Laporan Akhir Ergonomi
Laporan Akhir Ergonomi
Oleh :
Kelompok 4
2.2. HASIL EVALUASI SECARA DETAIL TERHADAP STASIUN KERJA YANG ADA BERDASARKAN
DATA ANTROPOMETRI
2.2.1. Kursi operator
Ukuran tempat duduk kursi operator adalah tempat duduk bulat kursi Lion Star
dengan ukuran sebesar (P x L x T) : 23x23x18 cm, seperti pada gambar berikut :
Dengan meja dan kursi yang digunakan operator saat bekerja seperti pada
gambar tersebut, maka posisi siku operator membentuk sudut kurang dari 90°,
karena apabila sudut siku tidak terjaga di sekitar 90°, maka akan menimbulkan
kelelahan yang lebih cepat dan rasa pegal di sekujur bahu atas badan. Hal itu
disebabkan karena apabila sudut kurang, maka beban yang akan diterima dari
bahu juga akan meningkat sehingga lebih cepat menimbulkan fatigue pada bahu
tersebut.
Akibat selanjutnya adalah membuat punggung membungkuk untuk merakit
barang. Jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama, maka dapat membuat
kelainan Kifosis. Kifosis (kyphosis) adalah kelainan di lengkungan tulang
belakang yang membuat punggung bagian atas terlihat membulat atau bengkok
tidak normal. Setiap orang memiliki tulang belakang yang melengkung, pada
kisaran 25 sampai 45 derajat. Akan tetapi pada penderita kifosis, kelengkungan
tulang belakang bisa mencapai 50 derajat atau lebih. Kondisi tersebut membuat
orang menjadi bungkuk.
Pada umumnya, kifosis hanya menimbulkan sedikit masalah dan tidak perlu
ditangani. Akan tetapi pada kasus yang parah, kifosis dapat menyebabkan nyeri,
serta gangguan pernapasan. Kondisi tersebut perlu ditangani dengan prosedur
bedah.
Gambar 2.2.2.2 Operator Membungkuk
2.3. PERANCANGAN FASILITAS KERJA YANG LEBIH ERGONOMIS, DITINJAU DARI SUDUT
PANDANG ANTROPOMETRI
2.3.1. Desain kursi (Design for average)
D10 56.83
I Tinggi kursi dari lantai 50th
D16 42.02
D13 53.96
E Lebar meja 50th
D15 50.14
Normal work
D23 38.53 5 th
area Panjang lengan bawah
Lalu, daya pantul setiap objek berbeda-beda tergantung warna dari objek
tersebut. Berikut merupakan tabel yang menunjukkan reflektan dari berbagai
warna objek.
Putih 100
Hitam 0
Tabel 2.5.1.1 Reflektan Berdasarkan Jenis Objek
Resepsionis 300
Koridor/Lobi 100
Tabel 2.5.1.2 Pencahayaan Berdasarkan Ruang
80 8
92 6
95 4
97 3
100 2
105 1
110 0,5
115 0,25
Tabel 2.5.2.1 Intensitas Suara Berdasarkan Waktu Kerja
75%-100% 31 28 - -
50%-75% 31 29 27,5 -
25%-50% 32 30 29 28
Pengukuran suhu kondisi lingkungan kerja fisik itu disesuaikan dengan beban
pekerjaan yang diberikan dan cara bekerja operator (bekerja terus menerus
atau terdapat istirahat).
2.5.4. Kelembaban
Kelembaban adalah ukuran banyaknya kadar air yang terkandung dalam udara.
Kelembaban biasanya dinyatakan dengan persentase (%), dengan rumus:
Semakin tinggi dan lembap lingkungan kerja, maka akan semakin banyak juga
oksigen yang diperlukan untuk metabolisme dan akan semakin cepat juga
peredaran darah dalam tubuh kita, sehingga denyut jantung akan semakin
cepat. Ini berakibat pengurangan energi yang sangat besar pada tubuh manusia
sehingga pekerja akan cepat lelah.
Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang
selanjutnya disingkat ISBB/WBGT adalah parameter untuk menilai tingkat iklim
kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah
alami dan suhu bola
1. ISSB di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi sinar matahari:
ISSB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering
2.6. USULAN PERBAIKAN STASIUN KERJA, DILIHAT DARI SISI PENCAHAYAAN, KEBISINGAN,
SUHU DAN KELEMBABAN
2.6.1. Illuminance (pencahayaan)
Jenis pekerjaan operator yaitu merakit lego yang dapat dikategorikan sebagai
jenis pekerjaan sedang. Warna barang yang dirakit operator, antara lain warna
merah, hijau, kuning, dan biru. Lalu operator bekerja pada suatu ruangan
rumah, jadi dapat diasumsikan bekerja dalam ruang kerja. Jadi minimal
pencahayaan yang seharusnya digunakan dalam pengerjaan perakitan rumah
lego, yaitu antara 300 hingga 500 lux.
2.6.2. Sound pressure level (pendengaran)
Kelompok kami mengasumsikan untuk pekerjaan yang dilakukan oleh operator
berada di rumah, sehingga untuk standard kebisingan (dalam db) untuk
pekerjaannya di kisaran 30-50 db (dengan tabel di atas untuk 30 db rumah
tenang dan 50 db rumah gaduh). Namun semakin rendah db yang dihasilkan
maka akan semakin baik karena jika db semakin tinggi juga akan mempengaruhi
kinerja dari operator.
2.6.3. Suhu
Kelompok kami mengasumsikan untuk pekerjaan yang dilakukan oleh operator
berada di rumah, sehingga untuk standard kebisingan (dalam db) untuk
pekerjaannya di kisaran 30-50 db (dengan tabel di atas untuk 30 db rumah
tenang dan 50 db rumah gaduh). Namun semakin rendah db yang dihasilkan
maka akan semakin baik karena jika db semakin tinggi juga akan mempengaruhi
kinerja dari operator.
2.6.4. Kelembaban
Kelompok kami mengasumsikan pengaturan waktu kerja setiap jam, yaitu 75%-
100% dengan beban pekerjaan yang sedang. Jadi suhu ruangan yang
seharusnya, yaitu 28 °C. Untuk kelembaban kadar yang seharusnya pada ruang
kerja adalah 40%-60%, karena pada kadar tersebut operator dapat merasa
nyaman saat bekerja. Untuk menjaga kelembaban diperlukan sistem pendingin,
adanya sirkulasi udara yang baik dan juga dehumidifier.
2.7. POSTUR KERJA YANG DIDUGA MEMILIKI RESIKO POSTURAL STRESS YANG CUKUP
TINGGI BESERTA ALASANNYA
2.7.1. Kaki operator menekuk dan membentuk sudut kurang dari 90°
Tempat duduk kursi operator dengan ukuran sebesar (P x L x T) : 23x23x18 cm
dan tinggi operator yaitu 158.44 cm. Hal tersebut dapat membuat posisi kaki
operator menyentuh lantai membentuk sudut kurang dari 90°. Dapat dilihat
pada dibawah ini kalau terbentuk sudut sebesar 49°. Jika dilakukan dalam
jangka waktu yang lama, maka dapat membuat peredaran darah di daerah kaki
tidak lancar dan menyebabkan lutut sakit karena dibuat tumpuan. Dengan
kondisi pekerja yang bekerja dibawah lutut yang tertekan, akan menyebabkan
peningkatan potensi terjadinya penyakit atau cedera Patella Chondromalacia
yang merupakan kerusakan pada tulang rawan di bawah tempurung lutut.
Tulang rawan di bawah tempurung lutut adalah peredam guncangan yang alami.
Patella chondromalacia dapat berkembang ketika lutut dipakai berlebihan atau
terluka. Gejala yang paling umum adalah nyeri lutut yang memburuk ketika
menaiki atau menuruni tangga. Berlutut, jongkok, atau duduk juga bersila juga
menimbulkan rasa sakit.
Maka dari itu, posisi duduk dari operator harus diubah menjadi lebih baik untuk
mengurangi resiko terjadinya penyakit ini, apabila operator bekerja dalam
jangka panjang.
2.7.2. Sudut lengan operator membentuk sudut kurang dari 90° dan punggung
membungkuk
Ukuran tempat duduk kursi operator adalah tempat duduk bulat kursi Lion Star
dengan ukuran sebesar (P x L x T) : 39x26x28 cm. Dengan meja dan kursi yang
digunakan operator saat bekerja seperti pada gambar tersebut, maka posisi siku
operator membentuk sudut kurang dari 90°, karena apabila sudut siku tidak
terjaga di sekitar 90°, maka akan menimbulkan kelelahan yang lebih cepat dan
rasa pegal di sekujur bahu atas badan. Hal itu disebabkan karena apabila sudut
kurang, maka beban yang akan diterima dari bahu juga akan meningkat
sehingga lebih cepat menimbulkan fatigue pada bahu tersebut.
Akibat selanjutnya adalah membuat punggung membungkuk untuk merakit
barang. Jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama, maka dapat membuat
kelainan Kifosis. Kifosis (kyphosis) adalah kelainan di lengkungan tulang
belakang yang membuat punggung bagian atas terlihat membulat atau bengkok
tidak normal. Setiap orang memiliki tulang belakang yang melengkung, pada
kisaran 25° sampai 45°. Akan tetapi pada penderita kifosis, kelengkungan tulang
belakang bisa mencapai 50° atau lebih. Kondisi tersebut membuat orang
menjadi bungkuk. Pada umumnya, kifosis hanya menimbulkan sedikit masalah
dan tidak perlu ditangani. Akan tetapi pada kasus yang parah, kifosis dapat
menyebabkan nyeri, serta gangguan pernapasan. Kondisi tersebut perlu
ditangani dengan prosedur bedah.
Gambar 2.7.2.1 Operator Membungkuk
Telapak tangan operator menekuk saat merakit, yang lama kelamaan dapat
menyebabkan nyeri dan pegal pada pergelangan telapak tangan.
2.7.5. Leher menekuk
Posisi legs pada gambar postural 1 menunjukan bahwa gerakan kaki yang tidak
imbang antara kaki kiri dan kanan, juga terlihat bahwa bantalan kaki tidak di
support secara baik, ditunjukan oleh posisi kaki yang menekuk dan tidak
seimbang.
Gambar 2.8.1.6 RULA Bagian Lower Arm
Posisi lower arm dari operator menunjukan pergerakan sebesar 0° hingga 60°,
yang digunakan untuk mengambil bahan dan merakit lego. Posisi tempat
perakitan yang lebih rendah dari siku menyebabkan pergerakan tangan yang
berada di bawah sudut ideal 90°.
Untuk beban pekerjaan, masih tergolong ringan karena umumnya gerakan yang
dilakukan adalah repetisi yaitu melakukan perakitan. Kemudian untuk
keseluruhan beban di upper arm, lower arm, wrist, neck, trunk, dan legs adalah
ringan (kurang dari 4.4 lb).
Posisi upper arm pada gambar postural 2 menunjukan bahwa gerakan bahu
mencapai +- 20° ke arah belakang dan depan, hal ini dilakukan oleh pekerja
untuk menjangkau meja operasi perakitan lego.
Sering terjadi gerakan memutar pada pergelangan tangan, umumnya pada saat
merakit dan mengambil bahan dari tempat bahan.
Gambar 2.8.2.9 RULA Bagian Trunk
Operator terlihat membungkuk dengan derajat bungkuk sebesar 0° hingga 20°,
posisi layout kerja yang lebih rendah menyebabkan hal ini terjadi untuk
mengakomodasi operasi yang dilakukan oleh pekerja (membungkuk untuk
merakit). Juga terjadi gerakan twist pada operator yang disebabkan
ketidakseimbangan sisi kanan dan kiri perakitan, operator mengambil bahan
yang berada di sisi kiri dengan menggunakan tangan kanan, sehingga harus
melakukan gerakan twist pada persendian tulang belakang.
Gambar 2.8.2.10 RULA Bagian Muscle and Load
Untuk beban pekerjaan, masih tergolong ringan karena umumnya gerakan yang
dilakukan adalah repetisi yaitu melakukan perakitan. Kemudian untuk
keseluruhan beban di upper arm, lower arm, wrist, neck, trunk, dan legs adalah
ringan (kurang dari 4.4 lb).
Besar sudut lekukan leher operator saat proses pengambilan part lego adalah
sebesar 10°-20° dan juga lekukan ini terjadi secara miring. Secara garis besar hal
ini membahayakan karena dapat mengakibatkan pegal ataupun kaku pada leher
karena terlalu sering dilekukkan dan dimiringkan.
Besar sudut lengan bawah operator saat proses perakitan ini tidak terlalu
dipermasalahkan apabila operator tidak mempertahankan posisi tersebut pada
waktu yang lama, namun karena adanya proses dimana tangan kanan melewati
tubuh sehingga melewati batas kerja dari tangan kanan, maka metode kerja
pada proses ini menjad tidak baik.
Gambar 2.8.3.7 RULA Bagian Wrist twist
Pergelangan tangan operator sering menekuk/berputar yang menyebabkan
proses kerja menjadi lebih melelahkan daripada seharusnya. Hal ini dapat
terjadi karena layout dan metode kerja yang salah namun terus dilakukan.
Posisi legs pada gambar postural 4 menunjukan bahwa gerakan kaki yang tidak
imbang antara kaki kiri dan kanan, juga terlihat bahwa bantalan kaki tidak di
support secara baik, ditunjukan oleh posisi kaki yang menekuk dan tidak
seimbang.
Sering terjadi gerakan memutar pada pergelangan tangan, umumnya pada saat
merakit dan mengambil bahan dari tempat bahan.
Gambar 2.8.4.8 RULA Bagian Trunk
Untuk beban pekerjaan, masih tergolong ringan karena umumnya gerakan yang
dilakukan adalah repetisi yaitu melakukan perakitan. Kemudian untuk
keseluruhan beban di upper arm, lower arm, wrist, neck, trunk, dan legs adalah
ringan (kurang dari 4.4 lb).
Sudut pergelangan tangan +/- 15 derajat, hal ini dilakukan oleh pekerja untuk
menjangkau meja operasi perakitan lego dan mengambil bahan baku lego dari
tempat bahan baku.
Gambar 2.8.5.4 RULA Bagian Neck
Posisi lower arm dari operator menunjukan pergerakan sebesar 60°, yang
digunakan untuk mengambil bahan dan merakit lego.
Gambar 2.8.5.7 RULA Bagian Wrist Twist
Sering terjadi gerakan memutar pada pergelangan tangan, umumnya pada saat
merakit dan mengambil bahan dari tempat bahan.
Gambar 2.8.5.8 RULA Bagian Trunk
Operator terlihat memiliki posisi yang tegak, sehingga posisi tersebut dapat
dinyatakan tidak memiliki akan memberikan dampak yang cukup buruk kepada
operator, karena tingkat postural stress rendah.
Gambar 2.8.5.9 RULA Bagian Muscle and Load
Untuk beban pekerjaan, masih tergolong ringan karena umumnya gerakan yang
dilakukan adalah repetisi yaitu melakukan perakitan. Kemudian untuk
keseluruhan beban di upper arm, lower arm, wrist, neck, trunk, dan legs adalah
ringan (kurang dari 4.4 lb).
Gambar 2.8.5.10 Hasil RULA Postural Stress 5
Sudut lengan operator 20 sampai 45 derajat, hal ini dilakukan, karena operator
ingin mengambil balok lego yang jatuh ke lantai.
Gambar 2.8.6.3 RULA bagian wrist
Sudut pergelangan tangan +15 derajat, hal ini dilakukan oleh operator untuk
menjangkau benda yang terjatuh dari keranjang sehingga sudutnya pasti
menekuk kebawah atau +15 derajat.
Posisi legs pada gambar postural 6 menunjukan bahwa gerakan kaki yang tidak
imbang antara kaki kiri dan kanan, juga terlihat bahwa bantalan kaki tidak di
support secara baik, ditunjukan oleh posisi kaki yang menekuk dan tidak
seimbang.
Gambar 2.8.6.6 RULA bagian lower arm
Posisi lower arm dari operator menunjukan pergerakan sebesar 60°, yang
digunakan untuk mengambil lego yang terjatuh dari keranjang.
D10 56.83
I Tinggi kursi dari lantai 50th
D16 42.02
Alasan : Kita membuat ukuran untuk bagian yang average karena jika diamati
melalui visual video terlihat bahwa operator memiliki tinggi rata-rata, selain
itu menurut kelompok kami jika kursi menggunakan ukuran yang average
maka jika operator lebih tinggi atau lebih pendek tidak terlalu terpengaruh
daripada menggunakan persentil bawah atau atas maka akan sangat
berpengaruh jika operator tersebut terlalu tinggi atau sebaliknya. Lalu
dengan menggunakan kursi yang ukurannya sesuai dengan tabel dan gambar
tersebut, maka dapat dipastikan kaki operator tidak menekuk dan
membentuk lebih dari 90°.
2.10.1.2. Sudut lengan operator membentuk sudut kurang dari 90° dan
punggung membungkuk
Usulan untuk lengan operator membentuk 90° dan punggung
membungkuk, yaitu dengan mendesain ulang meja operator yang ada
pada tabel dan gambar berikut ini.
D13 53.96
E Lebar meja 50th
D15 50.14
2.10.1.3. Usulan Punggung miring ke samping kiri saat pengambilan lego, badan
menekuk ke samping ketika mengambil lego yang jatuh
Posisi upper arm pada gambar usulan menunjukan bahwa gerakan bahu dapat
mencapai +- 20° ke arah belakang dan depan, hal ini dilakukan oleh pekerja
untuk menjangkau meja operasi perakitan lego. Posisi ini dapat dikatakan cukup
baik karena sangat meminimalisasi beban yang diterima oleh sendi khususunya
sendi putar di bahu
Gambar 2.10.2.2 RULA Bagian wrist
Posisi neck pada gambar usulan menunjukan bahwa gerakan pergelangan leher
mencapai 10-20°, hal ini merupakan peningkatan dari yang sebelumnya sekitar
lebih dari 20 derajat, hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya peningkatan dan
pembaharuan layout operasi, dengan menyesuaikan tinggi kursi dan meja
sehingga lebih proporsional untuk lekukan dan penambahan bantalan lego yang
membuat posisi lego menjadi lebih tinggi sehingga gerakan menunduk pada
leher dapat diminimalisasi sehingga tidak akan menimbulkan rasa kebas atau
pegal apabila bekerja dalam waktu yang lama.
Gambar 2.10.2.4 RULA Bagian Legs
Posisi legs pada gambar usulan menunjukan bahwa gerakan kaki yang tidak
imbang antara kaki kiri dan kanan, juga terlihat bahwa bantalan kaki tidak di
support secara baik, ditunjukan oleh posisi kaki yang menekuk dan tidak
seimbang.
Sering terjadi gerakan memutar pada pergelangan tangan, umumnya pada saat
merakit serta memposisikan perakitan benda, terkadang operator sering
terbalik atau posisi bahan tidak sesuai dengan target, sehingga perlunya
memutar lengan
Gambar 2.10.2.7 RULA Bagian Trunk
Untuk beban pekerjaan, masih tergolong ringan karena umumnya gerakan yang
dilakukan adalah repetisi yaitu melakukan perakitan. Kemudian untuk
keseluruhan beban di upper arm, lower arm, wrist, neck, trunk, dan legs adalah
ringan (kurang dari 4.4 lb).
Gambar 2.10.2.9 Hasil RULA Postural Stress setelah Perbaikan
Hasil dari perbaikan layout operator adalah mengurangnya score RULA operator
yang semula berkisar antara 5 hingga 6 menjadi 3. Hal ini diakibatkan dari
perbaikan yang menyeluruh mulai dari layout kerja, postur hingga lingkungan
kerja yang dapat membuat pekerja terhindar dari bahaya khususnya yang
diakibatkan oleh postural stress dan penyakit yang mungkin timbul akibat dari
pekerjaaan jangka panjang. Namun, walaupun sudah terjadi peningkatan yang
lumayan signifikan dari layout sebelumnya, RULA dengan score 3
mengindikasikan tetap diperlukan action level 2 yang adalah menginvestigasi
kembali untuk berjaga-jaga atas kemungkinan postural stress yang mungkin
tidak terlalu tampak dan membuat perbaikan kembali apabila dirasa perlu.
2.11. ANALISIS PERBANDINGAN POSTUR KERJA USULAN DENGAN POSTUR KERJA AWAL
Analisis : Pada tabel diatas tersebut, dapat dilihat kalau nilai sebelum perbaikan
kebanyakan 5 hingga 6 yang berarti perlu perbaikan segera. Sedangkan nilai sesudah
perbaikan menjadi 3 yang dimana hal tersebut terlihat perbedaan yang signifikan. Hal
tersebut dikarenakan terdapat perbaikan yang menyeluruh mulai dari layout kerja,
postur hingga lingkungan kerja yang dapat membuat pekerja terhindar dari bahaya
khususnya yang diakibatkan oleh postural stress dan penyakit yang mungkin timbul
akibat dari pekerjaaan jangka panjang. Namun, walaupun sudah terjadi peningkatan
yang lumayan signifikan dari layout sebelumnya, RULA dengan score 3 mengindikasikan
tetap diperlukan action level 2 yang adalah menginvestigasi kembali untuk berjaga-jaga
atas kemungkinan postural stress yang mungkin tidak terlalu tampak dan membuat
perbaikan kembali apabila dirasa perlu.
3. ANALISIS SECARA DETAIL DAN MENDALAM TERKAIT DENGAN PERANCANGAN STASIUN KERJA
YANG ERGONOMIS
Dari segi tata letak pengerjaan serta kursi dan meja yang digunakan operator masih tidak
ergonomis. Mulai dari tempat pengambilan lego yang akan disusun berada di sebelah kiri
operator yang saat pengambilannya mengharuskan operator untuk sedikit membungkuk dan
jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan skoliosis atau punggung
miring ke sebelah kiri atau kanan. Lalu kursi yang digunakan operator memiliki tinggi yang
pendek dengan dapat dilihat kalau lutut operator membentuk sudut kurang dari 90° dan jika
dilakukan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan cedera Patella Chondromalacia
yang merupakan kerusakan pada tulang rawan di bawah tempurung lutut. Lalu meja yang
digunakan operator juga memiliki tinggi yang pendek dengan dapat dilihat kalau operator
membungkuk saat merakit lego dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan Kifosis
atau kelainan pada tulang belakang yang terlihat membulat atau bengkok tidak normal. Hal
tersebut jika dibiarkan tentu akan berdampak bagi operator untuk kesehatannya karena jika
dihitung melalui perhitungan RULA maka akan mendapatkan nilai 5/6 dengan action level 3
dimana berarti memerlukan adanya perubahan cara operator kerja.
Akhirnya dilakukan usulan dengan merubah dari desain meja kerja, meja, dan kursi sesuai
dengan ukuran yang ideal. Untuk pengukurannya kita menggunakan antropometri indonesia
untuk ukuran meja dan kursi menggunakan persentil 50th dan untuk ukuran jangkauan tangan
menggunakan 5th persentil. Hal tersebut kami lakukan dengan pertimbangan jika ukuran meja
dan kursi digantikan oleh operator lain maka akan lebih nyaman jika menggunakan persentil
50th dimana untuk orang yang lebih tinggi atau lebih pendek tidak terlalu berpengaruh. Lalu
untuk jangkauan tangan menggunakan 5th persentil dengan pertimbangan untuk operator yang
memiliki jangkauan lebih besar maka tidak akan bermasalah daripada jika mengambil persentil
75th maka akan bermasalah bagi operator yang memiliki jangkauan tangan lebih kecil.
Jangkauan tangan ini membantu juga untuk peletakkan dari meja kerja operator agar tidak ada
benda yang terlalu jauh dan sulit dijangkau.
Setelah selesai melakukan desain kerja yang baru dan menggunakan analisa RULA maka
menghasilkan score 3 mengindikasikan tetap diperlukan dan action level 2 yang berarti
menginvestigasi kembali untuk berjaga-jaga atas kemungkinan postural stress yang mungkin
tidak terlalu tampak dan membuat perbaikan kembali apabila dirasa perlu.
4. LAMPIRAN