PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Otonomi Daerah
1
1. Pengertian
Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan
daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos.
Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang,
sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau
kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri.
Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah. Adapun pengertian menurut para ahli adalah sebagai
berikut:
Otonomi daerah menurut F. Sugeng Istianto
Hak dan wewenang suatu daerah untuk mengatur rumah tangganya
sendiri. Di sini berarti tidak ada campur tangan dari wilayah lain maupun
pusat dalam wilayah.
Otonomi daerah menurut Ateng Syarifudin
Ateng Syarifudin memberikan definisi yang agak berbeda tentang
otonomi daerah, yaitu kebebasan dan kemerdekaan serta kemandirian
yang terwujud pada pemberian kesempatan kepada daerah untuk mengatur
wilayahnya secara bertanggungjawab. Meskipun dikatakan juga, bahwa
kebebasan dan kemerdekaan yang dimaksud bukan berarti kedaulatan.
Otonomi daerah menurut Vincent Lemius
Otonomi daerah menurut Vincent Lemius merupakan kewenangan
membuat keputusan politik dan administrasi penyelenggaraan pemerintahan.
Namun hal ini tetap harus disesuaikan dengan kepentingan nasional dan
kebutuhan daerah.
Otonomi daerah menurut Sarundajang
Sarundajang mendefinisikan otonomi daerah berdasarkan bahasa dan
undang-Undang Nomnor 22 tahun 1999, yang berarti kewenangan suatu daerah
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya sendiri dengan tetap
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di pemerintah pusat.
Otonomi daerah menurut Kansil
Otonomi adalah hak, kewenangan, dan kewajiban pemerintah daerah
untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku di negara.
Otonomi menurut Widjaya
otonomi merupakan sistem pembagian kekuasaan pemerintahan pusat
dan daerah yang menganut asas desentralisasi. Artinya otonomi dilaksanakan
2
untuk kepentingan bangsa secara menyeluruh dan lebih mendekatkan kepada
tujuan pembangunan nasional.
Otonomi daerah menurut Mariun
Otonomi adalah kebebasan atas kewenangan pemerintah daerah dalam
mengatur daerahnya sehingga memungkinkan pemerintah tersebut membuat
inisiatif mengelola dan mengoptimalkan sumberdaya yang ada dan dimiliki
daerahnya.
Otonomi daerah menurut Benyamin Hoesein
Otonomi daerah adalah pemerintahan di tangan rakyat yang berada di
wilayah tertentu yang berada di luar pemerintahan pusat.
Otonomi daerah menurut UU Nomor 32 tahun 2004 yang sebelumnya
diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi dengan UU Nomor 32
Tahun 2004 adalah hak, wewenang, fungsi, dan kewajiban pemerintah daerah
untuk mengatur wilayahnya sendiri sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki
daerah tersebut dan untuk kepentingan masyarakatnya sesuai dengan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku. Otonomi daerah tidak hanya berarti
mengatur penyelenggaraan negara di daerah, tetapi juga membuat daerah lebih
mandiri, demoktratis, dan mendekatkan pemerintah dengan rakyat.
Otonomi daerah merupakan suatu sistem pemerintahan daerah yang
mempunyai hak dan wewenang serta fungsi untuk mengelola suatu daerah,
berdasarkan undang undang yang berlaku dengan mengatur wilayahnya sendiri
untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
3
Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta
masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Secara konseptual, Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang
meliputi: tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang ingin
diwujudkan melalui tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah
upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik melalui partai politik dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Perwujudan tujuan administratif yang ingin dicapai
melalui pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya pembagian urusan
pemerintahan antara pusat dan daerah, termasuk sumber keuangan, serta
pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan
ekonomi yang ingin dicapai dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia
adalah terwujudnya peningkatan indeks pembangunan manusia sebagai indikator
peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
3. Ciri-ciri
Presiden/Raja berwenang
Hanya Presiden/Raja Hanya Presiden/Raja
mengatur hukum untuk
berwenang mengatur berwenang mengatur
negara sedangkan kepala
hukum hukum
daerah untuk daerah
Perda dicabut pemerintah Perda dicabut DPR dan Perda dicabut pemerintah
pusat DPD setiap daerah pusat
4
Negara Kesatuan Negara Federal Otonomi daerah
Bisa interversi dari Tidak bisa interversi dari Bisa interversi dari
kebijakan pusat kebijakan pusat kebijakan pusat
Tidak ada perjanjian antar Ada perjanjian antar Tidak ada perjanjian antar
daerah jika SDM/SDA daerah jika SDM/SDA daerah jika SDM/SDA
dilibatkan dilibatkan dilibatkan
Hanya hari libur nasional Hari libur nasional terdiri Hanya hari libur nasional
5
Negara Kesatuan Negara Federal Otonomi daerah
a. Otonomi Organik
Otonomi organik atau rumah tangga organik Otonomi bentuk ini pada
dasarnya menentukan bahwa urusan-urusan yang menyangkut kepentingan daerah
diibaratkan sebagai organ-organ kehidupan yang merupakan suatu sistem yang
menentukan mati hidupnya manusia, misalnya jantung, paru-paru, ginjal, dan
sebagainya. Tanpa kewenangan untuk mengurus vital, akan berakibat tidak
berdayanya atau matinya daerah.
b. Otonomi Formal
Otonomi formal atau rumah tangga formal Otonomi bentuk ini adalah apa
yang menjadi urusan otonomi tidak dibatasi secara positif. Satu-satunya
pembatasan adalah daerah otonom yang bersangkutan tidak boleh mengatur apa
yang telah diatur oleh perundangan yang lebih tinggi tingkatannya. Dengan
demikian daerah otonom lebih bebas mengatur urusan rumah tangganya,
sepanjang tidak memasuki area urusan pemerintah pusat. Otonom seperti ini
merupakan hasil dari pemberian otonomi berdasarkan teori sisa, dimana
pemerintah pusat lebih dulu menetapkan urusan-urusan yang dipandang lebih
layak diurus pusat, sedangkan sisanya diserahkan kepada pemerintah daerah.
c. Otonomi Materiil
Otonomi materiil atau rumah tangga materiil Dalam otonomi bentuk ini
kewenangan daerah otonomi dibatasi secara positif yaitu dengan menyebutkan
secara limitatif dan terinci atau secara tegas apa saja yang berhak diatur dan
diurusnya. Dalam otonomi materiil ini ditegaskan bahwa untuk mengetahui suatu
urusan menjadi rumah tangga sendiri, harus dilihat pada substansinya, artinya
bahwa suatu urusan secara substansial dinilai dapat menjadi urusan pemerintah
pusat, pemerintah lokal yang mengurus rumah tangga sendiri pada hakikatnya
tidak akan mampu menyelenggarakan urusan tersebut, sebaliknya apabila secara
substansial merupakan urusan daerah, pemerintah pusat meskipun dilakukan oleh
wakil-wakilnya yang berada didaerah tidak akan mampu menyelenggarakannya.
6
d. Otonomi Riil
Otonomi riil atau rumah tangga riil Otonomi bentuk ini merupakan
gabungan antara otonomi formal dengan otonomi materiil. Dalam undang-undang
pembentukan otonomi, kepada Pemerintah Daerah diberikan wewenang sebagai
wewenang pangkal dan kemudian dapat ditambah dengan wewenang lain secara
bertahap, dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
lebih tingi tingkatannya. Otonomi riil pada prinsipnya menentukan bahwa
pengalihan atau penyerahan wewenang urusan tersebut didasarkan kepada
kebutuhan daerah yang menyelenggarakannya.
e. Otonomi Nyata
Otonomi nyata, bertanggung jawab, dan dinamis Nyata artinya pemberian
urusan pemerintahan dibidang tertentu kepada pemerintah daerah memang harus
disesuaikan dengan faktor-faktor tertentu yang hidup dan berkembang secara
obyektif didaerah. Hal tersebut harus senantiasa disesuaikan dalam arti
diperhitungkan secara cermat dan bijaksana dan tindakan-tindakan, sehingga
diperoleh suatu jaminan bahwa daerah itu secara nyata mampu mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam praktek bahwa isi otonomi antara
daerah yang satu dengan daerah lainnya tidaklah sama, baik mengenai jumlah
maupun jenisnya.
7
daerah, sebagai salah satu tujuan pembangunan nasional. Pemerintah daerah
berperan mengatur proses pemerintahan dan pembangunan di daerah dan
bertanggungjawab atas seluruh dinamika yang terjadi.
d. Prinsip Dinamis
Prinsip otonomi daerah pada pokoknya tiga hal yang telah disebutkan di
atas. Adapun prinsip-prinsip lain merupakan prinsip tambahan. Di antaranya
adalah prinsip dinamis. Dalam prinsip dinamis, diharapkan proses
penyelenggaraan pemerintah pada daerah terus bergerak maju mengikuti
perkembangan dunia saat ini. Apalagi saat ini dampak globalisasihampir tidak
dapat dibendung. Penyelenggaraan pemerintah daerah berprinsip dinamis dengan
memperhatikan hal tersebut. Mengambil segala dampak positifnya dan
melindungi masyarakat dari segala dampak negatif.
e. Prinsip Kesatuan
8
merupakan bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bukan wilayah yang
berdaulat.
f. Prinsip Penyebaran
Otonomi daerah di Indonesia dibuat dan dilaksanakan dengan prinsip
penyebaran. Yaitu, penyebaran pembangunan dan kesempatan agar pembangunan
dapat dirasakan secara merata oleh seluruh penduduk Indonesia. Prinsip
penyebaran ada karena wilayah Indonesia yang sangat luas dan membentang dari
Sabang sampai Merauke dengan ribuan pulau di dalamnya. Apabila pemerintah
pusat melakukan segala sesuatunya tanpa bantuan asas desentralisasi daerah,
maka ada tempat-tempat yang jauh dan terpencil yang mungkin tidak mengenal
pembangunan. Oleh karena itu, penyelenggara pemerintah daerah harus benar-
benar optimal dan jeli menangkap aspirasi masyarakat dan apa kebutuhan
daerahnya untuk kemudian membuta kebijakan sesuai dengan kebutuhan dan
sumberdaya yang ada.
g. Prinsip Keserasian
h. Prinsip Demokrasi
Prinsip dan ciri utama pemerinbtahan demokrasi tetap dijadikan pedoman
dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Demokrasi yang menyatakan bahwa
kedaulatan id tangan rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam hal ini semua
kegiatan pembangunan dapat melibatkan semua masyarakat untuk kesejahteraan
mereka. Kebijakan yang dibuat juga harus kebijakan yang pro rakyat.
i. Prinsip Pemberdayaan
Tujuan dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah meningkatkan daya
guna / manfaaat dan hasil dari tiap daerah. Artinya memberdayakan semua
sumberdaya yang ada seoptimal mungkin dengan tetap memperhatikan keserasian
dan keseimbangan. Prinsip pemberdayaan ini bertujuan untuk kesejahteraan
masyarakat setempat dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
9
a. Secara Umum
1. Asas desentralisasi
10
Untuk mempercepat pembangunan di daerah terutama daerah-daerah yang
jauh letaknya dengan pemerintah pusat.
Untuk mewujudkan pemerintah daerah yang bersih dan terpelihara karena
diawasi langsung oleh masyarakatnya.
2. Asas Dekonsemtrasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah pusat ke pemerintah
daerah sebagai wakil dari pemerintah pusat. Pelimpahan wewenang tersebut
dengan tetap memegang beberapa kebijakan pemerintah pusat sebagai aturan
utama, seperti kebijakan politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, ideplogi
negara, kebijakan dalam negeri, peradilan, dan perdagangan. Tujuan dari otonomi
daerah dengan asas dekonsentrasi hampir sama dengan asas desentralisasi.
Kelebihan dari asas dekonsentrasi, antara lain :
Karena kebijakan politis tetap di bawah wewenang pusat, maka keluhan atas
kebijakan pemerintah tentang politik lebih sedikit.
Asas dekonsentrasi dapat membantu pemerintah pusat untuk merumuskan
kebijakan ekonomi nasional secara lebih intensif, karena wewenang mengatur
ekonomi daerah sudah diserahkan pada pemerintah daerah.
Dekonsentrasi memungkinkan kontak langsung antara pemerintah dengan
rakyat, sehingga pemerintah lebih dekat dan kebijakan akan sesuai dengan
aspirasi rakyat.
Kehadiran pemerintah daerah lebih menjamin terlaksananya kebijakan
pemerintah pusat di berbagai bidang.
Asas dekonsentrasi juga lebih efektif untuk menjaga persatuan dan kesatuan,
karena pemerintah dapat secara langsung mengawasi semua kegiatan di
daerahnya lebih efektif.
11
3. Asas Perbantuan
a. Nilai Unitaris
Nilai unitaris atau nilai kesatuan adalah nilai yang menunjukkan bahwa
meskipun ada otonomi daerah, dalam pelaksanaannya Indonesia tetap negara
kesatuan,. Tidak ada daerah atau wilayah di bawah pemeerintahan Indonesia yang
bersifat negatif (eenheidstaat) / negara bagian. Artinya, Indonesia tetap
merupakan negara yang kedaulatannya berada di tangan rakyat, dillaksanakan
oleh rakyat, dan untuk rakyat yang dalam sistem ditentukan oleh pemihan umum.
Pemilihan umum akan menentukan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah,
namun Indonesia tidak terbagi atas kesatuan-kesatuan pemerintahan yang berdiri
sendiri.
Berhubungan dengan asas otonomi daerah dan nilai-nilai dasar yang dianut
oleh otonomi daerah di Indonesia, maka sebenarnya titik berat penyelenggaraan
pemerintahan adalah pemerintahan kabupaten / kota dan penyelenggara
pemerintahan di bawahnya, seperti kecamatan dan desa. Karena pemerintahan di
bagian terdekat dengan masyarakat inilah yang akan melaksanakan secara
sepenuhnya semua kebijakan dari pemerintah pusat dan semua penyelenggara
pemerintahan di bawahnya.
12
8. Dampak otonomi daerah
Dampak Positif
Dampak Negatif
Dapat menimbulkan kompetisi yang tidak sehat anatar daerah karena setiap ingin
menonjolkan kebudayaan masing-masing dan merasa bahwa kebudayaannya
paling baik dari segi keamanan politik
b. Secara Umum
DampakPositif
13
Dampak Negatif
1) Daerah yang miskin akan sedikit lambat berkembang.
2) Tidak adanya koordinasi dengan daerah tingkat satu karena merasa yang
punya otonomi adalah daerah Kabupaten/Kota.
3) Kadang-kadang terjadi kesenjangan sosial karena kewenangan yang di
berikan pemerintah pusat kadang-kadang bukan pada tempatnya.
4) Karena merasa melaksanakan kegiatannya sendiri sehingga para pimpinan
sering lupa tanggung jawabnya.
9. Daerah otonom
a. Pengertian Dari Daerah Otonom
Otonomi berasal dari kata autonomy yang terdiri dari 2 (dua) kata
yaitu auto dan nomy, auto memiliki makna sendiri sedangkan nomy sama halnya
dengan nomos diartikan sebagai urusan pemerintahan atau urusan rumah tangga
sehingga otonomi memiliki makna urusan pemerintahan sendiri.
14
1. Syarat Administratif
Kelima syarat di atas juga wajib dipenuhi oleh kota/kabupaten yang daerahnya
akan dijadikan sebagai daerah otonom.
2. Syarat Teknis
Syarat-syarat teknis yang dimaksud disini merupakan syarat yang harus dipenuhi
oleh calon daerah otonom dari segi teknis yang mana dijadikan dasar
pembentukan suatu daerah untuk dijadikan daerah otonom, diantaranya terdapat
beberapa faktor meliputi:
Luas wilayah
Kependudukan
Kemampuan ekonomi
3. Syarat Fisik
15
Adapun syarat fisik untuk menjadi daerah otonom meliputi standar minimal
jumlah kabupaten, kecamatan, dan lokasi pemerintahannya yakni:
Menurut PP (Peraturan Pemerintah) No. 78 Tahun 2007 terdapat tata cara yang
harus dipenuhi untuk membentuk, menghapus, atau menggabungkan suatu
daerah. Berikut ini diuraian tata cara membentuk daerah otonom baru bagi
beberapa kecamatan yang akan membentuk sebuah kabupaten/kota. Adapun
langkah-langnya termuat dalam Pasal 17 – Pasal 21, yakni:
Peta wilayah
16
4. Setelah itu gubernur melakukan persetujuan atau penolakan terhadap
usulan bupati/walikota. Jika setuju maka gubernur menyampaikan usulan
tersebut kepada DPRD provinsi untuk mendapatkan persetujuan. Gubernur
juga menyampaikan usulan tersebut kepada presiden melaui menteri
dengan melampirkan data calon kota/kabupaten, meliputi:
Peta wilayah
Aliran Dana Pemerintah – Sebagai sarana bagi daerah agar alokasi dana
dari pemerintah pusat mengalir langsung untuk daerah otonom. Hal ini
dikarenakan selama ini insentif dana alokasi umum maupun dana
17
perimbangan lainnya banyak yang mengalir kepada DBO (Daerah Otonom
Baru) (Baca juga : Fungsi APBN)
Kader Politik Baru – Dilihat dari sisi politik, pemekaran ini dilakukan
agar terpilihnya kader partai politik di daerah baru. Dengan demikian
mereka mendapatkan posisi di berbagai lembaga pemerintahan daerah
maupun lembaga perwakilan (Baca juga : Fungsi Partai Politik)
Etnis dan Budaya – Tidak hanya agama, perbedaan etnis dan budaya juga
dapat mempengaruhi pemekaran suatu daerah. Budaya suku A belum tentu
dapat diterima oleh budaya suku B, begitu juga sebaliknya budaya suku B
belum tentu dapat diterima oleh budaya suku A. (Baca juga : Fungsi
Kebudayaan bagi Masyarakat)
18
Hak Daerah otonom
• mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya yang berada di daerah;
19
• melestarikan nilai sosial budaya;
a. Dasar hukum
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 18
Ayat 1 - 7, Pasal 18A ayat 1 dan 2 , Pasal 18B ayat 1 dan 2.
Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang
Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, pembagian, dan
Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yg Berkeadilan, serta perimbangan
keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka NKRI.
Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan
dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah (Revisi UU No.32
Tahun 2004
20
pemerintahan di atasnya.
Kabupaten / kota dapat dijadikan ujung tombak yang dapat menerima
segala masukan dan aspirasi dari masyarakat melalui pemerintahan di
bawahnya, sehingga kabupaten / kota ini lebih tahu kebutuhan dan sumber
daya / potensi wilayahnya.
b. Pelaksanaan
Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk
membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi
hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan
dan kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah daerah. Pemerintah daerah
bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja
dengan tidak melanggar ketentuan perundang-undangan.[3]
21
Dalam kerangka struktur sentralisasi kekuasaan politik dan otoritas administrasi
inilah, dibentuklah Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Daerah. Mengacu pada UU ini, Otonomi Daerah adalah hak,
wewenang, dan kewajiban Daerah untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
[4]
Selanjutnya yang dimaksud dengan Daerah Otonom, selanjutnya disebut
Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah
tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.[5]
Undang-undang No. 5 Tahun 1974 ini juga meletakkan dasar-dasar sistem
hubungan pusat-daerah yang dirangkum dalam tiga prinsip:
22
dalam batas-batas wewenang yang diserahkan kepada Daerah atau untuk
melaksanakan peraturan perundangundangan yang pelaksanaannya ditugaskan
kepada Daerah; dan d) memperhatikan aspirasi dan memajukan tingkat kehidupan
rakyat dengan berpegang pada program pembangunan Pemerintah.[13]
Dari dua bagian tersebut di atas, nampak bahwa meskipun harus diakui bahwa UU
No. 5 Tahun 1974 adalah suatu komitmen politik, namun dalam praktiknya yang
terjadi adalah sentralisasi (baca: kontrol dari pusat) yang dominan dalam
perencanaan maupun implementasi pembangunan Indonesia. Salah satu fenomena
paling menonjol dari pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1974 ini adalah
ketergantungan Pemda yang relatif tinggi terhadap pemerintah pusat.
23
3. Beberapa hal yang sangat mendasar dalam penyelenggaraan otonomi
daerah dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, adalah pentingnya
pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas
mereka secara aktif, serta meningkatkan peran dan fungsi Badan
Perwakilan Rakyat Daerah. Oleh karena itu, dalam Undang-undang ini
otonomi daerah diletakkan secara utuh pada daerah otonom yang lebih
dekat dengan masyarakat, yaitu daerah yang selama ini berkedudukan
sebagai Daerah Tingkat II, yang dalam Undang-undang ini disebut Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota.
4. Sistem otonomi yang dianut dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999
adalah otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab, di mana semua
kewenangan pemerintah, kecuali bidang politik luar negeri, hankam,
peradilan, moneter dan fiskal serta agama dan bidang- bidang tertentu
diserahkan kepada daerah secara utuh, bulat dan menyeluruh, yang
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
5. Daerah otonom mempunyai kewenangan dan kebebasan untuk membentuk
dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat.
Sedang yang selama ini disebut Daerah Tingkat I atau yang setingkat,
diganti menjadi daerah provinsi dengan kedudukan sebagai daerah
otonom yang sekaligus wilayah administrasi, yaitu wilayah kerja
Gubernur dalam melaksanakan fungsi-fungsi kewenangan pusat yang
didelegasikan kepadanya.
6. Kabupaten dan Kota sepenuhnya menggunakan asas desentralisasi atau
otonom. Dalam hubungan ini, kecamatan tidak lagi berfungsi sebagai
peringkat dekonsentrasi dan wilayah administrasi, tetapi menjadi
perangkat daerah kabupaten/kota. Mengenai asas tugas pembantuan dapat
diselenggarakan di daerah provinsi, kabupaten, kota dan desa. Pengaturan
mengenai penyelenggaraan pemerintahan desa sepenuhnya diserahkan
pada daerah masing-masing dengan mengacu pada pedoman yang
ditetapkan oleh pemerintah.
7. Wilayah Provinsi meliputi wilayah laut sepanjang 12 mil dihitung secara
lurus dari garis pangkal pantai, sedang wilayah Kabupaten/Kota yang
berkenaan dengan wilayah laut sebatas 1/3 wilayah laut provinsi.[14]
8. Pemerintah Daerah terdiri dari Kepala Daerah dan perangkat daerah
lainnya sedang DPRD bukan unsur pemerintah daerah. DPRD mempunyai
fungsi pengawasan, anggaran dan legislasi daerah. Kepala daerah dipilih
dan bertanggung jawab kepada DPRD. Gubernur selaku kepala wilayah
administratif bertanggung jawab kepada Presiden.
9. Peraturan Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan persetujuan
DPRD sesuai pedoman yang ditetapkan Pemerintah, dan tidak perlu
disahkan oleh pejabat yang berwenang.
10.Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi
daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan
pertimbangannya lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi
daerah, daerah, daerah yang tidak mampu menyelenggarakan otonomi
daerah dapat dihapus dan atau digabung dengan daerah lain. Daerah dapat
dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah, yang ditetapkan dengan
undang-undang.
24
11.Setiap daerah hanya dapat memiliki seorang wakil kepala daerah, dan
dipilih bersama pemilihan kepala daerah dalam satu paket pemilihan oleh
DPRD.
12.Daerah diberi kewenangan untuk melakukan pengangkatan, pemindahan,
pemberhentian, penetapan pensiun, pendidikan dan pelatihan pegawai
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah, berdasarkan nama,
standar, prosedur yang ditetapkan pemerintah.
13.Kepada Kabupaten dan Kota diberikan otonomi yang luas, sedang pada
provinsi otonomi yang terbatas. Kewenangan yang ada pada provinsi
adalah otonomi yang bersifat lintas Kabupaten dan Kota, yakni
serangkaian kewenangan yang tidak efektif dan efisien kalau
diselenggarakan dengan pola kerja sama antar Kabupaten atau Kota.
Misalnya kewenangan di bidang perhubungan, pekerjaan umum,
kehutanan dan perkebunan dan kewenangan bidang pemerintahan tertentu
lainnya dalam skala provinsi termasuk berbagai kewenangan yang belum
mampu ditangani Kabupaten dan Kota.
14.Pengelolaan kawasan perkotaan di luar daerah kota dapat dilakukan
dengan cara membentuk badan pengelola tersendiri, baik secara intern
oleh pemerintah Kabupaten sendiri maupun melalui berkerja sama antar
daerah atau dengan pihak ketiga. Selain DPRD, daerah juga memiliki
kelembagaan lingkup pemerintah daerah, yang terdiri dari Kepala Daerah,
Sekretariat Daerah, Dinas-Dinas Teknis Daerah, Lembaga Staf Teknis
Daerah, seperti yang menangani perencanaan, penelitian dan
pengembangan, pendidikan dan latihan, pengawasan dan badan usaha
milik daerah. Besaran dan pembentukan lembaga-lembaga itu sepenuhnya
diserahkan pada daerah. Lembaga pembantu Gubernur, Pembantu
Bupati/Wali Kota, Asisten Sekwilda, Kantor Wilayah dan Kandep
dihapus.
15.Kepala Daerah sepenuhnya bertanggung jawab kepada DPRD, dan DPRD
dapat meminta Kepala Daerahnya berhenti apabila pertanggungjawaban
Kepala daerah setelah 2 (dua) kali tidak dapat diterima oleh DPRD.
25
BAB III
KAJIAN KASUS
Dalam 5 tahun terakhir, 300 lebih kepala daerah tersangkut hukum karena
kasus korupsi. Untuk tahun 2016, KPK sudah menetapkan 10 kepala daerah
mulai dari bupati hingga gubernur sebagai tersangka. Dalam kasus yang
melibatkan kepala daerah, sangat berpengaruh terhadap sistem otonomi
daerah, yang mengakibatkan terhambatnya pencapaian daerah otonomi yang
sesuai dengan harapan bangsa indonesia.
a. Dibidang ekonomi
26
e. Dampak terhadap penegak hukum
27
BAB IV
PENUTUP
28
DAFTAR PUSTAKA
http://news.liputan6.com/read/3110149/7-kepala-daerah-tersangka-korupsi-2017
https://www.kompasiana.com/setiayuanggraini/dampak-korupsi-di-berbagai-
bidang_581c5ebd307a61b1711ac4c3
https://nayyanrises.wordpress.com/2013/01/11/korupsi-di-indonesia-masalah-dan-
solusinya/
https://www.youtube.com/watch?v=qmb0BFle7v8
https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah_di_Indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah
http://www.markijar.com/2016/07/otonomi-daerah-lengkap-pengertian-dasar.html
http://woocara.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-otonomi-daerah-dasar-hukum-
prinsip-asas-dan-tujuan-otonomi-daerah.html
29