Anda di halaman 1dari 4

CEO Hebat

Leadership adalah kemampuan untuk membentuk lingkungan organisasi yang


bersemangat, kreatif, dan memiliki tata nilai. Maka tugas utama pemimpin adalah
membangkitkan semangat, mendorong kreativitas, serta memelihara tata nilai. Dan pada
dasarnya, setiap orang mempunyai bakat memimpin, setidaknya memimpin dirinya sendiri.
Bakat saja tidak cukup untuk memimpin orang lain. Kepemimpinan harus dipelajari dan
untuk menjadi pemimpin, perlu kesabaran. Ada tiga unsur penting untuk menjadi pemimpin
yaitu: bakat, semangat dan kesabaran.

“Kemampuan seseorang menjadi pemimpin bisa dilihat dari tiga ciri yaitu mampu
mengambil keputusan, berani menanggung resiko atas keputusan yang diambil, terampil
mempengaruhi orang lain untuk menjalankan keputusan tersebut, “ kata Direktur PT Timah
Tbk. Ada lagi yang menyatakan tugas yang diemban pemimpin adalah merubah Perilaku
dan membentuk SDM guna mencapai visi bersama. Itulah sebabnya dalam memperlakukan
personil tim, dia melihat tingkat maturity-nya. Bila tingkat kematangan sudah cukup,
didelegasikan saja, sebaliknya bila masih rendah dia harus menjelaskan sedetil mungkin,
mulai dari strategi hingga implementasinya. Selanjutnya, tugas implementasi dan strategi
diserahkan sepenuhnya kepada Tim. ALhasil, karyawan melakukan pekerjaan adalah karena
kesadaran bukan karena takut pada atasan. Pemberian kepercayaan kepada anak buah turut
mendorong loyalitas. Setiap orang yang melakukan pekerjaan tanpa terpaksa akan merasa
bangga jika hasilnya bagus. Nah, giliran berikutnya kita berikan benefit misalnya dalam
bentuk bonus. “Kita perjuangkan bonus karyawan, tetapi Direksi selalu dapat bonus
belakangan. Malah pernah ada direksi yang tidak mendapat bonus”. Ia menganut falsafah
Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”.

Sementara itu, Johnny Darmawan D., CEO Toyota Astra Motor, adalah tipe pemimpin yang
senang memberi kepercayaan kepada orang lain. Ia orang yang tidak suka mengontrol
pekerjaan bawahan terlalu ketat. Johnny merupakan tipe orang yang pola pikirnya out of
the box. Sikap leadership yang dilakukan Johnny itu tidak bisa dilepaskan dari empat
falsafahnya dalam bekerja yaitu bahwa manusia tidak sempurna, tidak ada pekerjaan yang
dapat dilakukan sendiri, lakukan pekerjaan sebaik-baiknya, dan berdoa.

Terkait dengan leader, CEO PTChevron, Suwito Anggoro, menyatakan bahwa bagi pemimpin
yang diperlukan adalah selain soft skill juga tough skill. Masalah SDM tidak bisa diselesaikan
dengan business approach saja, tetapi juga diperlukan personal approach dan human
approach. Dia menilai banyak hal sensitit terkait dengan masalah SDM, misalnya kultur lokal,
etika berbisnis, integritas, dan perilaku. “Untuk itu diperlukan leaders yang peka, disiplin dan
berani meng-counsel mereka yang benar dan yang salah, mereka yang perform dan yang
malas, sekaligus mendidik dan member contoh how to realize and measure results team
vision, mission, and objectives as well as ways ti achieve those results”.
Sementara itu, Handaka Sentosa lebih suka melahap teori-teori kepemimpinan Barat dan
Timur serta memadukannya dengan realitas kerja dalam menjalankan peran CEO di Senayan
City. Tiga prisip kepemimpinan yang dia pegang yaitu: pertama, perusahaan harus mencapai
target; kedua, untuk mencapainya harus sesuai dengan sistem dan prosedur standar, dan
ketiga, kenyamanan bekerja atau bagaimana melihat karyawan.

Kearifan Lokal dan Nilai Kepemimpinan Alternatif

Krisis financial global telah membuat banyak pebisnis di dunia mencari nilai-nilai
kepemimpinan dari dunia Timur. Betulkah ada nilai kepemimpinan yang berbeda antara
Barat yang tengah goyah dengan Timur yang kini mungkin jadi rujukan baru? Para pakar
manajemen dan tokoh bisnis kawakan berpendapat senada bahwa pada dasarnya nilai
kepemimpinan di seluruh dunia itu sama, bersifat universal seperti berintegritas, disiplin,
dan punya passion. Yang membedakan hanya hanya kepemimpinannya. Lantas mengapa
dunia korporasi Barat sampai mengalami krisis bahkan skandal bisnis kelas kakap? Padahal
sudah tak terhitung konsep dan metode manajemen di introduksi. Mereka dari dulu sudah
mengenal manajemen risiko, dan good and corporate governance.

Menurut TP Rahmat, “rambu-rambu dari pemerintah saja tidak cukup”. Para manajer tidak
melaksanakan konsep yang ideal dan indah secara konsisten dan hakiki. Pelaksanaannya
baru sebatas sistem dan prosedur, sementara nilai-nilai prinsipnya tidak terinternalisasi.
Boleh jadi, karena sisi moral dari konsep itu tak tertanam dengan baik di diri pelaku bisnis,
mereka hanya berfokus pada prosedur dan sistem saja. Saat ini mulai banyak pebisnis di
Eropa dan AS yang menengok ke kultur Timur yang ajarannya amat menekankan nilai
moral. Beberapa nilai yang berbeda adalah misalnya di Barat dikenal individual dan
mengedepankan budaya pemikiran, sementara di Timur mengagungkan human relation
dan menonjolkan budaya rasa. Cina dan Indonesia memiliki nilai-nilai lokal yang banyak dan
dapat digali dan dikembangkan untuk mengembangkan konsep-konsep kepemimpinan.
“Indonesia dengan beragam suku bangsa memang memiliki potensi modal social yang
sangat besar, termasuk nilai-nilai kearifan bisnis lokal”. “salah satu contoh lokal wisdom
adalah gotong royong. Ajaran lain seperti tertuang adalam Pustaka Hasta Dasa Parateming
Prabu yang diduga digunakan oleh Gajah Mada, lalu ada Serat Wedhatama, yang ditulis
oleh Mangkunegara IV, ada pula Hasta Brata. Di luar Jawa dikenal pula ajaran dari Bugis
antara lain lempu, getting, sipakatau, ada tongeng, barani, macca, dan makareso. Prinsip
kepemimpinan yang hidup dalam budaya Bugis antara lain taro ada taro gau, dan sipatuo
sipatokkong. Sementara di tanah Minang ada ajaran “ ditinggikan satu ranting, didahulukan
satu langkah”, “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”.

Pada akhirnya para praktisi dan pakar sepakat bahwa tidak perlu memandang nilai-nilai
tersebut secara dikotomis, namun lebih konstekstual. Ada nilai global dan ada nilai lokal.
Kedua nilai tersebut perlu ada akulturasi. “yang terpenting sekarang Adela bagaimana
mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal untuk memperkuat daya saing global”.
(Dikutip dengan modifikasi dari SWA, No 18/XXV/20 Agustus-2 September 2009).

Pertanyaan:

Bacaan secara lengkap ada pada majalah Swa seperti yang dikutip dalam tulisan ini. Bacalah
dengan seksama bacaan di atas, kemudian buatlah analisis:

 “KONSEP MEMIMPIN YANG BERHASIL”

Isi Analisisnya  meliputi berikut:

A.      Kepemimpinan (minimal 2 halaman)

B.      Mengelola Individu (minimal 8 halaman)

C.      Mengelola Kelompok (minimal 3 halaman)

D.      Kesimpulan

Petunjuk jawaban:

-          Analisa dan pembahasan  merupakan hasil pemikiran anda (bukan menyalin teks di
atas)  berdasarkan teori  dan diketik, spasi 1,5

-          Dikirim dalam format pdf

-          Waktu mengerjkan 2 x 24 jam (perhatikan batas waktu upload di LMS)

Warning:

1.       Jawaban terindikasi similar/mirip dikenakan sanksi GAGAL

2.       Kerahasiaan soal dan jawaban merupakan tanggungjawab masing-masing-masing

 - pastikan anda tidak men-share soal yang justru merugikan anda sendiri

- pastikan anda mengerjakan sendiri dan  jawaban anda bukan hasil kerja sama-

- jawaban terindikasi similar atau sama atau mempunyai kemiripan dikenakan sanksi GAGAL,
baik yang memberi atau yang menerima.

ctt. Bila kesulitan dalam kirim file, maka kirim ke email: imran@stie-pembangunan.ac.id

Subjek: UTS-Nama-Nim
 

Anda mungkin juga menyukai