Disusun Oleh :
Ketua Pokja HPK
SRI WAHYUNI
Disetujui Oleh :
Kendali Dokumen
HESTI, SKM
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RUMAH SAKIT RS CANDIMAS MEDICAL CENTER
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha Esa sehingga pada
akhirnya penyusunan buku pedoman Hak Pasien dan Keluarga dalam pelayanan dapat
terselesaikan dengan baik. Pedoman ini disusun dengan maksud untuk memudahkan dalam
melakukan pelayanan Hak Pasien dan Keluarga.
Pedoman ini bersifat dinamis dan dapat ditinjau kembali seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penyempurnaan peraturan yang
berlaku untuk meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit RS CANDIMAS MEDICAL
CENTER. Dengan demikian kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak
demi menyempurnakan pedoman ini.
Tim Penulis
SAMBUTAN DIREKTUR
Salam Sehat,
Rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
Nya sehingga penyusunan pedoman Hak Pasien dan Keluarga Dalam Pelayanan ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Terima kasih dan apresiasi besar kami sampaikan kepada tim penyusun pedoman
Hak Pasien dan Keluarga Dalam pelayanan yang telah memberikan kontribusi besar
terhadap keberhasilan penyusunan buku pedoman ini.
Kami berharap dengan disusunnya panduan ini dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pedoman Hak Pasien dan Keluarga Dalam Pelayanan untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien Rumah Sakit RS CANDIMAS MEDICAL CENTER.
Kotabumi,
DIREKTUR RUMAH SAKIT
RS CANDIMAS MEDICAL
CENTER
B. TUJUAN....................................................................................................... 2
C. BATASAN OPERASIONAL...................................................................... 2
D. RUANG LINGKUP...................................................................................... 3
BAB IIHAK DAN KEWAJIBAN PASIEN & KELUARGA
A. DEFINISI..................................................................................................... 7
B. RUANG LINGKUP..................................................................................... 8
BAB III TATA LAKSANA
A. PELAYANAN KESEHATAN. .................................................................. 9
BAB IV RUANG LINGKUP....................................................................................
51
BAB V DOKUMENTAS......................................................................................... 52
BAB VI PENUTUP........................................................................................................
.....................................................................................................................................53
REFERENSI...................................................................................................................
.....................................................................................................................................54
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat sekarang ini masyarakat sudah semakin cermat dan kritis terhadap
produk jasa yang diperolehnya termasuk pelayanan di bidang kesehatan. Hal ini
tentunnya memacu instansi rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayannya
mulai dari pra sampai pasca pelayanan.
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya
orang sakit maupun orang sehat atau berkumpulnya orang sakit maupun orang
sehat atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Sedangkan pengertian rumah sakit menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010,
rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanaan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan yang meliputi
preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif mempunyai hak – hak dan kewajiban –
kewajiban dalam hubungan hukum perjanjian terapeutik dengan pasien
sebagaimana yang diatur dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Melalui mottonya,“Kesembuhan dan kepuasan
anda adalah kebahagiaan kami”.
Pelaksanaan hak dan kewajiban antara rumah sakit dan pasien merupakan
sebuah tanggung jawab yang lahir dari hubungan hukum diantara keduanya. Setiap
upaya pelayanan medis seperti pengobatan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan
yang diberikan oleh rumah sakit terhadap pasien merupakan wujud pelaksanaan
dari kewajiban rumah sakit dalam memenuhi hak- hak pasien.
B. TUJUAN
Setelah membaca pedoman ini, diharapkan mampu memahami dan memenuhi hak
– hak pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan.
C. BATASAN OPERASIONAL
1. Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang telah
ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Berdasarkan kamus Bahasa Indonesia,
hak merupakan segala sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan,
kekuasaan untuk berbuat sesuatu ( karena telah ditentukan oleh undang -
undang, aturan, dsb ), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut
sesuatu, derajatatau martabat.
2. Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal
yang harus dilaksanakan).
3. General Consent atau Persetujuan Umum adalah pernyataan kesepakatan yang
diberikan oleh pasien terhadap peraturan rumah sakit yang bersifat umum.
4. Informed Consent adalah suatu kesepakatan atau persetujuan pasien atau usaha
medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien
mendapatkan informasi dari dokter terhadap dirinya, setelah pasien
mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat
dilakukan untuk menolong dirinya disertai dengan informasi mengenai segala
resiko yang mungkin terjadi.
5. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.
6. Dokter atau Dokter Gigi adalah seorang tenaga kesehatan yang menjadi tempat
kontak pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua masalah
kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi,
golongan usia, dann jenis kelamin, sedini dan dalam koordinasi serta kolaborasi
dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan
yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional,
hukum, etika dan moral.
7. Keluarga adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak- anak kandung,
saudara- saudara kandung.
Ayah adalah ayah kandung atau ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan
penetapan pengadilan atau berdasarkan penetapan pengadilan atau
berdasarkan hukum adat.
Ibu adalah ibu kandung atau ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan
penetapan pengadilan atau berdasarkan penetapan pengadilan atau
berdasarkan hukum adat.
Suami adalah seorang laki - laki yang dalam ikatan perkawinan dengan
seorang perempuan berdasarkan peraturan perundang - undangan yang
berlaku.
Istri adalah seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan
seorang laki-laki berdasarkan peraturan perundang – undangan yang
berlaku.
Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari 1 ( satu ) istri,
perlindungan hak keluarga dapat diberikan kepada salah satu dari istri.
D. RUANG LINGKUP
Hak pasien selalu dihubungkan dengan pemeliharaan kesehatan yang
bertujuan agar pasien mendapatkan upaya kesehatan, sarana kesehatan dan bantuan
dari tenaga kesehatan yang memenuhi standar pelayanan kesehatan yang optimal
sesuai dengan UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
1. Prinsip Dalam Pelayanan Kesehatan
a) Bahwa upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada upaya
penyembuhan penderita, secara berangsur – angsur berkembang kearah
keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh.
b) Bahwa dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
seluruh masyarakat perlu adanya perlindungan hak pasien dan keluarga.
c) Bahwa keberhasilan pembangunan di berbagai bidang dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan taraf kesejahteraan
masyarakat dan kesadaran akan hidup sehat.
d) Bahwa meningkatnya kebutuhan pelayanan dan pemerataan yang mencakup
tenaga, sarana, prasarana baik jumlah maupun mutu.
e) Bahwa pelayanan kesehatan sangat penting apabila dihadapkan kepada
pasien yang sangat membutuhkan pelayanan kesehatan dengan baik dan
memuaskan bagi para pasien.
f) Perlindungan merupakan hal yang esensial dalam kehidupan karena
merupakan sifat yang melekat pada setiap hak yang dimiliki.
g) Bahwa seseorang dapat menuntut haknya apabila telah memenuhi
kewajibannya, oleh karena itu kewajiban menjadi hak yang paling utama
dilakukan.
h) Bahwa perlindungan bagi tenaga kesehatan maupun pasien merupakan hal
bersifat timbal balik, yaitu pihak – pihak tersebut dapat terlindungi hak –
haknya bila melakukan kewajibannya.
i) Bahwa dalam kondisi tertentu pasien tidak memiliki kemampuan untuk
mendapatkan informasi atau penjelasan mengenai haknya sehingga akan
disampaikan melalui keluarga.
j) Bahwa untuk mengatur pemenuhan perlindungan hak pasien dan keluarga
harus ada pedoman sebagai acuan bagi seluruh petugas rumah sakit.
2. Hak Pasien dan Keluarga
Dalam pelayanan kesehatan, pasien memiliki hak – hak yang telah diatur dalam
Undang – Undang RI No. 44 Tahun 2009 pasal 32 tentang Rumah Sakit, yaitu :
a. Hak pasien
1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan
yang berlaku di Rumah Sakit.
2) Pasien berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3) Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan
tanpa diskriminasi.
4) Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.
5) Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.
6) Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan.
7) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
8) Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik di
dalam maupun di luar Rumah Sakit.
9) Pasien berhak mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data – data medisnya.
10) Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan
kompliksi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
11) Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya.
12) Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13) Pasienberhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14) Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di Rumah Sakit.
15) Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perilaku Rumah
Sakit terhadap dirinya.
16) Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
17) Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengabn
standar baik secara perdata maupun pidana.
18) Pasien berhak mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai
dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
b. Kewajiban Pasien
1) Pasien berkewajiban mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
2) Pasien berkewajiban menggunakan fasilitas rumah sakit secara
bertanggung jawab.
3) Pasien berkewajiban menghormati hak–hak pasien lain, pengunjung dan
hak tenaga kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di rumah sakit.
4) Pasien berkewajiban memberikan informasi yang jujur, lengkap dan
akurat sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah
kesehatannya.
5) Pasien berkewajiban memberikan informasi mengenai kemampuan
finansial dan jaminan kesehatan yang dimilikinya.
6) Pasien berkewajiban mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan
oleh tenaga kesehatan di rumah sakit dan disetujui oleh pasien yang
bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
7) Pasien berkewajiban menerima segala konsekuensi atau keputusan
pribadinya untuk menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh
tenaga kesehatan dan / atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan
oleh tenaga kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau
masalah kesehatannya.
8) Pasien berkewajiban memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang
diterima.
BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN& KELUARGA
A. DEFINISI
1. Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan
pribadinya, sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas.
2. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dan tidak boleh bila tidak
dilaksanakan
3. General Consent atau Persetujuan Umum adalah pernyataan kesepakatan yang
diberikan oleh pasien terhadap peraturan rumah sakit yang bersifat umum
4. Informed Consent : pernyataan setuju (consent) atau ijin dari seseorang (pasien)
yang diberikan secara bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) terhadap tindakan
kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang
cukup tentang tindakan kedokteran yang dimaksud.
5. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.
6. Dokter dan Dokter Gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi baik di dalam maupun
di luar negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
7. Keluarga adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung,
saudara-saudara kandung atau pengampunya.
Ayah:
- Ayah kandung
- Termasuk ayah adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan hukum adat
Ibu:
- Ibu kandung
- Termasuk ibu adalah ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
Suami:
- Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang perempuan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Istri:
- Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki-laki
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. RUANG LINGKUP
Hak pasien selalu dihubungkan dengan pemeliharaan kesehatan yang bertujuan
agar pasien mendapatkan upaya kesehatan, sarana kesehatan, dan bantuan dari tenaga
kesehatan yang memenuhi standar pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan
UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit.
4. Kewajiban Dokter
a) Setiap dokter atau dokter gigi yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan
pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi berkelanjutan yang diselenggarakan
oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi
profesi dalam rangka penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran atau kedokteran gigi.
b) Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia
wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter
gigi.
c) Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia
wajib memiliki surat izin praktik.
d) Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib
mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.
e) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.
f) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib
menyimpan rahasia kedokteran.
g) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya.
A. PELAYANAN KESEHATAN
1. Informasi Tata Tertib dan Peraturan Rumah Sakit
Rumah Sakit memiliki serangkaian tata tertib dan peraturan yang mengatur
seluruh pelayanan yang berhubungan dengan hak pasien dan keluarga yang diatur
dalam Peraturan Direktur. Setiap pasien dan keluarga akan mendapatkan informasi
mengenai tata tertib dan peraturan selama berada di Rumah Sakit oleh petugas saat
pertama kali melakukan kunjungan sesuai dengan unit terkait, serta Informasi Tata
Tertib dan Peraturan Rumah Sakit tersebut juga bisa dilihat dan dibaca pada benner
- benner yang terpampang diruangan rawat inap, termasuk pula di tempat - tempat
tertentu yang memungkinkan untuk mudah dibaca oleh pasien/ keluarga dan
pengunjung.
Adapun beberapa tata tertib jam berkunjung pasien dan tata tertib ruangan rawat
inap meliputi:
a. Peraturan jam kunjung pasien di RS Candimas Medical Center
1) Pagi : Jam 10.00 - 14.00 WIB
2) Sore : Jam 16.30 - 21.00 WIB
b. Tata – Tertib Pengunjung Pasien :
1) Semua pengunjung yang akan mengunjungi pasien dilaksanakan pada jam
kunjung yang sudah ditentukan.
2) Anak – anak di bawah umur 12 tahun tidak diperkenankan masuk area
ruang perawatan/ berkunjung.
3) Setiap pengunjung pasien yang datang diluar jam kunjung wajib melewati
skrening dari petugas keamanan rumah sakit.
4) Setiap pengunjung pasien diluar jam kunjung, diperbolehkan masuk setelah
mendapat ijin dari petugas keamanan dan mengisi buku kunjungan.
5) Setiap pengunjung diluar jam kunjung, wajib menggunakan tanda pengenal
yang diberikan oleh petugas keamanan dan diserahkan kembali setelah
selesai kunjungan.
6) Pengunjung bagi pasien meninggal diperbolehkan masuk jika mendapatkan
ijin dari petugas keamanan rumah sakit maksimal 3 orang.
7) Tanpa kartu penunggu pasien, maka tidak diperbolehkan menunggu pasien
dirawat inap.
c. Tata tertib ruangan rawat inap :
1) Pasien / penunggu tidak dibenarkan membawa ;
a) Barang berharga (perhiasan)
b) Tikar / peralatan tempat tidur, bantal.
c) Ember, rak handuk dan sebagainya
d) Barang lain yang tidak dapat dimasukkan ke dalam almari yang tersedia
diruang rawat.
2) Bila terjadi kehilangan barang milik pasien/ keluarga yang tidak dalam
perlindungan rumah sakit maka bukan menjadi tanggung jawab rumah sakit.
3) Pasien/ kelurga dilarang mencuci dan menjemur pakaian dilingkungan
rumah sakit.
4) Pasien/ keluarga dilarang:
a) Merokok di lingkungan di RS Candimas Medical Center dan ruang
rawat inap.
b) Duduk dan tiduran ditempat tidur pasien
5) Penunggu dan pengunjung wajib menjaga ketenangan di ruang rawat.
6) Jagalah kebersihan dengan membuang sampah pada tempat yang disediakan.
7) Penunggu pasien membawa bukti kartu tunggu, sesuai ketentuan (penunggu
max. 2 orang).
Tata tertib dan peraturan Rumah Sakit yang telah dibuat haruslah dipatuhi
dan dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila staf Rumah Sakit,
pasien dan atau keluarga melanggarnya, maka siap diberikan teguran dan atau
sanksi sesuai dengan Kebijakan Direktur.
3. Transparansi Pelayanan
Selama pasien melakukan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pasien/
keluarga akan mendapatkan informasi biaya pelayanan yang sudah diberikan dari
petugas administrasi unit terkait, dan pasien/ keluarga juga akan mendapatkan
prosedur pelayanan yang sama disetiap kelas pelayanan tanpa diskriminasi, artinya
tidak ada perbedaan pelayanan dimanapun pasien dirawat, hanya akomodasi kamar
saja yang membedakan kelas pasien.
Staf Rumah Sakit memahami pengaruh pribadi, budaya dan sosial pada hak
pasien untuk melaporkan rasa nyeri, serta pemeriksaan dan pengelolaan nyeri
secara akurat. Rumah Sakit menghormati dan mendukung hak pasien dengan cara
asesmen managemen nyeri yang sesuai. Tatalaksana managemen nyeri dibahas
lebih rinci pada panduan managemen nyeri.
5. Efektivitas Pelayanan
Pelayanan dilakukan secara efektif dan seefisien mungkin sesuai dengan
Clinikal Pathwaynya. Hal ini untuk mencegah terjadinya kemungkinan kerugian
fisik dan materi dari pasien selama mendapat pelayanan di Rumah Sakit.
6. Managemen Komplain
Apabila pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit dirasa tidak sesuai
dengan harapan dari pasien, pasien dan atau keluarga berhak mengajukan
pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan. Adapun tata laksananya adalah
sebagai berikut;
Hari kerja
Supervisor Keperawatan
Manajemen
Pasien komplain
Manajemen
Adapun Setiap komplain yang masuk didikumentasikan dalam buku komplain
yang dikelola oleh tim pengaduan publik.
Buku komplain setidaknya memuat :
a. Perihal yang dikeluhkan, beserta kronologinya
b. Identitas penyampai komplain (bila teridentifikasi)
c. Kapan dan dimana unit yang dikeluhkan
d. Unit yang bertanggungjawab menyelesaikannya
e. Tindak lanjut komplain
f. Status tindak lanjut penyelesaian komplain.
Setiap komplain direkap, termasuk tindak lanjut penyelesainnya, serta status
penyelesainnya. Setiap tindakan penyelesaiannya di dokumentasikan dan dicantumkan
tanggal penyelesainnya.
Laporan komplain merupakan bagian dari laporan kinerja unit subbag Tata
Usaha. Analisa komplain dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali. Komplain di
kelompokkan menurut :
1) Unit yang dikomplain
2) Kriteria komplain (pelayanan, SDM, fasilitas, sistem dan prosedur)
3) Media/ saluran yang digunakan (langsung, kotak saran, SMS, media massa dan
lain-lain).
7. DPJP
Setiap pasien yang memerlukan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
berhak memilih dokter penanggung jawab dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit. Pasien wajib mengenal
identitas para dokter dan praktisi yang lain yang bertanggung jawab melayani
mereka. Adapun pemilihan dokter penanggung jawab pelayanan berdasarkan
formulirpemilihan dokter yang telah diisi oleh pasien / keluarga. Rumah Sakit
merespon keinginan pasien terhadap permintaan tambahan informasi tentang
tanggung jawab praktisi untuk pelayanannya.
Adapun DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) : adalah seorang
dokter, sesuai dengan kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan
asuhan medis lengkap (paket) kepada satu pasien dengan satu patologi / penyakit,
dari awal sampai dengan akhir perawatan di rumah sakit, pada semua lini rumah
sakit. Asuhan medis lengkap artinya melakukan asesmen medis sampai dengan
implementasi rencana serta tindak lanjutnya sesuai kebutuhan pasien.
Sementara pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari
satu DPJP sesuai kewenangan klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau
terintegrasi. Contoh : pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak dan Stroke,
dikelola oleh lebih dari satu DPJP : Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter
Spesialis Mata dan Dokter Spesialis Saraf.
Kemudian penentuanDPJP Utama : bila pasien dikelola oleh lebih dari satu
DPJP, maka asuhan medis tersebut dilakukan secara terintegrasi atau secara tim
diketuai oleh seorang DPJP Utama. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator
proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien, dengan tugas menjaga terlaksananya
asuhan medis komprehensif – terpadu – efektif, keselamatan pasien, komunikasi
efektif, membangun sinergisme, mencegah duplikasi.
Apabila ada Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya
memberikan uraian / data tentang hasil laboratorium atau radiologi, patologi
anatomi dan rehabilitasi medic, tidak dipakai istilah DPJP, karena tidak
memberikan asuhan medis yang lengkap. Misalkan pasien memerlukan tindakan
imaging dengan kontras.Maka pasien dialihkelolakan ke dokter tersebut dan
tanggung jawab ada pada dokter pelaksana selama tindakan,setelah selesai tindakan
maka tanggung jawab dikembalikan ke dokter penanggung jawab pelayanan.
Dengan kata lain Asuhan pasien (patient care) diberikan dengan pola
Pelayanan Berfokus pada Pasien (Patient Centered Care), dan DPJP merupakan
Ketua (Team Leader) dari tim yang terdiri dari para professional pemberi asuhan
pasien / staf klinis dengan kompetensi dan kewenangan yang memadai, yang antara
lain terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, fisioterapis dsbsebagai Tim
interdisiplin. Dan ada pula seorang Case manager : adalah profesional di rumah
sakit yang melaksanakan manajemen pelayanan pasien, yaitu proses kolaboratif
mengenai asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi dan
advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan pasien dan
keluarganya yang komprehensif, melalui komunikasi dan sumber daya yang
tersedia sehingga memberi hasil (outcome) yang bermutu dengan biaya-efektif.
a. Asuhan Medis
Asuhan pasien yang dilakukan oleh masing-masing pemberi asuhan, terdiri dari
2 blok kegiatan : Asesmen pasien dan Implementasi rencana.
1) Asesmen pasien terdiri dari 3 langkah :
a) Pengumpulan informasi, antara lainanamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dsb
b) Analisis informasi menghasilkan diagnosis, masalah atau kondisi, untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien
c) Menyusun rencana (care plan) pelayanan dan pengobatan, untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan pasien
2) Implementasi rencana dan monitor
Asuhan medis di rumah sakit diberikan oleh dokter spesialis, disebut
sebagai DPJP.
Di Instalasi Gawat Darurat dokter jaga yang telah menjalani
pelatihanbersertifikat kegawatdaruratan, antara lain ATLS, ACLS, PPGD,
menjadi DPJP pada saat asuhan awal pasien gawatdarurat. Saat pasien
dikonsul / rujuk ke dokter spesialis dan memberikan asuhan medis, maka
dokter spesialis tersebut menjadi DPJP pasien tersebut menggantikan DPJP
tersebut sebelumnya.
Pemberian asuhan medis di rumah sakit agar mengacu kepada Buku
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia (Kep KKI no
18/KKI/KEP/IX/2006).Penerapan panduan ini selain menjaga mutu asuhan
dan keselamatan pasien, juga dapat menghindari pelanggaran disiplin.
Asas, Dasar, Kaidah dan Tujuan Praktik Kedokteran di Indonesia intinya
adalah sbb :
Asas : nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan,
serta perlindungan dan keselamatan pasien
Kaidah dasar moral :
o Menghormati martabat manusia (respect for person)
o Berbuat baik (beneficence)
o Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence)
o Keadilan (justice).
Tujuan :
o memberikan perlindungan kepada pasien
o mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medik
o memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter, dan
dokter gigi.
b. Kewenangan Klinis Dan Evaluasi Kinerja
1) Setiap dokter yang bekerja di rumah sakit yang melakukan asuhan medis,
termasuk pelayanan interpretatif (dr.Sp PK, dr.Sp PA, dr.Sp Rad dan
sebagainya), harus memiliki SK dari Direktur / Kepala Rumah Sakit berupa
Surat Penugasan Klinis / SPK (Clinical appointment), dengan lampiran
Rincian Kewenangan Klinis / RKK (Clinical Privilege). Penerbitan SPK
dan RKK tsb harus melalui proses kredensial dan rekredensial yang
mengacu kepada Permenkes 755/2011 tentang penyelenggaraan Komite
Medik di Rumah Sakit.
2) Regulasi tentang evaluasi kinerja profesional Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP) ditetapkan Direktur dengan mengacu ke Permenkes
755/2011 tentang penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit dan
Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, khususnya Bab KPS
(Kualifikasi dan Pendidikan Staf).
c. Penunjukan DPJP Dan Pengelompokan DPJP
1) Regulasi tentang penunjukan seorang Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP) untuk mengelola seorang pasien, pergantian Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan (DPJP), selesainya Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP) karena asuhan medisnya telah tuntas, ditetapkan Direktur / Kepala
Rumah Sakit. Penunjukan seorang DPJP dapat a.l. berdasarkan permintaan
pasien, jadwal praktek, jadwal jaga, konsul/rujukan langsung. Pergantian
DPJP perlu pengaturan rinci tentang alih tanggung jawabnya. Tidak
dibenarkan pergantian DPJP yang rutin, contoh : pasien A ditangani setiap
minggu dengan pola hari Senin DrSp PD X, hari Rabu DrSp PD Y, hari
Sabtu DrSp PD Y.
2) Regulasi tentang pelaksanaan asuhan medis oleh lebih dari satu DPJP dan
penunjukan DPJP Utama, tugas dan kewenangannya ditetapkan Direktur /
Kepala Rumah Sakit.
3) Kriteria penunjukan DPJP Utama untuk seorang pasien dapat digunakan
butir-butir sbb :
a) DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola
pasien pada awal perawatan
b) DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan
penyakit dalam kondisi (relatif) terparah
c) DPJP Utama dapat ditentukan melalui kesepakatan antar para DPJP
terkait
d) DPJP Utama dapat merupakan pilihan dari pasien
4) Pengaturan tentang pengelompokan DPJP ditetapkan oleh Direktur sesuai
kebutuhan. Pengelompokan dapat dilakukan per disiplin (Kelompok Staf
Medis Bedah, Mata dsb), kategori penyakit (Pokja/Tim Kanker Payudara,
Kanker Cerviks, dsb), kategori organ (Pokja/Tim Cerebrovasculer, Hati,
dsb).
d. Tata Laksana DPJP
1) Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jalan
maupun rawat inap harus memiliki DPJP
2) Di unit / instalasi gawat darurat dokter jaga menjadi DPJP pada pemberian
asuhan medis awal / penanganan kegawat-daruratan. Kemudian selanjutnya
saat dikonsul / rujukditempat (on side) atau lisan ke dokter spesialis, dan
dokter spesialis tsb memberikan asuhan medis (termasuk instruksi secara
lisan) maka dokter spesialis tsb telah menjadi DPJP pasien, sehingga DPJP
berganti.
3) Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP, maka harus
ditunjuk DPJP Utama yang berasal dari para DPJP pasien terkait. Kesemua
DPJP tsb bekerja secara tim dalam tugas mandiri maupun kolaboratif. Peran
DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis
bagi pasien (sebagai “Kapten Tim“), dengan tugas menjaga terlaksananya
asuhan medis komprehensif – terpadu – efektif, keselamatan pasien,
komunikasi efektif, membangun sinergisme, mencegah duplikasi
4) Setiap penunjukan DPJP harus diberitahu kepada pasien dan atau keluarga
5) Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dilakukan secara lisan dan
tertulis sesuai kebutuhan. Bila ada pergantian DPJP pencatatan di rekam
medis harus jelas tentang alih tanggung jawabnya.
6) Di unit pelayanan intensif, pelayanan anestesiologi dalam terapi intensif
adalah tindakan medis yang dilakukan melalui pendekatan tim sesuai
dengan kompetensi dan kewenangan yang dimiliki. Tim pengelola
pelayanan di pimpim oleh dokter spesialis anestesi dengan anggota dan/atau
dokter lain dan perawat anestesi/perawat.
7) Di kamar operasi DPJP Bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatan pada
saat di kamar operasi.
8) Pada keadaan khusus misalnya seperti konsul saat diatas meja operasi /
sedang dioperasi, dokter yang dirujuk melakukan tindakan / memberikan
instruksi, maka otomatis menjadi DPJP juga bagi pasien.
9) Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP dibantu oleh
dokter lain (dokter ruangan, residen), maka DPJP yang bersangkutan harus
memberikan supervisi, dan melakukan validasi berupa pemberian paraf /
tandatangan pada setiap catatan kegiatan tsb di rekam medis(dalam 1x24
jam pasien harus sudah dipegang oleh dokter spesialis. Bila belum bisa
dapat di kelola oleh DPJP dokter spesialis yang setara)
10) Asuhan pasien dilaksanakan oleh para professional pemberi asuhan yang
bekerja secara tim interdisiplin sesuai konsep Pelayanan Fokus pada Pasien
(Patient Centered Care), DPJP sebagai ketua tim (Team Leader) harus
proaktif melakukan koordinasi dan mengintegrasikan asuhan pasien, serta
berkomunikasi intensif dan efektif dalam tim
11) DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi/informasi kepada
pasien karena merupakan elemen yang penting dalam konteks Pelayanan
Fokus pada Pasien (Patient Centered Care), selain juga merupakan
kompetensi dokter dalam area kompetensi ke 3 (Standar Kompetensi Dokter
Indonesia, KKI 2012; Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di
Indonesia, KKI 2006))
12) Pendokumentasian yang dilakukan oleh DPJP di rekam medis harus
mencantumkan nama dan paraf / tandatangan. Pendokumentasian
dilakukan. di form asesmen awal medis, catatan perkembangan pasien
terintegrasi / CPPT (Integrated note), form asesmen pra anestesi/sedasi,
instruksi pasca bedah, form edukasi/informasi ke pasien. Termasuk juga
pendokumentasian keputusan hasil pembahasan tim medis, hasil ronde
bersama multi kelompok staf medis / departemen, dsb.
13) Pada kasus tertentu DPJP sebagai ketua tim dari para professional pemberi
asuhan bekerjasama erat dengan Manajer Pelayanan Pasien (Hospital Case
Manager), sesuai dengan Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien
(dari KARS, edisi I 2013), agar terjaga kontinuitas pelayanan.
14) Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan tentang DPJP, dalam satu
formulir yang diisi secara periodik sesuai kebutuhan, yaitu nama dan gelar
setiap DPJP, tanggal mulai dan akhir penanganan pasien, DPJP Utama
nama dan gelar, tanggal mulai dan akhir sebagai DPJP Utama. Daftar ini
bukan berfungsi sebagai daftar hadir
15) Keterkaitan DPJP dengan Alur Perjalanan Klinis/Clinical Pathway, setiap
DPJP bertanggung jawab mengupayakan proses asuhan pasien (baik asuhan
medis maupun asuhan keperawatan atau asuhan lainnya) yang diberikan
kepada pasien patuh pada Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway yang
telah ditetapkan oleh RS. Tingkat kepatuhan pada Alur Perjalanan Klinis /
Clinical Pathway ini akan menjadi objek Audit Klinis dan Audit Medis.
8. Second Opinion
Rumah Sakit memberitahukan kepada pasien dan atau keluargannya
mengenai alternatif pelayanan dan pengobatan di Rumah Sakit. Pasien berhak
meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai kompetensi dan Surat Ijin Praktek (SIP) didalam maupun diluar Rumah
Sakit. Dan Rumah Sakit memberikan dukungan atas hak pelayanan second opinion
tersebut kepada pasien yang menghendaki permintaan second opinion, sepanjang
dokter yang diminta adalah dokter Rumah Sakit dari dalam maupun dari luar. Hak
pasien tentang second opinion diwujudkan dalam bentuk pemberian formulir
permintaan second opinion, dan apabila diminta oleh pasien/ keluarga maka rumah
sakit hanya menyediakan data – data yang dibutuhkan untuk pelaksanaan second
opinion.
a. Rohaniawan islam :
b. Kerohanian Kristen, Katholik, Budha, Hindu dan Konghucu berdasarkan
MoU dengan Kantor Kementrian Agama Kabupaten Cilacap.
18. Hak Menuntut
Pasien berhak menggugat dan atau menuntut baik secara perdata maupun
pidana kepada pihak Rumah Sakit apabila Rumah Sakit secara benar dan atau
terbukti telah memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar profesi dan
standar pelayanan operasional sesuai dengan standar pelayanan publik, sehingga
dapat memperburuk keadaan atau mengancam nyawa pasien.
19. Penyampaian Keluhan
Pasien berhak mengutarakan keluhan, konflik, atau perbedaan pendapat
terhadap pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan dan
harapan pasien melalui tim pengaduan publik, unit terkait, media cetak dan
elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rumah Sakit memiliki proses penyelidikan, telaah, penyelesaian, klarifikasi
terhadap keluhan, konflik, atau perbedaan pendapat mengenai pelayanan Rumah
Sakit. Lihat point no. 6 tentang Managemen Komplain.
BAB III
RUANG LINGKUP
4. Jam Berkunjung
Rumah Sakit memberlakukan jam berkunjung bagi keluarga atau pengunjung
demi kenyamanan dan kelancaran proses perawatan bagi pasien. Namun setiap pasien
diperbolehkan didampingi oleh dua orang pendamping yang ditunjuk oleh
pasien/keluarga selama dalam masa perawatan di Rumah Sakit (diberikan kartu
penunggu). Jam berkunjung yang diberlakukan di Rumah Sakit yaitu