Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI PROTEKSI

Fakultas Pertanian UMY


Semester Genap Tahun 2019/2020

ACARA I

ISOLASI & MORFOLOGI Jamur Metharrizium sp. , Beauveria bassiana , Bakteri


Bacillus thuringiensis

I. IDENTITAS MAHASISWA
Nama : Rayendra Hafriadi
Mustafa
No. Mahasiswa : 20190210011
Golongan :-
Kelompok :-
Hari/Tanggal : Kamis, 20 April 2021

II. TUJUAN
1. Membuat media sintetik untuk isolasi dan karakterisasi serta perbanyakan jamur
Beuveria bassiana, Metharizium sp., Trichoderma sp., dan Bakteri Bacillus
thuringiensis.
2. Melakukan karakterisasi Beuviria bassiana, Metharizium sp., Trichoderma sp., dan
Bakteri Bacillus thuringiensis.

III. ALAT DAN BAHAN

ALAT : BAHAN :

1. Autoclave 1. Ekstrak kentang 9. Pepton


2. Lampu Bunsen 2. Dextrose 2,57g
3. Timbangan analitik 3. Kultur murni
4. Erlenmeyer 4. Aquadest
5. Beaker glass 5. Alcohol 70%
6. Preparat 6. Cat gram abcd
7. Ose 7. Beef extract
8. Label 8. Agar 3,2 g
IV. CARA KERJA
a. Pembuatan Medium
1. PDA untuk jamur Metharrizium sp. , Beauveria bassiana

2. NA untuk bakteri Bacillus thuringiensis

b. Peremajaan & pengamatan morfologi jamur Metharrizium sp. Atau


Beauveria bassiana

c. Peremajaan & pengamatan Morfologi bakteri Bacillus thuringiensis


d. Tahapan Cat Gram

V. HASIL PENGAMATAN
A. Kultur Murni Jamur
1. Morfologi jamur Metharrizium sp.
Keterangan :
a. Konidia
A
b. Konidiofor

Sumber :
https://core.ac.uk/download/pdf/225825
Perbesaran : 40x 887.pdf
2. Morfologi jamur Beauveria bassiana
Keterangan :
a. Konidia
b. Hifa

a Sumber :
http://repository.pertanian.go.id/bitstrea
b m/handle/123456789/1026/Isolasi%2C
%20Identifikasi%2C%20dan%20Karak
terisasi%20Jamur%20Entomopatogen
%20dari%20Rizosfir%20Pertanaman%
20Kubis.pdf?sequence=1&isAllowed=
Perbesaran : 100x y

3. Morfologi jamur Trichoderma sp.


Keterangan :
K = konidiofor
H = hifa
P = fialed atau serigma
S = spora atau konidia

Sumber :
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/wi
dyabiologi/article/view/407
Perbesaran : 1000x

B. Kultur Murni Bakteri Bacillus


thuringiensis
1. Morfologi Bakteri Bacillus thuringiensis
Keterangan :
A
a. Sel berbentuk batang

Sumber :
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/e
ugenia/article/download/28791/28123
Perbesaran : 1000x
2. Cat Gram Bakteri Bacillus thuringiensis
Keterangan :
a. Spora
b. Kristal protein
A c. Bakteri gram positif

Sumber :
http://eprints.unram.ac.id/10926/1/artik
Perbesaran : 1000x el%20naskah%20pdf.pdf

VI. TINJAUAN PUSTAKA


Salah satu jenis organisme yang belum banyak diteliti adalah jamur
entomopatogen yang merupakan mikroorganisme potensial yang hidup berasosiasi
dengan serangga. Jamur ini berpotensi bisa dimanfaatkan sebagai agen pengendali hayati
hama tanaman. Jamur entomopatogen merupakan musuh alami dan regulator paling
efisien bagi populasi inangnya n (Khastini et al., 2017). Salah satunya adalah jamur
Metarhizium sp. Yang memiliki aktifitas larvasidal karena menghasilkan cyclopeptida,
destruksin, yaitu A, B, C, D, E dan desmethydestruxin B9 . Destruxin telah
dipertimbangkan sebagai bahan insektisida generasi baru. Efek destruxin berpengaruh
pada organella sel target (mitokondria, retikulum endoplasma dan membran nukleus),
menyebabkan paralisa sel kelainan fungsi pencernaan bagian mesenteron (lambung
tengah), fungsi ekskresi pada tubulus malphigi, dan berpengaruh pada kandungan
hemosit dan struktur jaringan otot serangga (Darwis dan Wahyunita 2015).
Jamur Beauveria bassiana yang merupakan jamur mikroskopik dengan tubuh
berbentuk benang-benang halus (hifa). Jamur ini tidak dapat memproduksi makanan
sendiri, oleh karena itu dia bersifat parasit terhadap serangga inangnya. Jamur ini
umumnya ditemukan pada serangga yang hidup di dalam tanah, tetapi juga mampu
menyerang serangga pada tanaman atau pohon (Hindayana, dkk, 2002). Untuk yang
terakhir ada juga jamur Trichoderma sp. merupakan salah satu jenis yang banyak
dijumpai pada semua jenis tanah dan pada berbagai habitat yang merupakan salah satu
jenis jamur yang dapat dimanfaatkan sebagai agensia hayati pengendali patogen tular
tanah (soil borne) dan telah menjadi perhatian penting sejak beberapa dekade terakhir ini
karena kemampuannya sebagai pengendali biologis terhadap beberapa patogen tanaman
(Harman et al., 2004).
Bacillus thuringiensis (Bt) adalah bakteri gram-positif, berbentuk batang, motil,
bersifat anaerob fakultatif, bentuk sporanya digunakan secara luas sebagai agen
biokontrol terhadap hama. Bacillus thuringiensis menghasilkan parasporal kristal,
dibentuk oleh racun insektisida yang sangat spesifik. Kristalnya memiliki berbagai
bentuk seperti bipiramidal, kuboid, jajaran genjang, bulat atau komposit dengan dua jenis
kristal. Racun ini terutama aktif terhadap spesies lepidoptera dan beberapa juga
menunjukkan toksisitas terhadap spesies diptera dan koleoptera serta organisme lain
tergantung pada varietas spesies. Suhu pertumbuhan optimal untuk Bacillus thuringiensis
berkisar antara 30-450 C (Martin, 2010).

VII. PEMBAHASAN
1. Jamur Beauveria bassiana
Beauveria, jamur yang memiliki hifa pendek, hialin yang lurus, dan tebal. Kelompok
hifa pada jamur ini muncul dari tengah dengan ukuran panjang 3-4 μm dan lebar 1-2 μm,
bentuk koloni berwarna putih, konidia bulat dengan ukuran (2-3) x (2-2,4) μm, hialin,
bersel satu, terbentuk secara soliter pada ujung konidiofor, dan melekat pada sterigma
yang pendek dengan pola pertumbuhan berselang seling, pertumbuhan konidioforanya
zigzag (simpodial) (Vandenberg et al. 1988, Domsch et al. 1980, Samson et al. 1988).

2. Jamur Metharrizium sp.


Hasil pengamatan identifikasi secara mikroskopis menunjukan bahwa ciri-ciri
tersebut merupakan jamur Metarhizium sp. yaitu konidia tumbuh tegak. Konidia
berbentuk rantai, silinder atau lonjong seperti kapsul, hialin, bercabang-cabang dan
bersel satu. Kumpulan kondia ditopang oleh tangkai konidiofor yang membentuk
phialid. Hal ini sesuai dari pernyataan (Prayogo dan Tengkano, 2002) bahwa
Metarhizium sp. memiliki konidiofor tumbuh tegak, hialin dan bercabang. Konidia
diproduksi dalam bentuk rantai, berbentuk silinder atau lonjong, hialin dan bersel satu.
Kumpulan kondia ditopang oleh tangkai konidiofor yang membentuk phialid.
Konidiofor dapat mencapai panjang 75 μm, bertumpuk - tumpuk diselubungi oleh
konidia yang berbentuk apikal berukuran 6-9,50 rim x 1,50-3,90 rim, bercabang-
cabang, berkelompok membentuk massa yang padat dan longgar.

3. Jamur Trichoderma sp.


Penampakan secara mikroskopis Trichoderma sp. yaitu adanya hifa bewarna
hijau, tangkai fialid pendek, konidianya berwarna kehijauan berbentuk globuse (bulat)
tumbuh pada ujung dan ada juga konidium yang terbentuk secara bergerombol
berwarna hijau muda pada permukaan sel konidiofornya. Fialid memiliki ukuran
panjang ±11,1µ dan cabang konidiofor panjangnya ±13,4µ. Adanya banyak
percabangan konidiofor yang menyerupai piramid yaitu cabang yang lebih panjang di
bawahnya, fialid tersusun pada kelompok-kelompok yang berbeda, terdapat 2-3 fialid
tiap kelompok. Dan identifikasi pada tingkat similaritas atau kedekatan ini seperti
dengan Trichoderma asperellum (Barnett dan Hunter, 1998) dan (Watanabe , 2002).

4. Bakteri Bacillus thuringiensis


Hasil pengamatan secara makroskopis terhadap koloni-koloni yang diamati sel
vegetatif bakteri B. thuringiensis berbentuk batang dengan spora subterminal.
Bersamaan dengan terbentuknya spora, dibentuk pula benda berupa kristal yang berada
dekat spora yang dikenal dengan nama kristal protein (Pelealu, 2018).
Dari hasil pengecatan spora dan kristal isolat didapatkan spora dan kristal protein yang
terlihat jelas.didapatkan bahwa bakteri memiliki gram positif karena berwarna biru-
keunguan. Posisi kristal protein terpisah dari spora dan ukuran kristal lebih kecil dari
ukuran spora. Adanya kristal protein menunjukkan kemiripan karakter dengan bakteri
B. thuringiensis dari Bergey’s Mannual. Kristal protein merupakan karakter khas yang
dimiliki oleh bakteri B. thuringiensis. Kristal protein dapat membentuk inklusi protein
yang dapat berbentuk bipiramid, kuboid, bulat, oval maupun tak beraturan. Inklusi
protein terbentuk di luar eksosporium dan akan terpisah ketika spora mengalami lisis
(Logan dan De Vos, 2009).

VIII. KESIMPULAN
Dari hasil yang diperoleh dapat simpulkan bahwa :
1. Media PDA pada praktikum ini dapat digunakan untuk isolasi dan juga perbanyakan
jamur Metharizium sp., Beuviria bassiana., dan Thricoderma sp. Sedangkan untuk
media NA pada praktikum dapat digunakan untuk isolasi dan juga perbanyakan
bakteri Bacillus thuringiensis.
2. Pada hasil pengamatan kultur murni jamur Metharizium sp., terlihat adanya konidia
dan juga konidiofor, pada jamur Beauveria bassiana terlihat adanya konidia dan juga
hifa, dan pada pengamatan jamur Trichoderma sp., terlihat adanya konidiofor, hifa,
fialed, dan juga spora atau konidianya.
3. Pada hasil pengamatan kultur murni yang didapat untuk bakteri Bacillus
thuringiensis terlihat adanya sel yang berbentuk batang, sedangkan untuk cat gram
pada bakteri ini berwarna biru-keunguan yang berarti bakteri ini gram positif, terlihat
juga adanya spora, dan juga adanya Kristal protein.
DAFTAR PUSTAKA

Barnett, H.L., Hunter, B. (1998). Ilustrated genera Of Imperfect Fungi. The American
Phyropathological Society St. Paul. Columbia.
Darwis, H.S dan Wahyunita. (2015). Isolasi dan Identifikasi beberapa Jamur Entomopatogen
Hama Brontispa longissima Gestro (Coleoptera: Chrysomelidae) pada Tanaman Kelapa.
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan.
Domsch, K.H., W. Gams, and T.H. Anderson. (1980). Compendium of Soil Fungi, Vol. 1.
Academic Press, London. p. 893.Hindayana, Dadan, dkk. 2002. Musuh Alami, Hama dan
penyakit Tanaman Kopi. Departemen Pertanian: Jakarta.
Harman, G.E., Charles, R.H., Viterbo, A., Chet, I. and Lorito, M. (2004). Trichoderma species
opportunistic, avirulent plant symbionts. Journal Nature Rev 2: 43-54.
Khastini, R.O dan Indria, W. (2017). Eksplorasi Keragaman Fungi Entomopatogen di Desa
Cikeusik-Baduy Dalam, Banten. Jurnal Scientium. 6 (1): 1-10.
Martin, P.A., Gundersen, D.E., Blackburn, M.B. “Distribution of phenotypes among Bacillus
thuringiensis strains.” Systematic and Applied Microbiology, vol. 33. 2010.
Pelealu, C. L. (2018). Pemanfaatan Entomopatogen Indigenous Indonesia Sebagai Kandidat
Biopestisida Ramah Lingkungan Terhadap Hama Penting Tanaman Caba. Eugenia.
Samson, R.A., H.C. Evans, and J.P. Latge. (1988). Atlas of Entomopathogenic Fungi. Springer-
Verlag, New York. p. 187.
Vendenberg, J.D., M. Ramos and J.A. Altre. (1988). Dose Response and Age and Temperature
Related Susceptibility of the Diamondback Moth Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera:
Plutellidae) to Two Isolated of Beauveria bassiana (Hypomycetes: Monoliaceae).
Environ. Entomol. 27:1017-1021.
Watanabe T. (2002). Pictorial atlas of soil and seed fungi morphologies of cultured fungi and key
to species. CRC Press LLC. U.S.A.
Yanti, I. (2013). Metarhizium anisopliae terhadap Mortalitas Serangga Penyerbuk Trigona sp.
Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati.

Y, 20 April 2021

Asisten, Praktikan

( ) (Rayendra Hafriadi Mustafa)

Anda mungkin juga menyukai