Anda di halaman 1dari 2

Lembar Kerja Peserta Didik dan Lembar Evaluasi Peserta Didik

Kerjakan di buku tulis dan dikumpulkan di meja ibu saat masuk sekolah!
1.4 Menganalisis struktur dan kebahasaan teks eksposisi.
Lembar Kerja Peserta Didik

Hari/ Tanggal :
Kelas :
Nama :

Bacalah teks eksposisi “Kegalauan Bahasa Indonesia”


1. Temukan struktur teks eksposisi “Kegalauan Bahasa Indonesia”!
2. Uraikan struktur teks eksposisi “Kegalauan Bahasa Indonesia”!

No. Struktur Teks Eksposisi Uraian Bukti Struktur Teks Eksposisi


“Kegalauan Bahasa Indonesia” “Kegalauan Bahasa Indonesia”
1. (strukturnya bagian apa) (diisi kutipan paragrafnya)

2.

3.

Kegalauan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia sedang galau? Barangkali pertanyaan awal itu akan muncul di
benak pembaca saat membaca judul artikel ini. Ya, bahasa Indonesia tengah mengalami
kegalauan yang luar biasa. Sebab, penurut asli bahasa Indonesia sedang keranjingan
berbahasa Inggris. Buktinya, kosakata-kosakata bahasa Indonesia kini banyak bertaburan di
ruang publik kita. Pertanyaannya, bagiamana caranya agar kita bisa menghapus kegalauan
tersebut?
Prof. Ismet Fanany dari Universitas Deakin, Australia, berkomentar bahwa dirinya
dan para pengajar bahasa Indonesia di luar negeri bingung akan penggunaan bahasa
Indonesia oleh orang Indonesia saat ini. Pasalnya, kita selaku asli penutur bahasa Indonesia
lebih bangga menggunakan bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Apa buktinya? Lihat
saja iklan-iklan di media massa dan reklame di jalanan yang sering didominasi bahasa
Inggris.
Selain itu, penggunaan bahasa Inggris di ranah umum, seperti halnya iklan di media
cetak dan elektronik, reklame, spanduk, dan lain-lain, dianggap telah melanggar pasal 38 dan
39 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2009. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa bahasa Indonesia
wajib digunakan dalam rambu umum, penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk, dan alat
informasi lain yang merupakan pelayanan umum serta dalam informasi melalui media massa.
Alih-alih menanti peraturan di atas, yang terjadi justru sebaliknya. Bahkan, dosen dan
mahasiswa jurusan bahasa Indonesia pun, berdasarkan pengamatan saya, lebih suka
mengucapkan kata-kata, seperti download, print, upload, online,dan website. Mereka kurang
terbiasa mengucapkan padanan kata-kata tersebut dalam bahasa Indonesia, seperti unduh,
cetak, unggah, daring, dan laman.
Jangankan masyarakat umum, dosen dan mahasiswa jurusan bahasa Indonesia saja
ternyata lebih senang berbahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Berdasar pada hal itu,
kegalauan bahasa Indonesia harus “diobati” dimulai dari ranah pendidikan, khususnya LPTK
yang mencetak guru bahasa Indonesia. Barulah kemudian, “obat” kegalauan bahasa Indonesia
“disuntikkan” ke masyarakat umum selaku pengguna bahasa Indonesia.
Dikaitkan dengan hukum yang berlaku, hingga kini, Indonesia telah memiliki dua
produk hukum yang terkait dengan bahasa Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar RI Tahun
1945, khususnya pasal 36, dan Undang-Undang RI nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Keduanya secara tegas menyatakan,
bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara. Oleh karena itu, seluruh aspek kehidupan
di Indonesia wajib menggunakan bahasa tersebut.
Sayangnya, kedua produk hukum itu banyak sekali dilanggar oleh masyarakat
Indonesia. Akibatnya, seperti diprediksi oleh Prof. George Quinn dari Unversitas Nasional
Australia (ANU), kedudukan bahasa Indonesia belum kokoh di negeri ini. Saya pikir, pihak
pemerintah pusat dan daerah/provinsi (pemda/pemprov) perlu merumuskan sanksi yang tegas
dan berefek jera bagi pihak-pihak yang melanggar atas kedua produk hukum tadi.
Akhir kata, pemberian sanksi tegas dalam rangka menaati pasal 36 UUD ’45 dan
pasal 25 hingga padal 45 UU No. 24 Tahun 2009 perlu dilakukan oleh pemerintah pusat dan
daerah. Lebih dari itu, saya kira, kegalauan bahasa Indonesia makin menjadi-jadi karena
masyarakat Indonesia lebih senang menggunakan bahasa asing. Pertanyaannya kini, jika
bukan kita yang bangga berbahasa Indonesia, lantas siapa? Jika tidak sekarang dilakukan,
lantas kapan?

Anda mungkin juga menyukai