tujuh
ekor sapi pejantan. Sapi jenis Simental yaitu Gajah Mada dan Penjalinan serta sapi jenis
Limousin bernama Gumilang, Meychip, Amaru dan Roby. Pada sapi limousin rata-rata volume
semen yang diperoleh yaitu 6,73±1,11 ml/ejakulat. Sapi limousin juga mempunyai rata-rata
Kandang sapi pejantan di Teaching Farm FKH UNAIR menggunakan tipe kandang head to
head, hal ini bertujuan untuk ditujukan untuk penggemukan. Selain itu kandang ganda head to head
12
juga untuk efisiensi lahan, waktu, biaya, tenaga, dan pemeriksaan. Pemeriksaan bull dapat efisien
karena posisi kepala bull berhadap-hadapan sehingga langsung bisa melihat ke bagian kepalanya (mata,
hidung, mulut, gigi, telingga), bila ada yang tidak normal misal pada mulutnya yang berdampak pada
Kandang yang baik harus memperhatikan lokasi, kontruksi bangunan, dan perlengkapan
kandang. Lokasi kandang berjarak 10 meter dari pemukiman, dekat sumber pakan dan minum,
transportasi mudah, dan bukan daerah rawan banjir. Kontruksi bangunan kandang harus kuat, mudah
dibersihkan, tidak lembab, sirkulasi dan drainase baik. Lantai kandang harus kuat, tahan lama, tidak
licin, dan mudah dibersihkan. Kemiringan kandang berkisar antara 2-5° dimana setiap 1 meter menurun
sekitar 2-5 cm Atap kandang dapat dibuat dari genteng, seng, rumbai, asbes dan lain-lain. Ketinggian
atap untuk daerah dataran rendah 3,5-4,5 meter. Perlengkapan kandang terdiri dari tempat pakan,
tempat minum, saluran drainase, peralatan kadang. Tempat pakan dan minum mengikuti panjang
kandang dengan proporsi tempat minum lebih kecil dari tempat pakan. Saluran drainase berada di
belakang ternak dengan panjang mengikuti kandang dan mengalir ke tempat pembuangan. Peralatan
kandang meliputi sekop, sikat, timba, kereta d11orong, light trap untuk menjebak nyamuk dan alat
pengusir lalat (Departemen Pertanian, 2007).Kandang sapi pejantan di Teaching Farm FKH UNAIR
sudah baik dan memenuhi syarat kandang yang baik namun memiliki kekurangan pada lantai kandang
13
Gambar 2.7 Kandang Sapi Pejantan (bull) (Dokumentasi Pribadi, 2022).
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap performans sapi jantan adalah pakan. Pemberian
pakan harus optimal (tidak berlebihan atau kekurangan) dan dapat mendukung performans sapi jantan.
Kelebihan atau kekurangan energi dapat berdampak negatif terhadap kualitas semen dan proses
spermatogenesis. Keseimbangan energi negatif dapat menyebabkan terlambatnya masa pubertas pada
sapi dan dapat menghambat produksi spermatozoa. (Ratnawati & Affandhy, 2013). Ransum yang baik
untuk sapi pejantan agar mencapai performans yang maksimal haruslah terdiri atas sejumlah hijauan
dan konsentrat Hijauan diberikan minimal 10% dari berat badan ternak, sedangkan konsentrat 1-2%
Pakan diberikan dengan tujuan untuk peningkatan performa yang optimal khususnya pada saat
pengambilan semen. Kebutuhan pakan pada ternak mampu bertahan hidup serta menjamin kesehatan
ternak. Pemberian pakan untuk pejantan di Teaching Farm FKH UNAIR dilakukan 2 kali sehari. Pakan
yang diberikan berupa hijauan silase, mineral, kosentrat, kecambah, serta tambahan mineral. Silase
diberikan 16kg/ekor/hari, mineral 2 sendok makan sehari, konsentrat 3kg diberikan pagi dan sore, dan
kecambah diberikan 5kg/ekor. Konsentrat merupakan pakan yang mengandung serat kasar relatif rendah
dan mudah dicerna. Bahan pakan ini berasal dari biji-bijian seperti jagung, dedak, bungkul, tetes dan
berbagai umbi. Fungsi pakan konsentrat adalah meningkatkan dan memperkaya nilai gizi pada pakan
Gambar 2.7. Pakan sapi pejantan secara berurutan (kiri) konsentrat, kecambah, silase, mineral
14
Penambahan kecambah bertujuan untuk reproduksi ternak. Kandungan protein kecambah lebih
tinggi 19% dibandingkan dengan kandungan protein dalam biji kacang hijau. Sehingga dengan
penambahan kecambah pada pakan ternak diharapkan mampu meningkatkan kualitas sperma pada
sapi pejantan. Kecambah kacang hijau merupakan bahan sumber vitamin E (α-tokoferol) yang cukup
potensial dan berfungsi sebagai antioksidan menyatakan bahwa Vitamin E berperan dalam mencegah
peroksidasi lipid pada membran sel, α-tokoferol berfungsi sebagai penyumbang ion hidrogen yang
mampu mengubah radikal peroksil menjadi radikal tokoferol yang kurang reaktif(Anastasia et al.,
2015)
Perawatan bull di Teaching Farm FKH UNAIR meliputi pembersihan kandang, memandikan
bull, memberi pakan yang semuanya dilakukan pagi dan sore hari, exercise dan penjemuran pada pagi
hari. Pembersihan kandang dimulai dengan membersihkan kandang dari kotoran, mengambil sisa
makanan dan membersihan tempat pakan dan minum. Kemudian memandikan bull dengan
mengguyurkan air mengalir keseluruh tubuh bull sambil digosok dengan sikat kecuali bagian kepala.
Bila akan dilakukan penampungan semen maka preputium dibersihkan pula agar tidak mengontaminasi
semen yang ditampung. Setelah dimandikan dilakukan pemberian pakan (konsentrat dan kecambah)
dan minum. Selanjutnya bull diajak exercise kurang lebih 30 menit. Tujuan exercise ini untuk
meningkatkan stamina bull karena seluruh otot bull akan terlatih. Akivitas aerobik exercise pada
merupakan aktivitas yang bergantung terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu proses
pembakaran sumber energi sehingga juga akan tergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ
tubuh seperti jantung, paru-paru dan juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar proses
pembakaran sumber energi dapat berjalan dengan sempurna (Butar-butar, 2009). Setelah exercise, bull
dijemur sekitar 30 menit untuk menyerap vitamin D dari sinar matahari pagi yang berguna untuk
penyerapan kalsium. Setelah itu bull dimasukkan kandang lagi dan diberi pakan silase. Bila ada bull
15
Gambar 2.8 Exercise dan penjemuran bull (Dokumentasi pribadi, 2022)
Kandang untuk ternak kambing dan domba memiliki 2 model yaitu, model lantai
(lemprak) dan model panggung (berkolong). Kandang kambing dan domba Teaching Farm
FKH UNAIR adalah kandang panggung dengan lantai kandang yang terdapat kolong ketinggian
1,5meter diatas tanah. Kandang panggung membutuhkan lebih banyak bahan dan materi
sehingga biaya yang dibutuhkan juga lebih mahal. Akan tetapi kandang panggung memiliki
beberapa keunggulan seperti kandang lebih nyaman karena kering dan lembab. Hal ini
dikarenakan semua kotoran akan jatuh ke bawah, sehingga ternak akan terhindar dari penyakit
busuk kuku dan penyakit cacing yang ditularkan melalui kotoran, pertukaran udara lebih baik
bagi ternak agar terhindar dari penyakit paru-paru, ternak dapat terhindar dari gangguan
Gambar 2.9 Kandang kambing domba tampak depan di Teaching farm (Dokumen pribadi,
2022)
16
Konstruksi kandang kambing domba harus diperhatikan mulai dari atap, dinding, lantai,
kerangka, ruang kandang sampai tempat pakan yang digunakan sehari-hari. Atap kandang
hendaknya dibuat miring sekitar 30 derajat, agar air hujan dapat lancar mengalir dengan
ketinggian tidak terlalu rendah agar kandang tidak panas. Dinding kandang domba dapat dibuat
dari papan, bilah bambu atau anyaman bambu. Lantai kandang berkolong dapat dibuat dari
bilah hambu atau kayu. Lebar bilah sekitar 3 cm dan jarak antar bilah sekitarl 5 cm. Jarak antar
bilah tidak boleh terlalu rapat agar kotoran dapat jatuh ke bawah kolong, tetapi juga tidak boleh
terlalu longgar agar kaki kambing domba tidak terperosok ke bawah. Jarak lantai dari
permukaan tanah 60 - 80 cm. Kerangka kandang dapat dibuat dari bambu atau kayu. Kerangka
kandang harus dibuat dengan bahan-bahan yang mempunyai kekuatan dan ketahanan yang
lama.
Konstruksi bangunan kambing dan domba di Teaching Farm FKH Unair memiliki
ventilasi kandang sudah baik karena udara dapat keluar masuk kandang dengan mudah
model kandang baterai. Sekat-sekat kandang berisikan 1-3 ekor kambing atau domba yang
berukuran kurang lebih 1,2 m2. Kerangka kandang menggunakan alumunium serta lantai kandang
balok namun di beberapa bagian lantai kandang sudah mulai rapuh dan sangat tidak layak.
17
Pemberian bahan pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak maka proses
pertumbuhan, reproduksi dan produksi ternak akan berlangsung dengan baik, oleh karena itu
pakan yang diberikan harus terdiri dari zat-zat pakan yang dibutuhkan oleh ternak berupa
protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air (Kementrian Pertanian, 2015).
Kambing dan domba di Teaching Farm FKH Unair diberi pakan sebanyak 2 kali
sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Pakan berupa kangkung kering, dan hijauan yang sudah
difermentasi. Komposisi pakan hijauan fermentasi terdiri dari tebon, rumput gajah, dan
bungkil jagung. Pada pagi hari, pakan yang diberikan yaitu ampas tahu sebanyak 1 kg per
ekor dan hijauan fermentasi (Gambar 2.24). Untuk sore hari, diberikan kangkung kering.
Tujuan pemberian pakan berupa ampas tahu dan kangkung kering adalah untuk menambah
Tempat pakan di kandang Teaching Farm FKH Unair berupa bak tanpa sekat yang
terbuat dari bahan seng. Tidak adanya sekat dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi antar
individu kambing atau domba yang kemudian dapat berpengaruh pada jumlah asupan nutrisi
per ekor. Bak pakan tersebut nampak sudah berkarat dan tidak dibersihkan terlebih dahulu
sebelum pemberian pakan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan adanya kontaminasi pakan.
Untuk tempat air minum hanya berupa bak air yang diletakkan di lantai kandang. Penempatan
seperti itu rawan terjadi kontaminasi air minum oleh urin atau feses.
18
Gambar 2.12 Wadah pakan (kiri) dan wadah air minum (kanan) (Dokumentasi pribadi,
2022)
Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada kambing dan
3) Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan
mangan (Mn).
4) Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya. Pakan yang berupa hijauan
5) Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput
Farm FKH Unair adalah pembersihan lantai kandang dari kotoran seperti feses yang masih tersangkut
di lantai kandang maupun membersihkan sisa pakan hijauan yang berjatuhan di lantai kandang dengan
19
cara di sapu dan disemprot air. Pembersihan wadah air minum juga dilakukan namun hanya dengan
menguras isinya lalu dibersihkan dengan air saja. Deworming dan pemberian vitamin dilakukan 3
bulan sekali namun juga bersifat kondisional. Pengecekan berkala juga dirasa penting untuk
mengontrol kondisi kesehatan individu maupun monitoring birahi. Selain itu, pemeliharaan juga
dilakukan dengan pemotongan kuku, dimandikan, dan pencukuran bulu khusus domba.
Pembuatan diluter terdiri dari 2 jenis yaitu diluter A dan diluter B. Bahan diluter A susu
skim, antibiotik penicillin, streptomycin, fruktosa, dan kuning telur. Bahan diluter B adalah
diluter A ditambah dengan gliserol dan glukosa. Diluter A merupakan diluter yang diberikan
1. Siapkan susu skim sebanyak 10% dari volume yang diinginkan (ml), masukkan kedalam
2. Pasang thermometer
3. Tabung erlenmayer/beaker glass dimasukkan kedalam sebuah bejana yang berisi air
secukupnya dan air susu tersebut dipanaskan secara tidak langsung hingga suhu 92°C
4. Setelah thermometer manunjukan 92°C, nyala api pemanas diatur dan suhu dipertahankan
5. Air susu didinginkan secara perlahan lahan didalam waterbath hingga suhu kamar 36-37°C
7. Menyiapkan kuning telur sebanyak 5% dari volume total. Semua cairan putih telur dibuang.
Kuning telur yang masih utuh terbungkus selaput vitelin dipisahkan diatas kertas saring
20
atau kasa steril untuk menghilangkan cairan putih telur yang tersisa. Selaput vitelin
8. Menambahkan vitamin C 100 mg. haluskan tablet vitamin C lalu masukkan kedalam
campuran diluter. Vitamin C berfungsi untuk antioksidan yang memiliki kemampuan untuk
kestabilan jaringan membrane plasma terhadap periksoda yang terjadi selama pengelolahan
semen beku.
antibiotika kedalam pengencer sangat penting dilakukan karena berguna untuk menahan
atau membunuh pertumbuhan bakteri organisme yang dapat merusak sprema, serta dapat
memperbaiki fertilitas. Selain itu penambahan antibiotika juga berguna untuk meningkatkan
10. Menambahkan kuning telur kedalam larutan air susu kemudian diaduk hingga homogen.
11. Menambahkan antibiotika yang telah disiapkan kedalam larutan air susu, aduk hingga
12. Menambahkan fructose sebanyak 0,75% dari volume total. Fructose berfungsi untuk
13. Memasukkan larutan diluter kedalam waterbath denagn suhu kamar 36-37°C
1. Menyiapkan gliserol sebanyak 12% dan glukosa sebanyak 2% volume diluter b yang akan
dibuat
kemudian masukkan kedalan Erlenmeyer, lalu tutup dengan alumunium voil, masukkan
21
Gambar 2.13 Proses pembuatan diluter (Dokumentasi pribadi, 2022)
Pengumpulan semen yang dilakukan pada Taman Ternak Pendidikan (TTP) FKH unair
menggunakan Teknik vagina buatan. Pengambilan semen dengan Teknik vagina buatan harus
dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu (selasa dan jumat) untuk menjaga kualitas dan
kuantitas semen yang dihasilkan serta menjaga kondisi pejantan tetap dalam keadaan yang
prima. Berikut peralatan yang digunakan untuk merangkai vagina buatan, antara lain:
1. Cincin karet
5. Air panas
Vagina buatan diisi dengan air hangat yang mempunyai temperatur 50-55°C melalui
lubang pengisian memakai corong sampai konsistensi (tekanan) didalam vagina buatan
menyerupai konsistensi vagina sapi betina yang normal. Temperatur tersebut diperkirakan akan
turun selama perjalanan ke lapangan tempat pemacak, hingga sesuai dengan yang dikehendaki
22
yaitu 42-45°C. hindari adanya lipatan selaput karet didalam vagina buatan dengan memberi
tekanan udara melalui lubang pengisian, sebab lipatan tersebut dapat mengurangi reaksi atau
penolakan dari sapi pejantan untuk diambil semennya. Oleskan pelicin kedalam liang vagina
buatan sejauh 20 cm dari depan vagina buatan agar semen yang diperoleh tidak tercampur
bahan pelicin tersebut. Tabung penampung semen sebaiknya dibungus dengan kertas atau
pembungkus lain agar semen tidak Tekena sinar matahari langsung disamping itu untuk
menghindari kemungkinan pecahnya tabung penmpung bila jatuh. Kualitas dan kuantitas
semen yang dihasilkan tergantung dari perawatan bull. Perawatan bull yang dilakukan meliputi :
a. Pemotongan kuku yang bertujuan agar kaki tegak dengan pijakan kuat, sehingga ketika bull
mulai ejakulasi memiliki dorongan yang mantap dan kuat serta kaki depan yang kuat untuk
menjepit.
b. Memandikan dan menggosok badan sapi, bertujuan agar darah disekitar kulit sapi mengalir
c. Dilakukan exercise, bertujuan untuk menguatkan otot bull yang berfungsi untuk menjepit
atau menahan pemancing, dan untuk kelancaran peredaran darah karena kerja paru paru dan
jantung meningkat sehingga terjadi peningkatan aliran darah dan baik untuk kesehatan.
d. Pemberian kecambah kacang hijau, bertujuan untuk meningkatkan motilitas dan kesuburan
sperma karena sebagai sumber vitamin E. Vitamin E berfungsi untuk proses enzimatis
sebagai enzim respirasi dan cytochrome dimana respirasi akan menghasilkan energi yang
tinggi sehingga kesuburan dan motilitas meningkat serta sperma yang dihasilkan bisa sehat
dan fertil.
pengambilan semen.
23
Gam
Pemeriksaan semen dilakukan melalui dua tahapan yaitu makroskopis dan mikroskopis.
a. Pemeriksaan makroskopis
- Volume semen : Volume semen dapat dilihat dan dinilai dengan skala pada tabung
jumlah semen setiap kali ejakulasi. Rata-rata volume semen yang diperoleh setiap
ejakulasi pada sapi adalah 4 ml (3-7 ml), kambing domba 1 ml (0,5-2 ml), kuda 100
- Warna semen : secara umum adalah putih keruh, putih susu, krem, krem kekuningan,
memiringkan tabung yang berisi sperma secara perlahan-lahan, semen yang baik
Semen yang terlihat encer akan cepat kembali kedasar tabung. Hal ini menunjukan
- Bau Semen: Setiap individu menghasilkan bau yang berbeda-beda. Tetapi bau khas
yang tercium dari semen sapi kurang lebih seperti bau air susu. Jika tercium bau
busuk, amis, urin, feses dan lain sebagainya ini menunjukan terjadi kelainan pada
24
semen. Bau seperti urine disebabkan karena terlalu cepat untuk segera ditampung
sebelum dilakukan pemanasan atau begitu pejantan naik langsung ditampung. Bau
- Derajat keasaman (pH) : Berkisar antara 6-7,5. Dengan menggunakan kertas pH yang
warna kertas kalibrasi. Makin baik kualitas semen cenderung semakin asam, karena
kualitas semen yang baik spermatozoanya akan lebih aktif bergerak dan
menghasilkan asam laktat yang lebih banyak sehingga pH nya rendah. Pada pH
semen yang tinggi (lebih alkalis) umumnya banyak mengandung sel-sel spermatozoa
yang mati
b. Pemeriksaan Mikroskopis
pemeriksaannya yaitu dengan mengambil satu tetes semen dan diletakkan pada objek
25
glass kemudian diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali. Kriteria
cepat,
(++) : Gerak semen membentuk gelombang besar hingga sedang tetapi jarang,
- Gerakan Individu: Gerakan individu dilakukan untuk melihat arah dan kecepatan
spermatozoa secara individu. Arah spermatozoa yang baik dan dijadikan acuan
perhitungan adalah yang maju ke depan atau progresif. Arah gerak lainnya ada
(vibratoris). Kecepatan ditandai dengan angka 0 bila tidak ada spermatozoa yang
gerakan spermatozoa sedang, angka 3 bila gerakan spermatozoa cepat, dan angka 4
bila gerakan spermatozoa sangat cepat. Pemeriksaan gerakan individu yaitu dengan
mengambl satu tetes semen dan satu tetes larutan NaCl fisiologis kemudian
diletakkan ke objek glass lalu di tutup dengan cover glass. Selanjutnya dilakukan
setiap mm3. Konsentrasi minimal spermatozoa yang progresif atau motilitas sebelum
diencerkan menurut SNI adalah 70%. Jika semen telah memenuhi kriteria tersebut
hidup dapat dilihat dengan spektofotometer. Untuk before freezing minimal progresif
26
Gambar 2.16 Pemeriksaan mikroskopis (Dokumentasi pribadi, 2022)
yang telah disiapkan dibagi menjadi dua yaitu diluter A dan diluter B.
- Cara pengenceran semen: semen yang telah diperoleh diambil sebanyak 1 tetes untuk
dilakukan pemeriksaan massa, letakan pada object gelass dan diamati dibawah
mikroskop menggunakan perbesaran 100x. Untuk semen yang lain ditampung dalam
mencegah kerusakan akibat hasil metabolisme asam laktat (sebagai buffer). Hitung
volume air mani yang didapatkan. Tambahkan diluter A1 sama banyak volume air
mani. Masukkan dalam beaker glass dan letakkan dalam water bath suhu 37 °C.
- Contoh perhitungan: Simental Gajah Mada yang diambil pada tanggal 5 April 2022
Volume 10 ml
Progresivitas 80%
Konsentrasi 2000 x 106/ml (konsentrasi diukur dengan
spektrofotometer, dengan cara 1 ml cairan
fisiologis dalam kuvet dan ditambah semen
sebanyak 20 mikroliter
Dosis IB volume semen x konsentrasi x progressive
27
= 10 x 2000x 106/ml x 70%
= 140x108
Setiap straw berisi 25 juta Perhitungan jumlah straw
spermatozoa, dengan estimasi = jumlah dosis IB : 25 juta
kematian 40 - 60%, ketika = 140x108 : 25 x 106
kematian terbesar 60% maka = 560 straw
spermatozoa yang hidup
adalah 40%, dengan syarat
jumlah spermatozoa untuk
fertilisasi adalah 10 juta,
sehingga 40/100 x 25.000.000
= 10 juta. Sehingga
penggunaan standar post
thawing motility adalah 40%.
28
- Volume penambahan diluter A dan B Masing- masing 1 banding 1 (1:1) dimana
bagian pertama terdiri dari semen (10 ml) iluter A1(10ml) dan diluter A2 (55ml) dan
- Semen yang sudah dicampur dengan diluter A disimpan dalam cool top dengan suhu
Pemberian diluter B yang terdiri dari gliserol dan glukosa dilakukan secara bertahap yaitu
sebanyak empat kali setiap 15 menit dalam cool top yang bersuhu 5°C selama satu jam.
Pemberian diluter B dilakukan secara bertahan melalui dinding tabung untuk mencegah osmotic
shock.
29
Gambar 2.18 Penambahan diluter B (Dokumentasi pribadi, 2022)
a. Penambahan diluter A1
volume semen dan diluter 1:1. Tujuan penambahan diluter A1 sebagai buffer yang dapat
menjaga pH semen dalam nilai normal yaitu 6,4-6,8. Setelah ditampung, spermatozoa
sampingnya. Akumulasi asam laktat akan menurunkan pH semen dan merusak membran
spermatozoa. Oleh karena itu diperlukan buffer yang ada pada diluter A.
b. Penambahan diluter A2
Jumlah diluter yang ditambahkan tergantung konsentrasi semen dan persentase sperma
hidup (motil).
menurunkan suhu. Gliserolisasi sebaiknya dilakukan saat mendekati titik beku air (0℃)
dan sebelum titik anomali air (4℃) yaitu pada suhu 5℃. Penambahan diluter B
30
d. Equilibrasi
cairan intraseluler dengan larutan yang mengandung gliserol pada suhu 5℃ selama 2-6
lanjut untuk dibekukan. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat gerak individu. Semen
dapat dibekukan apabila motilitas spermatozoa ≧55%. Apabila semen telah lolos
pemeriksaan before freezing selanjutnya akan dicetak kode pada straw yang akan
digunakan.
dengan bantuan mesin semi otomatis kemudian disegel. Straw yang telah terisi
kemudian ditata pada rak khusus yang akan digunakan pada proses pre-freezing.
31
Gambar 2.21 Filling and sealing (Dokumentasi pribadi, 2022)
g. Pre-freezing
Dilakukan untuk mencegah cold shock yang akan terjadi akibat penurunan suhu
yang cepat. Proses ini dilakukan dengan bantuan mesin dengan cara menyemprotkan uap
h. Freezing
Straw direndam ke dalam container berisi nitrogen cair dengan suhu -196℃.
a. Prosedur pemeriksaan
32
Straw direndam ke dalam air dengan suhu 37-38℃ selama 30 detik. Kemudian
diangkat dan dikeringkan. Ujung straw yang disegel digunting kemudian isi dikeluarkan
dan ditampung pada microtube. Ambil semen menggunakan mikropipet dan teteskan
pada sebanyak 1 tetes pada object glass. Tutup dengan cover glass dan periksa gerakan
dilakukan pada beberapa lapangan pandang. Spermatozoa yang dihitung adalah yang
motil dengan arah gerak progresif. Semen beku dapat digunakan atau didistribusikan
Palpasi rektal adalah metode diagnosa kebuntingan yang dapat dilakukan dengan
tepat pada ternak besar. Metode ini merupakan pemeriksaan kebuntingan yang paling
murah, cepat dan akurat serta relatif mudah untuk dilakukan. Selain untuk menentukan
diagnosa kebuntingan, palpasi rektal juga ditujukan untuk menentukan kondisi organ
33
reproduksi yang nantinya akan berkaitan dengan siklus estrus, proses pelaksanaan inseminasi
Dalam melakukan palpasi rektal, terdapat prosedur pelaksanaan yang harus dilakukan
seperti berikut :
1. Kuku harus dipotong pendek, segala perhiasan atau pernak – Pernik yang melekat pada
2. Memakai cattlepack, sarung tangan (glove rectal) plastik panjang, boots, topi.
3. Glove rectal harus dilapisi oleh bahan pelumas (pelicin) yang dapat berupa sabun,
UNAIR, kegiatan palpasi rektal sendiri digunakan untuk mengidentifikasi serviks. Cara
melakukan palpasi rektal yaitu dengan posisikan tangan dalam bentuk kerucut terlebih
dahulu, kemudian masukkan tangan melalui vulva (bebas boleh tangan kanan atau kiri sesuai
kebiasaan atau kepekaan tangan), saat di vulva putar tangan 180º (telapak tangan yang berada
diatas), kemudian tangan yang masih mengerucut tersebut akan menembus vagina hingga
nantinya akan masuk kedalam rektum. Pada saat tangan telah masuk ke dalam rektum,
identifikasi secara urut bagian – bagian saluran reproduksi yang berada di dalam seperti
34
serviks, uterus, cornua uteri, dan ovarium. Kemudian raba ke daerah kiri, kanan, bawah atas
dan kedepan sambil merasakan gerakan peristaltik dari dinding rektum (Dinpertanpangan,
2021). Jika dirasa di dalam rektum masih terdapat feses, bersihkan feses terlebih dahulu agar
Servik merupakan media untuk menampung sperma dari proses perkawinan. Serviks
terdiri dari dinding tebal dan bersifat inelastis. Saluran reproduksi betina ini letaknya pada
bagian depan berbatasan dengan bagian uterus dan bagian belakang menonjol pada vagina
(Disnakkan, 2021). Pada umumnya, saat melakukan palpasi rektal, serviks akan terasa seperti
selang dengan tulang rawan, jika digambarkan, serviks pada saat teraba akan terasa seperti
untuk mengetahui bunting atau tidaknya seekor ternak, atau untuk mengetahui normal atau
tidaknya saluran reproduksi dari ternak tersebut. Pemeriksaan kebuntingan ini juga
merupakan salah satu cara untuk memonitor dan membuktikan hasil Inseminasi Buatan (IB)
secara cepat dan layak. Diagnosa kebuntingan yang cepat dan akurat, akan menentukan
keberhasilan program reproduksi serta keuntungan yang diperoleh dari suatu peternakan.
35
Pemeriksaan kebuntingan yang sering dipakai adalah dengan cara Palpasi Rektal.
Pada umumnya petugas mendeteksi kebuntingan dengan cara palpasi rektal pada 60 hari
Adapun interpretasi umur kebuntingan dengan cara palpasi rektal sebagai berikut :
2. Umur 2 bulan : Pembesaran salah satu kornua, namun fetus masih kecil serta berbentuk
3. Umur 3 bulan : Saat diraba, fetus terasa seperti sarung tinju, teraba cotiledon dan teraba
4. Umur 4 bulan : Cotiledon sudah teraba sangat jelas, saat di palpasi dapat merasakan
5. Umur 5 bulan : Ukuran fetus telah sebesar bola kasti, sudah mulai dapat dirabah namun
tidak dapat diraba secara keseluruhan, karena posisi uterus tertarik kearah bawah menuju
6. Umur 6 bulan : Fetus mulai terasa seperti bagian kepala atau ekstremitasnya.
7. Umur 7 – 8 bulan : Fetus mulai mengarah dan mendekat ke cavum pelvis (pelvis
inlet).
36
Gambar 2.25 Sistem Reproduksi Sapi Betina (Disnakkan.grobogan.go.id).
Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah upaya memasukkan semen atau mani ke dalam
saluran reproduksi hewan betina yang sedang birahi dengan bantuan inseminator agar hewan bunting
(Herawati et al., 2012). Inseminasi Buatan (IB) yang bertujuan untuk memanfaatkan potensi seekor
hewan jantan unggul (pejantan) secara maksimal. Dalam perkawinan secara alami, seekor pejantan
unggul hanya dapat mengawini 1 sampai 5 ekor betina, namun melalui teknologi IB, dia dapat
mengawini beratus-ratus betina (Saili & Toelihere, 2015). Manfaat lainnya dalam mempercepat
peningkatan mutu genetic ternak, mencegah penyebaran penyakit reproduksi yang ditularkan melalui
menghilangkan biaya investasi pengadaan dan pemeliharaan ternak pejantan IB (Nur, 2019).
Keberhasilan program IB dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, ternak betina, keterampilan
inseminator, ketepatan waktu IB, deteksi berahi, handling semen dan kualitas semen.
a. Ternak betina
Fisiologis reproduksi ternak betina yang normal akan menghasilkan sel telur yang berkualitas
baik sehingga diperoleh keberhasilan perkawinan yang tinggi (Adi Pratama et al., 2018). Ternak yang
digunakan sebagai akseptor IB harus dalam umur produktif, sehat, dan memiliki siklus estrus yang
normal. Kesalahan manajemen dapat menyebabkan gangguan reproduksi. Banyak betina yang
mengalami gangguan reproduksi setelah ternak melahirkan. Kondisi tersebut kerap disebabkan oleh
penanganan yang kurang tepat saat melahirkan dan ketidakseimbangan pakan yang diberikan . Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa ternak yang diberi asupan pakan dengan kecukupan energi dan protein
menyebabkan ternak lebih cepat tumbuh dan menunjukkan gejala berahi yang normal (Annashru et al.,
2017)
b. Keterampilan inseminator
Inseminator berperan sangat besar dalam keberhasilan pelaksanaan IB. Keahlian dan keterampilan
inseminator dalam akurasi pengenalan birahi, sanitasi alat, penanganan (handling) semen beku,
37
pencairan kembali (thawing) yang benar, serta kemampuan melakukan IB akan menentukan
keberhasilan. Indikator yang paling mudah untuk menilai keterampilan inseminator adalah dengan
melihat persentase atau angka tingkat kebuntingan (Conception Rate, CR) ketika melakukan IB dalam
kurun waktu dan pada jumlah ternak tertentu (Herawati et al., 2012)
c. Ketepatan waktu IB
Keberhasilan IB juga sangat tergantung pada waktu inseminasi, penentuan waktu berahi sapi
betina perlu diamati dengan cermat (Annashru et al., 2017). Ketetapan waktu bertujuan agar
spermatozoa dapat bertemu dengan sel telur untuk terjadi pembuahan dengan sempurna sehingga
terjadi kebuntingan. Lama berahi 18-19 jam dengan waktu ovulasi terjadi 10-11 jam setelah estrus
berakhir. Namun menentukan lamanya berahi dan waktu ovulasi dilapangan sangatlah sulit, sehingga
perlu dicari solusi untuk menentukan waktu IB yang tepat. Waktu terbaik untuk melakukan inseminasi
buatan (IB) adalah 9-24 jam setelah tanda-tanda berahi pertama muncul (Annashru et al., 2017).
d. Deteksi berahi
Peternak juga menjadi faktor yang penting, karena pengamatan berahi yang tepat oleh peternak
akan menghasilkan ketepatan waktu perkawinan (Adi Pratama et al., 2018). Gejala yang sering
digunakan dalam deteksi birahi adalah pengamatan visual antara lain: vulva tampak bengkak, lunak,
dan apabila sedikit dibuka vulva tampak, basah dan merah dan hangat. Nafsu makan berkurang, ekor
sering dinaikkan, dan produksi susu menurun, Induk atau sapi/kerbau betina mau (diam) dinaiki, Keluar
cairan putih bening menggantung dari dalam vulva atau vagina atau cairan tersebut telah membekas
(kering) di sekitar pantat, kaki, atau ekor (pada sapi perah lebih jelas). Induk tampak kurang tenang,
Metode thawing semen beku menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan, hal ini
dikarenakan penggunaan metode thawing yang tidak tepat akan menyebabkan kerusakan spermatozoa
sehingga menurunkan kualitas semen. Inseminator harus dapat memastikan bahwa spermatozoa yang
sudah dicairkan kembali sesegera mungkin digunakan untuk IB. Waktu optimum untuk melakukan
38
inseminasi juga harus diperhitungkan dengan waktu kapasitasi, yaitu suatu proses fisiologik yang
dialami oleh spermatozoa di dalam saluran kelamin betina untuk memperoleh kapasitas atau
kesanggupan membuahi ovum. Pengetahuan ini semua harus betulbetul dikuasai inseminator untuk
1. Efisiensi waktu, dimana untuk mengawinkan sapi peternak tidak perlu lagi mencari sapi
2. Efisiensi biaya, dengan adanya inseminasi buatan peternak tidak perlu lagi memelihara
pejantan sapi, sehingga biaya pemeliharaan hanya dikeluarkan untuk indukan saja.
3. Memperbaiki kualitas sapi, dengan adanya inseminasi buatan sapi lokal sekalipun dapat
menghasilkan anak sapi unggul seperti simmental, limousine dan sapi lainnya.
1. Apabila indentifikasi birahi dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat, maka tidak terjadi
kebuntingan,
2. Akan terjadi kesulitan kelahiran, apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan
dengan breed/turunan yang besar dan diiseminasikan pada sapi betina keturunan/breed
kecil,
3. Bisa terjadi kawin sedarah apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama
4. Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor
Peralatan IB terdiri dari gun IB, glove rectal, plastik sheath, gunting, pinset, container
lapangan, sabun non antiseptik / vaselin, tisu, air bersuhu 370 C & wadah Gun IB terdiri dari
39
bagian stilet, pistolet, dan stopper. Gun ada beberapa jenis berdasarkan negara pembuatnya.
Gun buatan China tidak memiliki stopper tetapi bagian ujungnya sudah bisa mengunci tanpa
stopper, cenderung tidak mudah jatuh atau lepas. Gun China juga memiliki plastic sheathnya
sendiri. Gun Jerman, Amerika Prancis memiliki stopper yang bisa dilepas pasang. Gun Jepang
memiliki stopper tetapi tidak dapat dilepas pasang pada bagian pangkalnya.
2. Siapkan container tempat penyimpanan semen beku. Buka tutup container dengan langsung
mengangkat tutup ke atas, tidak diputar. Putar canister 180° sebelum diangkat. Jangan angkat
canister sepenuhnya keluar karena perubahan suhu yang drastis akan merusak semen beku
3. Straw langsung di-thawing pada air dengan suhu 37° C selama 15-20 detik. Kemudian
keringkan straw dengan tissue, jangan sampai sisa air masuk ke dalam straw saat
pengguntingan segel.
4. Potong ujung straw kemudian masukan straw ke dalam pistolet gun, lalu masukan setengah
bagian stilet. Pasang plastic sheath pada gun, kemudian pasang lagi outer sheath di luar plastic
sheath.
40
5. Inseminator mempersiapkan diri menggunakan cattlepack, sepatu boots, masker, serta rectal
glove pada salah satu tangan. Oleskan lubrikan pada rectal glove.
6. Pastikan ternak yang akan di IB sudah dalam posisi di handling dengan baik.
7. Lakukan eksplorasi rektal dengan tangan yang memakai rectal glove. Kuncupkan jari saat
akan memasuki rektum, lalu ketika telapak tangan sudah masuk, buka telapak tangan dan
putar ke arah dorsal sapi agar tangan lebih mudah masuk. Fiksasi ekor sapi agar tidak
8. Lakukan fiksasi organ reproduksi agar gun lebih mudah terarah saat dimasukan.
10. Masukan gun IB dengan kemiringan 45° ke arah atas. Tahan plastik sheath agar tidak ikut
masuk ke dalam saluran reproduksi. Kemudian setelah ujung gun menemukan dinding saluran
reproduksi bagian dorsal, gun diarahkan lurus ke arah cranial kemudian didorong kedepan
11. Terdapat penonjolan pada ujung kaudal serviks yang menciptakan celah atau forniks vagina
antara bagian serviks yang menonjol dan dinding vagina. Pandu gun saat berada di sini.
Genggam seviks menggunakan ibu jari dan dua jari pertama, dinding vagina dapat ditekan
oleh jari ketiga dan keempat. Setelah gun masuk ke dalam serviks, deposit semen pada posisi
3 (ruang antara cincin serviks 3 dan 4) atau posisi 4 (kornua uteri). Tekan stilet gun secara
41
Gambar 2.27 Saluran reproduksi sapi (Cortés-Beltrán & Gonella, 2020)
12. Keluarkan gun secara perlahan, kemudian keluarkan tangan yang digunakan untuk rektal
13. Lakukan pemijatan pada klitoris untuk merangsang gerakan saluran genital betina agar
14. Bersihkan gun dengan lap basah dan desinfektan, lalu dikeringkan untuk disimpan kembali.
15. Bungkus straw yang kosong dan plastic sheath bekas kemudian dikoleksi atau difoto untuk
keperluan recording
16. Lakukan recording, meliputi kondisi birahi induk (kode batch, produksi straw yg digunakan,
17. Lakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan program IB melalui
perhitungan S/C, CR, NR,Cl, serta calving rate beberapa waktu setelah dilaksanakan
inseminasi.
42
Gambar 2.28 Pelatihan Inseminasi Buatan bersama Drh Shindu (Dokumentasi Pribadi 2022)
43
BAB 3
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan Teaching Farm (PKL TF) yang telah dilaksanakan oleh
Taman Ternak Pendidikan (TTP) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga sesuai jadwal
yang telah disusun. Dapat disimpulkan pada kegiatan yang dilaksanakan selama enam hari sebagai
berikut:
1. Manajemen pemeliharaan sapi perah menggunakan tipe kandang tail to tail, karena
keunggulan posisinya dalam mengamati bagian alat reprosuksi sapi untuk menentukan
bertujuan untuk pembibitan. Sumber air dan pembuangan limbah sudah cukup baik dengan
adanya saluran pembuangan di tengah kandang yang mudah dibersihkan. Lantai kandang
yang terbuat dari ubin dan ada bagian yang pecah membuat lantai terdapat genangan air,
berlumut dan licin yang dapat meningkatkan kejadian kecelakaan kerja. Manajemen pakan
masih perlu ditingkatkan, pakan yang diberikan berupa hijauan, konsentrat dan ampas tahu
namun tidak sesuai dengan kebutuhan sapi. Manajemen pemerahan sapi kurang higeinis dari
2. Manajemen pemeliharaan sapi pejantan menggunakan tipe kandang head to head yang
dibilih karena keunggulannya dalam mengontrol kesehatan, keadaan dan nafsu makan dari
sapi pejantan yang bertujuaan untuk penggemukan. Sumber air dan pembuangan limbah
sudah cukup baik namun dapat ditingkatkan kembali karena ada beberapa saluran lmbah
terbuka dan kurang lancar, ditambah dengan beberapa lantai kandang yang sobek
meningkatkan resiko cedera dan trauma fisik pada sapi. Dilakukan control vector
menggunakan fly trap dan dapat dilakukan management penggolahan limbah maupun
kontrol vegetasi sekitar kandang yang dapat mengurangi populasi vector. Manajemen pakan
sayangnya banyak komponen kandang terutama lantai kandang yang sudah mulai rusak.
Sumber air dan kebersihan kandang dapat ditingkatkan kembali, manajemen pemberian
4. Prosesing semen beku dilakukan 2 kali seminggu delakukan secara sistematis dan berurutan
menurut SOP dengan baik. Dilanjutkan dengan proses pembuatan semen beku yang telah
dilakukan dengan teknologi terbaru menjaga kosistensi dan kualitas semen beku yang
dihasilkan.
5. Dilakukan review, demo dan pelatihan palpasi rektal untuk tujuan inseminasi buatan yang
ternak.
3.2. Saran
Berdasarkan kejadian dan kasus yang ditemukan selama kegiatan PKL TF ada beberapa
manajemen pemeliharaan yang perlu di tingkatkan kembali. Perlu di lakukan perawatan sarana kandang
seperti palung makan/minum, lantai kandang dan saluran limbah. Perlu dilakukan evaluasi kembali
mengenai pengontrolan vector disekitar kandang dengan mengurangi kemungkinan predileksi vector
seperti vegatasi maupun tumpukan limbah atau genangan air di sekitar kandang. Program kesehatan
ternak harus tetap dijaga dan ditingkatkan kembali untuk menghindari kasus penyakit infeksius maupun
trauma fisik menjadi penyakit yang kronis maupun menjadi lebih parah Manajemen pakan perlu
dilakukan evaluasi kembali pada ternak yang menujukkan Body Condition Scoring (BCS) 2 atau lebih
rendah. Perlu dilakukan evaluasi Standart Operational Procedure (SOP) dalam pemerahan susu untuk
45
Daftar Pustaka
Achmad Firman, (2010) Agribisnis Sapi perah. Bandung : Penerbit Widya. Padjadjaran.
Adi Pratama, J. W., Sari, D. A. K., & Sigit, M. (2018). the Effect of Some Thawing Methods on
the Quality of Simental Cow Frozen Cements. Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia, 3(2), 35.
https://doi.org/10.32503/fillia.v3i2.254
Anastasia, Y. I., Isnaini, N., & Wahjuningsih, S. (2015). PENGARUH LEVEL FILTRAT
KECAMBAH KACANG HIJAU DALAM PENGENCER SUSU SKIM TERHADAP
KUALITAS SEMEN CAIR PEJANTAN SAPI MADURA PADA PENYIMPANAN
SUHU RUANGNo Title. J. Ternak Tropika, 16(2), 55–63.
Annashru, fakhri alfi, Ihsan, M. N., Yekti, A. P. A., & Susilawati, T. (2017). Pengaruh
perbedaan waktu inseminasi buatan terhadap keberhasilan kebuntingan sapi Brahman Cross.
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 27(3), 17–23. https://doi.org/10.21776/ub.jiip.2017.027.03.03
Cortés-Beltrán, D., & Gonella, A. (2020). Tips for Successful Artificial Insemination of Cattle |
Panhandle Agriculture. North Florida Research and Education Center, Reproduction Lab.
https://nwdistrict.ifas.ufl.edu/phag/2020/05/29/tips-for-successful-artificial-insemination-of-
cattle/
Hartati, Rasyid, A., & Efendy, J. (2010). Petunjuk Teknis Pemeliharaan Pejantan Pemacek.
Herawati, T., Anggraeni, A., Praharani, L., Utami, D., & Argiris, A. (2012). Peran Inseminator
dalam Keberhasilan Inseminasi Buatan pada Sapi Perah Inseminator Role In The Succes of
Artificial Insemination On Dairy Cattle. Informatika Pertanian, 21(2), 81–88.
Laryska, N., & Nurhajati, T. (2013). ENINGKATAN KADAR LEMAK SUSU SAPI PERAH
DENGAN PEMBERIAN PAKAN KONSENTRAT KOMERSIAL DIBANDINGKAN
DENGAN AMPAS TAHU IMPROVEMENT. AGROVETERINER., 1(2), 79–87.
Priyanto, D., & Rahmayuni, D. (2020). Strategi dan Kebijakan Pengembangan Sapi Perah di
Area Luar Pulau Jawa dalam Mendukung Produksi Susu Segar Dalam Negeri ( Strategy and
Policy on Dairy Cattle Development in Areas Outside Java Island in Supporting Domestic
Fresh Milk Production ). Wartazoa, 30(3), 149–162.
46
Rahmawati, M. A., Susilawati, T., & Nur, M. (2015). Kualitas semen dan produksi semen beku
pada bangsa sapi dan bulan penampungan yang berbeda. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan,
25(3), 25–36.
Ratnawati, D., & Affandhy, L. (2013). Performan reproduksi sapi jantan dengan pakan berbasis
limbah Sawit. Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner, 49–52.
Saili, T., & Toelihere, M. R. (2015). Pengelolaan semen dan inseminasi buatan. ResearchGate,
January 2005, 1–10.
Sunarko, C., Sutrasno, B., S, S., Kumalajati, A., Supriadi, H., Marsudi, A., & Budiningsih.
(2014). Petunjuk Pemeliharaan Bibit Sapi Perah. In Paper Knowledge . Toward a Media
History of Documents.
Widaringsih, W. (2019). Evaluasi kualitas spermatozoa segar sapi friesian holstein (. Prosiding
Temu Teknis Jabatan Fungsional Non Peneliti.
47