Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT JIWA
Jalan Kolonel Masturi KM. 7 Telepon : (022) 2700260, Faksimil:
(022)2700304 Website : www.rsj.jabarprov.go.id email :
rsj@jabarprov.go.id
Kabupaten Bandung Barat — 40551

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT


NOMOR : 821.27/SK- l1\/ /RSJ/VIII/2020

TENTANG

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI


DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2020

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT,

Menimbang a. bahwa untuk kelancaran pembangunan Zona Integritas (ZI)


Menuju Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih
Melayani di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, maka
perlu ditingkatkan upaya pengawasan di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat;
b. bahwa untuk terwujudnya integritas pengelola dan
penyelenggara Negara perlu dilakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap masalah gratifikasi agar bebas dari
kolusi, korupsi dan nepotisme di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
tentang Pedoman Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2020

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75 dan Tambahan Lembar
Negara Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia
Nomor 5038);
3. Undang-undang Nomor 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 06 dan Tambahan Lembar Negara Nomor 5494);
4. Undang-Undang Nomor 09 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2012
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5357);
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
9. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi
Nasional Pencegahan Korupsi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 108);
10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/09/M. PAN/02/2006 tentang Kebijakan Pengawasan
Nasional Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2006;
11. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2014
tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi;
12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 10 Tahun 2019 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari
Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di
Lingkungan Instansi Pemerintah;
13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 05 Tahun 2018
tentang Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Nomor 05)
14. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2019 tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 06 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2019 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 239);
15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2019
tentang Penyelenggaraan Kesehatan (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 Nomor 14, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 242);
16. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 26 Tahun 2014 tentang
Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat;
17.
Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 71 Tahun 2017
tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah di Lingkungan Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat;
18. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 77 Tahun 2018
tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Gubernur Jawa
Barat Nomor
45 Tahun 2016 tentang Kedudukan dan Susunan Organisasi
Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat;
19. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 62 Tahun 2019
t.entang Perubahan Kedua atas Peraturan Gubernur Jawa
Barat Nomor 69 Tahun 2017 tentang Pembentukan dan
Susunan Organisasi Cabang Dinas Dan Unit Pelaksana
Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa
Barat;

MEMUTUSKAN

Menetapkan

KESATU Pedoman Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Rumah Sakit


Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2020 sebagai Pedoman bagi
pegawai di lingkungan Rumah Sakit Jiwa dalam memahami,
mencegah dan menanggulangi gratifikasi serta sebagai Pedoman
dalam mengambil sanksi tegas terhadap aparatur di
Lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat;

KEDUA Pedoman Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Rumah Sakit


Jiwa Provinsi Jawa Barat sebagaimana terlampir merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan ini;

KETIGA Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Bandung Barat


Pada tanggal 5 Agustus 2020

DtBEKT/ R UTAMA

RUM& SAKE IW [PROVINSI JAWA BARAI

Ey i, Sp.KJ., M.K.M.
Nina Utama Madya
NIP. 196608141991022004
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT
JIWA PROVINSI JAWA BARAT
NOMOR 821.27/Kep. l!1@
/RSJ/VIII/2020 TANGGAL
AGUSTUS 2020
TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN
GRATIFIKASI DI RUMAH SAKIT JIWA
PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020

PEDOMAN
PENGENDALIAN GRATIFIKASI
DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA
BARAT TAHUN 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………. 1


BAB I …………………………………………………………………………………………. 2
A. PENDAHULUAN …..………...……………………………………………………... 2
B. DASAR HUKUM ……………………………………………………………………. 2
C. MAKSUD DAN TUJUAN …………………………………………………………... 3
BAB II DEFINISI DAN ISTILAH..........................................................................................4
BAB III KETENTUAN UMUM TENTANG GRATIFIKASI …………………………….. 5
A. GRATIFIKASI DAN TINDAK PIDANA SUAP.........................................................5
B. PRINSIP DASAR GRATIFIKASI …………………………………………………. 5
C. KATEGORI GRATIFIKASI ………………………………………………………… 6
D. PEMANTAUAN GRATIFIKASI …………………………………………………… 6
E. SANKSI ATAS PELANGGARAN KETENTUAN GRATIFIKASI ……………… 7
F. PENOLAKAN DAN PELAPORAN GRATIFIKASI ……………………………… 7
G. MEKANISME PELAPORAN DAN PENETAPAN STATUS GRATIFIKASI …. 8
H. MANFAAT PELAPORAN GRATIFIKASI BAGI SELURUH PEGAWAI 9
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT ……………………………...
I. PERLINDUNGAN TERHADAP PELAPOR GRATIFIKASI …………………… 9
J. PELAKSANA FUNGSI PENGENDALIAN GRATIFIKASI.....................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, perlu upaya mendorong terwujudnya
integritas pengelola dan penyelenggara negara. Dengan demikian untuk mewujudkan
integritas pengelola dan penyelenggara negara di lingkungan Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat pertu diatur pengendalian terhadap gratifikasi. Pengendalian
gratifikasi ini perlu dilakukan, karena Gratifikasi dalam kondisi tertentu dapat melanggar
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Untuk menangani hal
tersebut, maka disusunlah Pedoman Pengendalian Gratifikasi yang diselaraskan pada
peraturan perundangundangan yang berlaku dan Pedoman Perilaku serta nilai-nilai
yang berlaku di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
Pedoman ini dibuat untuk mengatur penanganan Gratifikasi antara Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jawa Barat maupun Aparatur Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
dengan pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan pelayanan yang dilakukan di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
Penanganan Gratifikasi menjadi sangat penting untuk Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat karena Gratifikasi tersebut dapat menjadi tindak pidana suap apabila tidak
dilaporkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut
dapat memberikan dampak hukum sekaligus pencitraan negatif bagi Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat.

B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75 dan Tambahan Lembar Negara
Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembar Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);
3. Undang-undang Nomor 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 06 dan Tambahan Lembar Negara
Nomor 5494);
4. Undang-Undang Nomor 09 Tahun 2015 tentang Perbahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357);
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
9. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan
Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 108);
10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/09/M.PAN/02/2006
tentang Kebijakan Pengawasan Nasional Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
Tahun 2006;
11. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2014 tentang Aksi
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi;
12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 10 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah;
13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 05 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun
2018 Nomor 05)
14. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 06 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2019
Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 239);
15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Kesehatan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2019
Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 242);
16. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 26 Tahun 2014 tentang Pengendalian
Gratifikasi di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat;
17. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 71 Tahun 2017 tentang Tugas Pokok,
Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah di
Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat;
18. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 77 Tahun 2018 tentang Perubahan Ketiga
Atas Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 45 Tahun 2016 tentang Kedudukan
dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat;
19. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 62 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 69 Tahun 2017 tentang Pembentukan
dan Susunan Organisasi Cabang Dinas Dan Unit Pelaksana Teknis Daerah di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat;

C. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Sebagai Pedoman bagi pegawai di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa
Barat untuk memahami, mencegah dan menanggulangi Gratifikasi
2. Sebagai Pedoman dalam mengambil sanksi tegas terhadap aparatur di
lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
BAB ll
DEFINISI DAN ISTILAH

A. Gratifikasi adalah pemberian uang, barang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan Cuma-
cuma dan fasilitas lainnya baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri
dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik kepada pegawai di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

B. Gratifikasi yang dapat dianggap suap adalah gratifikasi yang diterima oleh pegawai di
lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tgasnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12B Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

C. Gratifikasi Dalam Kedinasan adalah gratifikasi yang diterima oleh pegawai di


lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.sebagai wakil resmi instansi dalam
suatu kegiatan kedinasan meliputi gratifikasi yang diperoleh dari :
- Pihak lain berupa cindera mata dalam kegiatan resmi kedinasan seperti rapat,
seminar, workshop, konferensi, pelatihan ata kegiatan lain sejenis
- Pihak lain berupa kompensasi yang diterima terkait kegiatan kedinasan seperti
honorarium transportasi, akomodasi dan biaya lainna sebagaimana diatur pada
Standar Biaya Belanja sepanjang tidak terdapat pembiayaan ganda, tidak terdapat
konflik kepentingan atau tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan.

D. Penerimaan Gratifikasi bukan suap dan kedinasan adalah gratifikasi yang diterima
pegawai di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat berdasarkan kontrak
yang sah dan atau merupakan kompensasi resmi atas prestasi yang telah dilakukan.

E. Benturan Kepentingan adalah suatu situasi atau kondisi pegawai di lingkungan Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang karena jabatan/posisinya, memiliki kewenangan
yang berpotensi dapat disalahgunakan baik sengaja maupun tidak sengaja untuk
kepentingan lain sehingga dapat mempengaruhi kualitas keputusannya dan kinerja
hasil keputusan tersebut dapat merugikan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

F. Unit Pengendali Gratifikasi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang selanjutnya
disingkat UPG RSJ Provinsi Jawa Barat adalah Unit yang dibentuk oleh Direktur
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat untuk melakukan tugas pemantauan dan
pengendalian gratifikasi di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
BAB III

KETENTUAN UMUM TENTANG GRATIFIKASI

A. GRATIFIKASI DAN TINDAK PIDANA SUAP


Suatu Gratifikasi akan berubah menjadi tindak pidana suap apabila diberikan kepada
pegawai di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, berhubungan dengan
jabatannya serta bertentangan dengan tugas dan kewajibannya. Ketentuan di atas
tidak berlaku apabila penerimaan gratifikasi dilaporkan kepada Komisi Pemberantasan
Korupsi ("KPK") dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
Gratifikasi tersebut diterima.

B. PRINSIP DASAR GRATIFIKASI


1. Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat mewajibkan semua pegawai
di Lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat untuk mematuhi ketentuan
ketentuan perundangan yang berlaku, termasuk ketentuan tentang penerimaan
Gratifikasi. Oleh karena itu, semua pegawai di Lingkungan Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat DILARANG baik secara langsung atau tidak langsung
menerima Gratifikasi dari pihak manapun untuk:
a. Mempengaruhi kebijakan/keputusan/perlakuan pemangku kewenangan.
b. Mempengaruhi pelayanan terkait dengan tugas, wewenang dan tanggung
jawabnya.
c. Mempengaruhi proses penerimaan/promosi/mutasi pejabat/pegawai.
d. Mendapatkan informasi, atau sesuatu hal yang tidak dibenarkan oleh ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, atau untuk mempengaruhi pihak dimaksud
untuk melakukan dan/atau tidak melakukan suatu hal berkaitan dengan
kedudukan/jabatannya.

2. Apabila pegawai di Lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ditawarkan
untuk menerima Gratifikasi, kecuali yang diperbolehkan dan tidak perlu dilaporkan
dalam pedoman ini, wajib MELAKUKAN PENOLAKAN secara santun dengan
memberikan penjelasan tentang berlakunya pedoman ini di Lingkungan Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

3. Dalam kondisi tertentu, dimana pegawai di Lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat tidak dapat menghindar untuk menerima pernberian dari Pengguna
Pelayanan dan/atau pada posisi dimana barang/uang setara uang atau dalam
bentuk apapun, pernberian tersebut sudah ada di suatu tempat yang dititipkan
kepada atau melalui orang lain tanpa sepengetahuan Rumah Sakit Jiwa Provinsi
jawa Barat, maka yang bersangkutan wajib mengembalikannya kepada pemberi.
Apabila hal ini tidak mungkin dilakukan, maka yang bersangkutan harus segera
melaporkan dan menyerahkan barang dimaksud kepada Unit Pengendali Gratifikasi
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
C. KATEGORI GRATIFIKASI
1. Gratifikasi yang wajib dilaporkan meliputi :
a. Penerimaan gratifikasi yang dianggap suap
b. Penerimaan gratifikasi dalam kedinasan.

2. Gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan meliputi :


a. Diperoleh dari hadiah langsung/ undian, diskon/rabat, voucher, point reward,
atau souvenir yang berlaku secara umum dan tdak terkait dengan kedinasan.
b. Diperoleh karena prestasi akademis atau non akademis (kejuaraan/
perlombaan/kompetisi) dengan biaya sendiri dan tidak terkait kedinasan.
c. Diperoleh dari keuntungan/ bunga dari penempatan dana, investasi atau
kepemilikan saham pribadi yang berlaku secara umum dan tidak terkait
kedinasan.
d. Diperoleh dari kompensasi atas profesi di luar kedinasan yang tidak terkait
dengan tugas pokok fungsi dari pegawai negeri atau penyelenggara Negara dan
tidak melanggar konflik kepentingan dan kode etik pegawai.
e. Diperoleh dari hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus dua
derajat atau dalam garis keturunan ke samping satu derajat sepanjang tidak
mempunyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi.
f. Diperoleh dari hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu
derajat atau dalam garis keturunan ke samping satu derajat sepanjang tidak
mempunyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi
g. Diperoleh dari pihak yang mempunyai hubungan keluarga sebagaimana
dimaksud pada huruf e dan huruf f terkait dengan hadiah perkawinan, khitanan
anak, ulang tahun, kegiatan keagamaan/adat/tradisi, dan bukan dari pihak-pihak
yang mempunyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi
h. Diperoleh dari pihak lain terkait dengan musibah atau bencana dan bukan dari
pihak – pihak yang mempunyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi
i. Diperoleh dari kegiatan resmi kedinasan seperti rapat, seminar, lokakarya,
konferensi, pelatihan, atau kegiatan lain sejenis yang berlaku secara umum
berupa seminar kits, sertifikat dan plakat / cinderamata.
j. Diperoleh dari acara resmi kedinasan dalam bentuk hidangan / sajian/ jamuan
berupa makanan dan minuman yang berlaku umum.

3. Pemberian Gratifikasi
Pegawai Rumah Sakit Jiwa provinsi Jawa Barat dilarang memberikan ata
menawarkan gratifikasi dalam bentuk apapun kepada lembaga pemerinta,
perseorangan atau kelembagaan untk mendapatkan berbagai bentuk manfaat
sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundangan.

D. PEMANTAUAN GRATIFIKASI
Unit Pengendalian Gratifikasi bertugas untuk memonitor/memantau pelaksanaan
Pedoman Pengendalian Gratifikasi ini dan memberikan laporan secara berkala setiap
tahun kepada Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat mengenai
implementasinya.
E. SANKSI ATAS PELANGGARAN KETENTUAN GRATIFIKASI
1. Pedoman ini berlaku dan mengikat bagi bagi pegawai di Lingkungan Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jawa Barat.
2. Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pedoman Gratifikasi ini akan dikenakan
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pedoman ini berlaku mulai sejak tanggal ditetapkan apabila terdapat kekeliruan
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

F. PENOLAKAN DAN PELAPORAN GRATIFIKASI


1. Penolakan Gratifikasi yang Dianggap Suap pada Kesempatan Pertama
Gratifikasi yang dianggap suap, yaitu gratifikasi yang diberikan dari pihak yang
memiliki potensi benturan kepentingan dengan pegawai negeri/ penyelenggara
Negara, pegawai BLUD dan pegawai out sourching Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat, dan pemberian tersebut dilarang oleh aturan yang berlaku, merupakan
jenis gratifikasi yang harus ditolak oleh setiap pegawai
Penolakan atas penerimaan gratifikasi tersebut, perlu dilaporkan oleh pegawai ke
Unit Pengendali Gratifikasi (UPG) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
Pencatatan atau pelaporan atas penolakan dapat berguna sebagai alat pemutus
keterkaitan antara pegawai dengan pihak pemberi.
Dalam hal pihak pemberi dinilai telah memenuhi unsur suap dan diproses sesuai
hukum yang berlaku, maka keberadaan pencatatan atas penolakan penerimaan
menjadi penting untuk memperlihatkan adanya itikad baik dari pegawai dalam
menangkal upaya suap kepada dirinya.
Dari aspek pemberi, pihak pemberi tetap dapat dijerat meskipun pegawai negeri
menolak atau tidak menerima.
Kewajiban penolakan gratifikasi yang dianggap suap ini dapat diatur lebih lanjut
pada peraturan internal di Kementerian atau Institusi Negara/Daerah dengan
kondisi pengecualian sebagai berikut:
a. Gratifikasi tidak diterima secara langsung.
b. Tidak diketahuinya pemberi gratifikasi.
c. Penerima ragu dengan kualifikasi gratifikasi yang diterima.
d. Adanya kondisi tertentu yang tidak mungkin ditolak, seperti: dapat
mengakibatkan rusaknya hubungan baik institusi, membahayakan diri
sendiri/karier penerima/ada ancaman lain.

Dalam hal gratifikasi yang memenuhi empat kondisi pengecualian di atas, maka
gratifikasi tersebut wajib dilaporkan kepada Unit Pengendali Gratifikasi (UPG)
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

2. Kewajiban Hukum Melaporkan Gratifikasi yang Dianggap Suap


Gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban
atau tugasnya wajib dilaporkan kepada Unit Pengendali Gratifikasi (UPG) Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat paling lambat 30 Hari Kerja terhitung sejak tanggal
penerimaan gratifikasi. Apabila gratifikasi tidak dilaporkan sesuai dengan ketentuan
waktu yang ditentukan maka penerimaan tersebut dianggap suap.
G. MEKANISME PELAPORAN DAN PENETAPAN STATUS GRATIFIKASI

Keterangan Gambar :
1. Pegawai negeri/ penyelenggara Negara, pegawai BLUD dan pegawai out sourching
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat melaporkan penerimaan gratifikasi kepada KPK
dengan mengisi formulir secara lengkap sebelum 30 hari kerja terhitung sejak tanggal
gratifikasi diterima oleh penerima gratifikasi, atau kepada KPK melalui Unit Pengendali
Gratifikasi (UPG) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat sebelum 7 hari kerja
terhitung sejak tanggal gratifikasi diterima. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
kelengkapan data perlu dicantumkan kontak pelapor berupa nomor telepon, nomor
telepon kantor, alamat email dan nomor komunikasi lain yang bisa dihubungi
mengingat adanya proses klarifikasi dan keterbatasan waktu pemrosesan laporan yang
ditentukan oleh undang-undang. Penyampaian formulir dapat disampaikan secara
langsung kepada KPK atau melalui Unit Pengendali Gratifikasi (UPG) Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jawa Barat melalui pos, e-mail, atau website KPK/ pelaporan online.
2. Unit Pengendali Gratifikasi (UPG) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang
ditunjuk wajib meneruskan laporan gratifikasi kepada KPK dalam jangka waktu 14
(empat belas) hari kerja sejak laporan gratifikasi diterima oleh Unit Pengendali
Gratifikasi (UPG) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
3. KPK menetapkan status penerimaan gratifikasi dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
kerja terhitung sejak laporan gratifikasi diterima oleh KPK secara lengkap.
4. KPK melakukan penanganan laporan gratifikasi yang meliputi:
(1) verifikasi atas kelengkapan laporan gratifikasi;
(2) permintaan data dan keterangan kepada pihak terkait;
(3) analisis atas penerimaan gratifikasi; dan
(4) penetapan status kepemilikan gratifikasi
5. Dalam hal KPK menetapkan gratifikasi menjadi milik penerima gratifikasi, KPK
menyampaikan Surat Keputusan kepada penerima gratifikasi paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja terhitung sejak tanggal ditetapkan, yang dapat disampaikan melalui sarana
elektronik atau non-elektronik.
6. Dalam hal KPK menetapkan gratifikasi menjadi milik negara, penerima gratifikasi
menyerahkan gratifikasi yang diterimanya paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung
sejak tanggal ditetapkan.
7. Penyerahan gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. apabila gratifikasi dalam bentuk uang maka penerima gratifikasi menyetorkan
kepada:
− rekening kas negara yang untuk selanjutnya menyampaikan bukti penyetoran
kepada KPK; atau
− rekening KPK yang untuk selanjutnya KPK akan menyetorkannya ke rekening
kas negara dan menyampaikan bukti penyetoran kepada penerima gratifikasi;
b. apabila gratifikasi dalam bentuk barang maka penerima gratifikasi menyerahkan
kepada:
- Direktorat Jenderal Kekayaan Negara atau Kantor Wilayah/Perwakilan
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara di tempat barang berada dan
menyampaikan bukti penyerahan barang kepada KPK; atau
- KPK yang untuk selanjutnya diserahkan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara dan menyampaikan bukti penyerahan barang kepada Penerima
gratifikasi.
8. KPK akan menyerahkan piutang tidak tertagih kepada Kementerian Keuangan melalui
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
9. Kementerian Keuangan menerbitkan Surat Tagihan kepada penerima gratifikasi

H. MANFAAT PELAPORAN GRATIFIKASI BAGI SELURUH PEGAWAI RUMAH SAKIT


JIWA PROVINSI JAWA BARAT
1. Pelaporan Gratifikasi Melepaskan Ancaman Hukuman terhadap Penerima
2. Pelaporan Gratifikasi Memutus Konflik Kepentingan
3. Cerminan Integritas Individu
4. Self-assessment bagi Pegawai negeri/ penyelenggara Negara, pegawai BLUD dan
pegawai out sourching Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat untuk Melaporkan
Penerimaan Gratifikasi.

I. PERLINDUNGAN TERHADAP PELAPOR GRATIFIKASI


Pelapor gratifikasi mempunyai hak untuk diberikan perlindungan secara hukum.
Menurut Pasal 15 UU KPK, KPK wajib memberikan perlindungan terhadap Saksi atau
Pelapor yang telah menyampaikan laporan atau memberikan keterangan mengenai
terjadinya tindak pidana korupsi. Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Lembaga Perlindungan Saksi
Korban (LPSK) mempunyai tanggung jawab untuk memberikan perlindungan dan
bantuan kepada saksi dan korban. Dalam konteks ini, pelapor gratifikasi dapat akan
dibutuhkan keterangannya sebagai saksi tentang adanya dugaan tindak pidana
korupsi.
Pelapor gratifikasi yang menghadapi potensi ancaman, baik yang bersifat fisik
ataupun psikis, termasuk ancaman terhadap karir pelapor dapat mengajukan
permintaan perlindungan kepada KPK atau LPSK.
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat memberikan perlindungan terhadap
pelapor penerima gratifikasi baik ancaman terhadap karir atau aspek administrasi
kepegawaian lainnya.

J. PELAKSANA FUNGSI PENGENDALIAN GRATIFIKASI.


Yang menjadi pelaksana pengendali gratifikasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa
Barat adalah Unit Pengendali Gratifikasi.
Unit Pengendali Gratifikasi (UPG) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ini
memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut:
1. Menerima, mereviu dan mengadministrasikan laporan penerimaan, penolakan
dan pemberian gratifikasi dari pegawai negeri/ penyelenggara negara di
lingkungan instansi;
2. Menyalurkan laporan penerimaan, penolakan dan pemberian Gratifikasi kepada
KPK untuk dilakukan analisis dan penetapan status kepemilikan gratifikasinya
oleh KPK;
3. Menyampaikan hasil pengelolaan laporan gratifikasi dan usulan kebijakan
pengendalian gratifikasi kepada pimpinan instansi;
4. Mengkoordinasikan kegiatan diseminasi aturan etika gratifikasi kepada pihak
internal dan eksternal instansi.

Dalam melaksanakan tugasnya, Unit Pengendali Gratifikasi (UPG) Rumah Sakit


Jiwa Provinsi Jawa Barat ini dilengkapi dengan kewenangan formil dari pimpinan
RS. Jiwa Prov. Jabar antara Iain:
- Surat Keputusan tentang Pembentukan Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) di
Lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2020
Ditetapkan di Bandung Barat
Pada tanggal Agustus 2020

R UTAMA
RUI\/t SAKIT J RROVINSI JAWA BARAT,

@ OY NI, Sp.KJ., M.K.M.


Utama Madya
NIP. 196608141991022004

10

Anda mungkin juga menyukai