DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT JIWA
Jalan Kolonel Masturi KM. 7 Telepon : (022) 2700260, Faksimil:
(022)2700304 Website : www.rsj.jabarprov.go.id email :
rsj@jabarprov.go.id
Kabupaten Bandung Barat — 40551
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan
DtBEKT/ R UTAMA
•
RUM& SAKE IW [PROVINSI JAWA BARAI
Ey i, Sp.KJ., M.K.M.
Nina Utama Madya
NIP. 196608141991022004
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT
JIWA PROVINSI JAWA BARAT
NOMOR 821.27/Kep. l!1@
/RSJ/VIII/2020 TANGGAL
AGUSTUS 2020
TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN
GRATIFIKASI DI RUMAH SAKIT JIWA
PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020
PEDOMAN
PENGENDALIAN GRATIFIKASI
DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA
BARAT TAHUN 2020
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, perlu upaya mendorong terwujudnya
integritas pengelola dan penyelenggara negara. Dengan demikian untuk mewujudkan
integritas pengelola dan penyelenggara negara di lingkungan Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat pertu diatur pengendalian terhadap gratifikasi. Pengendalian
gratifikasi ini perlu dilakukan, karena Gratifikasi dalam kondisi tertentu dapat melanggar
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Untuk menangani hal
tersebut, maka disusunlah Pedoman Pengendalian Gratifikasi yang diselaraskan pada
peraturan perundangundangan yang berlaku dan Pedoman Perilaku serta nilai-nilai
yang berlaku di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
Pedoman ini dibuat untuk mengatur penanganan Gratifikasi antara Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jawa Barat maupun Aparatur Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
dengan pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan pelayanan yang dilakukan di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
Penanganan Gratifikasi menjadi sangat penting untuk Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat karena Gratifikasi tersebut dapat menjadi tindak pidana suap apabila tidak
dilaporkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut
dapat memberikan dampak hukum sekaligus pencitraan negatif bagi Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75 dan Tambahan Lembar Negara
Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembar Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);
3. Undang-undang Nomor 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 06 dan Tambahan Lembar Negara
Nomor 5494);
4. Undang-Undang Nomor 09 Tahun 2015 tentang Perbahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357);
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
9. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan
Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 108);
10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/09/M.PAN/02/2006
tentang Kebijakan Pengawasan Nasional Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
Tahun 2006;
11. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2014 tentang Aksi
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi;
12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 10 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah;
13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 05 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun
2018 Nomor 05)
14. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 06 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2019
Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 239);
15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Kesehatan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2019
Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 242);
16. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 26 Tahun 2014 tentang Pengendalian
Gratifikasi di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat;
17. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 71 Tahun 2017 tentang Tugas Pokok,
Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah di
Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat;
18. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 77 Tahun 2018 tentang Perubahan Ketiga
Atas Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 45 Tahun 2016 tentang Kedudukan
dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat;
19. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 62 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 69 Tahun 2017 tentang Pembentukan
dan Susunan Organisasi Cabang Dinas Dan Unit Pelaksana Teknis Daerah di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat;
1. Sebagai Pedoman bagi pegawai di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa
Barat untuk memahami, mencegah dan menanggulangi Gratifikasi
2. Sebagai Pedoman dalam mengambil sanksi tegas terhadap aparatur di
lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
BAB ll
DEFINISI DAN ISTILAH
A. Gratifikasi adalah pemberian uang, barang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan Cuma-
cuma dan fasilitas lainnya baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri
dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik kepada pegawai di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
B. Gratifikasi yang dapat dianggap suap adalah gratifikasi yang diterima oleh pegawai di
lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tgasnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12B Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
D. Penerimaan Gratifikasi bukan suap dan kedinasan adalah gratifikasi yang diterima
pegawai di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat berdasarkan kontrak
yang sah dan atau merupakan kompensasi resmi atas prestasi yang telah dilakukan.
E. Benturan Kepentingan adalah suatu situasi atau kondisi pegawai di lingkungan Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang karena jabatan/posisinya, memiliki kewenangan
yang berpotensi dapat disalahgunakan baik sengaja maupun tidak sengaja untuk
kepentingan lain sehingga dapat mempengaruhi kualitas keputusannya dan kinerja
hasil keputusan tersebut dapat merugikan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
F. Unit Pengendali Gratifikasi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang selanjutnya
disingkat UPG RSJ Provinsi Jawa Barat adalah Unit yang dibentuk oleh Direktur
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat untuk melakukan tugas pemantauan dan
pengendalian gratifikasi di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
BAB III
2. Apabila pegawai di Lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ditawarkan
untuk menerima Gratifikasi, kecuali yang diperbolehkan dan tidak perlu dilaporkan
dalam pedoman ini, wajib MELAKUKAN PENOLAKAN secara santun dengan
memberikan penjelasan tentang berlakunya pedoman ini di Lingkungan Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
3. Dalam kondisi tertentu, dimana pegawai di Lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat tidak dapat menghindar untuk menerima pernberian dari Pengguna
Pelayanan dan/atau pada posisi dimana barang/uang setara uang atau dalam
bentuk apapun, pernberian tersebut sudah ada di suatu tempat yang dititipkan
kepada atau melalui orang lain tanpa sepengetahuan Rumah Sakit Jiwa Provinsi
jawa Barat, maka yang bersangkutan wajib mengembalikannya kepada pemberi.
Apabila hal ini tidak mungkin dilakukan, maka yang bersangkutan harus segera
melaporkan dan menyerahkan barang dimaksud kepada Unit Pengendali Gratifikasi
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
C. KATEGORI GRATIFIKASI
1. Gratifikasi yang wajib dilaporkan meliputi :
a. Penerimaan gratifikasi yang dianggap suap
b. Penerimaan gratifikasi dalam kedinasan.
3. Pemberian Gratifikasi
Pegawai Rumah Sakit Jiwa provinsi Jawa Barat dilarang memberikan ata
menawarkan gratifikasi dalam bentuk apapun kepada lembaga pemerinta,
perseorangan atau kelembagaan untk mendapatkan berbagai bentuk manfaat
sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundangan.
D. PEMANTAUAN GRATIFIKASI
Unit Pengendalian Gratifikasi bertugas untuk memonitor/memantau pelaksanaan
Pedoman Pengendalian Gratifikasi ini dan memberikan laporan secara berkala setiap
tahun kepada Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat mengenai
implementasinya.
E. SANKSI ATAS PELANGGARAN KETENTUAN GRATIFIKASI
1. Pedoman ini berlaku dan mengikat bagi bagi pegawai di Lingkungan Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jawa Barat.
2. Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pedoman Gratifikasi ini akan dikenakan
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pedoman ini berlaku mulai sejak tanggal ditetapkan apabila terdapat kekeliruan
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Dalam hal gratifikasi yang memenuhi empat kondisi pengecualian di atas, maka
gratifikasi tersebut wajib dilaporkan kepada Unit Pengendali Gratifikasi (UPG)
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
Keterangan Gambar :
1. Pegawai negeri/ penyelenggara Negara, pegawai BLUD dan pegawai out sourching
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat melaporkan penerimaan gratifikasi kepada KPK
dengan mengisi formulir secara lengkap sebelum 30 hari kerja terhitung sejak tanggal
gratifikasi diterima oleh penerima gratifikasi, atau kepada KPK melalui Unit Pengendali
Gratifikasi (UPG) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat sebelum 7 hari kerja
terhitung sejak tanggal gratifikasi diterima. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
kelengkapan data perlu dicantumkan kontak pelapor berupa nomor telepon, nomor
telepon kantor, alamat email dan nomor komunikasi lain yang bisa dihubungi
mengingat adanya proses klarifikasi dan keterbatasan waktu pemrosesan laporan yang
ditentukan oleh undang-undang. Penyampaian formulir dapat disampaikan secara
langsung kepada KPK atau melalui Unit Pengendali Gratifikasi (UPG) Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jawa Barat melalui pos, e-mail, atau website KPK/ pelaporan online.
2. Unit Pengendali Gratifikasi (UPG) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang
ditunjuk wajib meneruskan laporan gratifikasi kepada KPK dalam jangka waktu 14
(empat belas) hari kerja sejak laporan gratifikasi diterima oleh Unit Pengendali
Gratifikasi (UPG) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
3. KPK menetapkan status penerimaan gratifikasi dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
kerja terhitung sejak laporan gratifikasi diterima oleh KPK secara lengkap.
4. KPK melakukan penanganan laporan gratifikasi yang meliputi:
(1) verifikasi atas kelengkapan laporan gratifikasi;
(2) permintaan data dan keterangan kepada pihak terkait;
(3) analisis atas penerimaan gratifikasi; dan
(4) penetapan status kepemilikan gratifikasi
5. Dalam hal KPK menetapkan gratifikasi menjadi milik penerima gratifikasi, KPK
menyampaikan Surat Keputusan kepada penerima gratifikasi paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja terhitung sejak tanggal ditetapkan, yang dapat disampaikan melalui sarana
elektronik atau non-elektronik.
6. Dalam hal KPK menetapkan gratifikasi menjadi milik negara, penerima gratifikasi
menyerahkan gratifikasi yang diterimanya paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung
sejak tanggal ditetapkan.
7. Penyerahan gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. apabila gratifikasi dalam bentuk uang maka penerima gratifikasi menyetorkan
kepada:
− rekening kas negara yang untuk selanjutnya menyampaikan bukti penyetoran
kepada KPK; atau
− rekening KPK yang untuk selanjutnya KPK akan menyetorkannya ke rekening
kas negara dan menyampaikan bukti penyetoran kepada penerima gratifikasi;
b. apabila gratifikasi dalam bentuk barang maka penerima gratifikasi menyerahkan
kepada:
- Direktorat Jenderal Kekayaan Negara atau Kantor Wilayah/Perwakilan
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara di tempat barang berada dan
menyampaikan bukti penyerahan barang kepada KPK; atau
- KPK yang untuk selanjutnya diserahkan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara dan menyampaikan bukti penyerahan barang kepada Penerima
gratifikasi.
8. KPK akan menyerahkan piutang tidak tertagih kepada Kementerian Keuangan melalui
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
9. Kementerian Keuangan menerbitkan Surat Tagihan kepada penerima gratifikasi
R UTAMA
RUI\/t SAKIT J RROVINSI JAWA BARAT,
10