Sumber:
https://swa.co.id/business-champions/leaders/stanley-s-atmadja-pentingnya-membangun-
kekuatan-sdm-dan-kultur-perusahaan
Pertanyaan:
Berdasarkan bacaan di atas, maka analisalah:
Skor
1. Berikan analisa Anda mengenai values yang menjadi fondasi bagi keberlangsungan 35
perusahaan. Kaitkan dengan teori.
2. Menurut Anda, bagaimana Stanley membangun kekuatan SDM dan kultur 30
perusahaan? Berikan analisa Anda.
3. a. Apa yang Anda ketahui mengenai karakteristik dari kepemimpinan strategis? 35
b. Berikan analisa Anda mengenai syarat kepemimpinan menurut Stanley.
Jawaban
1. Value merupakan nilai-nilai yang menjadi landasan perilaku dan motivasi karyawan serta
persepsi karyawan mengenai perusahaan. Value merupakan kode moral dan etika yang menjadi
penentu apa yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan dan menunjang tercapainya visi
perusahaan dan menunjang tercapainya visi perusahaan. Value dapat menjadi sebuah
pedoman untuk menanamkan MINDSET yang sesuai kepada seluruh karyawan di perusahaan,
yang mana dapat membawa karyawan Anda untuk memiliki sikap kerja dan tujuan yang sejalan
dengan perusahaan. Gan et al (2005) dalam Kittilertpaisan dan Chanchitpreecha (2013)
mendefinisikan istilah "Value" sebagai penilaian berdasarkan preferensi pelanggan. Sweeney
dan Soutar (2001) dalam Kittilertpaisan dan Chanchitpreecha (2013), mendefinisikan consumer
Value atau nilai konsumen sebagai preferensi yang dirasakan guna mengevaluasi atribut
produk, atribut kinerja dan konsekuensi suatu produk.
Berdasarkan analisa dan teori yang ada dapat disimpulkan bahwa nilai (value) adalah sesuatu
yang berkualitas dan penilaian mengenai apa yang dirasakan dari konsumen dalam satu produk
atau jasa. Nilai inilah yang dicari oleh para konsumen dan yang dapat membantu
mengembangkan perusahaan.
Dengan adanya value maka perusahaan memiliki standar kerja dan tujuan harus dimiliki oleh
seluruh SDM Anda. hal tersebut akan membantu karyawan untuk memahami apa yang menjadi
tujuan besar dari perusahaan dan akan sadar bahwa untuk mencapai tujuan perusahaan
tersebut, ia harus berkontribusi dan memberikan standar kerja yang sesuai dengan perusahaan.
2. Sesuai dengan materi yang saya baca diatas, cara Stanley membangun kekuatan SDM dan
kultur perusahaan ialah menjadikan SDM dan kultur sebagai prioritas. Terkait SDM, yang
pertama dilakukan adalah membangun kepercayaan, baik secara pribadi maupun pekerjaan.
Berikutnya, memberikan respek. Lalu, memberdayakan. “Tiga langkah penting menghadapi
anak buah, agar menjadi kekuatan yang luar biasa. Powerful,” katanya.
Menurut Stanley, seorang pemimpin harus bisa melihat persoalan di lapangan dan mengukur
kemampuan span of control. Intinya kalau sudah ada orang-orang yang dianggap andal dan bisa
dipercaya untuk menerima sebuah tanggung jawab, delegasikanlah tanggung jawab itu.
Menurutnya, organisasi itu harus agile, menjadi besar atau kecil tergantung pada kebutuhan.
Kepemimpinan juga demikian. Tentu saja, situasi yang berbeda membutuhkan solusi yang tidak
sama. Meskipun sama-sama berangkat dari nol,
Menurutnya, yang penting, seorang pemimpin harus bisa melihat persoalan di lapangan dan
mengukur kemampuan span of control. “Ketika semakin banyak karyawan dan besar, toh saya
tidak mungkin one man show lagi,” ujarnya. Intinya, kalau sudah ada orang-orang yang
dianggap andal dan bisa dipercaya untuk menerima sebuah tanggung jawab, delegasikanlah
tanggung jawab itu. “Seorang pemimpin tidak bisa one man show,” ia menegaskan.
Ketika membangun perusahaan, sejak awal Stanley sudah mendesain seakan-akan perusahaan
itu akan menjadi perusahaan besar. Walaupun saat itu baru bisa membangun bagian kecilnya,
tapi desain besarnya sudah tergambarkan.