Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN Cholelitiasis DI


RUANG GARUDA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KEDIRI

Disusun Oleh :
YHENIK AIRLINAWATI, Amd., Kep.
NIP : 198212142009012007

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KEDIRI


2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN CHOLELITIASIS

Mengetahui,
Kepala Ruang Garuda, Penulis,

Dwi Susilaningrum, S. Kep, Ns Yhenik Airlinawati, AMd., Kep


19780911 200501 2 009 19821214 200901 2 007

Pembimbing
RSUD Kab. Kediri

Topo Rohadi, S. Kep,, Ns


19760404 199703 1 004

2
Kata Pengantar

Alhamdulillah puji syukur atas nikmat yang di berikan Tuhan Yang Maha
Esa atas rahmat danyang diberikan sehingga makalah ini bisa dibuat.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu persaratan untuk kenaikan
jenjang jabatan perawat, dari perawat pelaksana lanjutan menjadi perawat penyelia di
RSUD Kabupaten Kediri.

Dalam penyusunan makalah ini penulis bayak mengalami hambatan dan


kesulitan , namun berkat bantuan, bimbingan, pengarahan, serta motivasi dari berbagai
pihak, ahirnya penulis dapat menyeleseikan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Cholelitiasis”

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang setulusnya kepada teman perawat Ruang Garuda dan semua teman sejawat yang
telah memberikan bantuannya baik secara langsung ataupun tidak langsung hingga
terselesaikan makah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dalam bidang


keperawatan pada umumnya. Walaupun demikian penulis menyadari adanya
kekurangan – kekurangan yang ditemui didalamnya untuk itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penuis harapkan untuk perbaki mutu penyusunan makalah
ini.

Pare, januari 2022


Penulis

Yhenik Airlinawati, Amd., Kep


198212142009012007

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul..............................................................................................1
Lembar Pengesahan.....................................................................................2
Kata Pengantar.............................................................................................3
Daftar Isi......................................................................................................4
BAB I Pendahuluan...................................................................................5

1. Latar Belakang...........................................................................5
2. Rumusan Masalah......................................................................6
3. Tujuan........................................................................................6

BAB II Kajian teori......................................................................................7

1. Definisi.......................................................................................7
2. Anatomi dan Fisiologi...............................................................7
3. Etiologi.......................................................................................8
4. Tanda dan Gejala.......................................................................10
5. Patofisiologi...............................................................................11
6. Evaluasi Diagnostik...................................................................11
7. Penatalaksanaan.........................................................................13
8. WOC..........................................................................................16

BAB III Asuhan Keperawatan.....................................................................17

1. Pengkajian..................................................................................17
2. Diagnose Keperawatan..............................................................19
3. Intervensi Keperawatan.............................................................19
4. Implementasi Keperawatan........................................................22
5. Evaluasi Keperawatan................................................................23

BAB IV Tinjauan Kasus..............................................................................25

1. Pengkajian Keperawatan...........................................................25
2. Diagnosa Keperawatan..............................................................30
3. Intervensi, luaran,implementasi dan evaluasi keperawatan......31

BAB IV Penutup..........................................................................................38

1. Kesimpulan................................................................................38
2. Saran...........................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................40

4
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Cholelitiasis saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat karena
frekuensi kejadiannya tinggi yang menyebabkan beban finansial maupun beban
sosial bagi masyarakat. Cholelitiasis merupakan kondisi yang paling banyak
ditemukan. Kondisi ini menyebabkan 90% penyakit empedu, dan merupakan
penyebab nomor lima perawatan di rumah sakit pada usia muda. Choleltiaisis biasanya
timbul pada orang dewasa, antara usia 20- 50 tahun dan sekitar 20% dialami oleh
pasien yang berumur diatas 40 tahun. Wanita berusia muda memiliki resiko 2-6 kali
lebih besar mengalami cholelitiasis. Cholelitiasis mengalami peningkatan seiring
meningkatnya usia seseorang.
Cholelitiasis sangat banyak ditemukan pada populasi
umum dan laporan menunjukkan bahwa dari 11.840 yang dilakukan otopsi
ditemukan 13,1% adalah pria dan 33,7% adalah wanita yang menderita batu
empedu. Di negara barat penderita Cholelitiasis banyak ditemukan pada usia 30
tahun, tetapi rata-rata usia tersering adalah 40–50 tahun dan meningkat saat usia
60 tahun seiring bertambahnya usia, dari 20 juta orang di negara barat 20%
perempuan dan 8% laki-laki menderita Cholelitiasis dengan usia lebih dari 40
tahun (Cahyono, 2014). Sekitar 12% dari total penduduk dewasa di negara barat
menderita Cholelitiasis jadi sekitar 20 juta jiwa yang menderita cholelitiasis,
disetiap tahunnya ditemukan pasien Cholelitiasis sekitar 1 juta jiwa dan 500.000
jiwa menjalani operasi pengangkatan batu empedu (cholesistektomi atau
laparoscopy chole). Cholelitiasis merupakan penyakit penting dinegara barat.
(Sudoyo, 2006). Sedangkan kejadian Cholelitiasis di negara Asia
3%-15% lebih rendah dibandingan negara barat. Di Indonesia, Cholelitiasis kurang
mendapat perhatian karena sering sekali asimtomatik sehingga sulit di deteksi atau
sering terjadi kesalahan diagnosis. Di Indonesia, Cholelitiasis baru mendapat perhatian
setelah di klinis, sementara publikasi penelitian tentang Cholelitiasis masih terbatas.
Berdasarkan studi kolesitografi oral didapatkan laporan angka insidensi Cholelitiasis
terjadi pada wanita sebesar 76% dan pada laki-laki 36%dengan usia lebih dari 40
tahun. Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan. Risiko
penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil.
Walaupun demikian, sekali batu empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik
5
yang spesifik maka resiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus
meningkat. (Cahyono, 2014). Berdasarkan yang di peroleh dari rekam medik di
RSKK, Kabupaten Kediri pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2021 adalah
5 pasien dengan Cholelitiasis dari 231 pasien yang dirawat di Ruang Garuda
Cholelitiasis adalah material atau kristal yang terbentuk di dalam kandung
empedu. Keluhan klinis yang sering ditemukan adalah nyeri pada perut kanan
atas, nyeri epigastrium, demam, ikterus, mual, muntah. Sampel sebanyak 102
orang dipilih secara purposif dari pasien yang berkunjung di bagian Penyakit
Dalam RSUD Koja pada periode 5 Oktober sampai dengan 31 Desember 2015,
desain penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Hasil
disajikan dalam tabel dan grafik. Frekuensi tertinggi berdasarkan jenis kelamin
sebanyak 64 pasien (63 %) adalah perempuan, umur ( > 40 tahun) sebanyak 88
pasien (86 %), frekuensi tertinggi berdasarkan jumlah anak didapatkan bahwa
responden yang mempunyai tiga anak atau lebih sebesar 52 pasien (52 %), ratarata
nilai indeks masa tubuh (IMT) sebesar 24,80, tidak ada riwayat keluarga yang
menderita kolelitiasis sebanyak 83 pasien (80%), dengan warna kulit kuning
langsat sebanyak 70 pasien (69 %), keluhan klinis yang tersering adalah dispepsia
61 pasien (60%), dengan nilai rata rata kolesterol total 201 mg/dl. Berdasarkan
hasil penelitian ini disimpulkan bahwa, pasien kolelitiasis di RSUD Koja terjadi
lebih banyak pada pasien perempuan dengan warna kulit kuning langsat (fair)
yang berusia lebih dari 40 tahun, dengan jumlah anak lebih dari tiga orang,
memiliki nilai rata-rata indeks massa tubuh sebesar 24,80, sebanyak 83 pasien
kolelitiasis tidak ditemukan adanya riwayat kolelitiasis dalam keluarga, dan
ditemukan bahwa dari seluruh jumlah pasien kadar rata-rata kolesterol 201 mg/dl
dengan keluhan utama dispepsia.(J. Kedokt Meditek Volume 23, No.63 JuliSeptember
2017)
Solusi masalah pada pasien dengan Kolelitiasis adalah perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan dapat memberikan informasi tentang bagaimana
tanda gejala, cara pencegahan, cara pengobatan dan penanganan pasien dengan
Kolelitiasis sehingga keluarga juga dapat beperan aktif dalam pemeliharaan
kesehatan baik individu itu sendiri maupun orang lain disekitarnya. Berdasarkan
uraian di atas maka penulis tertarik untuk membahas makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan pasien dengan Cholelitiasis”

6
2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pasien cholelitiasis?


b. Bagaimana cara melakukan pengkajian pasien cholelitiasis?
c. Bagaimana cara melakukan analisa data pada pasien cholelitiasis?
d. Bagaimana cara menentukan diagnosa keperawatan pasien cholelitiasis?
e. Bagaimana cara menentukan intervensi pada pasien cholelitiasis?
f. Bgagaimana cara melakukan implementasi pada pasien cholelitiasis?
g. evaluasi asuhan keperawatan pada pasien cholelitiasis?

3. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam memberikan ASKEP pasien
dengan cholelitiasis?
b. Tujuan khusus
Setelah dilakukan ASKEP pada Ny. N maka perawat diharapkan :
1) Mampu mengetahui konsep dasar ASKEP pada pasien dengan Cholelitiasis

2) Mampu melakasanakan pengkajian, merumuskan diagnosa, memberikan


intervesi , mengevaluasi dan mendokumentasikan pada pasien dengan
cholelithiasis di Ruang Garuda RSUD Kabupaten Kediri 2022

7
BAB II
TINJAUAN TERORI

1. Definisi
Cholelitiasis disebut juga batu empedu,gallstone,biliary calculus. Istilah
kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu empedu di dalam kandung empedu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapaunsur yang membentuk suatu
material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu. Batu empedu adalah
timbunakristal di dalam kandung empedu atau di saluran empedu. Batu yang
ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelitiasis, sedangkan jika di temukan
di saluran kandung empedu disebut koledokolitiasis (Nucleus Precise Newsletter, edisi
72,2011).

2. Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi Empedu

8
Kandung empedu adalah kantong berbentuk buah pear yang terletak pada
permukaan viceral hepar.Kantung empedu dibagi menjadi fundus, korpus dan
collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior
hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi
ujung rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan viceral hati dan arahnya
ke atas belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai ductus cysticus yang
berjalan pada omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepatikus
komunis membentuk duktus koledokus. Peritonium mengelilingi kandung empedu
dengan sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan viceral
hati.
b. Fisiologi Empedu
Kandung empedu berperan sebagai reservoir empedu dengan kapasitas sekitar
50 ml. kandung empedu mempunyai kemampuan memekatkan empedu. Untuk
membantu proses ini, mukosa mempunyai lipatan – lipatan permanen yang satu
sama lain saling berhubungan. Sehingga permukaan tampak seperti sarang tawon.
Sel – sel thorak yang membatasinya juga mempunyai banyak mikrovili.
Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung ditampung dalam kanalikuli.
Kemudian disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum
interlobaris. Saluran ini kemudi kanan keluar dari hati sebagai duktus hepatikus
kanan dan kiri. Kemudian keduanya membentuk duktus biliaris komunis. Pada
saluran ini sebelum mencapai duodenum terdapat cabang ke kandung empedu
yaitu duktus sistikus yang beerfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu
sebelum disalurkan ke duodenum.

3. Etiologi
Batu empedu dapat terbentu dari bilirubin dan kolesterol. Tingginya kosentrasi
bilirubin pada cairan empedu dan hipokinesia dari kandung empedudapat membuat
presipitasi dan membetuk batu calcium billirubinate. Pada kondisi pemecahan sel
darah merah berlebih yang meningkatkan kadar bilirubin seperti pada penyakit sickle
cell, resiko untuk kolelitiasis menjadi meningkat.

9
Peningkatan kalsium yang berlebih dalam tubuh, seperti pasien hipertiroid, juga
dapat memicu terbentuknya batu kalsium. (alomedika,com).

Factor resiko terbentuknya batu empedu (Alodokter.com) :


a. Genetik
Di negara barat penyakit ini sering dijumpai di USA 10-20% laki laki dewasa. Batu
empedu sering dijumpai pada orang kulit putih dibandingkan kulit hitam. Batu
empedu juga sring dijumpai di negara selain USA, Chili dan Swedia.
b. Umur
Usia rata rata tersering adalah 40-50 tahun, sangat sedikit dijumpai batu empedu
terjadi pada usia remaja, setelah itu dengan semakin bertambahnya usia semakin
besar terkena batu empedu.
c. Jenis kelamin
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena dibandingkan pria karena
hormone estrogen berpengruh terhadap ekresi kolesterol oleh kandung empedu.
Kehamilan, penggunaan pil KB dan terapi hormone estrogen yang dapat
meningkatkan kolesterol dalam kandung empedudan penurunan aktivitas
pengosongan kandung empedu.
d. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan BB yang cepat mengakibatkan gangguan
terhadap unsur kimia empedu dan mengurangi kontraksi kandung empedu.
e. Aktivitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik mungkin menyebabkan kontraksi kandung empedu lebih
sedikit sehingga meningkatkan resiko terbentuknya batu empedu.
f. Berat badan
Orang dengan body mass index (BMI) tinggi mempunyai resiko lebih tinggi
terkena kolelitiasis karena kadar kolesterol dalam kandung empedu tinggi dan juga
mengurangi garam empeduserta mengurangi kontraksi/pengosongan kandugn
empedu
g. Riwat keluarga
Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar
dibandingkan dengan tanpa riwayat keluarga.
h. Nutrisi intravena jangka panjang
Nutrisi IV jangka panjang mengakibatkaan kandug empedu tidak terstimulasi untuk

10
berkontraksi karean tidak ada makanan yang melewati saluran pencernaan.

4. Tanda dan gejala


Manifestasi klinis (Baughman,2000)
a. Menunjukan gejala gastrointestinal ringan
Pasien merasakan sakit atau nyeri pada perut bagian kuadran kanan atas serta
warna feses menjadi pucat
b. Mungkin akut atau konis dengan distress epogastrika (begah, distensi, nyeri tak
jelas [ada kuadran kanan atas ) setealh makan banyak mengandung lemak
c. Jika saluran empedu tersumbat maka kandung empedu mngalami distensi dan
ahirnya terinfeksi akan terjadi demam dan teraba massa pada abdomen. Kolik
bilier dengan nyeri abdomen kanan atas yang menjalar ke punggung , bahu kanan,
mua dan muntah setelah makan banyak
d. Ikterik
Obtruksi aliran getah empedu ke dalam duodenum akan meninbulkan gejala
khas yaitu getah empedu yang tidak dibawa ke duodenum akan diserap oleh darah
dan penyerapan ini membuat kulit menjadi kuning. Keadaaan ini sering disertai
gejala gatal- gatal yang mencolok pada kulit.
e. Urin berwarna gelap dan feses warna pucat
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan memuat urin berwarna gelap,sedang
feses tidak diwarnai akan berwarna k3elabu dan biasanya pekat yang disebit clay-
coloured
f. Defisiensi vitamin A-D E- K (vitamin yang larut lemak)
g. Abses, nekrosis dan perforasi disertai peritonitisv karena adanya sumbatan saluran
batu empedu.

5. Patofisiologi cholelitiasis
Patofisiologi batu empedu adalah akibat subtasi tertentu pada cairan empedu
yang meningkat, sehingga memiliki kosentrasi yang lebih tinggi daripada pelarutnya.
Cairan empedu yang terkosentrasi menyebabkan supersaturasi dan presipitasi sebagai
kristal mikroskopik. Kristal ini terperangkap dalam mukus kantung empedu dan
membentuk lumpur bilier (biliary sluge). Seiring berjalannya waktu kristal ini
membentuk batu makroskopik. (Alomedika.com)

11
6. Evaluasi diagnostic
a. Sinar x abdomen, USG, dan Kolesintografi
Pemeriksaan sinar X abdomen dapat dilakukan jika terdapat tanda gejala dari
penyakit kandung empedu. Namun demikian hanya 15% hingga 20 % batu
empedu yang mengalami cukup kalsifikasi untuk dapat tampak dalam pemerikaan
sinar X
Pemeriksaan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus
koledokus yang mengalami dilatasi. Dilaporkan bahwa USG dapat mendeteksi
batu empedu dengan akurasi 95%
Kolestkintografi telah berhasil membantu menegakan diagnosiskolesistitis. Dalam
prosedur ini preparat radioaktf disuntikan melalui intravena, preparat ini kemudian
diambil oleh hepatosit dan dengan cepat diekskresikan dalam system bilier.
Selanjutnya dilakukan pemindaian saluran empedu untuk mendapatkan gambar
kandung empedu dan percabangan bilier.
b. ERCP (endoskopi retrogad kolangiopankreatografi)
Dengan ERCP memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang hanya
dapat dilihat pada saat laparatomi
c. PTC (Perkutaneus Trans Hepati Kolangiografi)
Dengan penyuntikan bahan kontras langsung kedalam percabangan bilier. Karena
kosentrasi bahan kontras relatif besar, maka semua komponen pada sistem bilier
tersebut yang mencakup duktus hepatikus dalam hati, keseluruhan panjang duktus
koledokus, duktus sistikus dan kandung empedu, dapat dilihat garis bentuknya
dengan jelas.
d. Endoscopic Ultrasonography (EUS)
Adalah suatu metode pemeriksaan dengan memakai instrumen gastrokop dengan
echoprobe di ujung skop yang terus berputar. Dibandingkan dengan USG
abdomen EUS akan menggambarkan pencitraan yang jauh lebih jelas sebab
echoprobe-nya ditaruh di dekat organ yang diperiksa.

7. Penatalaksanaan
a. Non Bedah
1) Terapi konservatif
a) Pendukung diit : cairan rendah lemak
b) Cairan infus : menjaga kestabilan asupan cairan
12
c) Analgetik : meringankan rasa nyeri
d) Antibiotik : mencegah infeksi pada saluran kemih
e) Istirahat
2) Farmako Terapi
Pemberian asam ursodioksikolat dan kenodioksikolat digunakan untuk
melarutkan batu empedu terutama berukuran kecil dan tersusun dari kolesterol.
Zat pelarut batu empedu hanya digunakan untuk batu kolesterol pada pasien
yang karena suatu hal sebab tidak bisa di bedah.Batu – batu ini terbentuk
karena terdapat kelebihan kolesterol yang tidak dapat dilarutkan lagi oleh
garam-garam empedu dan lesitin. Untuk melarukan batu empedu tersedia
kenodioksikolat dan ursodioksikolat Mekanisme kerjanya berdasarkan
penghabatan sekresi kolesterol, sehingga kejenuhannya dalam empedu
berkurang dan batu dapat melarut lagi. Terapi perlu dijalankan lama, yaitu 3
bulan - sampai 2 tahun dan baru dihentikan minimal 3 bulan setelah batu – batu
larut. Recidif dapat terjadi pada 30% dari pasien dalam waktu 1 tahun, dalamhal
ini pengobatan perlu dilanjutkan.
3) Penatalaksanaan pendukung diit
Suplemen bubuk tinggi protein dan karbohidrat dapat diaduk ke dalam
susu skim. Makanan ini ditambahkan jika pasien dapat menerimanya buah yang
dimasak, nasi atau ketela, daging tanpa lemak, kentang yang dilumatkan,
syuran yang tidak membentuk gas, roti, kopi atau teh. Makanan yang harus
dihindari telur, krim, daging babi, gorengan keju dan bumbu- bumbu yang
berlemak, syuran yang membentuk gas dan alkhohol.
4) Ektracorporeal Shok Wave Lithotripsi (ESWL)
Prosedur noninvsif ini menggunakan gelombang kejut yang berulang
yang diarahkan pada batu empedu di dalam kandung empedu atau koledokus
dengan maksud untuk mencegah batu tersebut menjadi sebuah fragmen.
Gelombang kejut ini dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik, yaitu
piezoelektrik, atau oleh muatan elektrtomagnetik. Energi disalurkan dalam
tubuh lewat randaman air atau kantong yang berisi cairan. Gelombang kejut
yang dikonvergensikan diarahkan pada batu empedu yang akan dipecah. Setelah
batu dipecah secara bertahap pecahan akan bergerak spontan di kandung
empedu atau duktus koledokus dan dikeluarkan melalui endoskop atau
dilarutkan dengan pelarut atau asam empedu yang diberikan secara peroral.
13
5) Litotripsi Intrakorporeal
Dengan prosedur ini batu yang ada dalam kandung empedu dapat dipecah
menggunnakan gelombang ultrasound, laser berputar atau litotripsi hidrolik
yang dipasang pada endoskop dan diarahkan langsung pada batu. Kemudian
fragmen batu dikeluarkan dengan cara irigasi dan aspirasi. Prosedur tersebut
dapat diikuti dengan pengangkatan kandung empedu melaui luka insisi atau
laparaskopi. Jika kandung empedu tidak diangkat sebuah drain dapat dipasang
selama 7 hari
b. Pembedahan
1) Cholesistektomy
Dalam prosedur ini kandung empedu diangkat selelah arteri dan duktus
sistikus diligasi. Kolesistektomi dilakukan pada sebagian besar kasus
kolesistitis akut dan kronis.sebuah drai ditempatkan dalam kandung empedu dan
dibiarkan menjulur keluar lewat luka operasi untuk mengeluarkan darah,
cairan serosanguinus dan getah empedu ke dalam kasa absorben.Merupakan
tindakan pembedahan yang dilakukan jika tindakan konservatif tidak sembuh.
Tujuan perawatan pre op cholesistektomy :
a) Meningkatkan pemahaman klien dan keluarga tentang prosedur operasi
b) Menigkatkan kesehatan klien baik fisik atau psikologis
c) Meningkatkan pemahaman klien dan keluarga tentang hal – hal yang akan
dilakukan post operasi
Tindakan keperawatan pada cholesistektomy:
a) Posisi semifowler
b) Menjelaskan penggunaan drain dan lamanya
c) Menjelaskan dan mengajarkan cara mengurangi nyeri
2) Minikolesistektomy
Merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan batu empedu
lewat luka insisi selebar 4 cm.
3) Koledokostomi
Dilakukan insisi pada duktus koledokus untuk mengeluarkan batu.
Setelah batu dikeluarkan biasanya dipasang kateter kedlam duktus
tersebut untuk melakkukan drainase getah empedu sampai edema
mereda.

14
8. WOC

Penumpukan komponen dan masuknya escheria coli dari slauran usus ke


dalamsaluran dan kantong empedu

Perubahan cairan empedu dan keseimbangan produksi empedu

Terbentuk inti yg lambat laun menebal dan mengkristal menjadi batu

Kristal/batu bergerak/bergeser

Menyumbat cairan empedu Memenggesek mukosa saluarn empedu

Cairan inflamasi perdarahan Agen


empedu pencedera
refluk
fisiologis
demam Hemoglobin
Masuk ke dalam menurun
peredaran darah Nyeri akut
Kulit
menjadi
Defisiensi bilirubin kuning anemis
da;am saluran
pencernaa

Cemas dan
Feses gnguan
seperti integriatas
dempul kulit

Defisit nutrisi
Ganguan Mual,
elimisasi alvi muntah

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam pengkajian pasien dengan Cholelitiasis didapatkan:


1. Pengkajian
a. Data umum meliputi :
1) Tanggal dan jam MRS
2) Metode pengkajian
3) Asal pasien
4) Kondisi saat masuk
5) Dokter yang mengirim dan yang merawat
6) Pembiayaan
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada
kuadran kanan atas, badan panas, mual muntah,adanya perubahan warna kulit
menjadi kekuningan.
2) Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama atau pernah
memiliki riwayat penyakit sebelumnya.

a) Riwayat merokok
b) Riwayat alkhohol
c) Riwayat penyalahgunaan obat
d) Riwayat kemoterapi atau obat imunosupresan

16
3) Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji ada atau tidak keluarga klien pernah menderita penyakit
kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis tidak diturunkan, karena penyakit ini timbul
karena pola makan dan gaya hidup yang kurang sehat. Tapi orang dengan riwayat
keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibanding dengan tanpa riwayat
keluarga.
c. Pemeriksaan fisik
1) TTV
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi, respirasi dan saturasi oksigen.
2) GCS
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien.
3) BB dan TB
4) Riwayat Alergi : makanan dan obat obatan
Rekonsiliasi obat (obat yang dibawa dari rumah termasuk obat dengan
resep, obat bebas, obat herbal dan obat China)
5) Pengkajian psiko-sosio-spiritual-kultural dan ekonomi
a) Respon psikologis : cemas dengan adanya perubahan status kesehatan
b) Status mental : bagai mana respon pasien terhadap penyakit yang diderita
c) Status sosial : adanya dukungan keluarga sangat diperlukan untuk membantu
percepatan kesembuhan pasien
d) Kebutuhan spiritual : kaji agama yang dianut dan apakah pasien dan keluarga
memerlukan pendampingan / konsseling spiritual
e) Status kultural : pengaruh budaya dalam perawatan dan pengobatan (modern,
tradisional)
f) Status ekonomi : penghasilan yang didapat perbulan
6) Assesmen fungsional
Adakah gangguan pancaindra (bisu dan tuli) dan adakah kelemahan ekstrimitas
7) Assesemen awal resiko jatuh (menggunakan metode yang disesuiakan umur)

17
8) Assesmen awal nyeri : faktor pencetus nyeri, kualitas, lokasi, skala, lama,pola
serangan dan hal – hal yang menyebakan nyeri hilang.
9) Asssesmen awal gizi
a) Diagnosis khusus (DM, GGK, NS, TBC,HIV,kanker dll)
b) Penurunan BB
c) Gangguan menelan
10) Assesmen awal kebutuhan edukasi
Edukasi diberikan tentang : penyakit yang diderita,tindakan pengobatan dan
perawatan yang diberikan, perubahan aktifitas sehari hari, perencanaan diit,dan
tindakan pemeriksaan lanjut
11) Identifikasi discharge planing
Identifikasi faktor resiko pasien pulang meliputi : usia lebih dari 65 tahun,
menderita penyakit kronis, komplek, bantuan untuk ADL, adakah yang merawat
dirumah, apakah pasien sering keluar masuk RS, apakah tempat tinggal dekat
dengan faskes, adakah masalah terkait biaya
d. Pemeriksaan penunjang
1) Radiologi : rontegen dan USG
2) Laboratorium : kemungkinan ada peningkatan bilirubin
3) Penunjang lain

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut
b. Hipertermi
c. Deficit nutrisi
d. Kerusakan intregritas kulit
e. Ansietas

18
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut

Tanggal/ Diagnosis Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


Jam Keperawatan
Setelah dilakukan Manajemen nyeri
Nyeri Akut intervensi  Identifikasi nyeri
berhubungan keperawatan dengan PQRST
dengan : selama3x24jam maka  Berikan tehnik
agen pencedera tingkat nyeri menurun nonfarmakologis
fisiologis dengan kriteria hasil : untuk mengurangi
(inflamasi)  keluhan nyeri nyeri
menurun  Ajarkan tehnik nafas
 meringis dalam
menurun  Kolaborasi
 gelisah pemberian analgesik
menurun Pemberian analgesik
 TTV dalam  Identifikasi riwayat
batas normal alergi obat
Mual muntah Identifikasi
menurun kesesuaian jenis
 Kesulitan tidur analgesik dengan
menurun tingkat keparahan
nyeri
 Monitor TTV
 Pertimbangkan
pengguanaan infus
kontinyu untuk
mempertahankan
kadar analgesik
dalam serum.

19
b. Diagnosa Keperawatan : hipertermi

Tanggal / Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


jam Keperawatan
Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermi :
Berhubungan intervensi keperawatn  Identifikasi
dengan : proses selama 3 x 24 jam penyebab
infeksi maka termoregulasi hipertermi
membaik dengan  Monitor suhu tubuh
kriteria hasil :  Longgarkan /
 Suhu tubuh lepaskan pakaian
membaik  Lakukan
 Menggigil pendinginan
menurun eksternal, misal
 Frekuensi nadi kompres pada
membaik axila, dahi atau
selimut hipotermi
 Kolaborasi dalam
pemberian
antipiretik dan
cairan intravena
 Anjurkan
memperbanyak
minum

a.

20
Tanggal/ Diagnosa Luaran Keperawatan Intervesi keperawatan
jam Keperawatan
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi :
Berhubungan intervensi keperawatan  identifikasi status
dengan : selama 3 x 24 jam, maka nutrisi
kurangnya status nutrisi membaik  identifikasi
asupan nutrisi dengan kriteria hasil : makanan yang
 nafsu makan disukai
membaik  monitor adanya
 frekuensi makan mual dan muntah
membaik monitor
 keinginan untuk hasil
meningkatkan pemeriksaan
nutrisi laboratorium
meningkat  lakukan oral
higiene sebelum
makan
 berikan pujian
pada pasien atas
peningkatan yang
dicapai
 kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jenis
nutrien
 kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian anti
21
emetik
c. diagnose keperawatan : deficit nutrisi

22
d. Diagnosa Keperawatan : kerusakan integritas kulit

Tanggal / Diagnosa Luaran Keperawatan Intervvesi Keperawatan


jam Keperawatan
Gangguan Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit
Integritas kulit intervensi  ubah posisi tiap 2 jam
berhubungan keperawatan selama jika tirah baring
dengan : 3 x 24 jam maka  anjurkan
Perubahan integritas kulit dan menggunakan
pigmentasi jaringan meningkat pelembab
sekunder akibat dengan kriteria hasil :  anjurkan minum air
penigkatan kadar Pigmentasi abnormal yang cukup
bilirubin darah menurun  monitor tanda tanda
infeksi
 kolaborasi dengan tim
medis dalam
pembarian terapi

e. Diagnosa Keperawatan : ansietas

Tanggal Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


/ Jam Kepewatan
Ansietas Setelah dilakukan pasien Terapi relaksan
Berhubungan intervensi keperawatan  Monitor TTV
dengan : selama 1x 24 jam, maka  Demontrasikan dan
krisis tingkat ansietas menurun latih tehnik relaksasi
situasional dengan kriteria hasil : mis nafas dalam
Kekawatiran akibat  Monitor respon
kondisi yang dihadapi terhadap terapi
menurun relaksasi
 TTV dalam batas Persiapan Pembedahan
normal  Jelaskan tentang
 Pola tidur prosedur, waktu dan
membaik lamanya tindakan
 Anoreksia operasi
membaik

23
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Focus dari intervensi keperawatan antara lain adalah
a. Mempertahankan daya tahan tubuh
b. Mencegah komplikasi
c. Menemukan perubahan sistem tubuh
d. Menetapkan klien dengan lingkungan
Ada tahapan-tahapan tindakan keperawatan dalam tindakan keperawatan yakni sebagai berikut
(Setiadi, 2012) : Persiapan Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan :
a. Riview antisipasi tindakan keperawatan.
b. Menganalisis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan .
c. Mengetahui yang mungkin timbul.
d. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
e. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif.
f. Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik.
Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan t anggung jawab perawat
secara professional antara lain :
a. Independen yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk
dan perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
b. Interdependen yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan
tenaga keseahatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan
dokter.
c. Dependen yaitu pelaksanaan rencana tindakan medis . (Setiadi, 2012).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Rohmah&Walid,2012) Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang
menentukan apakah tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu rencana tindakan
untuk meningkatkan kualitas keperawatan, perawat harus mengevaluasi keberhasilan
rencana penilaian atau evaluasi diperoleh dari ungkapan secara subjektif oleh klien dan
objektif didapatkan langsung dari hasil pengamatan

24
BAB IV
TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama pasien : Ny. N
Tempat /Tanggal Lahir : Kediri / 05/03/1963
No RM : 227xxx
Alamat : pandansari, purwoasri
Agama : Islam

b. Data umum
Tanggal Pengkajian : 22/01/2022 jam 08.00
Tanggal MRS : 21/01/2022
Jam MRS : 00.30
Ruang Perawatan : Garuda
Dokter penanggung jawab : dr Reti Sp.PD
Pembiayaan : BPJS
Bahasa yang digunakan : Jawa dan Indonesia

c. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri perut kanan
atas disertai mual dan muntah. Nyeri
bertambah berat setelah makan atau
minum skala nyeri 6
Riwayat penyakit sekarang : pasien mengatakan sering nyeri perut
kanan sampai tembus kepinggang, nyeri
dirasakan memberat 1 minggu.
Riwayat penyakit dahulu : gastritis
Riwayat merokok : tidak pernah
Riwayat penyalahgunaan obat : tidak pernah

25
Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga yang sakit HT dan
DM

d. Pemeriksaan fisik
1) Tanda – tanda vital
T: 124/83 mmHg N : 103 x/mnt, S : 366 C, RR : 20x/mnt, SpO2: 97%, GCS 456, BB 60 kg,
TB 160cm
2) Pemeriksaan Head to toe
Kepala : tidak ditemukan kelainan dan keluhan
Mata : tidak ada kelainan
Hidung : tidak ada kelainan
Gigi dan
mulut : tidak ada kelainan
Tenggorokan : tidak ada kelainan
Telinga : tidak ada kelainan
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis
Dada :gerakan simetris, suara ronchi dan wheezing tidak ada
Abdomen : nyeri perut kanan atas tembus belakang, nyeri tekan
kuadran 1,2,3
Genetalia & anus : tidak ada keluhan saat BAB dan BAK
Extrimitas : tidak ada kelemahan dan kelainan di tangan dan kaki
Kulit : tidak ada icterus, kulit normal

Riwayat alergi : tidak ada riwayat alergi makanan dan obat


Obat yang di bawa dari rumah : tidak ada

e. Pengkajian psiko-sosio-spiritual-kultural dan ekonomi


Respon psikologis : tegang, wajah tampak meringis memegangi perut
1) Status mental : pasien kooperatif
pasien menanyakan kenapa nyeri perut dan terasa
mbesesek ?
pasien sering terbangun saat tidur
2) Status social : tinggal bersama istri
3) Kebutuhan spiritual : agama yang dianut Islam
4) Pengaruh budaya dalam perawatan dan pengobatan : pasien tidak mengkonsumsi obat

26
herbal atau jamu
5) Status ekonomi : PNS

f. Assesmen fungsional : pasien normal tidak buta atau tuli


g. Assesmen resiko jatuh
Factor resiko Skala skor nilai kriteria
Riwayat Ya 25 o Resiko jatuh
jatuh dalam 3 Tidak 0 0 rendah(skor 0-
bulan terahir 24)
Diagnosa Ya 15 15
sekunder
Tidak 0
o Resiko jatuh
Alat bantu Berpegang pada furniture 30 sedang (skor
jalan 25-44)
Kruk/tongkat/walker 15
Tanpa alat 0 0 o Resiko jatuh
bantu/bedrest/dibantu tinggi(skor lebih
perawat dari sama dengan
Terpasang iv Ya 20 20 45)
akses Tidak 0
Kemampuan Terganggu 20
berjalan Lemah 20
Nomal/bedrest/tak mampu 0 0
berjalan
Status mental Tidak menyadari 15
keterbatasannya
Sadar atas keterbatasannya 0 0
Total skor 35 resiko jatuh sedang

27
h. Assesmen awal gizi :
1. Adakah penurunan BB yang tidak diinginkan dalam 6 bulan Terahir (tdk=0)
2. Gangguan saat menelan (tdk = 0)
3. Diagnosa khusus (GGK,DM,NS,TBC,HIV dll) (tdk=0)

4. total skor 0

KESIMPULAN : BERESIKO SKOR ≥ 2 DAN TIDAK BERESIKO SKOR 0-1

Saat dikaji istri pasien mengatakan suami makan hanya 2 kali sehari dan hanya makan
2-3 sendok

i. Terapi yang di dapat Infus RL 14 tpm Injeksi :


Injeksi antrain 3x1 gr
Injeksi lansoprazole 1x30 mg Injeksi
ondancentron 3x4 mg PO :
curcuma 3x1tab UDCA
3x500mg

j. Data Penunjang

1) Hasil laboratorium tgl 21/01/2022

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Hb 13,2 L: 13 -18 gr/dl P: 12,5-16 gr/dl
Leukosit 4,2 L:4,3 -10,3 103/ml P: 4,3 – 11,3
Trombosit 296 103/ml
Hematocrit 39,0 150 -400 103/ml
Natrium 135 L: 45 -50 % P: 35 – 45 %
Kalium 4,1 135-145 mmol/L
SGOT 15,8 3,5-5,5 mmol/L
SGPT 10,6 L:<37 U/L P: <31U/L
UREUM 24 L:<42U/L P: <32U/L
KREATININ 0,67 10-50 mg/dl
BUN 11 L: 0,6-1,3 mg/dl P: 0,5-1,1 mg/dl
Swab Antigen Negatif 4-20 mg/dl
negatif

28
2) Foto Rontegen
Hasil bacaan thoraks : Cor dan pulmo tak tampak kelainan
3) USG tanggal 24/01/2022:
 cholelithiasis ukuran ± 3,6 cm
 Hepar/ Lien/pangkreas/Ren/Buli/Mc Burney saat ini tak tampak kelainan

2. Analisa Data

Data Etiologi Diagnosa Keperawatan


DS :
Pasien mengatakan Agen pencedera Nyeri akut
nyeri perut kanan fisiologis (inflamasi)
atas disertai mual,
muntah. Nyeri
tembus smpai ke
pinggang.
DO :
Nyeri tekan perut
kanan atas
wajah tampak
meringis memegangi
perut
sering terbangun saat
tidur
T: 124/83 mmHg N :
103 x/mnt S : 366 C
RR 20 x/mnt SpO2
97%, wh -, rh -, nyeri
tekan kuadran 1,2,3,

c. DS :
Pasien mengatakan
Kurangnya asupan Defisit nutrisi
mual dan muntah 1
nutrisi
kali saat dirumah
Pasien mengatakan
perut mbesesek
dan perut terasa
semakin nyei
saat makan

29
DO : Kurang
Tidak muntah Pengetahuan Cemas
Makan 2 sendok
Makan 2kali/sehari

DS:
Pasien menanyakan
kenapa nyeri perut
dan perut terasa
mbesesek
DO:
Pasien tampak
tegang
Sering
terbangun saat
tidur

30
3. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)


b. Defisist nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan nutrisi
c. Cemas berhubungan dengan kurang pegetahuan

31
3. Intervensi, luaran,implementasi dan evaluasi keperawatan

Tgl/ Diagnosis Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan Implementasi Evaluasi keperawatan


Jam Keperawat Keperawatan
an
22/ Nyeri Setelah dilakukan Manajemen nyeri Jam 08.30 10.30
01/ Akut intervensi 1. Identifikasi nyeri 1. Mengobservasi S:
22 berhubung keperawatan selama dengan PQRST TTV dan keluhan pasien mengatakan perut
Jam n dengan : 3x24.jam maka 2. Berikan tehnik nyeri perit masih terasa nyeri sekali
08.3 agen tingkat nyeri nonfarmakologi 2. Memberikan terapi dan malam sulit tidur
0 pencedera menurun dengan untuk mengurangi analgesic (antrain O:
fisiologis kriteria hasil : nyeri 1gr) dan membagi T 137/94 mmHg
(inflamasi)  keluhan nyeri 3. Ajarkan tehnik PO curcuma 1 tab N 107x/mnt
menurun nafas dalam 3. Mengecek tetesan S 36 4C
 meringis 4. Kolaborasi infus RR 20 x/mnt
menurun pemberian 4. Mengajarkan SpO2 97%
 TTV dalam analgesik tehnik nafas dalam EWS : 2
batas normal Pemberian analgesik Skala nyeri 6
dan skala 1. Identifikasi Tampak meringis
nyeri 2 kesesuaian jenis A:
 Kesulitan analgesik dengan masalah belum teratasi
tidur menurun tingkat keparahan P : lanjutkan rencana
nyeri 123dan 4 dan kolaborasi
2. Monitor TTV dengan tim medis dalam
3. Pertimbangkan pemberian terapi
pengguanaan infus analgesik tambahan
kontinyu untuk I:
mempertahankan melaporkan keluhan
32
kadar analgesik pasien dan melaksanakan
dalam serum. advis dokter yaitu extra
drip ketoprofen 100mg
jam 12.00
E:
pasien mengatakan nyeri
perut berkurang skala
nyeri 4
T 127/80 mmHg
N 82x/mnt
S 36 4 C
RR18 x/mnt
SpO2 98 %
EWS 0

23/01/22
Jam 08.00 Jam 10.00
1. Mengobservasi S:
keluhan nyeri pasien mengatakan nyeri
2. Menganjurkan perut berkurang,mual
untuk nafas dalam berkurang dan
jika nyeri timbul mengatakan malam
3. Mengobservasi sudah bisa tidur
TTV O:
4. Memberikan terapi pasien tidak tampak
injeksi antrain tegang dan lebih santai
1gr,membagi PO T 143/87 mmHg
N 86 x/mnt

33
curcuma 1tab dan S 36 1 C
mengecek tetesan RR 20 x/mnt
infus SpO2 96 %
EWS :0
Skala nyeri 3-4
A : Masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan rencana 134

Tanggal 24/01/22
Jam 16.00 Jam 17.00
1. memberikan S:
terapi injeksi Pasien mengatakan nyeri
antrain 1gr dan perut sudah banyak
membagi PO: berkurang dan malam
UDCA 500mg bisa tidur nyenyak
dan O:
curcuma1tab Pasien tampak tenang
2. mengoservasi T 127/80 mmHg
TTV , skala N 88 x/mnt
nyeri dan S 363 C
keluhan paien RR 18 x/mnt
SpO2 98 %
EWS 0
Skala nyeri 2
A : masalah teratasi
P : rencana dihentikan

34
Defisit Nutrisi
TGL Diagnosa Luaran Intervensi Implementasi Evaluasi akeperawatan
/JA Keperawatan Keperawatan Keperawatan
M
22/0 Defisit Setelah dilakukan Mnajemen Nutrisi 22/01/22 jam 11.30 22/01/22 jam 01.30
1/22 Nutrisi intervensi 1. anjurkan makan 1. mengobservasi S:
Jam berhubungan keperawatan sedikit sedikit tapi keluhan mual dan Pasien mengatakan perut
08.3 Dengan selama 3 x 24 jam, sering muntah masih mbesesek dan mual
0 Kurangnya maka status nutrisi 2. monitor adanya 2. Menganjurkan untuk O:
asupan nutrisi membaik dengan mual muntah makan porsi kecil Makan 4-5 sendok
kriteria hasil : 3. berikan pujian tapi sering Tidak muntah
 tidak mual pada pasien atas 3. Kolaborasi dengan A:
muntah peningkatan yang tim gizi dalam Masalah belum teratasi
 mbesesek di capai penentuan diit yang P:
menurun 4. kolaborasi dengan tepat Rencana dilanjutkan no
 frekuensi tim gizi dalam 4. Memberikan injeksi 1,2,3 dan 5
makan pemberian diit lansoprazole 30mg,
membaik yang tepat ondancentron 4mg
 hasil lab 5. kolaborasi dengan ,dan curcuma
SGOT & tim mdis dalam 1tab(jam 08.30)
SGPT pemberian anti
membaik emetik

23/01/22 jam 08.00 23/01/22 jam 01.00


1. Memberikan terapi S:
injeksi ondancentron Pasien mengatakan perut
4 mg ,lansoprazole mbesesek dan mual

35
30mg, dan curcuma berkurang
1 tab O:
2. Mengobservasi Makan habis ½ porsi
keluhan pasien Tidak muntah
tentang mual dan A:
muntah masalah teratasi sebagian
3. Memberikan diit P:
rendah lemak Rencana dilanjutkan no
4. Memberikan pujian 1,2,3,4dan kolaborasi
atas kemauan untuk dengan tim analis untuk
meningkatkan mengecek ulang lab
makan SGOT/SGPT dan HbSAg

24/01/2022 jam 16.00 Jam 18.30


1. Memberikan injeksi S:
ondancentron 4mg Pasien mengatakan tidak
dan membagikan mbesesek dan makan habis
curcuma 1 tab ¾ porsi
2. Mengobservasi O:
keluhan pasien Makan habis 3/4porsi
3. memberikan diit Tidak muntah
rendah lemak sesuai Makan sehari 3 kali
dengan kebutuhan Hasil lab
yang ditentukan oleh
tim gizi
4. Memberikan pujian HbSAg non reaktif
atas peningkatan A:
frekuensi dan porsi Masalah teratasi

36
makan yang P:
dihabiskan Dihentikan

37
TGL Diagnosa Luaran Intervensi Implementasi Evaluasi akeperawatan
/JA Keperawatan Keperawatan Keperawatan
M
24/0 Cemas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas 24/01/22 jam 16.00 24/01/22 jam 16.30
1/22 berhubungan intervensi 1. Dengarkan penuh 1. Memberikan S:
Jam dengan keperawatan perhatiandan kesempatan Pasien mengatakan sudah
16.0 kurang selama 1x 24 jam, pahami situasi mengutarakan mengerti dengan
0 pengetahuan maka ansietas cemas keluhan yang penjelasan yang di berikan
menurun dengan 2. Anjurkan keluarga dirasakan dan O:
kriteria hasil : untuk tetap memberikan T 127/80 mmHg
 Pasien mendampingi informasi balik N 88
mengerti 3. Beri informasi tetang kondisi S 36 3
tentang tentang hasil USG pasien RR 18
penyakitnya hasil laboratorium 2. Menganjurkan istri SpO2 98
 Perilaku 4. Latih kegiatan untuk selalu EWS :0
tegang pengalihan mendampingi Pasien tampak rileks
menurun perhatian 3. Anjurkan untuk A:
 Pola tidur 5. Monitor TTV mendengarkan Masalah teratasi
membaik musik lewat hp/TV P:
 TTV dalam 4. Memberikan Rencana dihentikan
batas normal informasi tentang
hasil USG dan
laboratotium
5. Mengobservasi TTV

38
PENUTUP IV
1. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang penulis lakukan pada klien dengan batu
empedu di Ruang Garuda, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 22/01/2022 dimana dari hasil pengkajian
ditemukan 3 diagnosa keperawatan yaitu
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera / proses infeksi
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan : kurangnya asupan nutrisi
3. Ansietas berhubungan dengan : kurang pengetahuan
Dalam membuat rencana keperawatan , setiap rencana tindakan berdasarkan prioritas
masalah yang ada pada klien.Rencana yang sudah dikerjakan sesuai kondisi pasien adalah
mengobservasi TTV, kaji ulang tingkat nyeri pasien dengan PQRST, mengajarkan tehnik nafas
dalam dan distraksi, dan kolaborasi dalam pemberian terapi analgesic. Untuk tindakan yang
lebih sulit yaitu saat nyeri timbul dimana diperlukan lebih banyak pengetahuan dan pengalaman
agar dapat mengatasi nyeri tidak hanya dengan kolaborasi dengan medis yaitu dengan
analgesik.
Pada tahap evaluasi terdapat semua diagnose sudah teratasi. Disini penulis
mengalami kesulitan terutama menilai kecemasan pasien, dimana meski luaran sudah
tercapai tapi diperlukan observasi lebih lanjut karena tingkat kecemasan seseorang
sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan pasien.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas setelah penulis melakukan asuhan keperawatan dan interaksi
dengan klien, tim keperawatan dan tim kesehaatan di Ruang Garuda Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Kediri, penulis memberikan saran :
a. Perawat hendaknya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki dalam
melaksakan asuhan keperawatan pada klien cholelitiasis
b. Klien diharapkan melakukan diit atau mengubah pola makan yaitu dengan diit rendah
lemak dan melakukan olah raga secara teratur
c. Untuk institusi lebih sering mengadakan seminar atau pelatihan agar pengetahuan
perawat lebih baik sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik

39
DAFTAR PUSTAKA

Bougman ,D.C,. & Jo Ann,C,H (2000) Keperwatan medical bedah. Buku saku dari Brunner dan
Suddart. Jakarta : EGC.

Cahyono, B. S. 2014. Tatalaksana Klinis di Bidang Gastro dan Hepatologi.


Kumar,R.S., & Robbins,S.L.(2007) Buku ajar Patologi edisi7 Jakarta : EGC.

Sudoyo,AW., dkk (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisiIV.Jakarta:Internal
Publishing.

Sudoyo,AW., dkk.(2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Indonesia.

Setiadi (2012). Konsep & penulisan dokumentasi asuhan keperawatan : teori dan praktik.
Yogyakarta : graha ilmu.

Alomedika.com 19 Oktober 2019. “Epidomologi Kolelitiasis,”

https://alomedika .com/penyakit/gastroentero-hepatologi, diakses pada 1 Januari 2022 pukul


00.30.

Alomedika.com 5 januari 2022. “Patofisiologi Kolelitiasis,”

https://alomedika.com/penyakit/gastroentero-hepatologi, diakses pada 1 Januari 2022 pukul


00.50

Alodokter.com 30 Agustus 2019. “Penyebab Batu Empedu”

https://alodokter.com/batu-empedu/penyebab/, diakses pada 1 Januari 2022 pukul 01.30

KOMPAS. com 23 Januari 2020. “Pengertian Batu empedu”

https://amp.kompas.com/health/read/, diakses pada 1 Januari 2022 pikul 23.30

40

Anda mungkin juga menyukai