Anda di halaman 1dari 11

Manajemen kepemimpinan

Membangun budaya oraganisasi seperti orang mandi harus dibasahi dari atas kebawah, bukan
sebaliknya, banyak pengalaman kami melakukan pelatihan, peserta memberi komentar harusnya
materi ini diberikan juga buat bos-bos diatas, justru mereka yang perlu, ya memang banyak
organisasi melakukan pelatihan kepemimpinan untuk bawahan namun lupa untuk diri dan tim
manajemen ditingkat atas.

Tim manajemen tingkat atas sering juga terdiri dari orang-orang baru yang direkrut dari luar
tidak selalu merupakan kader pemimpin yang dibangun dari bawah, mereka duduk diposisinya
karena harapan untuk efektif dibagiannya masing-masing, namun dalam interaksinya sering
terjadi miskomunikasi atau kesalahpahaman dan dilihat bawahan sebagai tim manajemen yang
tidak kompak.

Siapapun yang ada dalam perusahaan memiliki latar belakang yang berbeda, pendidikan,
pengalaman, minat, ketertarikan, motivasi dan gaya yang berbeda-beda, bagaimana mencari dan
membangun perekat kebhinekaan agar tim manajemen ini menjadi efektif? kami
melakukan pelatihan manajemen kepemimpinan dengan pendekatan teknologi Mind power dan
modul dibuat customize sesuai dengan kondisi riel dalam perusahaan.

Berikut adalah contoh program pelatihan manajemen kepemimpinan yang kami customized :


1. Assessment mindset kepemimpinan untuk mengetahui gaya kepemimpinan dan
bagaimana seharus nya yang ideal, gap inilah yang nantinya menjadi individual
development. Assessment mindset dengan menggunakan Identity compass.
2. Memahami mindset kepemimpinan dikaitkan dengan tantangan perusahaan disaat ini dan
dimasa datang, menggunakan materi strategic direction dalam perusahaan bila sudah ada.
3. Memahami gaya kepemimpinan masing-masing manajer dan bagaimana melakukan
penyesuaian perilaku interpersonal dengan pendekatan NLP (Neuro linguistic
programming).
4. Memahami dan menjadi role model dari penerapan tata nilai yang berlaku dalam
perusahaan, dan memunculkan perilaku spesifik difungsinya masing-masing
5. Komitmen melakukan perubahan perilaku untuk bersama membangun tim manajemen
yang solid.

Program pelatihan manajemen kepemimpinan mutlak dibarengi dengan executive coaching


ditingkat personal dan Team Coaching selama beberapa bulan untuk memastikan perilaku ini
bisa dipertahankan dan menjadi habit atau kebiasaan.

Pentingnya Pemimpin dalam Startup

Karakteristik utama dari startup adalah ketidakpastian, karena startup adalah organisasi yang
masih mencari model bisnis yang tepat. Ketidakpastian tersebut adalah "bahaya" yang harus
dihadapi oleh kelompok (organisasi), sehingga pemimpin harus dapat memberi rasa aman dalam
kelompok tersebut. Dalam bisnis, bahaya yang harus dihadapi tidak bersifat konstan, namun
bersifat variabel, seperti: inflasi, pertumbuhan ekonomi, kompetisi, teknologi baru, dll. Seorang
pemimpin diharapkan dapat memitigasi bahaya dan memberi rasa aman dalam kelompoknya.

Seorang pemimpin bertugas untuk memastikan setiap anggota kelompok merasa aman dalam


bekerja. Ketika semua merasa aman, setiap anggota kelompok akan dapat bekerja bersama-sama,
sehingga dapat menghadapi bahaya di luar lingkaran kelompoknya dengan lebih baik. Tetapi,
ketika pemimpin tidak dapat membuat anggota kelompoknya merasa aman, setiap anggota
kelompok akan menghabiskan energi untuk memastikan keamanan dirinya sendiri. Hal ini akan
membuat organisasi hancur ketika terdapat bahaya dari luar.

Tanggung jawab dari seorang pemimpin adalah 2 hal, yaitu menentukan siapa yang dapat masuk
ke dalam lingkaran kelompok, dan menentukan seberapa besar lingkaran keamanan tersebut.
Inilah mengapa sangat penting untuk memastikan sebuah startup memiliki landasan misi yang
kuat, dan memilih orang-orang yang memiliki misi yang sama dengan startup tersebut.
Pemimpin yang baik memperluas lingkaran keamanan sampai kepada anggota terendah dalam
kelompoknya, tidak hanya pada level manajer. Apabila organisasi hanya memberikan rasa aman
kepada level atas, dan tidak memperhatikan level bawah (misalnya office boy, satpam), maka
organisasi tersebut akan menghadapi bahaya lebih besar.
Perbedaan Penguasa dan Pemimpin

Untuk mengetahui perbedaan ini, mari kita ilustrasikan dengan kelompok serigala. Pemimpin
alfa biasanya mendapatkan urutan pertama dalam makan, memilih pasangan, dan fasilitas terbaik
lainnya. Akan tetapi hal ini tidak datang dengan gratis. Ketika kawanan serigala mendapatkan
bahaya, anggota kawanan serigala mengharapkan serigala alfa akan berlari paling pertama
menghadapi bahaya dan menyelamatkan anggota yang lain. Ilustrasi ini juga berlaku bagi
startup. Sebagai founder, mungkin ia mendapatkan penghasilan yang lebih besar dibandingkan
dengan karyawan, tetapi ingat bahwa ekspektasi anggota kelompok adalah rasa aman. Ketika ada
bahaya, ia diharapkan akan menghadapi bahaya dan bukan malah berlari mengorbankan
karyawannya. Inilah mengapa orang-orang merasa marah dengan pemecatan ketika kondisi
buruk (bahaya).

Sifat yang Dibutuhkan untuk Menjadi Pemimpin

Bisnis tidaklah rasional, tetapi tentang merasa aman. Menjadi seorang pemimpin harus memiliki
sifat "manusiawi," memberikan perhatian, waktu, dan bukan uang. Pemimpin yang baik tidak
menyelesaikan masalah dengan "berapa banyak yang harus saya bayar?" Tetapi dengan
"bagaimana saya dapat membantu anda?" Dengan memberikan waktu dan tenaga, seorang
pemimpin akan dapat membuat ikatan yang kuat di dalam anggota kelompoknya.

Seorang pemimpin yang baik juga harus dapat mempercayai anggota kelompok untuk menjadi
pemimpin. Mungkin ia adalah orang yang paling hebat dan kompeten, tetapi ia harus sadar
bahwa ia tidak dapat membantu semua orang. Oleh karena itu, ia harus mau mendelegasikan
tanggung jawab untuk kepentingan bersama. Dalam bagian ini, tugas seorang pemimpin adalah
memastikan bahwa anggota yang dia kenal telah mendapatkan rasa aman, dan mempercayai
mereka untuk memberikan rasa aman pada anggota dibawahnya. Misalnya, CEO memberikan
rasa aman pada manajer dan mempercayai manajer untuk memberikan rasa aman
pada supervisor, hal ini berlanjut sampai rasa aman didapatkan oleh satpam atau office boy.

Pemimpin bukanlah posisi, peringkat, atau jabatan, tetapi merupakan keputusan. Ketika anda
memutuskan untuk menjaga orang di sebelah anda, anda telah menjadi seorang pemimpin.
6 Tips Gaya Kepemimpinan Startup

Rupanya apa yang Anda pelajari di universitas ternama, seperti Harvard, belum tentu tepat bila
diaplikasikan saat memimpin suatu startup. Anda perlu menyesuaikannya sesuai dengan
lingkungan kerja. Dengan narasumber CEO Color Me Leah Ashley dan Profesor Babson College
Allan Cohen yang merupakan alumni MBA dan DBA Harvard, berikut ini enam tips gaya
kepemimpinan yang bisa diterapkan untuk startup Anda:

1. Lebih mementingkan ide baru untuk peningkatan pelayanan ke konsumen daripada


sibuk berkompetisi

Pemimpin seharusnya memberi inspirasi ke rekan-rekannya. Namun, apa yang Ashley lakukan
ketika memberi inspirasi ke rekan-rekannya dikarenakan sumber inspirasinya datang dari
konsumen.

Menurut Ashley, dia membiarkan dirinya dipimpin oleh konsumen, lewat grup, survei, dan
masukan. Dari situ, dia menyampaikan ke rekan kerjanya. "Konsumen ingin kita untuk membuat
mereka merasa yakin dapat menggunakan make up Color Me, bisa lebih meringkas waktu,
membuat mereka lebih cantik, dan bisa bertahan lama," ujar dia.

Di sisi lain, Allen Cohen mengatakan ada hal yang lebih luas dan bisa ditangkap dari konsumen.
Menurut dia, inspirasi dari konsumen perlu disusun berdasarkan tingkat kepentingannya, cocok
atau tidak dengan kebutuhan pasar, lalu bagaimana kemampuan perusahaan untuk
mengeksekusinya.

Dia membenarkan pernyataan ide yang baik tidak akan berarti apa-apa bila tidak bisa dieksekusi.
Namun, hal ini justru terlihat meremehkan. Kesimpulan yang Ashley ambil, seolah-olah bisa
dieksekusi. Hal ini cukup baik tapi belum tentu mudah digeneralisasikan.

2. Visi bagus, tapi hasil lebih penting


Pemimpin itu harus memiliki visi. Tapi visi akan jadi berlebihan bila 99% keberhasilan harus
dilakukan dengan kedisplinan. Ashley mengatakan banyak orang yang mengatakan pemimpin
harus berpikir visioner. Tapi, itu semua tentang hasil dan bagaimana eksekusinya.

Apa yang Ashley lakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan yakni dengan fokus pada angka,
mulai dari berapa jumlah wanita yang memakai makeup, berapa banyak titik distribusi untuk
pemasaran produk, butuh dana berapa untuk merancang dan mendistribusikan produk baru, dan
seberapa besar skala bisnis yang dibutuhkan untuk capai seluruh hal tersebut.

3. Low tech mungkin baik dari high tech

Belum tentu bisnis yang berteknologi tinggi pasti sukses karena menyasar orang-orang yang
memiliki mobilitas tinggi dan selalu menggenggam smartphone kemanapun mereka berada.
Ashley memegang prinsip bahwa komunikasi terbaik itu harus tatap muka.

Kini sudah banyak sekali alat-alat berteknologi tinggi yang memungkinkan proses tatap muka,
tapi belum tentu teknologi lainnya bisa membantu. Menurut dia, email sekalipun sangat mudah
diabaikan apabila di inbox banyak email yang terbaca.

"Komunikasi langsung adalah yang terbaik. Co-founder kami selalu berada di jalan, dan saya
merasa terbaik ketika menghubungi orang lewat Skype atau Facetime."

4. Mendengar lebih baik dari berbicara

Harvard mengajarkan ilmu ini. Konsep ini memiliki ide advokasi dan penyelidikan, menyiratkan
bahwa seorang pemimpin harus terlibat langsung dan mengajukan pertanyaan demi memastikan
orang membeli produk itu.

Ashley belajar lebih dari proses mendengar. "Saya menanyakan ke rekan kerja dan
mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan tidak diucapkan."
5. Anda tidak bisa melakukan semuanya sendiri

Dalam HBS, membangun tim startup adalah hal yang diajarkan di sekolah. Kuncinya Anda
mencari tahu semua keterampilan yang dibutuhkan dalam perusahaan startup untuk menjadi
sukses dan memastikan tim founder unggul di dalamnya.

Untuk Color Me, keterampilan yang utama adalah inovasi produk dan mengelola operasional.
"Saya dan Eric saling melengkapi satu sama lain. Sebagai makeup professional, Eric mengerti
apa yang wanita inginkan dalam aplikasi makeup dan mengembangkan cara terbaik untuk
melakukannya. Saya memiliki kemampuan membentuk kemitraan dan mengelola operasi bisnis."

6. Kepemimpinan akan lebih kompleks seiring tumbuhnya startup

Bagi Ashley, hal ini mengenai bagaimana cara orang memperlakukan dan diperlakukan orang
lain. Dia memperlakukan timnya dengan penuh hormat. Sebab dia menyadari bakat dan prestasi
mereka. "Saya pun berterima kasih kepada mereka karena hal itu."

Cohen mengantisipasi gaya kepemimpinan Ashley seiring dengan berkembangnya bisnis


ColorMe. Menurut dia, dalam fase awal startup komunikasinya lebih banyak dilakukan dengan
tatap muka dan di dalam ruangan kecil. Namun, dalam organisasi yang besar komunikasi sangat
mudah terdistorsi, grup mulai menjadi terpencar karena perbedaan tujuan dan agenda, kemudian
orang akan kehilangan visi dan strategi.

Peran Kepemimpinan CEO Dalam Kemajuan Startup

Corporate Lifecyles adalah suatu tahapan yang umumnya dilalui oleh setiap organisasi
seperti siklus kehidupan organisme hidup yang sulit diprediksi dan menghadapai masa
transisi untuk ke tahap berikutnya (Adizes, 1988: XIII - XIV). Teori-teori yang digunakan
pada penelitian ini berpusat kepada buku Corporate Lifecycles (Adizes, Corporate
Lifecycles: How and Why Corporations Grow and Die and What to do About It, 1988)
sebagai ahli yang menulis teori tersebut. Pembahasan pada penelitian dilakukan pada tahapan
Courtship sampai Go-Go yang merupakan tahapan start-up business. Pada Error! Reference
source not found. menyajikan Corporate Lifecycles. 

1. Courtship (paEi) Courtship adalah tahapan awal dimana pendiri melahirkan sebuah
perusahaan melalui gagasan-gagasan yang dibuat oleh pendiri itu sendiri (Adizes, 1988:
11). Dalam masa ini, pendiri membangun sebuah komitmen yang kuat (Fenyves et. al.,
2015: 465). Dalam membangun sebuah komitmen, pendiri akan mempromosikan idenya
untuk mewujudkan seberapa hebat bisnis tersebut. 

Maka dari itu, pada tahap ini lebih dibutuhkan budaya kepemimpinan seorang
entrepreneuring dibandingkan budaya kepemimpinan performing, administering, atau
integrating (Domnariu & Furtunescu, 2014).  Dalam proses pembangunan komitmen,
pendiri akan sering berjanji dan membagikan masa depan perusahan ke keluarga, teman,
dan orang terdekat. 

Ini dilakukan agar pendiri mendapatkan dukungan secara emosional dari orang-orang
yang dipercayainya karena perusahaan belum memiliki bentuk secara fisik.  Pada tahapan
ini pendiri harus menjadi product-oriented sampai kualitas, kapabilitas dan fungsi dari
produk diterima. Ketika Courtship tidak dilakukan pengujian secara nyata, maka
dianggap Affair. Pada tahap ini, perusahaan Courtship membutuhkan konsumen,
manajemen yang baik, kapital, organisasi, dan pekerja.  

2. Infancy (Paei) Infancy adalah tahapan awal dimana gagasan telah dipilih dengan
mempertimbangkan risiko (Adizes, 1988: 20). Pada tahapan ini, membutuhkan lebih
banyak aksi karena gagasan sudah terpilih maka disebut tahap percobaan (Nagui, 2015:
13). Semakin besar risiko yang dihadapi harus semakin besar pula komitmen yang
dibutuhkan untuk mengukur sebuah kesuksesan.  

Pada tahapan ini perusahaan membutuhkan pekerja keras dan pendiri yang
berorientasi terhadap hasil. Hampir semua orang berada di perusahaan termasuk presiden
direktur, keluar untuk melakukan penjualan. Oleh karena itu, pada tahapan Infancy, lebih
dibutuhkan pemimpin yang memiliki budaya performing dibandingkan entrepreneuring,
administering, atau intergrating (Domnariu & Furtunescu, 2014). 

Karakteristik dari organisasi Infant adalah berorientasi terhadap aksi; sedikit sistem
dan peraturan; performa yang tidak konsisten; rentan krisis; manajemen terjadi karena
krisis; sedikit delegasi sehingga manajemen menjadi orang yang melakukan sendiri;
komitmen dari pendiri terus diuji (Adizes, 1988: 23). Dalam hal ini, organisasi
membutuhkan dua hal penting yaitu, dana untuk modal dan komitmen pendiri. 

Perusahaan Infancy yang sehat adalah memiliki dana yang cukup, dimana pemilik
merasa memiliki kontrol atas operasi perusahaan, ada dukungan dari orang terdekat, dan
masalah-masalah sehari-hari yang tidak fatal (Adizes, 1988: 32). Perusahaan Infancy
membutuhkan konsumen. Pada masa ini, organisasi Infant memiliki tugas untuk
menganalisa lingkungan, merencanakan keuangan perusahaan, dan meramalkan
penjualan, produksi, dan kebutuhan karyawan. (Adizes, 1988: 325-326) 

3. Go-Go (PaEi)  Go-Go organization adalah tahapan dimana sebuah perusahan sudah
berjalan dan arus kas serta penjualan meningkat (Sabdybayev & Derkan, 2014: 56). Pada
tahap ini, pendiri tidak bisa hanya menggunakan budaya performing saja tetapi harus
diikut dengan entrepreneuring. Keberhasilan ini membuat pendiri melakukan setiap
peluang, sehingga banyak sekali pekerjaan yang harus dikerjakan saat bersamaan. Cara
menanganinya adalah perusahaan harus membuat rencana kerja selama satu tahun untuk
setiap proyek yang merupakan prioritas untuk dikerjakan. 

Organisasi ini masih tidak memiliki sistem atau peraturan. Ambiguitas terhadap tugas
dan tanggung jawab membuat manajer organisasi ini berpindah dari tugas satu ke tugas
yang lain untuk mengatur semua simulasi dasar. Hal ini membuat organisasi dan manajer
tidak fokus dan jika ini berlanjut, maka organisasi akan mengalami likuidasi.  

Presiden direktur dari perusahaan ini harus merangkap tugas menjadi pembeli barang,
penjual yang handal, dan juga perancang. Sedangkan anggota yang lain biasanya
merupakan pekerja paruh waktu atau memiliki tugas pembelian yang sedikit. Organisasi
ini belajar dari kesalahan.
Ketika kesalahan besar terjadi serta kehilangan uang dan client, maka organisasi
mulai sadar pentingnya suatu peraturan. Ketika peraturan dibuat, maka organisasi akan
berlanjut ke tahap berikutnya.

Faktor-faktor yang memengaruhi gaya kepemimpinan 

Faktor yang mempengaruhi Gaya Kepemimpinan adalah pengambilan keputusan dan


implementasi dari pendiri atau pemimpin. Berikut adalah dua faktor tersebut (Adizes,
1988: 117-129):

1. Efektifitas Organisasi akan menjadi efektif ketika kebutuhan dari konsumen terpenuhi
karena organisasi hadir (Adizes, 1988: 120). Gaya Kepemimpinan yang memiliki
kuadran efektif adalah performing (jangka pendek) dan entrepreneuring (jangka
panjang). 

2. Efisiensi Organisasi yang efisien adalah organisasi yang sistematik, memiliki rutinitas, dan
memiliki program yang aktif dikerjakan pada saat yang tepat secara insentif (Adizes,
1988: 121). Gaya Kepemimpinan yang memiliki kuadran efisien adalah administering
(jangka pendek) dan integreting (jangka panjang). 

Faktor-faktor yang memengaruhi corporate lifecycle 

Dalam Corporate Lifecycle terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya setiap
tahapan. Berikut adalah faktor-faktor tersebut (Adizes, 1988: 106): 

1. Sales / Penjualan Sales / Penjualan merupakan pendistribusian persediaan dari bisnis ke


konsumen yang kemudian perusahaan mendapatkan pendapatan (Hoggett et.al., 2012:
234).  

2. Profit / Laba Profit / Laba merupakan pengurangan dari pendepatan terhadap beban
perusahaan (Hoggett et.al., 2012: 124). 
3. Politik  Politik adalah membuat keputusan dalam komunitas, sosial, atau organisasi dengan
cara mempengaruhi atau menggunakan kekuatan (Ethridge & Handelman, 2015: 7). 

Kesimpulannya  peran leadership untuk mengembangkan start-up business dengan


analisis corporate lifecyle dan gaya kepemimpinan, yaitu sebagai berikut: 

1. Peran pemimpin pada perusahaan start-up adalah sebagai operasional dan perancang
strategi, Hal ini ditunjukan pada pernyataan-pernyataan informan yang mendukung
penelitian ini bahwa setiap kegiatan baik operasional, pembagian tugas, pengambilan
keputusan, dan menentukan visi perusahaan kedepan merupakan peranan dari CEO untuk
melakukan itu. 

Walaupun dalam start-up business memiliki pendiri dua orang atau lebih dengan
saham yang sama, seorang CEO tetap yang mengambil keputusan untuk visi perusahaan
kedepan setelah melakukan rundingan dengan para pendiri lain.

2. CEO dari salah satu perusahan startup memiliki gaya kepemimpinan berdasarkan PAIE
management style adalah performing dan sedikit entrepreneuring serta integrating. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Adizes, Ichak dalam Domnariu & Furtunescu (2014) bahwa
untuk melewati perusahaan courtship dibutuhkan seorang leader yang memiliki visi
kedepan atau gaya kepemimpinan entrepreneuring. 

Pada tahap infancy, perusahaan lebih membutuhkan pemimpin yang memiliki kinerja
yang bagus sesuai dengan penelitian ini, bahwa CEO startup ini memiliki gaya
kepemimpinan performing. Perusahaan untuk menuju ke siklus go-go. 

Saran Untuk CEO Startup

Bagi CEO dan Perusahaan startup lain Berdasarkan implikasi manajerial yang
dijelaskan, maka saran yang dapat diberikan kepada CEO startup untuk mengembangkan
start-up business adalah sebagai berikut: 
1. CEO harus melakukan peningkatan dalam gaya kepemimpinan khususnya belajar untuk
berani mengambil keputusan dan tegas dalam mengatur anggotanya. CEO juga perlu
meningkatkan pengetahuan yang dimiliki dalam strategi menjalankan start-up business
serta belajar untuk menghadapi konsumen yang ada. 

2. Saran untuk perusahaan startup agar SOP yang sudah dibuat khususnya dalam marketing
dapat dilakukan secara rutin sehingga perusahaan dapat berkembang dengan baik.
Rencana – rencana yang sudah dibuat oleh para pendiri untuk mencapai cita-cita
perusahaan dalam membuka kafe dapat dilaksanakan agar arus kas yang ada didalam
perusahaan dapat berjalan dan kerugian di masa lalu dapat tertutup.

Anda mungkin juga menyukai