Anda di halaman 1dari 9

160

Komunikasi Estetik dalam Seni Pertunjukan


Teater Rakyat Sandiwara Cirebon
Jaeni
Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung
Jalan Buah Batu No. 212 Bandung

ABSTRACT

This research is aimed at studying aesthetic communication and its values in folk theatre per-
formance, sandiwara Cirebon. This qualitative research with communication ethnography approach
tries to scrutinize the event of sandiwara performance as communication event between the society
in Cangkring village, Plered, Cirebon. The result shows that the aesthetic of sandiwara Cirebon has
values, they are, feeling-experience values and socio-cultural values. Aesthetic values which are in-
herent in the event of sandiwara Cirebon performance is an expression and reflection based on world
views, beliefs, and values adopted by local people in the socio cultural life. To interpret those values,
communication participant, artists, and public construct meaning of aesthetic communication based
on communication context included in sandiwara Cirebon performance, namely contexts of intra-
personal, public, culture, and transcendental.

Keywords: Communication, Aesthetic, Ethnography, Performance, Theatre.

Pendahuluan

Komunikasi itu omnipresent, yang ber- buruk, kurang ‘menggigit’ dan tidak in-
arti bahwa komunikasi hadir di mana- dah.
mana, tak terkecuali pada peristiwa seni Demikian pula bagi pelaku seni pertun-
pertunjukan, bahkan pada wilayah es- jukan yang mengerahkan segala kreatif-
tetiknya. Ketika seseorang atau suatu ke- itas, pengetahuan dan perasaannya untuk
lompok masyarakat menyaksikan pemen- mewujudkan keindahan pertunjukan seni.
tasan seni pertunjukan, baik musik, teater Dalam konteks demikian, persepsi dan in-
maupun tari, maka mereka atau sebagian terpretasi subjektif hadir untuk memaknai
dari mereka akan terkagum-kagum, dan kehadiran nilai-nilai keindahan dalam se-
mereka mengatakan bahwa ‘pertunjukan buah peristiwa pertunjukan sebagai tin-
itu indah sekali, begitu estetik’. Namun dakan simbolik. Fenomena tersebut me-
sebaliknya, beberapa orang bisa saja me- nunjukkan kesan terdapatnya komunikasi
ngatakan bahwa pertunjukan itu sangat tentang keindahan (estetik) dalam seni
Jaeni: Komunikasi Estetik 161

pertunjukan yang sangat subjektif. Sebagai peristiwa komunikasi dalam


Subjektivitas dalam estetika tidak interaksi sosial budaya, seni pertunjukan
menghalangi perannya sebagai salah satu memiliki fungsi komunikasi ekspresif dan
kebutuhan manusia yang tergolong inte- ritual. Menurut Mulyana (2007: 24-33)
gratif. Manusia butuh menikmati keindah- kedua fungsi ini berkaitan erat, di mana
an, mengapresiasi dan mengungkapkan fungsi komunikasi ekspresif dan ritual bi-
perasaan keindahan. Kebutuhan ini mun- asanya dilakukan secara kolektif. Fungsi
cul disebabkan adanya sifat dasar manusia ekspresif dalam seni pertunjukan tidak
yang ingin mengungkapkan jati dirinya otomatis bertujuan mempengaruhi orang
sebagai makhluk hidup yang bermoral, lain (publik seni), namun dilakukan sejauh
berselera, berakal, dan berperasaan. komunikasi tersebut menjadi instrumen
Untuk merujuk kebutuhan estetik ma- untuk menyampaikan perasaan-perasaan
nusia, dibutuhkan pemahaman bagaimana (emosi). Emosi ini dalam seni pertunjuk-
estetika berawal dan berkembang sebagai an disampaikan lewat musik, tarian, la-
hasil kerja filsafat, yang kemudian pada kon (cerita) dan tata rupa yang dijadikan
abad ke 18, pada era Alexander Gottlieb simbol tentang kebebasan, keprihatinan,
Baumgarten (1714 – 1762) estetika muncul perasaan, protes sosial, kritik, kesadar-
sebagai ilmu pengetahuan tentang kein- an, dan pandangan hidup manusia. Se-
dahan. Perkembangan estetika sebagai dangkan fungsi ritual dalam komunikasi
ilmu pengetahuan diperkuat oleh mun- ditunjukan oleh seni pertunjukan dalam
culnya konsep estetika Immanuel Kant mengiringi upacara peralihan manusia,
(1724 -1804) yang menegaskan bahwa, sejak kelahiran hingga kematian. “Komu-
“keindahan tidak terkandung dalam ob- nikasi ritual ini kadang bersifat mistik dan
jek yang dinikmati, melainkan dalam diri mungkin sulit dipahami orang-orang di
subjek yang menikmati” (Ratna, 2007: 69). luar komunitasnya”, demikian dikatakan
Sebagaimana pandangan estetik Im- Mulyana (2007: 33) yang mengkaitkannya
manuel Kant, seni pertunjukan pun memi- dengan kepercayaan masyarakat setem-
liki kolerasi dengan konteks komunikasi pat.
secara interaksionisme simbolik (Soeprap- Seni itu masalah komunikasi, masalah
to, 2002: 120-121). Dalam perspektif in- relasi nilai-nilai (Sumardjo, 2000: 4). Bila
teraksionisme simbolik tersebut, Blumer seni merupakan relasi nilai-nilai bagaima-
menekankan kepada proses memaknai na dengan nilai-nilai yang dikandung seni
nilai yang begitu penting terhadap tin- pertunjukan yang dimiliki oleh setiap ma-
dakan-tindakan secara simbolik. Proses syarakat (subkultur) yang juga memiliki
tersebut pada seni pertunjukan dapat me- keragaman nilai atau perbedaan nilai se-
nampakkan daya estetik yang khas seba- bagaimana yang terjadi pada masyarakat
gai salah satu bentuk komunikasi estetik. Cirebon.
Dengan uraian tersebut, seni pertunjukan Tidak sedikit pergelaran seni pertun-
memberikan ruang yang signifikan se- jukan ditinggalkan oleh penontonnya atau
bagai peristiwa interaksi sosial budaya dinilai gagal, baik pertunjukan drama, tari
yang bersifat estetik dan simbolik yang maupun musik, bukan semata karena per-
maknanya tidak bisa diulang, sebagaima- tunjukan itu tidak didukung oleh personil
na komunikasi yang bersifat irrevisible. yang cantik atau ganteng, perlengkapan
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 22, No. 2, April - Juni 2012: 160 - 168 162

seni pertunjukan yang serba modern atau yang ada di masyarakat. Penelitian ini dii-
kemegahan panggung yang dahsyat de- baratkan meneliti secuil dunia yang harus
ngan kekuatan tata cahaya dan tata suara dicermati daripada hanya mendapatkan
yang mengagumkan. Akan tetapi pertun- seperangkat ukuran-ukuran (Alasuutari
jukan itu gagal dikarenakan tidak mampu dalam Soedarsono, 1999: 39), apalagi
memberikan informasi nilai-nilai yang mengungkap realitas komunikasi este-
disepakati masyarakatnya. Pertunjukan ti- tik dalam pertunjukan yang tengah ber-
dak mampu ‘mengomunikasikan’ bentuk langsung. Dengan demikian, metode
estetis melalui tindakan-tindakan simbol- yang dipakai dalam penelitian ini adalah
ik yang masyarakat anut dan dipahami metode etnografi, yang didasarkan pada
lingkungannya. asumsi bahwa ‘pengetahuan dari semua
Seni pertunjukan sebagai salah satu kebudayaan sangat tinggi nilainya’. Me-
unsur kebudayaan memberikan suatu cara lalui metode penelitian ini diharapkan
untuk melihat dunia melalui tindakan-tin- dapat membuat kesimpulan budaya yang
dakan simbolik. James L. Peacock menye- bersumber dari tiga hal sebagaimana di-
butkan bahwa tindakan simbolik adalah simpulkan oleh Spradley (1997: 10), yakni;
perilaku dan pikiran yang terkait dengan 1) dari hal yang dikatakan orang atau in-
benda-benda alam, daerah-daerah geo- forman; 2) dari cara orang bertindak atau
grafis dan unsur-unsur lain yang menjadi bertingkah laku; dan 3) dari berbagai arte-
simbol sifat perilaku dan pikiran tersebut fak yang digunakan.
(Peacock, 2005: 6). Seni pertunjukan men- Penelitian ini dilakukan di daerah Ci-
cakup nilai-nilai yang menspesifikan hal rebon, khususnya pada kelompok seni
yang baik, benar, dan bisa dipercaya. Hal pertunjukan teater rakyat sandiwara Cire-
demikian dalam pandangan etnografer bon ‘Dharma Samudra’, Desa Cangkring,
(Spradley, 1997: 13 – 16) dinyatakan seba- Kecamatan Plered. Waktu untuk melaku-
gai ikatan budaya (culture bound), yaitu kan penelitian ini tidaklah singkat namun
hidup dalam realitas tertentu yang dipan- penelitian ini dilakukan selama dua tahun
dang sebagai ‘realitas’ yang benar. lebih, yang sebelumnya telah dilakukan
Dengan demikian, penelitian atas ko- penelitian pendahuluan (preliminary re-
munikasi estetik dalam seni pertunjukan search). Lima puluh kali pertunjukan su-
teater rakyat sandiwara Cirebon tak lepas dah peneliti datangi dan mengapresiasinya
dari ikatan budaya masyarakat bersang- hingga pertunjukan usai semalam suntuk.
kutan. Lebih jauh, melalui etnografi akan Dalam penelitian ini tidak saja aktivitas
mengungkap berbagai nilai dan makna apresiasi, namun dalam pengumpulan
dalam seni pertunjukan teater rakyat me- data dilakukan pula pengamatan berperan
lalui dimensi komunikasi estetik. serta (participant observation), wawancara
mendalam (in-depth interview), pendoku-
mentasian dan studi dokumentasi, serta
Metode intropeksi. Pengumpulan data yang dise-
but terakhir ini dipertimbangkan karena
Meneliti keberadaan isi seni pertun- posisi peneliti yang terkait dengan budaya
jukan merupakan aktivitas penelitian ter- selingkung. Seiring dengan pengumpulan
hadap komponen simbolik atas nilai-nilai data tersebut, penetuan informan kunci
Jaeni: Komunikasi Estetik 163

dalam konteks penelitian ini sangat pen- terhadap budaya lingkungannya. Sandiwa-
ting, terutama pimpinan kelompok seni, ra Cirebon hadir dari perasaan dan peng-
beberapa anggota dari kelompok seni, dan alaman individu-individu yang menjadi
masyarakat yang mewakili publik seni. bagian dari pandangan dunia masyara-
Begitu data didapatkan segera dia- katnya dalam kehidupan berbudaya. Hal
dakan analisis. Artinya, analisis data ber- itu senada dengan Mulyana (2004:32) yang
jalan bersamaan dengan tahap pengum- menyebutkan pandangan dunia dalam
pulan data di lapangan. Melalui studi suatu peristiwa komunikasi sebagai sepe-
etnografi, maka teknik analisis melewati rangkat sikap, kepercayaan, dan nilai yang
tiga langkah, yaitu; deskripsi data, anali- dianut seseorang atau sekelompok orang
sis data, dan interpretasi data. Untuk dalam asuhan suatu budaya.
menunjukkan keabsahan data yang ditu- Melalui sandiwara, Umar Karsiyan,
liskan dalam penelitian ini, maka proses seorang tokoh sandiwara Cirebon, merasa
itu dilakukan dengan cara; 1) Intropeksi, hidup lebih berharga karena ia dapat
2) Memperpanjang waktu penelitian dari memberikan informasi nilai-nilai terbaik
jadwal yang ditentukan, 3) Menekuni dalam hidup kepada masyarakat yang
kembali pengamatan untuk memahami menontonnya. Sandiwara Cirebon yang
dan mendapatkan data secara mendalam, lebih banyak melakonkan babad Cirebon
4) mengadakan proses triangulasi dengan dirasakan sebagai syiar Islam karena yang
cara membandingkan data hasil wawan- diceritakan lebih pada bagaimana perten-
cara dangan data hasil pengamatan, mem- tangan antara kelompok jahat (non Islam)
banding apa yang dikatakan informan dan kelompok baik (Islam). Sandiwara
dengan berbagai pendapat dan pandang- baginya bukan sekadar hiburan semata,
an masyarakat atau unsur pemerintah namun nilai-nilai penting ada di dalam-
yang terkait, 5) melakukan member check. nya karena melakonkan kehidupan ma-
Setelah semua langkah-langkah di syarakat bersangkutan dengan setting ke-
atas ditempuh maka penulisan hasil di- percayaan masyarakat Cirebon, melalui
lakukan dengan cara etnografis. Penulisan kosmologinya, babad Cirebon, legenda dan
etnografis nyaris sama sebagai bentuk mitos, baik pada zaman para wali maupun
laporan yang khas dengan menuliskan- zaman para leluhur sebelumnya.
nya secara holistik dalam sentuhan naratif Dalam pertunjukan sandiwara Cirebon
sebagaimana tema penelitian yang diang- akan terdapat unsur lakon atau teater,
kat. Demikian halnya dengan penelitian musik, tari, dan unsur rupa atau artistik,
tentang komunikasi estetik dan tindakan yang dari seluruh unsure tersebut men-
simbolik dalam seni pertunjukan teater jadi bagian yang tak terpisahkan dari per-
rakyat. tunjukan. Sebagai bentuk teater rakyat,
maka unsur-unsur yang ada memiliki
kekhasan sendiri atas budaya-budaya
Pertunjukan Sandiwara dan Estetika
yang hidup dalam lingkungan masyara-
Seni pertunjukan teater rakyat sandi- katnya. Kekhasan inilah yang juga men-
wara Cirebon merupakan gagasan masyara- jadi wilayah keindahan seninya. Apa yang
kat pendukungnya yang diwakili oleh in- dilakukannya di atas panggung adalah
dividu-individu yang memiliki komitmen sesuatu yang indah. Mereka sadar bahwa
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 22, No. 2, April - Juni 2012: 160 - 168 164

kesenian sandiwara yang digelutinya se- Nilai Sosial Budaya:


budi, sikap, rasa,
lama puluhan tahun itu sebagai tontonan, karsa, dan karya
namun keyakinan yang mereka warisi Sandiwara
Cirebon
dari para wali yang tertanam dan terus di-
pegang, bahwa tontonan bisa menjadi tun-
tunan sebagaimana ungkapan Sunan Kali- Tari, Musik,
Lakon, dan
jaga, salah satu penyebar agama di Jawa. Rupa
Segala unsur pertunjukan sandiwara
dan strukturnya menjadi bagian dari Nilai Perasaan dan
pengalaman: bagus,
bentuk keindahan yang mereka rasakan. enakan, pantes atawa
prigel, lan seneng
Bentuk keindahan sandiwara itu mereka
sajikan dengan menari, bernyanyi, berdia- Gambar 1
Unsur-unsur estetika sandiwara Cirebon
log, berekspresi, dan adegan-adegan per-
kelahian di atas panggung dengan iringan
musik yang mereka mainkan. Seluruh sa- Seperti yang terlihat dalam gambar 1,
jian pertunjukan dikemas dalam sebuah
peneliti meyakini bahwa nilai-nilai este-
lakon yang mereka pilih agar pertunjukan
tik dalam seni pertunjukan akan memiliki
menjadi menarik dan indah. Demikian
keragaman di setiap tempat di mana seni
pula dengan panggung dan segala unsur
pertunjukan itu hidup dan siapa kelom-
rupanya, mereka kerjakan dengan penuh
pok masyarakat yang terkait di dalamnya.
profesional agar seluruh pertunjukan
Nilai estetik seni pertunjukan akan memi-
yang ditampilkan tidak mengalami kega-
liki bahasanya sendiri untuk dikomunika-
galan. Artinya, setiap unsur (musik, tari,
sikan kepada masyarakat atau publik seni
teater/lakon, dan rupa) tidak bisa dinilai
bersangkutan.
secara terpisah dalam pertunjukan sandi-
wara yang mereka tampilkan dalam kon-
teks komunikasi estetik. Komunikasi Estetik Seni Pertunjukan
Estetika seni pertunjukan teater rakyat Sandiwara
memiliki tiga unsur yang meliputi; ben-
Istilah komunikasi estetik pertama kali
tuk, penyajian, dan isi, yang kemudian
dimunculkan oleh Cupchik & Heinrichs
harus dinilai dengan melihat keseluruh-
(1981) sebagai sebuah proses komunikasi
an unsur estetika tersebut. Bentuk esteti-
ka adalah wujud pertunjukan sandiwara, antara seniman dan publiknya dalam se-
dan penyajian berupa tari, musik, lakon buah peristiwa seni yang menunjukkan
(teater), dan rupa (artistik), sedangkan keunikan pesan atau makna dalam pe-
isinya merupakan nilai-nilai yang terdiri nyampaian informasi. Komunikasi este-
dari nilai perasaan-pengalaman dan nilai tik yang dimaksud dalam penelitian ini
sosial budaya. Secara bentuk, keindahan adalah sebuah peristiwa komunikasi da-
bisa dilihat dan dirasakan oleh panca in- lam seni pertunjukan yang di dalamnya
dera, begitupun dalam penyajian dapat terdapat relasi nilai-nilai estetik (keindah-
dilihat dan dirasakan. Berbeda dengan isi an) sebagai pesan yang memiliki nilai an-
keindahan justru harus dirasakan melalui tara seniman dan publiknya yang menjadi
pengalaman, kedalaman empati dengan peserta komunikasi. Relasi nilai-nilai itu
perangkat pengetahuan luas. menjadi penting karena komunikasi este-
Jaeni: Komunikasi Estetik 165

tik membutuhkan kecocokan nilai. Dalam dimaknai dan dinilai sesuai kehidupan-
komunikasi estetik harus ada kecocokan nya. Makna dan nilai yang demikian ter-
nilai-nilai estetik antara peserta komuni- lihat juga pada adegan yang menggam-
kasi yang dimediasi oleh seni pertunjukan. barkan para tokoh wayang merah, dimana
Dalam kalimat lain, meminjam kalimat para tokoh ini diidentikan dengan sebuah
Chandrasekhar (1987), bahwa komunikasi kejahatan, sebagai tokoh antagonis. Wa-
estetik terjadi karena relasi harmonis an- yang merah ditampilkan dengan cara-cara
tara unsur-unsur keindahan seni dengan yang kasar menakutkan dan tidak se-
kecerdasan, perasaan, dan pengalaman in- nonoh yang menyalahi etika dan norma,
dividu dalam lingkungannya. baik dari ucap, laku dan tindakan dalam
Nilai-nilai estetik pertunjukan sandi- pertunjukan sandiwara Cirebon. Cara-cara
wara Cirebon membawa kita untuk menye- kasar, menakutkan dan tidak senonoh itu
lami dan mengkaji komunikasi estetik seni dikemas dalam tampilan-tampilan seni
pertunjukan yang merupakan relasi nilai- yang juga cukup indah dirasakan. Dalam
nilai. Terdapat dua nilai estetik yakni, nilai adegan wayang merah ini sering dihadirkan
perasaan-pengalaman dan nilai sosial-bu- seorang penyanyi dangdut yang tampil
daya. Nilai perasaan-pengalaman meru- seksi, alih-alih untuk hiburan mereka.
pakan nilai instrinsik yang terdiri dari ba- Adegan ini erat kaitannya dengan konsep
gus, enakan, pantes atau prigel, dan seneng. kepercayaan masyarakat Cirebon tentang
Sementara nilai sosial-budaya merupakan godaan mahluk gaib. Godaan perempuan
nilai ekstrinsik yang meliputi; budi, sikap, adalah godaan yang paling dahsyat, yaitu
rasa, karsa, dan karya yang menyimbol- serupa setan, wewe gombel, dedemit dan se-
kan kehidupan sehari, misalnya politik, bagainya yang mereka istilahkan sebagai
ekonomi, sosial, dan lain-lain. memedi. Penyanyi dangdut yang tampil di
Temuan nilai estetik dalam seni per- tengah-tengah lakon dalam adegan wa-
tunjukan teater rakyat sandiwara Cirebon yang merah tersebut dengan menyanyikan
tersebut, salah satunya menegaskan ke- lagu-lagu dangdut menjadi pantes, sekali-
senangan (pleasure) melalui kata unsur pun mengisyaratkan kejahatan.
seneng. Komunikasi estetik identik de- Akhirnya, komunikasi estetik adalah
ngan kesenangan, demikian Jackson (2003: pertukaran nilai-nilai yang dimaknai o-
10) menunjuk keterkaitan estetika dengan leh para peserta komunikasi (seniman
komunikasi. Namun bukan hanya kese- dan publiknya) atau dalam bahasa lain
nangan, komunikasi estetik dalam seni adalah relasi nilai-nilai (Sumardjo, 2000:
pertunjukan teater rakyat sandiwara Cire- 4). Adakalanya pertunjukan sandiwara
bon sangat menghargai pengalaman pri- itu memunculkan nilai penyadaran un-
badi masing-masing peserta komunikasi tuk membangkitkan semangat hidup ma-
(seniman-publik) yang oleh para filosof syarakatnya. Pertunjukan sandiwara mem-
sering disebut sebagai seeing as, “melihat berikan sesuatu, kesenangan, harapan dan
sebagai” (Leaman, 2005: 40). Mereka meli- cita-cita yang tersimpan pada unsur-unsur
hat adegan-adegan atau tampilan-tampil- estetiknya. Konsep tontonan sebagai tun-
an indah dalam pertunjukan sandiwara tunan mengisyaratkan bahwa yang baik
bukan sebagai tampilan itu sendiri me- menjadi tuntunan dan yang buruk hanya
lainkan sebagai sesuatu yang lain untuk sebatas tontonan. Kebaikan dalam nilai-
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 22, No. 2, April - Juni 2012: 160 - 168 166

pengalaman mere-
ka dalam dunia seni
pertunjukan yang
sudah didapatkan-
nya sejak lama.
Mereka mendapat-
kan pengalaman itu
semasa hidupnya
melalui dongeng-
dongeng dan ceri-
ta-cerita orang tua
mereka serta pera-
Gambar 2 saannya terasah
Alur Komunikasi Estetik Seni Pertunjukan
Teater Rakyat Sandiwara Cirebon melalui pemang-
gungan-pemang-
gungan yang selalu
nilai estetika pertunjukan sandiwara pada diikutinya dalam rangka memenuhi kon-
peristiwa komunikasi itu bisa ditiru oleh sepsi guru panggung. Dengan demikian,
masyarakatnya, namun tidak menutup ke- melalui pengalaman dan perasaannya,
mungkinan ada juga yang meniru hal-hal sungguh berbeda cara rakyat mengon-
yang kurang baik dari pertunjukan seba- struksi keindahan dalam seni pertunjukan
gai media komunikasinya. sandiwara tersebut dengan orang-orang
Komunikasi estetik seni pertunjukan yang memiliki keahlian seni secara for-
sandiwara Cirebon dapat dipahami sebagai mal.
sebuah lingkaran relasi nilai, kecocokan Di samping nilai refleksif dalam komu-
nilai, yang dipahami bersama oleh peserta nikasi estetik tercermin pula fungsi komu-
komunikasi dalam pertunjukan (pelaku nikasi ekspresif baik pada pesan verbal
dan publik seni) sebagaimana terlihat maupun nonverbal (Mulyana, 2007: 24)
pada gambar 2. baik melalui laku, tindakan maupun ucap.
Realitas komunikasi keindahan dalam Dalam laku, ekspresi-ekspresi ditunjukkan
seni pertunjukan sandiwara merupakan oleh tokoh peran yang memiliki kemauan
hasil ciptaan manusia kreatif melalui keku- untuk berbuat sesuatu (will) dalam se-
atan ‘mengonstruksi’. Konstruksi menurut buah adegan, seperti hasrat untuk saling
Barker (2000: 10) pada dasarnya sebuah mengenal dengan seseorang, hasrat untuk
usaha diskursif maupun representatif yang berbuat jahat, hasrat untuk saling sayang,
sadar-diri (self-reflexive) yang bertujuan dendam dan lain-lain. Selanjutnya dalam
menafsirkan dan menggambarkan dunia tindakan, begitu jelas terrepresentasikan
kekinian. Para pelaku komunikasi dalam oleh gerak-gerak pada tarian setiap to-
seni pertunjukan sandiwara melakukan koh, tindakan-tindakan seperti berkelahi,
konstruksi tersebut. Mereka menciptakan memukul, menangkis, membacok, adeg-
bentuk pertunjukan yang kemudian diko- an romantis raja dan permaisuri melalui
munikasikan kepada publik seni sebagai nyanyian dengan berpelukan, saling usap
realitas sosial-budaya. Ini semua karena pipi, mengelus rambut, dan lain-lain. Se-
Jaeni: Komunikasi Estetik 167

mentara pada ucap, bisa kita dengar dan Penutup


perhatikan dalam dialog-dialog, baik di-
alog antara wayang merah yang mencer- Komunikasi estetik seni pertunjukan
minkan ekspresi-ekspresi kejahatan dan teater rakyat sandiwara Cirebon akan se-
kelicikan maupun dialog-dialog yang di- lalu berkelindan berdasarkan pandangan
tunjukan wayang putih yang mengekspre- dunia, kepercayaan dan nilai-nilai yang
sikan kebaikan, santun, dan terhormat. hidup dalam masyarakat bersangkutan.
Demikian halnya dengan dialog-dialog Komunikasi estetik tidak sekedar menun-
atau canda para bodor (pelawak) dengan jukkan nilai dan makna pragmatis, me-
nyanyian yang mengekspresikan kelucu- lainkan nilai dan makna yang idealis.
an, laku-laku komedian, dan tindakan-tin- Keindahan merupakan milik masing-
dakan konyol bahkan sedikit jorok yang masing individu, maka dalam komuni-
membuat tawa penonton. kasi estetik dapat diinterpretasikan seba-
Akhirnya, komunikasi bersifat omni- gai relasi nilai-nilai, kecocokan antarnilai
present (hadir dimana-mana), tak terkecu- berdasarkan budayanya. Nilai indah bagi
ali pada bentuk seni pertunjukan yang tak mereka sangat terkait dengan kesehatan
lepas dari bentuk komunikasi estetik seni batin dan pikiran yang menyebabkan rasa
pertunjukan dapat diasumsikan sebagai senang, puas, dan bangga menjalani ke-
jagat kecil yang merepresentasikan jagat hidupan.
besar, yang dalam peristiwanya memiliki Proses, perilaku dan bentuk komuni-
konteks-konteks komunikasi, meliputi; kasi estetik seni pertunjuk-an teater rakyat
komunikasi intrapersonal, komunikasi sandiwara Cirebon tidak sesederhana apa
publik, komunikasi budaya dan komuni- yang dibayangkan sekalipun kesederhaan
kasi transendental. Berikut adalah gam- itu justru menjadi ciri khas estetika ke-
bar model komunikasi estetik dalam per- rakyatan. Pada sisi lain, komunikasi este-
tunjukan teater rakyat sandiwara Cirebon. tik merupakan bentuk ekspresi masyara-
katnya sebagai sebuah
refleksi kehidupan ma-
syarakat pendukungnya
berdasarkan pandangan
dunia, kepercayaan, dan
nilai-nilai yang dianutnya.
Hal ini menunjukkan bah-
wa proses, perilaku dan
bentuk komunikasi estetik
seni pertunjukan sangat
kompleks dan unik karena
melibatkan simbol-simbol
yang bisa dipahami oleh
lingkungan budaya ma-
syarakatnya, baik dalam
kontek intrapersonal, pub-
lik, budaya, maupun tran-
sendental.
Gambar 3 Sementara, beberapa
Model Komunikasi Estetik Pertunjukan
Teater Rakyat Sandiwara Cirebon saran dapat dikemukakan,
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 22, No. 2, April - Juni 2012: 160 - 168 168

meliputi; Saran Teoretis. Kiranya konsepsi ---------------,


komunikasi estetik bisa diberdayakan un- 2007 Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.
tuk melihat peristiwa komunikasi di ranah Edisi Revisi. Bandung: Rosdakar-
sosial, terutama yang menyangkut perfor- ya.
mance peserta komunikasi. Hendaknya
penelitian ini bisa memperkaya teori-teori H.R. Riyadi Soeprapto
timur, terutama membangun konsepsi 2002 Interaksionisme Simbolik. Yogyakar-
etnografi komunikasi ala timur dan ki- ta: Averroes Press bekerjasama de-
ranya dapat memperkaya metode kajian ngan Pustaka Pelajar.
ilmu komunikasi yang bersumber dari se-
buah pertunjukan, yaitu ‘metode estetik’. Jakob Sumardjo
Sedangkan Saran Praktis mengingatkan 2000 Filsafat Seni. Bandung: Penerbit In-
bahwa seni pertunjukan bukan saja terkait stitut Teknologi Bandung (ITB).
dengan kreativitas seni namun secara sub-
stansi dalam perspektif komunikasi adalah Jackson, Stephanie
media komunikasi, penyampai pesan atas 2003 Aesthetic Links to Motivation
nilai-nilai dan makna budaya masyarakat Through Communication: An Evalua-
pendukungnya. Untuk hal tersebut, upa- tion of the Four-Drive Theory and Its
ya peningkatan kualitas kreativitas seni Connection to Aesthetics. Greensbo-
ro: University of North Carolina.
pertunjukan sangat pen-ting alam rangka
pemeliharaan, pelestari-an dan peman-
Leaman, Oliver
faatannya.
2005 Menafsir Seni dan Keindahan: Este-
tika Islam. Terj. Irfan Abubakar.
Bandung: Mizan
DAFTAR PUSTAKA

Nyoman Kutha Ratna


Barker, Chris
2007 Estetika Sastra dan Budaya. Yogya-
2000 Cultural Studies: Theory and Prac-
karta: Penerbit Pustaka Pelajar.
tice. London: Sage.
Peacock, James L.
Chandrasekhar, S.
2005 Ritus Modernisasi: Aspek Sosial dan
1987 Truth and Beauty: Aesthetics and
Simbolik Teater Rakyat Indonesia.
Motivations in Science. Chicago:
Terj. Eko Prasetyo. Jakarta: Pener-
The Chicago University Press.
bit Desantara.

Cupchik, G.C. & Heinricks, R.W.


RM. Soedarsono
1981 Toward an Intrgrated Theory of Aes-
1999 Metodologi Penelitian Seni Pertun-
thetic Preception in the Visual Arts.
jukan dan Seni Rupa. Bandung: Ma-
(Ed.) Day, H.I. Advances in Intrin-
syarakat Seni pertunjukan Indone-
sic Motivation and Aes thetics. New
sia (MSPI) bekerjasama dengan
York: Plenum Press.
Arti.line dan Ford Foundation.

Deddy Mulyana
Spradley, James P.
2004 Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.
1997 Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara
Bandung: Rosdakarya.
Wacana.

Anda mungkin juga menyukai